SISTEM OTOMASI 1
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Mata Kuliah
Sistem Otomasi 1
Disusun Oleh :
1. Hardi Triansyah Nim : D41141030
2. Berlin Charismes Silaban Nim : D41141002
3. Ekky Mardian Nim : D41141006
____________________
Hadi Prasetyo, MT
1. PLC
Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah digunakan
(user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang
beraneka ragam .
1.Programmable menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang
telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU),
yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi,
negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
1. Sekuensial Control PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk
keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step
atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya
temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan
tersebut pada operator.
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized
Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan
pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih
tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk
benda kerja, moulding dan sebagainya. Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal
masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal
masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan
sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Perkembangan industri dewasa ini, khususnya dunia industri di negara kita, berjalan amat pesat
seiring dengan meluasnya jenis produk-produk industri, mulai dari apa yang digolongkan sebagai
industri hulu sampai dengan industri hilir. Kompleksitas pengolahan bahan mentah menjadi
bahan baku, yang berproses baik secara fisika maupun secara kimia, telah memacu manusia
untuk selalu meningkatkan dan memperbaiki unjuk kerja sistem yang mendukung proses
tersebut, agar semakin produktif dan efisien. Salah satu yang menjadi perhatian utama dalam hal
ini ialah penggunaan sistem pengendalian proses industri (sistem kontrol industri).
Dalam era industri modern, sistem kontrol proses industri biasanya merujuk pada otomatisasi
sistem kontrol yang digunakan. Sistem kontrol industri dimana peranan manusia masih amat
dominan (misalnya dalam merespon besaran-besaran proses yang diukur oleh sistem kontrol
tersebut dengan serangkaian langkah berupa pengaturan panel dan saklar-saklar yang relevan)
telah banyak digeser dan digantikan oleh sistem kontrol otomatis.
Sebabnya jelas mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
industri itu sendiri, misalnya faktor human error dan tingkat keunggulan yang ditawarkan sistem
kontrol tersebut. Salah satu sistem kontrol yang amat luas pemakaiannya ialah Programmable
Logic Controller (PLC). Penerapannya meliputi berbagai jenis industri mulai dari industri rokok,
otomotif, petrokimia, kertas, bahkan sampai pada industri tambang, misalnya pada pengendalian
turbin gas dan unit industri lanjutan hasil pertambangan. Kemudahan transisi dari sistem kontrol
sebelumnya (misalnya dari sistem kontrol berbasis relay mekanis) dan kemudahan trouble-
shooting dalam konfigurasi sistem merupakan dua faktor utama yang mendorong populernya
PLC ini.
PLC merupakan sistem yang dapat memanipulasi, mengeksekusi, dan atau memonitor keadaan
proses pada laju yang amat cepat, dengan dasar data yang bisa diprogram dalam sistem berbasis
mikroprosesor integral. PLC menerima masukan dan menghasilkan keluaran sinyal-sinyal listrik
untuk mengendalikan suatu sistem. Dengan demikian besaran-besaran fisika dan kimia yang
dikendalikan, sebelum diolah oleh PLC, akan diubah menjadi sinyal listrik baik analog maupun
digital,yang merupakan data dasarnya.. Karakter proses yang dikendalikan oleh PLC sendiri
merupakan proses yang sifatnya bertahap, yakni proses itu berjalan urut untuk mencapai kondisi
akhir yang diharapkan. Dengan kata lain proses itu terdiri beberapa subproses, dimana subproses
tertentu akan berjalan sesudah subproses sebelumnya terjadi. Istilah umum yang digunakan
untuk proses yang berwatak demikian ialah proses sekuensial (sequential process). Sebagai
perbandingan, sistem kontrol yang populer selain PLC, misalnya Distributed Control System
(DCS), mampu menangani proses-proses yang bersifat sekuensial dan juga kontinyu (continuous
process) serta mencakup loop kendali yang relatif banyak.
Beberapa aplikasi yang menjalankan satu fungsi tunggal, tidak efisien dalam penggunaan
PLC.
Terbatas lingkungan penggunaannya, suhu tinggi dan getaran keras dapat mengganggu
peralatan elektronik pada PLC.
PLC dirasa tidak dibutuhkan bila diterapkan pada system industri yang tidak perlu
melakukan pengubahan pengkabelan.
Diagram Ladder menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari
kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam diagram
ladder terdapat dua buah garis vertical dimana garis vertical sebelah kiri dihubungkan dengan
sumber tegangan positip catu daya dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber
tegangan negatip catu daya. Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol
yang secara umum mirip dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada layar
dengan elemen-elemen seperti normally open contact, normally closed contact, timer, counter,
sequencer dll ditampilkan seperti dalam bentuk pictorial. Dibawah kondisi yang benar, listrik
dapat mengalir dari rel sebelah kiri ke rel sebelah kanan, jalur rel seperti ini disebut sebagai
ladder line (garis tangga).
Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol yang secara umum mirip
dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada layar dengan elemen-elemen seperti
normally open contact, normally closed contact, timer, counter, sequencer dll ditampilkan seperti
dalam bentuk pictorial. Ladder diagram tersusun dari dua garis vertikal yang mewakili rel daya.
Di antaragaris vertikal tersebut disusun garis horizontal yang disebut rung (anak tangga) yang
berfungsi untuk menempatkan komponen kontrol sistem.
Elemen dasar dari sebuah diagram tangga adalah Kontak. Kontak hanya dua bagian:
open/buka atau close/tutup. Kontak open/buka akan memutus arus sedangkan kontak close/tutup
memungkinkan untuk mengaliri arus ke elemen berikutnya. Kontak yang sederhana adalah saklar
ON/OFF, yang memerlukan tenaga dari luar (misalnya tangan manusia) untuk mengaktifkannya.
Limit switch merupakan saklar kecil yang ditempatkan di lokasi tertentu, sehingga bila perangkat
mekanis bergerak ke arah itu, maka kontak akan tertutup dan bila perangkat bergerak jauh dari
itu, kontak akan terbuka.
Pada dasarnya ada dua jenis kelompok instruksi yang digunakan dalam pemprograman diagram
ladder PLC yaitu :
Instruksi yang digunakan sesuai dengan logika kondisi diagram ladder dan digunakan
hanya dalam bentuk instruksi ketika dirubah kedalam bahasa menemonik.
Instruksi yang digunakan pada akhr baris diagram ladder an dikerjakan menurut logika
kondisi instruksi sebelumnya.
Pasangan garis vertikal yang berada pada garis bercabang disebut kondisi. Jenis kondisi yang
tidak ada garis diagonalnya disebut normaly open (NO) sedangkan kondisi yang ada garis
Kondisi pertama yang memulai blok logika didalam program dalam baris instruksi
memulai kondisi. Memulai kondisi LD/LD NOT inilah semua logika akan dieksekusi.
Kondisi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan
satu kondisi saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu output :
Kondisi AND / AND NOT adalah sebuah kondisi logika yang digunakan untuk sebuah
rangkaian kontak seri.
Kondisi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol membutuhkan lebih
dari satu kondisi logika yang harus terpenuhi semuanya untuk mengeluarkan satu output.
Jika terdapat dua atau lebih kondisi yang dibutuhkan seri pada garis instruksi yang
sama,maka kondisi pertama menggunakan kondisi LD/LD NOT dan sisanya
menggunakan AND/AND NOT.
3. OR dan OR NOT
Kondisi OR/OR NOT adalah sebuah kondisi logika yang digunakan untuk sebuah
rangkaian kontak paralel.
Kondisi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan
salah satu dari beberapa kondisi logika untuk mengeluarkan satu output.
Jika dua atau lebih kondisi dihubungkan secara paralel,artinya dalam garis instruksi yang
berbeda kemudian bergabung lagi dalam satu garis instruksi yang sama, maka kondisi
pertama terkait dengan kondisi LD/LD NOT dan sisanya berkaitan dengan kondisi
OR/OR NOT
Instruksi OUT/OUT NOT digunakan untuk mengakhiri sebuah baris instruksi dan tanda
pengalaman output
Instruksi OUT berfungsi untuk mengeluarkan outpun jika semua kondisi ladder diagram
sudah terpenuhi,sedangkan OUT NOT digunakanjika semua kondisi ladder diagram tidak
terpenuhi
Timer dan counter pada PLC berjumlah 512 buah yang bernomor TC 000 sampai TC 511.
Jika suatu nomor sudah dipakai sebagai timer/counter, maka nomor tersebut tidak boleh dipakai
lagi sebagai timer counter. Nilai timer atau counter pada PLC bersifa countvdown (menghitung
mundur) dari nilai awal yang ditetapkan oleh program. Setelah hitung mundur tersebut mencapai
angka nol. maka contact NO timer/counter akan ON.
Berikut ini merupakan contoh program PLC menggunakan bahasa Ladder pada PLC Omron
CPM2A.
Dari blok diagram diatas dapat dilihat dalam penggunaan PLC CPM2A dimulai dari data
program yang dibuat programmer pada komputer melalui software CX-Programmer untuk
ditransfer ke PLC, lalu dari PLC akan menampilkan hasil dari program yang dibuat oleh user
atau programmer melalui indikator-indikator yang ada pada PLC.
Dari rangkaian ladder diatas dengan fungsi pengontrol pintu garasi mobil dapat dijelaskan
bahwa dalam rangkaian tersebut ketika ditekan input 0.00 atau tombol pintu up maka motor
untuk menaikan pintu garasi akan berjalan dan pintu garasi akan membuka, ketika ditekan
input 0.02 atau tombol stop maka motor akan berhenti, lalu ketika ditekan input 0.01 atau
tombol pintu down maka motor akan menyala dengan putaran berlawanan yaitu untuk down,
dan ketika ditekan input 0.02 atau tombol stop maka motor akan mati juga. Jika tidak ditekan
tombol stop, motor akan mati ketika pintu terkena limit switch, ketika pintu membuka ke atas
maka pintu akan berhenti dengan sendirinya ketika terkena limit switch atas, dan ketika
kondisi menutup pintu akan berhenti dengan sendirinya ketika pintu terkena limit switch
bawah. Dan ketika semua proses itu berjalan ada indikator-indikator tertentu yang menyala,
V. ANALISIS RANGKAIAN
Ketika selesai memprogram da mentransfer program ke PLC, Dari rangkaian ladder diatas
dapat di analisis dari awal prinsip kerjanya hingga akhir yaitu ketika inputan 0.00 (button
motor up) ditekan atau mendapat tegangan maka akan aktif dan mengaktifkan output 10.00
(indikator motor up), indikator ini sebagai penggerak motor untuk membuka pintu garasi
mobil, disaat setelah ditekan indikator motor up akan menyala yaitu di label 10.00 dan
indikator proses akan menyala karena indikator proses aktif ketika pintu dalam kondisi
berjalan ke atas ataupun kebawah, lalu ketika pintu membuka telah mencapai maksimal maka
limit atas atau inputan 0.03 akan tertekan dan menyala atau aktif lalu memberi tegangan dan
memutuskan kontak 10.00 (motor up), lalu motor akan mati dan indikator motor up akan
mati begitu juga dengan indikator proses akan mati karena pintu telah berhenti, hanya
indikator limit atas yang menyala menandakan bahwa pintu pada posisi terbuka maksimal.
Lalu ketika ditekan tombol motor up (0.00) lagi maka tidak akan jalan motor up (10.00)
karena telah diputus oleh limit atas. Dan ketika ditekan tombol motor down (0.01) maka
pintu akan berjalan menutup karena indikator outputan 10.01 (motor down) menyala yang
digerakkan oleh inputan 0.01 dan indikator proses kembali menyala, ketika dalam posisi ini
ditekan limit atas (0.03) tidak akan menyala karena pada perintahnya kondisi saat ini menuju
limit bawah (0.04) (dalam kondisi berjalan menutup) maka hanya berpengaruh pada limit
bawah, tidak limit atas. Ketika pintu garasi sudah mencapai bawah maksimal dan limit
bawah (0.04) tertekan maka indikator motor down (10.01) akan mati dan motor down akan
mati begitu juga dengan indikator proses akan mati hanya indikator limit bawah yang
menyala menandakan bahwa pintu garasi dalam posisi tertutup maksimal. Indikator Limit
switch tidak akan menyala keduanya karena terdapat pemutus kontak yang berlawanan atau
hidup secara bergantian, jadi ketika pintu menekan limit bawah maka indikator limit bawah
akan menyala dan ketika ditekan limit atas maka indikator limit atas tidak akan menyala.
Indikator proses aktif hanya pada saat ketika salah satu motor up ataupun down menyala.
Untuk tombol stop (0.02) digunakan ketika dalam posisi indikator proses aktif dengan kata
lain dalam posisi ini menandakan bahwa motor dalam posisi berjalan, ketika ingin
mematikan motor up ataupun down maka dengan menekan tombol stop tersebut, maka motor
akan mati dan rangkaian mati, untuk melanjutkannya langsung dengan menekan tombol
pembuka ataupun penutup pintu.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil program diatas dan mensimulasi ke PLCnya langsung dapat disimpulkan bahwa dalam
sistem pembuka pintu garasi mobil dapat menggunakan sistem PLC dan dapat digunakan untuk
menggerakkan motor. Dalam praktek kali ini dapat diambil pelajaran bahwa dalam sistem
pembelajaran ini yang fokus kepada PLC maka harus lebih memahami bahasa pmrograman
Ladder, karena ladder digunakan hampir semua jenis PLC, dan dalam tugas kali ini juga
perlunya ditekankan pengetahuan mengenai sistem kontrol, karena basic pada sistem PLC ini
adalah kontrol yang mana menggerakkan coil-coil yaitu jika dikontrol sama dengan
menggerakkan kontaktor-kontaktor.
Dari praktek kali ini didapat palajaran yang berharga yang mana belum didapat sebelumnya.
Sistem ini sangat dibutuhkan dalam keadaan teknologi sekarang ini karena sangat membantu
memudahkan pekerjaan manusia dan efisiennya tempat untuk alat ini.
Ketika praktek langsung dengan PLC maka harus menghindari kesalahan-kesalahan fatal
contohnya salah memasukkan sumber tegangan yang seharusnya DC dimasukkan tegangan AC,
karena ini akan merusak PLC tersebut. Dan diharapkan kedepannya dalam pembelajaran ini
didapat mengembangan yang signifikan agar terciptanya mahasiswa yang kreatif dan inovatif
khususnya dibidang PLC.