Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PENGORGANISASIAN INSTALASI SANITASI

RSU DADI KELUARGA

INSTALASI SANITASI
RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA
Jl. Sultan Agung No.8A Kel. Teluk
Kec. Purwokerto Selatan Kab. Banyumas

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan visi Indonesia sehat 2010. Dalam
pelaksanaannya, rumah sakit harus memiliki lingkungan yang sehat dan bebas dari
segala faktor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan
baik untuk pasien, pengunjung maupun pegawai.
Lingkungan yang sehat dan nyaman merupakan syarat utama bagi sebuah
institusi kesehatan, karena dengan lingkungan yang sehat akan tercipta lingkungan
yang dapat menunjang pemulihan kesehatan bagi pasien dan meningkatkan kinerja
pegawai sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian akan
meningkatkan pelayanan yang lebih baik.
Penyehatan lingkungan adalah pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tertentu. Rumah sakit memiliki masalah yang komplek
mengenai penanganan penyehatan lingkungan, karena banyaknya jenis bahan kimia
dan sumber penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia di dalam maupun
di luar lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit harus dilakukan upaya
penyehatan lingkungan juga yang tentu saja mempunyai perbedaan karena fungsinya
sebagai tempat merawat, mengobati dan menyembuhkan orang sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
menghasilkan limbah/bahan buangan dari kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilakukannya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan
tersendiri yaitu limbah medis karena itu memerlukan penanganan khusus.
B. Tujuan
Sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
C. Ruang Lingkup
1. Pengelolaan penyehatan lingkungan kerja
2. Pengelolaan penyehatan air
3. Pengelolaan sampah dan limbah
4. Pengelolaan makanan dan minuman
5. Pengelolaan tempat cucian (Laundry)
6. Pengendalian serangga dan tikus
7. Sterilisasi/desinfeksi
8. Perlindungan radiasi
9. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
D. Landasan Hukum
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum
Dadi Keluarga diperlukan tenaga sanitarian, serendah-rendahnya adalah berkualifikasi
diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan, atau tenaga lain yang telah mengikuti
pelatihan khusus bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Depkes
RI, 2004).
Berdasarkan Kepmenkes No.1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit dengan kelas C dan D penanggung jawab jawab kesehatan
lingkungan rumah sakit pemerintah dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang
memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang
kesehatan lingkungan, dan diusahakan mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan
lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Distribusi Ketenagaan
SDM di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga yang bersertifikat khusus dibidang
kesehatan lingkungan rumah sakit belum merata, hal ini dapat dilihat dapat dari struktur
organiasi yang ada dari jumlah 5 ketenaganaan dari berbagi disiplin ilmu terdapat 2
orang yang telah memiliki sertifikat pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan,
sedangkan 3 orang lagi belum mendapatkan pelatihan.
Dibawah ini terlihat data ketenagaan yang ada di Instalasi Sanitasi Rumah Sakit
Umum Dadi Keluarga adalah sebagai berikut :
No
Nama Petugas/Nama Jabatan
Kualifikasi Formal
1 Aditya Mahardini/Ka. Instalasi
Amd.Kl
Sanitasi
2 Eko Sugiarto/Sanitarian
Amd.Kl
3 Rohmaniati/Pelaksana Laundry
SMA
4 Supriyati/Pelaksana Laundry
SMP
5 Ari Setiawan/Supervisor CS
SMA
C. Pelatihan Serta Pengembangan SDM Instalasi Sanitasi
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Instalasi Sanitasi merupakan
hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur Dan Manajemen serta Kepala
Instalasi memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi
pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya
pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen
lingkungan dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen
bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai
tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi,
pengkajian, pelatihan dan pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan
mutasi, serta hukuman & penghargaan (reward & punishment).
Dalam ini Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga dalam upaya pengembangan SDM
melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat unsur- unsur antaranya :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan dalam matriks
pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang Kesehatan Lingkungan.

4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM Instalasi
Sanitasi di bidang Kesehatan Lingkungan.
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,
pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau
perundang- undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Instalasi Sanitasi yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
IPAL

TPS
IPAL

GUDANG B3

R.
KESLING

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki di Instalasi Sanitasi berupa:
1. TPS Limbah Medis Padat dan Cair
2. TPS Limbah Padat Non Medis
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah
4. Tempat Sampah
5. Troli Sampah Medis
6. Troli Sampah Non Medis

BAB IV
TATA LAKSANA KEGIATAN
a. Penyehatan lingkungan kerja.
1. Pemeliharaan ruang dan bangunan.
a) Pemeliharaan dan pembersihan ruangan dilakukan pagi dan sore hari
dilaksanakan oleh cleaning service.
b) Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah jam makan, setelah
kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
c) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.
d) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang memenuhi syarat
dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.
e) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.
f) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan bergerak
menuju arah luar.
g) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua perabotan
ruangan diangkat/digeser agar pembersihan sempurna.
h) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali dalam setahun.
i) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang perawatan dan
bagian dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai dengan Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/Per/X/2004.
j) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding segera dibersihkan
dengan menggunakan antiseptik.
k) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk masing-masing
ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004.
2. Pengelolaan kualitas pencahayaan.
a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan
intensitasnya sesuai dengan peruntukkannya.
b) Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyinaran
yang optimal dan sering dibersihkan.
c) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
d) Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu tahun dua kali oleh BTKL
(Balai Teknik Kesehatan Lingkungan).
e) Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/Per/X/2004. Segera diganti, koordinasi dengan bagian teknik.
f) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk menjamin
keamanan.
g) Persyaratan kualitas pencahayaan untuk masing-masing ruangan atau unit harus
sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
3. Pengelolaan kualitas penghawaan dan udara ruang.
a) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (Cross
Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
b) Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang pada
ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20 meter dari langitlangit.
c) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (Air
Conditioner).

d) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu


mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruangruang tersebut.
e) Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruang
harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
f) Agar mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) satu kali dalam satu
bulan didesinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorconol triethylin glikol)
atau disaring dengan electron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra
violet.
g) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga
dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan standar suhu,
kelembaban, dan tekanan udara sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004.
h) Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali parameter kualitas
udara (kuman dan debu) sesuai dengan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/Per/X/2004.
i) Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
j) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan ratarata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ug/m 3, dan tidak
mengandung debu asbes.
k) Indeks angka kuman untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
l) Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk masing-masing
ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
4. Pengelolaan kualitas kebisingan.
a) Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan
yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
b) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit harus sesuai
dengan Ketentuan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
c) Sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya diupayakan untuk
dikendalikan antara lain dengan cara :
Sumber kebisingan di dalam ruangan : peredam penyekatan, pemindahan
pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
Sumber kebisingan berasal dari luar : Penyekatan, penerapan bising dengan
penanam pohon (green belt), meninggikan tembok, dan meninggikan tanah (bukit
buatan).
Sumber bising biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk, di luar jam besuk
kebisingan masih bisa ditolerir dalam batas normal.
b. Pengelolaan penyehatan air.
Pengelolaan penyehatan air dilakukan dengan memperhatikan :
1. Kualitas air minum, syarat-syarat dan pengawasan air minum sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
2. Kebutuhan air bersih, jumlah kebutuhan air bersih tergantung kepada berbagai
pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin banyak pelayanan yang ada di rumah
sakit semakin besar jumlah kebutuhan air.
3. Melakukan pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekali.

c. Pengelolaan sampah dan limbah.


1. Sistem pengolahan limbah cair
2. Meode penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius
a) Pewadahan
Pewadahan limbah padat infeksius dikelompokan menjadi :
1) Limbah medis infeksius
Pewadahan limbah padat infeksius di ruang perawatan dan instalasi di
masukkan ke tempat sampah infeksius yang tetutup dilapisi kantong
plastik kuning.
2) Limbah medis benda tajan
Pewadahan limbah padat infeksius benda tajam di ruang perawatan dan
instalasi di masukkan ke dalam jerigen (safety box) dengan ukuran yang
talh ditentukan, dan ketebalan tertentu diberi label infeksius berwarna
kuning dan diberi tulisan Instalasi Sanitasi RSU Dadi Keluarga
b) Pewadahan limbah padat non infeksius :
1) Pewadahan limbah padat non infeksius diruang perawatan dan instalasi di
masukkan ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik hitam.
2) Limbah padat non medis dipisahkan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu :
Limbah padat non medis kering :
Sampah perkantoran, sampah taman, dan sampah plastik bekas
makanan.
Limbah padat non medis basah :
Sampah sisa makanan baik dari dapur, ruang rawat inap.
3. Pengumpulan
a) Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam
Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang perawatan
dan instalasi setelah penuh atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah segera diangkat supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu, sebelumnya kantong plastik kuning diikat kuat terlebih
dahulu, tidak boleh dibuka ikatannya sampai ke tempat pemusnahan. Alat
pengangkut limbah medis benda tajam dan non benda tajam menggunakan
kereta dorong khusus tertutup, anti bocor, anti tusuk, bertuliskan INFEKSIUS
dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membuka.
b) Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor setelah penuh atau apabila 2/3
bagian kantong sudah terisi oleh limbah segera diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya kantong
plastik hitam diikat kuat.
4. Pemusnahan
a) Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam
Limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda tajam
dibawa ke lokasi pemusnahan sampah infkesius di PT. Jasa Medives.
b) Limbah padat non infeksius
Limbah padat non infeksius di bawa ke lokasi Tempat Pembuangan Sementara
diangkut oleh troli khusus sampah non infeksius dibawa ke TPS selanjutnya di
buang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
d. Pengelolaan makanan dan minuman.
1. Tata cara pengelolaan makanan dan minuman :

a) Pengadaan bahan makanan


1) Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara fisik
terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran, buah harus baik dan
segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa.
2) Bahan makanan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah
terdaftar pada DepKes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak dan
pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan untuk satu
kali.
4) Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak basi,
busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan makanan yang
memakai bahan pengawet dan pewarna.
b) Penyimpanan bahan makanan
1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindungdari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan
hewan lainnya.
2) Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang terpisah.
3) Makanan yang sudah busuk disimpan suhu panas lebih dari 65,5C atau
dalam suhu dingin kurang dari 4C sampai 1C.
4) Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk mencegah
genangan air dan kelembaban.
5) Bahan makanan disimpan di rak-rak yang baik dengan ketinggian rak dari
lantai kurang lebih 20 25 cm, hal ini untuk menghindari dan mencegah
infeksi serangga serta memudahkan pembersihan.
6) Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes
RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
c) Pengolahan makanan
1) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur orang
yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.
2) Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan
perilaku yang hygienis, yaitu :
Tidak merokok
Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin
Tidak menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama
mengolah makanan
Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas
kaki.
Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin minimal 6 bulan satu kali.
Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat pengolah
makanan selalu dibersihkan.
Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber penular
penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan oleh dokter.
Selama melakukan pengolahan makanan penjamah makanan
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan sarung
tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sesbagainya.
Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang besih dan
perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar dapur.

d)

e)

f)

g)

Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan ketentuan


Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
Pedistribusian makanan
1) Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan menggunakan kereta
makan tertutup, anti karat, bersih dan mudah dibersihkan.
2) Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara untuk
ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
3) Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan
4) Makanan tidak di campur dengan bahan-bahan lain seperti : linen, alat tulis
kantor (ATK) dan yang lainnya.
5) Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan
ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta makan khusus)
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan
peralatan yang bersih.
3) Ditutup dengan plastik transparan.
4) Makanan disajikan dalam keadaan hangat
5) Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan
6) Petugas memakai pakaian bersih dan rapi
7) Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien.
Tempat pengolahan makanan
1) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat pengolahan
makanan selalu dibersihkan dengan antiseptic.
2) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi denga sungkup asap.
3) Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux
4) Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A)
5) Air bersih yang digunakan diperiksa 3 bulan satu kali
Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi
1) Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan satu kali.
2) Parameter alat makanan yang diperiksa, yaitu : E. Coli sesuai berdasarkan
dengan ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004
3) Parameter makanan jadi yang diperiksa, yaitu : E. Coli/gr, Salmonella
Sp/25 gr, Shigella Sp/25 gr, Vibro Sp/25 gr sesuai dengan ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/SK/X/2004.

e. Pengelolaan linen
1. Persyaratan suhu air panas untuk pencucian 70C dalam waktu 25 menit atau
95C dalam waktu 10 menit. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk
proses pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang di hasilkan
mudah terurai oleh lingkungan. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar
dari proses tidak mengandung 6 x 10 3 spora species Bacillus per inci persegi.
2. Pelayanan/tahap kerja laundry meliputi :
a) Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang berbeda.
b) Penyerahan dan penerimaan linen menggunakan buku ekspedisi dan sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
c) Penggunaan detergent pencuci ditetapkan oleh bagian logistik serta prasarana
dan rumah tangga.

d) Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari pagi dan
siang.
e) Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan gerobak
linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
f) Pencucian tower dilaksanakan satu bulan sekali
g) Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur lalu lintas.
f. Pengendalian serangga dan tikus
1. Pengendalian nyamuk
a) Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan menambahkan
kimia vectoback.
b) Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan treatment
spraying, sedangkan di luar ruangan menggunakan treatment fogging satu
minggu dua kali.
2. Pengendalian kecoa
a) Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis, yaitu dengan membunuh
langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat perindukan dengan air panas
dan menutup celah-celah dinding.
b) Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk,semprotan dan umpan.
3. Pengendalian lalat
Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang Insect
Terminator.
4. Pengendalian tikus
Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap sebagai
alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan
beracun
5. Pengendalian kucing
Dengan cara penangkapan kemudian dibuang oleh pihak pengelola, sesuai dengan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa di lingkungan rumah sakit
harus bebas kucing dan anjing.
g. Pemeliharaan kebersihan
a) Penampungan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang benar dan sesuai
dengan ketentuan merupakan unsur pengendalian yang sangat penting.
b) Diusahakan tidak terjadi penumpukan sisa makanan menginap di dalam ruangan.
c) Kebersihan ruangan dan halaman merupakan tindakan yang sangat penting.
h. Sterilisasi/desinfeksi
a) Petunjuk penggunaan desinfektan
1) Sangat penting membaca petunjuk dan prosedur penggunaan desinfektan
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuattnya sebelum menggunakan
desinfektan yang bersangkutan. Agar tidak terjadi salah pengenceran dan
hal-hal yang dapat mengurangi daya bunuh kuman dari desinfektan tersebut.
2) Pengawasan terhadap prosedur pelaksanaan desinfektan pada alat dan ruang
serta perlengkapan di unit-unit dengan resiko tinggi di rumah sakit, perlu
mendapat pengawasan lebih ketat.
b) Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :
1) Panas basah
2) Panas kering

3) Bahan kimiawi
4) Penyinaran
5) Penyaringan
c) Pengemasan
Bahan pengemasan yang lazim di gunakan di rumah sakit :
1) Kertas perkamen rangkap dua
2) Kain tenun rangkap dua
3) Tromol logam (terbuat dari stainles steel dan digunakan sebagai pengemas
terakhir)
d) Penyimpanan
Barang-barang yang sudah di sterilkan sebaiknya di simpan di ruang steril.
Apabila kondisi tersebut tidak dapat di capai maka setidaknya barang steril harus
di simpan di tempat yang bersih dengan kondisi :
1) Bebas dari debu
2) Bebas dari serangga
3) Mempunyai tekanan positif, sedapat mungkin dilengkapi dengan AC,
pengatur kelembaban dan sinar UV.
e) Indikasi kuat untuk tindakan sterilisasi/desinfeksi :
1) Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan perawatan pasien yang
dimasukkan jaringan sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu
disterilkan sebelum digunakan.
2) Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoscopy,pipa
endotrocheal harus disterilkan/didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.
3) Semua peralatan operasi setelah di bersihkan dari jaringan, darah, atau sekresi
harus selalu di sterilkan sebelum di pergunakan.
i. Perlindungan radiasi
Tata laksana perlindungan radiasi harus sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan
RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. Diantarnya yaitu :
a) Perizinan
b) Sistem pembatasan dosis
c) Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terhadap pemanfaatan
radiasi pengion diantaranya :
1) Organisasi
2) Peralatan proteksi radiasi
3) Pemantauan dosis perorangan
4) Pemeriksaan kesehatan
5) Penyimpanan dokumentasi
6) Jaminan kualitas
7) Pendidikan dan pelatihan
d) Kalibrasi
e) Penanggulangan kecelakaan radiasi
f) Pengelolaan limbah radioaktif
j. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
1. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan
a) Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan dengan
teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan diskusi pameran,
demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran leaflet, dll.

b) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh


seluruh pegawai rumah sakit di bawah koordinasi tenaga atau unit organisasi
yang menangani kesehatan lingkungan rumah sakit.
2. Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan berdasarkan sasarannya.
a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi hubungan fasilitas penyehatan
lingkungan pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan pembersihan fasilitas
penyehatan lingkungan.
b) Pentingnya memberi contoh terhadap pasien dan pengunjung tentang
pemanfaatan fasilitas penyehatan lingkungan.
c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan masyarakat di sekitarnya
berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan dari hidup bersih dan
sehat, memanfaatkan fasilitas penyehatan lingkungan dan fasilitas kesehatan
lainnya.

BAB V
LOGISTIK
Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang
logistik Instalasi Sanitasi, peralatan dan Rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan
dan pengadaan bahan-bahan keperluan dan peralatan Instalasi Sanitasi dalam rangka
pelaksanaan tugas pelayanan sanitasi, menyusun rencana pemeliharaan peralatan di Instalasi
Sanitasi, menyiapkan program-program pengembangan pelayanan sanitasi menyusun laporan
secara berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan peralatan Instalasi, membuat evaluasi
dan usulan tentang penggunaan bahan-bahan / pertengkapan dan peralatan (efisiensi,
efektifitas, dan menyimpan, mengelola bahan-bahan / peralatan / barang Inventaris
Perkantoran Instalasi Sanitasi.

BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja
petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
B. Prinsip Keselamatan Kerja di Instalasi Sanitasi
1. Menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitasi, yang
memenuhi syarat, meliputi : Penyehatan makanan dan minuman, Penyehatan air,
Penyehatan tempat pencucian, Penanganan sampah dan limbah, Pengendalian
serangga dan tikus, Sterilisasi/desinfeksi, Perlindungan radiasi, Upaya penyuluhan
kesehatan lingkungan sesuai Keputusan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204//MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
2. Menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik,
kimia, biologi.
3. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, dan biologi secara rutin dan
berkala.
4. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan.
5. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
6. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai
7. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
8. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
9. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar,
peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan
atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika
pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan
pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatankegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan
sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan
dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi
ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan
yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui
penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun
membuat rencana program yang baru.
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data
dan pengolahan data kegiatan pelayanan sanitasi rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan sanitasi
rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan.
a. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Sanitasi meliputi:
1) Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan Limbah Padat
2) Pencatatan dan Pelaporan Pengelolaan Limbah Cair
3) Pencatatan dan Pelaporan Pengawasan Penyehatan Makanan dan
Minuman
4) Pencatatan dan Pelaporan Sampling Lingkungan
2. Indikator Keberhasilan Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit
Terwujudnya kegiatan kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat, meliputi :
Penyehatan makanan dan minuman, Penyehatan air, Penyehatan tempat
pencucian, Penanganan sampah dan limbah, Pengendalian serangga dan tikus,
Sterilisasi/desinfeksi, Perlindungan radiasi, Upaya penyuluhan kesehatan
lingkungan sesuai Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204//MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.

BAB VIII
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang
jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan sanitasi di rumah sakit
yang tepat bagi klien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga
akan bermanfaat bagi pengelola sanitasi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan
mengevaluasi kemajuan serta perkembangan pelayanan sanitasi rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit ini dilengkapi dengan lampiran tentang
materi, model/format pencatatan dan pelaporan, formulir lain yang diperlukan dan
mendukung kegiatan pelayanan sanitasi rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai