REAKSI-REAKSI KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
: a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum
: Jumat, 5 Oktober 2012
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III,
Fakultas Matematika Ilmu pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Kimia adalah ilmu yang mempelajari setiap persoalan di alam dengan mencari dan
menentukan fakta dan biasanya diperoleh melalui eksperimen. Oleh karena itu, ilmu
kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen. Persamaan reaksi merupakan bahasa
ilmu kimia, persamaan reaksi menjelaskan secara kualitatif peristiwa yang terjadi jika dua
pereaksi atau lebih bergabung dan secara kuantitatif menyatakan jumlah zat yang
bereaksi serta jumlah produk reaksi (Achmad, 2001: 1, 31).
Reaksi kimia adalah suatu proses di mana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi, terbentuk
dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia disertai
oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan endapan, atau
timbulnya gas. Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan
reaksi-reaksi kimia lebih mudah. Satu skema klasifikasi yang menerangkan semua reaksi
kimia menggunakan kriteria berikut (Petrucci, 1987: 62, 66):
1. Pembakaran, adalah suatu reaksi di mana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana, misalnya CO2,
H2O, dan SO2.
2. Penggabungan (sintetis), adalah suatu reaksi di mana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
3. Penguraian, adalah suatu reaksi di mana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana.
4. Penggantian, adalah suatu reaksi di mana sebuah unsur memindahkan unsur lain dalam
suatu senyawa.
Reaksi kimia menggabungkan unsur-unsur menjadi senyawa, penguraian senyawa
menghasilkan unsur-unsurnya dan transformasi mengubah senyawa yang ada menjadi
baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, maka jumlah atom
(mol atom) dari setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Kekekalan materi
18
dalam perubahan kimia ini terlibat dari persamaan reaksi kimia yang seimbang untuk
proses tersebut. Berdasarkan persetaraan reaksi, ada reaksi stoikiometri dan pereaksi
pembatas (Purwoko, 2006: 71-72).
Bermacam perhitungan atau (perhitungan stoikiometri) dapat didasarkan atas
persamaan reaksi. Persamaan reaksi adalah lambang-lambang dari suatu reaksi kimia.
Jadi, lambang dan rumus merupakan pengganti dari nama-nama pereaksi dan hasil reaksi.
Prinsip perhitungan stoikiometri adalah menggunakan faktor konfrensi yang berasal dari
persamaan kimia. Massa molar, rapatan dan persen susunan juga sering digunakan.
Banyak reaksi kimia berlangsung larutan. Suatu komponen yang menentukan keadaan
larutan apakah sebagai padatan, cairan atau gas, disebut pelarut (savent) komponenkomponen (ain disebut zat pelarut atau solute) (Bresnick, 2002: 23-24).
Suatu reaksi tidak boleh melanggar hukum kekekalan massa, artinya jenis dan
jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi harus sama. Sebagai contoh:
Hidrogen + Oksigen Air
H2
+ O2 H2O
Jika diperhatikan, jenis atom sebelah kiri dan kanan tanda panah pada reaksi sama,
yaitu H dan O, tetapi jumlah atom H sama sedangkan jumlah atom O tidak. Oleh karena
itu, kita harus menambahkan bilangan bulat di depan masing-masing zat sedemikian rupa
hingga jumlah atom-atom tersebut sama, yaitu (Syukri, 1999: 51-52):
2H2
O2
2H2O
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Reaksi Kimia
a. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan HCl 0,05 M
dan CH3COOH 0,05 M. Masing-masing larutan ditambahkan 2-3 tetes larutan
indikator pp. Diamati warna larutan-larutan tersebut.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi lain, dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-masing
10 tetes. Pada keduanya ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator pp.
c. Kedua asam (tabung a) dicampurkan dengan basa (tabung b). Diamati perubahan
yang terjadi.
d. Ke dalam 2 tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium
kromat, K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1 M,
dikocok dan diamati. Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1 M.
Larutan disimpan dan dibandingkan dengan percobaan e.
e. Ke dalam 2 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan kalium
dikromat, K2Cr2O7 0,1 M. Diperlakukan seperti percobaan d. Larutan d dan e
dibandingkan.
f. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M. Diamati apa yang terjadi.
g. Larutan Al2(SO4)3 0,1 M sebanyak 10 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 tetes NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes NH 4OH 1 M
dan diperhatikan apa yang terjadi. Dibandingkan dengan larutan pada percobaan f.
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
1. Digunakan larutan CuSO4 1 M dan larutan NaOH 2 M.
2. Dimasukkan 20 ml NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya.
3. Ditambahkan 5 ml larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya, kemudian
campuran larutan diaduk. Diukur temperatur campuran larutan.
4. Diulangi percobaan dengan menggunakan 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO 4, 5 ml
NaOH dan 20 ml CuSO4 dan terakhir yaitu 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4.
b. Stoikiometri Asam-Basa
1. Kedalam 6 tabung reaksi dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5, 6 ml larutan
NaOH 1 M dan ke dalam 6 tabung reaksi lainnya dimasukkan berturut-turut 1, 2,
3, 4, 5, 6 ml larutan HCl 1 M.
20
21
I. Reaksi Kimia
No Prosedur Percobaan
.
1.
Hasil Pengamatan
d. Ke
dalam
tabung
reaksi,
Ke
dalam
tabung
lainnya
orange pekat.
- Awalnya larutan K2CrO4 0,1 M
berwarna kuning, setelah
ditambahkan dengan 3 tetes larutan
22
F. ANALISIS DATA
1. Reaksi-reaksi Kimia
a. HCl(aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + H2O(l)
b. CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
c. K2CrO4(aq) + 2HCl(aq) 2KCl(aq) + H2CrO4(aq)
d. K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2CrO4(aq) + 2KOH(aq)
e. K2Cr2O7(aq) + 2HCl(aq) H2Cr2O7(aq) + 2KCl(aq)
f. K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) Na2Cr2O7(aq) + 2KOH(aq)
g. Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(aq) + 3Na2SO4(s)
h. Al2(SO4)3(aq) + 6NH4OH(aq) 2Al(OH)3(aq) + 3(NH4)2SO4(s)
2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
Untuk 5 ml CuSO4 1 M
n1 = M . V1
=1 .5
= 5 mmol
Untuk 10 ml CuSO4 1 M
n2 = M . V2
= 1 . 10
= 10 mmol
Untuk 15 ml CuSO4 1 M
n3 = M . V3
= 1 . 15
= 15 mmol
Untuk 20 ml CuSO4 1 M
n4 = M . V4
= 1 . 20
= 20 mmol
Untuk 15 ml NaOH 2 M
n2 = M . V2
= 2 . 15
= 30 mmol
Untuk 10 ml NaOH 2 M
n3 = M . V3
= 2 . 10
= 20 mmol
Untuk 5 ml NaOH 2 M
23
n4 = M . V4
=2.5
= 10 mmol
Mencari suhu mula-mula (TM)
T NaOH +T CuSO 4
T M=
2
0
0
31 C +31 C
T M 1=
2
= 310C
T M 2=
31,50 C +30,50 C
2
= 310C
T M 3=
31,50 C +310 C
2
= 31,250C
320 C+310 C
T M 4=
2
= 31,500C
Mencari T
T = TA(suhu akhir) TM(suhu mula-mula)
T1 = 310C 310C
= 00C
T2 = 32,250C 310C
= 1,250C
T1 = 300C 31,250C
= -1,250C
T1 = 39,90C 31,500C
= -1,60C
V CuSO4
Ml
5
10
15
20
TNaOH
o
C
31
31,5
31,5
32
TCuSO4
o
C
31
30,5
31
31
TM
o
C
31
31
31,25
31,50
TA
o
C
31
31
31,25
31,50
T
o
C
0
1,25
-1,25
-1,6
mmol
mmol
NaOH
40
30
20
10
CuSO4
5
10
15
20
2
1.5
1.25
1
0.5
5
40
-0.5
10
30
15
20
20
10
mmol CuSO4
mmol NaOH
-1
-1.25
-1.6
-2
= 5 mmol
Untuk 4 ml larutan HCl 1 M
n3 = M .V3
=1.4
= 4 mmol
Untuk 3 ml larutan HCl 1 M
n4 = M .V4
= 1 .3
= 3 mmol
Untuk 2 ml larutan HCl 1 M
n5 = M .V5
25
= 1 .2
= 2 mmol
Untuk 1 ml larutan HCl 1 M
n6 = M .V6
= 1 .1
= 1 mmol
Untuk 0 ml larutan HCl 1 M
n7 = M .V7
= 1 .0
= 0 mmol
= 1 mmol
Untuk 2 ml larutan NaOH 1 M
n3 = M .V3
=1.2
= 2 mmol
Untuk 3 mL larutan NaOH 1 M
n4 = M .V4
= 1 .3
= 3 mmol
Untuk 4 ml larutan NaOH 1 M
n5 = M .V5
= 1 .4
= 4 mmol
Untuk 5 ml larutan NaOH 1 M
n6 = M .V6
= 1 .5
= 5 mmol
Untuk 6 mL larutan NaOH 1 M
n7 = M .V7
= 1 .6
26
= 6 mmol
Mencari suhu mula-mula (TM)
T M=
T NaOH +THCl
2
31,90 C +31,10 C
2
= 31,50C
31,60 C+30,3 0 C
2
= 30,950C
Mencari T
T = TA(suhu akhir) TM(suhu mula-mula)
T1 = 00C
T2 = 32,80C 31,250C
= 1,550C
T3 = 34,10C 31,50C
= 2,60C
T4 = 33,80C 30,80C
27
= 30C
T5 = 330C 30,8250C
= 2,1750C
T6 = 31,80C 30,950C
= 0,850C
T7 = 00C
ml
Ml
C
0
6
Grafik
1
5
31,5
2
4
31,9
3
3
31,5
4
2
31,25
5
1
31,6
6
0
31,7
Hubungan T dengan jumlah mol
THCl
o
C
31,1
31
31.1
30,1
30,4
30,3
-
TA
o
C
31,1
32,8
34,1
33,8
33
31,8
31,7
TM
o
C
31,1
31,25
31,5
30,8
30,825
30,95
31,7
T
o
C
0
1,55
2,6
3
2,175
0,85
0
mmol
mmol
NaOH
0
1
2
3
4
5
6
HCl
6
5
4
3
2
1
0
3.5
3
2.5
2
1.5
1
-1
mmol NaOH
mmol HCl
G. PEMBAHASAN
Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi
terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari reaktan sebelah kiri dan produk di
sebelah kanan. Antara produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah () yang
28
menunjukkan arah dan tipe reaksi. Jika terdapat satu atau lebih zat berada pada sisi yang
sama, maka zat-zat tersebut dipisahkan dengan tanda (+). Dalam reaksi, zat-zat yang
bereaksi dan hasil reaksi ditulis dalam bentuk rumus kimia dan biasanya disertakan pula
wujud atau keadaan zat reaksi tersebut, yaitu (s) = solid (padat), (l) = liquid (cair), (aq) =
aqueos (terlarut dalam air atau larutan), (g) = gas.
Pada percobaan ini, kita akan mengamati perubahan-perubahan kimia pada reaksi
kimia. Perubahan kimia yang terjadi berupa sifat-sifat fisis pada reaksi kimia, seperti
terbentuk endapan, terbentuk gas, perubahan warna dan perubahan suhu (eksoterm atau
endoterm).
Pada percobaan pertama, yaitu reaksi-reaksi kimia, kita akan membuat persamaan
reaksi-reaksi di antaranya reaksi asam basa. Pada percobaan tersebut terjadi perubahan
warna yang menandakan terjadinya reaksi kimia antara larutan penetralan antara HCl
dengan NaOH dan CH3COOH dengan NaOH yang menghasilkan garam dan air. Pada
percobaan lainnya, larutan HCl dan CH3COOH ditetesi oleh indikator fenolftalein.
Trayek pH dari indikator fenolftalein adalah 8,3 10 dan perubahan warnanya dari
bening merah muda. Hal ini berarti, indikator fenolftalein baru akan berwarna merah
muda jika pH larutan sudah lebih besar dari 8,3. Berdasarkan hasil percobaan, larutan
HCl dan CH3COOH yang ditetesi dengan indikator fenolftalein tidak mengalami
perubahan warna, yaitu tetap bening seperti warna awal. Hal ini menunjukkan bahwa HCl
dan CH3COOH bersifat asam, karena pH larutan HCl dan CH 3COOH kurang dari 8,3.
Sedangkan larutan NaOH ketika ditetesi dengan indikator fenolftalein, warnanya yang
semula bening berubah warna menjadi ungu. Hal ini menunjukkan bahwa larutan NaOH
bersifat basa, karena pH larutan NaOH lebih besar dari 8,3. Perubahan warna
menandakan bahwa larutan-larutan di atas bereaksi secara kimia. Larutan indikator
berfungsi sebagai pengubah warna dan untuk menentukan sifat asam atau basa.
Percobaan berikutnya, larutan HCl yang ditambahkan indikator fenolftalein dan
larutan NaOH yang ditambahkan indikator fenoltalein dicampurkan, warna larutan
campurannya berubah menjadi bening. Pada pencampuran HCl dan NaOH terjadi proses
netralisasi, karena seperti yang kita ketahui, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa.
Jika asam bereaksi dengan basa, maka akan membentuk garam dan air. Reaksi
pencampuran asam dengan basa adalah penggabungan ion H + dari asam dengan basa
yang membentuk elektrolit, sukar larut dalam air, maka garam itu akan membentuk
endapan, tetapi pada pencampuran HCl dan NaOH tidak terbentuk endapan. Hal ini
menunjukkan garam yang terbentuk dari pencampuran HCl dan NaOH larut dalam air.
29
Pada pencampuran CH3COOH dengan NaOH terjadi juga perubahan warna menjadi
bening. Pada proses pencampuran HCl dengan NaOH, terbentuk garam NaCH 3COO dan
air. Garam NaCH3COO larut dalam air, sehingga menyebabkan warna campuran bening.
Garam ini bersifat basa, karena terbentuk dari larutan NaOH yang merupakan basa kuat
dan CH3COOH yang merupakan asam lemah.
Pada percobaan berikutnya, yang menggunakan larutan K2CrO4 dan K2Cr2O7.
Walaupun unsur-unsur penyusunnya sama, tetapi setelah mengalami pencampuran
dengan asam dan basa, hasilnya berbeda. Pada larutan K 2CrO4 yang dicampur dengan
larutan HCl yang merupakan asam kuat, terjadi perubahan warna menjadi orange pekat
dan apabila dibandingkan dengan larutan HCl yang dicampurkan dengan K2Cr2O7,
menimbulkan perubahan warna larutan menjadi orange yang kurang pekat dari larutan
K2CrO4 yang ditambahkan HCl. Begitu pula setelah ditetesi NaOH yang merupakan basa
kuat. Hasil campuran antara K2CrO4 dengan NaOH menghasilkan perubahan warna
kuning yang lebih terang dibandingkan dengan hasil campuran larutan K 2Cr2O7 dengan
NaOH yang berwarna kuning. Pada pencampuran larutan-larutan tersebut tidak terbentuk
endapan karena garam yang terbentuk berasal dari golongan alkali, sehingga mudah larut
dalam air.
Pada percobaan selanjutnya, yang menggunakan larutan Al 2(SO4)3 yang dicampur
dengan larutan NaOH dan larutan Al2(SO4)3 yang dicampur dengan larutan NH4OH. Hasil
reaksi dari pencampuran Al2(SO4)3 dan NaOH terdapat perbedaan dengan hasil reaksi
reaksi pada pencampuran Al2(SO4)3 dan NH4OH, di mana warna larutan pada
pencampuran Al2(SO4)3 yang ditambahkan NH4OH lebih keruh dibandingkan larutan
Al2(SO4)3 yang ditambahkan NaOH. Hal ini disebabkan karena bereaksinya ion-ion yang
membentuk senyawa yang sukar larut sehingga menimbulkan endapan. Ion-ion yang
dapat membentuk senyawa sukar larut disebut dengan ion jenuh. Terbentuknya endapan
yang menyebabkan warna kedua larutan ini keruh diakibatkan hidroksida (OH -) yang
sukar larut dalam air. Pada reaksi antara Al2(SO4)3 dan NH4OH, terbentuk garam N2SO4
yang bersifat asam.
Percobaan kedua yaitu mengenai variasi kontinu. Percobaan variasi kontinu terdiri
atas dua percobaan yaitu variasi kontinu stoikiometri sistem CuSO 4NaOH dan
stoikiometri asam-basa. Pada percobaan stoikiometri sistem CuSO4 NaOH, dilakukan
empat kali pencampuran antara larutan CuSO4 1 M dan larutan NaOH 2 M, dengan
jumlah kuantitas pereaksinya diubah-ubah, tetapi jumlah kuantitas molar totalnya adalah
sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan stoikiometri reaksi. Dari
30
hasil percobaan dan analisis data, larutan NaOH awalnya berwarna bening, sedangkan
CuSO4 berwarna biru muda. Namun setelah dicampurkan 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO 4,
larutan berubah warna menjadi biru tua dan terdapat banyak endapan. Pada pencampuran
15 ml CuSO4 dengan 10 ml NaOH, larutan berubah warna menjadi biru kehijaun dengan
adanya endapan. Pada pencampuran 20 ml CuSO4 dan 5 ml NaOH menghasilkan warna
biru muda dan terdapat endapan. Dan pada percobaan 10 ml CuSO 4 dengan 15 ml NaOH
menghasilkan warna biru kehitaman, dan terdapat banyak endapan. Endapan ini terbentuk
melalui reaksi campuran CuSO4 dan NaOH, yaitu Cu(OH)2 memiliki hidroksida yang
sukar larut dalam air. Sedangkan perbedaan warna endapan pada masing-masing
campuran larutan disebabkan karena jumlah kuantitas pereaksinya diubah-ubah, di mana
bila volume NaOH lebih besar dibandingkan volume CuSO 4, akan dihasilkan warna
larutan yang lebih tua dan endapan yang lebih banyak. Maka dapat disimpulkan NaOH
lebih pekat dari CuSO4 karena molaritas dari NaOH lebih besar dibandingkan CuSO 4 ,
yaitu 2:1. Setelah digambarkan pada grafik, ternyata titik puncaknya berada saat
perbandingan mol antara CuSO4 dan NaOH sebesar 1:3. Hal ini tidak sesuai dengan
perbandingan seharusnya, yaitu 1:2. Perbedaan ini disebabkan karena jumlah volume
pada masing-masing larutan yang diubah-ubah dan molaritas larutan yang tidak sama,
serta praktikan yang kurang teliti dalam pembacaan skala pada termometer.
Pada percobaan selanjutnya mengenai variasi kontinu stoikiometri asam-basa,
dilakukan beberapa kali pencampuran antara HCl 1 M dengan NaOH 1 M, dengan
kuantitas volume yang berbeda-beda, tetapi kuantitas molar totalnya sama. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui dan menentukan stoikiometri reaksi. Setelah digambarkan
pada grafik, titik puncaknya berada pada saat perbandingan mol 3:3 atau 1:1. Untuk
bereaksi sempurna, ekivalen kedua larutan harus sama dan perbandingan 1:1 dari hasil
percobaan telah memenuhi. Persamaan reaksinya:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi kimia ditandai dengan adanya kejadian-kejadian fisis yaitu perubahan warna,
terbentuknya endapan, perubahan wujud zat dan perubahan suhu.
2. Faktor yang mempengaruhi perbandingan koefisien reaksi kimia yang terjadi pada
reaksi variasi kontinu adalah perubahan T dan jumlah molar pereaksi.
3. Perbandingan reaksi antara HCl dan NaOH yang diperoleh adalah sebesar 1:1.
4. Stoikiometri reaksi dapat diketahui dengan mengetahui titik puncak dari reaksi
(perbandingan mmol) pada zat yang direaksikan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. & Tupamahu.2001. Stoikiometri dan Energitika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Bresnick, Stephen. 2002. Institusi Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Petrucci, H. Ralph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Purwoko, Agus Abhi. 2006. Kimia Dasar I. Mataram: Mataram University Press.
Syukri.1999.Kimia Dasar I. Bandung: ITB.
32