PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang banyak dibicarakan oleh Al-Quran adalah masalah
masyarakat. Walaupun Al-Quran bukan kitab ilmiah, namun di dalamnya banyak sekali
dibicarakan tentang masyarakat. Ini disebabkan karena fungsi utamanya adalah mendorong
lahirnya perubahan-perubahan positif dalam masyarakat, atau istilah Al-Quran adalah
litukhrija al-nas min al-dzulumati ila al-nur. Q.S. Ibrahim/ 14:1 (mengeluarkan alasan yang
sama dapat dipahami ketika kitab suci ini memperkenalkan sekian banyak hokum-hukum
yang berkaitan dengan tegak runtuhnya suatu masyarakat. Bahkan tidak berlebihan jika AlQuran dikatakan merupakan buku pertama yang memperkenalkan hokum-hukum
kemasyarakatn. Hanya saja, ketika berbicara tentang masyarakat yang baik yang dicitacitakan Al-Quran maksudnya adalah suatu komunitas masyarakat muslim yang memenuhi
syarat-syarat sebagaimana dijelaskan Al-Quran yaitu untuk menjadi sebuah masyarakat
ideal.
Istilah masyarakat ideal, lebih dikenal dengan sebutan masyarakat madani, yakni
model masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi Muhammad selepas hijrah ke Madinah.
Dunia mengakuinya sebagai model masyarakat yang paling maju pada saat itu. Pola
masyarakat madani oleh orang barat disepadankandengan civil society yang dipandang
modern bagi mereka. Karakteristik masyarakat madani dulu (zaman Nabi Muhammad SAW)
dengan masyarakat Indonesia kini memiliki kesamaan dalam berbagai segi, terutama dari
asasnya, keragaman agama, suku, dan budayanya. Oleh karena itu pola pembangunan
masyarakat madani Indonesia di masa depan bisa bahkan sebaiknya menuju pada model
masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah SAW.
Supaya tercipta pemahaman yang menyeluruh tentang masyarakat madani, penulis
ingin membahas konsep masyarakat madani yang lebih kompleks mencakup pengertian,
karakteristik, dan perwujudan masyarakat madani serta posisi dan peran umat islam
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini secara khusus akan membahas permasalahan:
1.
2.
3.
4.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian masyarkat madani.
2. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat madani.
4. Untuk mengetahui peran umat islam Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani.
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
a. Mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
b. Dapat mengkaji materi mata kuliah pendidikan agama islam.
c. Mendapat kesempatan untuk tampil dalam mempertahankan pendapat atau gagasan.
2. Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat
a. Dapat lebih memahami konsep masyarakat madani.
b. Dapat menerapkan konsep masyarakat madani dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam
2
sejarah filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat islam juga dikenal istilah madinah
atau polis, yang berarti kota, yaitu masyarakat yang maju, berperadaban dan lebih
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Kata madani merupakan
penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang ditunjukkan oleh kondisi dan sistem
kehidupan yang berlaku di kota madinah. Kondisi dan sistem kehidupan out menjadi populer
dan dianggap ideal untuk menggambarkan masyarakat yang islami, sekalipun penduduknya
terdiri dari berbagai macam keyakinan. Mereka hidup rukun, saling membantu, taat hukum
dan menunjukkan kepercayaan penuh terhadap pimpinan. Al-Quran menjadi konstitusi
untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi di antara penduduk Madinah
(Suryana, 1996: 79).
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim
dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi
Muhammad.
Masyarakat
Madinah
dianggap
sebagai
legitimasi
historis
Ada dua masyarakat dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani,
yaitu (Sutianto, 2004: 119):
1. Masyarakat negeri Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman AS. Keadaan
masyarakat Saba yang dikisahkan dalam al-Quran itu mendiami negeri yang baik, subur,
dan nyaman. Di tempat itu terdapat kebun dengan tanaman yang subur, tesedia rizki yang
melimpah, terpenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan
masyarakat Saba untuk bersyukur kepada Allah yang telah menyediakan kebutuhan
hidup mereka. Tapi sayangnya, setelah beberapa waktu berlalu, penduduk negeri ini
kemudian ingkar (kafir) dan maksiat kepada Allah, sehingga mereka mengalami
kebinasaan. ( Qs. Saba:16).
Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan
Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr
2. Masyarakat kota Yastrib setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah
SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan
beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Madinah adalah nama kota di negara Arab
Saudi, sebagai nama baru kota Yastrib, tempat yang didiami oleh Rasulullah SAW sampai
akhir hayat beliau sesudah hijrah. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur
masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial,
menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai
pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan
kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.
2.2 Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan teknologi.
2. Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ).
3. Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ).
4. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka
dalam
menyampaikan
pendapat,
berserikat,
berkumpul,
serta
mempublikasikan
untuk
menerapkan
prinsip-prinsip demokrasi
sehingga
Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur
kehidupan sosial.
10. Partisipasi sosial, Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi
apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
11. Damai, artinya masing-masing kelompok masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihka lain secara adil.
12. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
5
13. Berperadaban tinggi, yaitu masyarakat tersebut memiliki kencintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengtahuan untuk memberikan kemudahan
dan meningkat harkat martabat manusia.
14. Berakhlak Mulia.
15. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan
hukum yang sama tanpa kecuali. Adapun yang masih menjadi kendala dalam
a.
c.
d.
Tingginya angkatan kerja yang belum teserap karena lapangan kerja yang terbatas.
e.
f.
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hakhak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingankepentingannya, dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi
kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa
udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari
poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di
negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada
beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai
civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidangbidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali,
al-Farabi, dan yang lain. Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan
zaman pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya:
1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
pendapatan dan
pendidikan.
2. Sebagai advokasi bagi masyarakat yang teraniaya, tidak berdaya membela hak-hak dan
kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh yang
digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain).
3. Sebagai kontrol terhadap negara.
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure group).
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara di
satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat sosialisasi
warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di
antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun
Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.
2.4.1
2.4.2
Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih
rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang
berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak
Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam
mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Quran
dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Potensi yang ada di dalam diri manusia juga sangat mendukung untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam
membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya,
apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni
melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi,
serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat
Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Diamond, Larry. 2003. Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Al Mawardi Prima.
Maarif, A. Syafii. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.
12
13