Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. KEPRIBADIAN
Kata kepribadian (personality) berasal dari bahasa Latin persona, yang awalnya
merujuk pada topeng teater yang digunakan oleh pemain drama kuno. Dalam berkehidupan,
seseorang sejak dini memiliki kecenderungan ataupun kebiasaan untuk menggunakan suatu
pola yang relatif serupa dalam menyikapi suatu masalah yang sedang dihadapinya yang
apabila diperhatikan lebih lanjut, cara ataupun metode penyelesaian itu tampak sebagai
sesuatu yang memiliki pola khusus dan dapat ditengarai sebagai ciri atau tanda dalam
mengenali seseorang tersebut. Fenomena inilah yang dikenal sebagai karakter atau
kepribadian (Puri et al., 2011; Millon et al., 2004).
1.

Definisi Kepribadian, Karakter, dan Temperamen


Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa sifatnya stabil
dan dapat diramalkan (Puri et al., 2011). Adapun Allport (dalam Sadock dan Sadock,
2012)

mendefinisikan kepribadian sebagai pengaturan dinamis dalam diri seorang

individu atas sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuiannya terhadap


lingkungan. Ia lebih lanjut mengembangkan definisi ini dengan menjelaskan bahwa
istilah pengaturan dinamis menegaskan bahwa kepribadian merupakan suatu sistem
yang teratur (unitas multipleks) yang secara konstan berkembang dan berubah.
Ungkapan dalam diri seorang individu berarti bahwa kepribadian adalah apa yang
berada di balik suatu tindakan spesifik seseorang. Istilah psikofisik mengingatkan
bahwa kepribadian bukanlah semata-mata bagian dari mental ataupun bagian dari neural,
tetapi merupakan kombinasi antara keduanya. Kata menentukan menunjukkan bahwa
sistem-sistem yang menyusun kepribadian akan menuntun kepada perilaku-perilaku
ekspresif dan adaptif. Ekspresi penyesuaian terhadap lingkungan memiliki maksud
yang signifikan baik secara fungsional maupun evolusioner bahwa kepribadian berperan
sebagai suatu cara mempertahankan diri, atau lebih umumnya disebut dengan adaptasi.

Kepribadian yang normal sendiri biasanya didefinisikan secara langsung dengan


yang menggunakan kriteria kesehatan ideal, secara tidak langsung sebagai lawan dari
kepribadian yang menyimpang atau yang paling sering secara statistik, dengan perilakuperilaku yang paling umum pada lingkungan yang ada (Sadock dan Sadock, 2012).
Istilah lain yang sering dibingungkan dengan kepribadian ialah karakter dan
temperamen. Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan
dan pengalaman hidup. Adapun temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau
konstitusional yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil
sesudah anak itu usia beberapa tahun (Puri et al., 2011).

2.

Struktur Kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran yaitu sadar, prasadar, dan tak
sadar. Pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain yakni id,
ego dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.
Tingkat kehidupan mental adalah sebagai berikut: (Alwisol, 2009)
a.

Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi,
perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).

b.

Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat
kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang
ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan pindah ke daerah prasadar.

c.

Tak Sadar (Unconscious)

Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan
menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus
Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu
adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives
yang dibawa dari lahir, dan pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa
anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
Sedangkan wilayah pikiran terdiri atas: (Alwisol, 2009; Suryabrata, 2012)
a.

Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek
psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan
beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah
sisadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari
struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu


berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure principle
diproses dengan dua cara:
1) Tindak Refleks (Reflex Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata
dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera
dapat dilakukan.
2) Proses Primer (Primary Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal

sesuatu

yang

dapat

mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus


kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan


khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak
mampu menilai atau membedakan benar-benar salah, tidak tahu moral. Alasan
inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego.
b.

Ego (Das Ich)


Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle), usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan
kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama. Pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana
yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan
dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego
yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.

c.

Superego (Das Ueber Ich)


Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip
kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan
seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda
dari ego dalam satu hal penting, superego tak punya kontak dengan dunia luar
sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience)
dan ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum,
suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku
yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak
dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan

atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan. Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,
menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru
dalam fikiran. Ada tiga fungsi superego, yaitu:
1) Mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik,
2) Merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat,
3) Mengejar kesempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai