Dabu-Dabu Gorontalo
Dago Inang Sarge Sumatera Utara
Dayung Palinggam Sumatera Barat
Dayung Sampan Banten
Dek Sangke Sumatera Selatan
Desaku Nusa Tenggara Timur
Dewa Ayu Bali
Dodoi Si Dodoi Jambi
Jali-Jali Jakarta
Jamuran Jawa Tengah
Janger Bali
4
5
Sajojo Papua
Sansaro Sumatera Barat
Sapu Nyere Pegat Simpai Jawa Barat
Saputangan Bapuncu Ampat Kalimantan Selatan
Sarinande Maluku
Saule Maluku
Say Selamat Masinegar Sumatera Utara
Sayang Kene Maluku
Selendang Mayang Jambi
Sengko-sengko Sumatera Utara
Seringgit Dua Kupang Sumatera Barat
Si Patokaan Sulawesi Utara
Sigulepong Sumatera Utara
Sinanggar Tulo Sumatera Utara
Sing Sing So Sumatera Utara
Sinom Yogyakarta
Sirih Kuning Jakarta
Sitara Tillo Sulawesi Utara
Soleram Riau
Sory Ya Katulla Sumatera Utara
Sudah Berlayar Maluku
Sungai Suci Bengkulu
Surilang Jakarta
Suwe Ora Jamu Yogyakarta
13
14
15
16
17
Umang-umang
Bengkulu)
Papua
Riau
Aeromodeling
Boling
Kriket
Anggar
Bridge
Layar
Sepak bola
Angkat besi
Bulu tangkis
Loncat indah
Sepak takraw
Atletik
Catur
Menembak
Sepatu roda
Balap motor
Dayung/Kayak
Menyelam
Senam
Balap mobil
Futsal
Parkour
Ski air
Balap sepeda
Golf
Panjat
dinding
Sofbol
Berkuda
Gulat
Tarung derajat
Polo
Binaraga
Taekwondo
Biliar
Hoki
(lapangan/ruanga
n/es)
Tenis
Bisbol
Tenis meja
Bola basket
Judo
Tinju
Bola voli
Karate
Vovinam
Wushu
Igo
Dayung/Kano
Kempo
Rekor
Polo air
Panahan
Paralayang
Petanque
Pilates
Renang
Rugbi
Olahraga tradisional
Bakiak
Benteng
Congklak/Dakon
Dagongan
Egrang
Galah Asin
Gasing
Langga
Karapan Sapi
Kelereng
Main Hadang
Manggurebe
Maunti
Pacu Jalur
Pathol
Pencak Silat
Perahu Naga
Perisaian
Patok Lele
Sampyong
Sebanting
Sepak takraw
Serimbang
Zawo-zawo
Geudeu-geudeu
Kecikan
Olahraga asli dari berbagai daerah di Indonesia, mungkin belum terkenal di tingkat nasional
namun cukup populer di daerah asalnya. Khazanah budaya bangsa yang sebaiknya tetap
diperhatikan dan di bina sebelum habis punah dilanda oleh arus globalisasi, terutama oleh
permainan era digital dengan menggunakan perangkat komputer.
Olahraga tradisional Indonesia
Tidak banyak jenis olahraga tradisional Indonesia yang muncul di permukaan. Beberapa
olahraga tradisional yang sudah diketahui secara umum adalah Pencak Silat, Egrang,
Bakiak/Terompah, Tarik Tambang, Balap Karung, Karapan Sapi, Kelereng, Gasing, dan
Sumpit. Sementara yang lain, seperti Benteng, Galah Asin, Benjang, Langga, Manggurebe,
Pacu Jalur, Pathol dan Zawo-Zawo, hanya dikenal oleh kalangan terbatas, terutama di daerah
tempat olahraga itu berasal.
Manfaat dari mengembangkan olahraga tradisional Indonesia adalah agar:[1]
1. Olahraga tersebut dapat terus diwariskan kepada generasi selanjutnya sebagai warisan
kekayaan budaya bangsa, jangan sampai hilang dan musnah. #olahraga tersebut
terdokumentasi dan tersosialisasikannya sehingga akan dikenal sebagai olahraga yang
berasal dari Indonesia. Hal tersebut menjadi semakin penting karena UNESCO
(Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu dan Budaya) mulai mendokumentasikan
kebudayaan seluruh negara di dunia sebagai warisan kebudayaan dunia (world
heritage).
2. Harapan bahwa beberapa olahraga tradisional Indonesia akan dipertandingkan di
ajang Olimpiade Internasional (Olympic Games).
Lompat Batu (Nias)
Menurut sejarahnya, dahulu suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi
dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa kemudian
membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi
lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang. Biasanya
sebelum melakukan tradisi lombat batu dibuka dengan tari-tarian perang khas Nias.
Kini tradisi lompat batu menjadi ritual dan simbol budaya masyarakat Nias. Pemuda Nias
yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik sehingga
dapat menikah. Atraksi hombo batu tidak hanya memberikan kebanggaan bagi seorang
pemuda Nias, tetapi juga untuk keluarga mereka. Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam
hombo batu akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor ternak.
Pencak silat
Nama Pencak dikenal di Jawa Timur dan Silat dikenal di Sumatera dan Kalimantan. Olahraga
bela diri ini dahulu digunakan untuk untuk menjaga diri dan digunakan di kerajaan-kerajaan
seperti Majapahit dan Sriwijaya. Pada zaman kerajaan-kerajaan di indonesia, Sriwijaya
terkenal akan silatnya karena mereka berhasil memperluas daerahnya sampai tanah Jawa.
Tarung derajat
Tarung Derajat adalah bela diri yang di ciptakan oleh Achmad. Ia mengembangkan teknik
melalui pengalamannya dari setiap pertarungan di jalanan pada tahun 1960-an di Bandung.
Tarung Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai
pelatihan dasar oleh TNI Angkatan Darat. Semboyan Tarung Derajat adalah: "Aku Ramah
Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk".
"BOX!" adalah salam persaudaraan di antara anggota Tarung Derajat. Tarung Derajat
menekankan pada agresivitas serangan dalam memukul dan menendang. Namun tidak
terbatas pada teknik itu saja, bantingan, kuncian, dan sapuan kaki juga termasuk dalam
metode pelatihannya. Tarung Derajat dijuluki sebagai "BOXER". Praktisi Tarung Derajat
disebut "Petarung".
Sejak 1990-an, Tarung Derajat telah disempurnakan untuk olahraga. Pada tahun 1998, Tarung
Derajat resmi menjadi anggota KONI. Sejak itu, Tarung Derajat memiliki tempat di Pekan
Olahraga Nasional, sebuah kompetisi multi-olahraga nasional diselenggarakan setiap 4
(empat) tahun. Tarung Derajat utama asosiasi kodrat (Keluarga Olahraga Tarung Derajat)
sekarang memiliki sub-organisasi di 22 provinsi di Indonesia.[2]
Manfaat olahraga
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh
menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif
dan efisien.