Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KINERJA SISTEM

ENERGI

Putri Vicky Hapsari


141734022
D4 konservasi energi

Pengolahan gas alam


Gas alam terdiri dari gas-gas hidrokarbon seperti metana, etana, propana, butana,
dan sejumlah kecil hidrokarbon yang lebih berat. Gas-gas lain seperti karbon
dioksida, hidrogen sulfida, nitrogen oksida, merkaptan, uap air dan beberapa jejak
senyawa organik dan anorganik juga hadir dalam gas alam. Pengolahan gas alam
diperlukan untuk mendapatkan spesifikasi gas alam sesuai dengan persyaratan
produk yang baku, melindungi peralatan pengolahan gas alam serta memastikan
gas buang dari
pengolahan gas alam tidak merusak lingkungan.

Proses Energi

Teknologi

Pengolahan
Gas Bumi
1. Pemisahan
Fasa Cair dari
Gas
2. Pemisahan
Gas Asam
3. Pemisahan
Air dari Gas
Alam
4. Pemisahan
Pengotor
Lainnya
5. Sulfur
Recovery

Dis
tila
si

Eks
tra
ksi
zat
Pad
at

Abs
Eks
Ali
orp
tra
ra
si
ksi
n
dan
Zat
Fl
Ads
Cai
ui
orp
r
da
si
3
4
5

Peng
ering
an

Pem
baka
ran

Kon
dens
asi

Pen
gua
pan

Piro
lisa
dan
Gas
ifika
si

10

v
v

1. Pemisahan fasa cair dan gas


Gas alam yang sudah terangkat ke dasar tanah terdiri dari campuran minyak, air,
gas dan bahan lainnya. Maka dari itu pada tahap ini dilakukan separasi gas alam
menggunakan separator. Separator adalah suatu tabung yang digunakan untuk
memisahkan minyak mentah yang masih berfase campuran minyak, gas dan air
menjadi fluida murni yang terpisah secara sendiri-sendiri. Proses pemisahan
minyak, gas dan air pun bermacam-macam mulai dari yang sederhana yang hanya
mengunakan baffles hingga ada juga yang kompleks. Metode yang digunakan
dalam memisahkan suatu fluida pada separator biasanya menggunakan empat
metode, yaitu:
Settling: Proses pemisahan fluida dengan cara mengendapkan mereka secara
natural berdasarkan perbedaan berat jenis (SG).
Electric: Proses pemisahan fluida dengan cara memberikan arus listik pada fluida
tersebut, sehingga emulsi-emulsi air dapat terkupul dan terpisahkan
2

Thermal: Proses pemisahan fluida dengan cara menaikan temperature fluida


tersebut, sehingga fraksi ringan yang terkandung dalam fluida tersebut akan
terpisahkan ketika di-uap-kan.
Chemical: Proses pemisahkan fluida dengan cara meng-injeksi-kan suatu bahan
kimia atau additive yang berupa de-emulsifier, sehingga emulsi-emulsi air dapat
terpisahkan.

Dalam proses pemisahan fasa gas alam, digunakan separator tiga fasa. Separator
tiga Fasa
Proses pemisahan yang memiliki campuran yang terdiri dari tiga jenis liquid.
Sebagai contoh, hasil pengeboran sumur minyak memiliki campuran antara tiga
jenis liquid yaitu air, crude oil dan gas alam. Maka akan digunakan pemisahan
dengan separator tiga fasa, dimana air akan berada pada bagian bawah, minyak
bumi pada bagian tengah dan gas pada bagian atas,sehingga proses pemisahan
campuran liquid tersebut lebih mudah untuk dilakukan.

2. Pemisahan gas asam

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon
dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida
dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa ditoleransi karena sifat
racunnya. Zat ini juga menyebabkan karat pada peralatan logam. Karbon dioksida
tidak diinginkan, karena zat ini akan mengurangi nilai panas gas dan akan memadat
pada tekanan tinggi dan temperatur rendah yang dipakai pada pengangkutan gas
alam. Untuk mendapatkan gas manis atau gas alam kering, maka gas-gas asam
harus diambil dan uap air dikurangi. pemurnian gas dengan pemisahan kandungan
CO2(Karbon Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan
agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan dengan
proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti
dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol. Proses ini dapat
mengurangi CO2 sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam.

Proses penyisihan gas asam atau acid gas removal, biasa disingkat AGR dalam
istilah Bahasa Inggris, dalam satu plant berfungsi untuk memisahkan gas asam
seperti H2S, CO2, dan sulphur organik. Proses AGR secara luas telah digunakan di
4

berbagai plant seperti plant pemrosesan gas alam dan plant gasifikasi. Diagram
proses dari AGR dapat dilihat di Gambar 1. Gas asam harus dipisahkan karena gas
produk (gas alam atau syngas ke konsumen atau proses selanjutnya) harus
memenuhi standard tertentu dari kandungan gas asam. Gas asam bersifat korosif
jika bersamaan dengan molekul air dan merupakan sumber utama problem
perbaikan di system perpipaan.

Unit AGR biasanya terletak di bagian akhir dari proses pemisahan komponen yang
tidak diinginkan dari gas alam ataupun syngas. Kerusakan di proses ini berakibat
pada penurunan kinerja di downstream dan/atau menjadi sumber polusi ketika gas
asam terpapar langsung ke lingkungan dan orang-orang di sekitar. BFD (block flow
diagram) umum dari unit AGR dapat dilihat di Gambar 2.

Proses AGR menggunakan solvent untuk menyerap gas asam. Ada beberapa tipe
solvent yang umum digunakan seperti yang ditunjukkan di Gambar 3 [1, 2].

Physical solvent menyerap gas asam tanpa terjadinya reaksi kimia. Gas asam lebih
terlarut dalam physical solvent dibandingkan dengan komponen lainnya di aliran
gas sehingga gas asam dapat terserap dengan mudah

Sementara itu, chemical solvent menyerap gas asam melalui reaksi kimia. Ada dua
subtipe chemical solvent berdasarkan reversibilitas reaksi, pertama adalah solvent
yang dapat menyerap dan melepaskan gas asam karena reaksi reversibel, kedua
adalah solvent yang hanya dapat menyerap gas asam tanpa dapat melepaskannya.
Di plant komersial, solvent subtype kedua hamper tidak pernah digunakan karena
mengakibatkan biaya operasional yang besar. Jika dibandingkan dengan physical
solvent, chemical solvent lebih efektif untuk gas asam dengan tekanan parsial
rendah

Gambar 4. Grafik kemampuan penyerapan solvent dan hubungannya dengan


tekanan parsial.
Perkembangan terakhir dari teknologi solvent adalah pencampuran physical solvent
dan chemical solvent atau lebih dikenal dengan mixed solvent. Ide awal dari
pencampuran ini adalah untuk menggabungkan kelebihan masing-masing solvent
sehingga dapat menangani gas dengan tekanan parsial rendah maupun tinggi

Dalam mendesain proses AGR, pemilihan solvent sangatlah vital karena hal itu akan
menentukan kecepatan penyerapan gas asam dan juga gas yang terserap. Selain
itu, hal tersebut juga penting ketika mendesain skema proses, termasuk skema
kontrol proses. Contohnya, kinerja solvent dan sifat-sifatnya dapat berdampak pada
lokasi inlet dari make-up solvent ke proses. Lokasi inlet dapat ditempatkan di bagian
bawah regenerator atau pada aliran lean solvent ke absorber. Dua pilihan ini dapat
memberikan skema kontrol proses yang berbeda.
Proses penghilangan zat-zat yang mengandung asam pada natural gas disebut
sebagai proses gas sweetening. Penghilangan H2S dari natural gas disertai dengan
penghilangan kandungan CO2 dan COS (jika ada). Hal ini dikarenakan CO2 dan COS
memiliki karakter asam yang sama dengan H2S. Gas sweetening terdiri dari dua
jenis, yakni adsorpsi pada padatan (dry process) dan absorpsi terhadap cairan (wet
process). Kedua proses adsorpsi dan absorpsi tersebut dapat dilakukan
secara physical ataupun chemical. Lebih lanjut lagi, proses-proses ini dapat
dikategorikan menjadi:
1. Proses non-regeneratif. Pada poses ini, material yang digunakan pada
proses treating gas tidak direcover kembali.
2. Proses regeneratif dengan recovery H2S. Proses-proses yang termasuk
regeneratif adalah proses absorpsi physical, proses sweetening dengan
amina, molecular sieve, dan lain-lain.
3. Proses regeneratif dengan recovery sulfur. Proses ini dilaksanakan untuk
mengurangi emisi sulfur.
Pada proses pemilihan teknologi/metode gas sweetening yang akan digunakan
terdapat berbagai konsiderasi, yang berasal dari internal dan eksternal. Dari
internal, faktor yang dipertimbangkan adalah kandungan dari natural gas,
sedangkan dari eksternal dipertimbangkan lingkungan, cost, dan lain-lain. Sebelum
melakukan seleksi terhadap prosesgas sweetening yang akan dipilih, berikut akan
dijelaskan mengenai teknologi gas sweetening.
Teknologi Gas Sweetening

A. Proses Absorpsi dengan Chemical Solvent


Proses gas sweetening secara chemical absorption dilakukan berdasarkan adanya
kontak antara gas yang akan di-treatment (feed gas) dengan larutan pengabsorpsi.
Gas asam di dalam feed gas merupakan asam lemah yang akan bereaksi dengan
alkanoalamina (produk alkalina) atau garam alkalina. Proses absorpsi kimia terjadi
di dalam kolom fraksionasi (absorber atau kontaktor) yang dilengkapi
dengan trays atau packings. Gas yang memiliki kandungan asam memasuki kolom
dari bagian bottom tray sementara larutan pengabsorpsi akan masuk dari
bagian top tray. Di dalam kolom tersebut, kemudian terjadi reaksi kimia antara
8

amina dengan feed gas sehingga larutan amina tersebut dapat mengabsorpsi gas
asam. Reaksi kimia tersebut terjadi secara eksotermis sehingga suhu gas akan naik.
Gas yang telah diproses kini menjadi sweet gas dan akan meninggalkan kolom dari
bagian top sedangkan larutan amina yang kini mengandung asam akan
meninggalkan kolom dari bagian bottom. Terdapat beberapa
pelarut chemical (larutan amina) yang dapat digunakan untuk proses gas
sweetening secara absorpsi, yaitu:
v Monoethanolamine (MEA)
v Diglycolamine (DGA)
v Diethanolamine (DEA)
v Diisopropanolamine (DIPA)
v Methyldiethanolamine (MDEA)

Monoethanolamine (MEA)

MEA dapat digunakan untuk penghilangan secara mendalam (ketika feed gas bebas
dari kandungan H2S ), penghilangan (ketika feed gas bebas dari kandungan CO2),
atau penghilangan H2S dan CO2 ketika feed gasmengandung kedua komponen
tersebut. MEA akan dengan mudah mereduksi hingga menjadi kurang dari 4 ppm.
Namun, larutan ini akan bereaksi dengan produk sulfur derivatif seperti karbonil
sulfida (COS) dan karbon disulfida (CS2) sehingga akan
diperlukan equipment tambahan untuk membersihkan larutan yang terbentuk dari
reaksi tersebut.
Penggunaan MEA akan memberikan selektivitas yang tinggi untuk absorpsi
kandungan asam pada gas. Namun, karena kereaktifannya yang tinggi
penggunaannya dapat menyebabkan korosi serta meningkatnyamaintenance
cost pada proses gas sweetening.

Diglycolamine (DGA)

DGA digunakan di dalam larutan pengabsorpsi dengan konsentrasi 50-65 wt %.


Semakin tinggi konsentrasi DGA yang digunakan, laju sirkulasi akan semakin rendah
jika dibandingkan dengan proses yang menggunakan MEA. DGA memiliki sifat yang
hampir sama dengan MEA, seperti kereaktifannya terhadap produk sulfur derivatif.
Selain itu, jika terdapat merkaptan pada feed gas, DGA hanya mampu
menghilangkan sebagian kecil dari merkaptan dan menyisakan bulk dari
kontaminan tersebut di dalam treated gas.

Diethanolamine (DEA)

DEA adalah amina sekunder. Proses gas sweetening menggunakan DEA mirip
dengan proses yang menggunakan MEA, kecuali pada ketidakbutuhan
akan reclaimer yang digunakan untuk membersihkan hasil reaksi antara MEA
9

dengan produk sulfur derivatif. DEA digunakan pada larutan dengan konentrasi 25 35 wt %. DEA kurang selektif untuk digunakan dalam penghilangan H2S dan
CO2 ketika kedua komponen tersebut terdapat di dalam feed gas. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, dibutuhkan DEA dengan konsentrasi yang cukup
tinggi. Namun, untuk menghilangkan merkaptan, DEA mampu menghilangkan 10
hingga 60%. Salah satu kekurangan lainnya dari DEA adalah harganya yang relatif
mahal.

Diisopropanolamine (DIPA)

DIPA juga merupakan amina sekunder. DIPA digunakan pada larutan pengabsorpsi
sebanyak 30 40 wt %. DIPA termasuk amina yang selektif untuk menghilangkan
H2S ketika H2S dan CO2 terkandung di dalam feed gas.

Methyldiethanolamine (MDEA)

MDEA merupakan amina tersier. MDEA memiliki selektivitas yang baik untuk
menghilangkan H2S ketika H2S dan CO2 terkandung di dalam feed gas. MDEA
cukup disarankan untuk digunakan, karena mampu memisahkan kandungan asam
di dalam gas alam dengan baik.

B. Proses Absorpsi secara Physical


Proses absorpsi fisikal bergantung pada kontak secara fisik antara gas yang akan ditreatment dengan zat pelarut. Proses ini sangat bergantung pada tekanan feed
gas atau tekanan parsial dari gas asam di dalam feed gas. Pelarut yang digunakan
untuk proses ini harus memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Adapun beberapa
kondisi yang harus terpenuhi untuk proses ini adalah sebagai berikut.
v Tekanan uap rendah pada suhu operasi untuk meminimalisir solvent losses
v Kelarutan komponen gas hidrokarbon yang rendah
v Tidak terjadi degradasi pada kondisi operasi normal
v Tidak terjadi reaksi kimia antara pelarut dengan komponen apapun di dalam feed
gas
v Tidak terjadi korosi
Efisiensi dari physical absorption akan meningkat ketika tekanan operasi meningkat
dan begitu pula sebaliknya. Proses ini biasanya dilakukan ketika suhu operasi
rendah. Terkadang, mesin cycle refrigeran eksternal diperlukan untuk proses ini.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa proses physical absorption.

Fluor Solvent

Proses ini menggunakan polypropylene carbonate. Proses ini biasa digunakan untuk
menghilangkan kandungan pada tekanan stream gas yang tinggi.
10

Selexol

Proses ini digunakan untuk menghilangkan kandungan H2S, CO2, COS, dan
merkaptan dari gas alam. Proses ini memiliki potensi yang baik untuk penghilangan
merkaptan dari gas alam karena hasilnya akan lebih efisien daripada penggunaan
alkanoamina yang klasik.

Purisol/Rectisol

Proses Rectisol menggunakan pelart terefrigerasi dari metanol dan


proses Purisol menggunakan pelarut N-methyl-2-Pyrrolidone. Proses Purisol
mempunyai potensi yang tinggi dan memiliki potensi untuk diterapkan pada
lapangan gas alam.

C. Absorpsi Physical-Chemical
Prinsip dari proses ini adalah mengkombinasikan potensi absorpsi yang tinggi dari
alkanolamina (chemical absorption) dengan regenerasi energi yang rendah dari
pelarut physical (physical solvent).

Sulfinol Process

Proses sulfinol berdasarkan pada penggunaan larutan campuran alkanolamina (DIPA


atau MDEA) dan sulfolan (tetra hydrothiophene dioxide). Jika menggunakan DIPA,
proses ini akan disebut sebagai SULFINOL-D sedangkan jika menggunakan MDEA
proses ini akan disebut SULFINOL-M. SULFINOL-D adalah proses dengan campuran
45 wt % DIPA, 40 wt % sulfolane, dan 15 wt % air. Proses ini mengkombinasikan
efek absorpsi kimia dari amina dan efek absorpsi fisik dari sulfolane. Penggunaan
sulfinol untuk gas sweetening sangat efektif untuk memisahkan H2S, CO2, COS,
CS2 , dan merkaptan.

Proses Hybrisol

Konsep dari proses hybrisol adalah mengkombinasikan unit penghilangan gas asam
dengan menggunakan MDEA dalam larutan metanol dengan proses pendingan
untuk recovery LPG. Dalam proses penghilangan gas asam, gas tersaturasi di dalam
metanol sehingga membantu terjadinya penghambatan hibrida di dalam proses
pendinginan dan proses pendingan tersebut mampu me-recover metanol dengan
mengkondensasinya.

11

Gambar X Proses Kombinasi Penghilangan Gas Asam dengan Proses Pendinginan


LPG
(Sumber: Oil and Gas Processing Plant Design and Operation Training Course, 2002)

Gambar Y Proses Penghilangan Gas Asam dengan MDEA pada Larutan Metanol
(Sumber: Oil and Gas Processing Plant Design and Operation Training Course, 2002)
Proses ini dapat meminimalisir resirkulasi pelarut pada kandungan gas asam yang
tinggi dengan kombinasi absorpsi kimia dan fisika yang dilakukan. Hasilnya akan
sangat signifikan jika dilakukan pada tekanan parsial yang tinggi. Selain itu, proses
ini juga baik untuk menghilangkan kandungan merkaptan pada gas alam.

D. Adsorpsi Fisik (Physical Adsorption)


Proses adsorpsi fisika yang akan dibahas adalah proses molecular sieves. Proses ini
tidak sesuai untuk digunakan ketika gas alam mengandung gas asam dalam jumlah
yang tinggi. Proses ini dapat dipertimbangkan jika jumlah asam yang akan
dihilangkan (baik maupun ) terdapat dalam jumlah kecil (dalam ppm). Proses ini
juga dapat dipertimbangkan untuk digunakan untuk treatment gas di
12

bidang downstream untuk menghilangkan kandungan sulfur dari feed


gas (contohnya merkaptan yang memiliki unsur sulfur).

E. Fraksinasi Kriogenik

Proses Ryan/Holmes

Proses fraksinasi kriogenik merupakan proses penghilangan kandungan dari gas


alam. Pada proses ini, gas alam disyaratkan mengandung H2S, dan penghilangan
H2S sendiri dilakukan pada bagian upstream fraksinasi kriogenik. Fraksinasi
kriogenik sendiri tidak menghilangkan H2S dari gas alam.
Proses Ryan/Holmes melibatkan penggunaan zat aditif yang biasa terdapat di dalam
gas alam. Aditif tersebut berguna untuk menurunkan titik beku dari CO2 . Proses ini
menggunakan Natural Gas Liquid (NGL) yang terekstraksi dari aliran feed-nya
sendiri. Terdapat dua prinsip pemisahan yang digunakan dalam proses ini, yaitu:
a.

Pemisahan metana dari CO2 .

Proses ini menggunakan aliran NGL untuk mencegah tercapainya titik beku
sehingga tidak membeku dan metana dapat dipisahkann. Proses ini terjadi di dalam
Ryan/Holmes demethanizer.
b.

Pemisahan dari etana plus (C2+).

Pemisahan ini menggunakan aliran NGL untuk memecah azeotrop /etana.

Proses Sprex

Proses ini digunakan pada gas alam yang sangat sour dengan kandungan 40% H2S.
Proses ini dapat diterapkan pada kolom distilasi dengan memastikan reflux terjadi
pada suhu -30 C dengan menggunakan unit refrigeran dan boiler. Campuran
H2S/CO2 akan terproduksi pada bagian bawah kolom dalam fasa cair. Produk ini
dapat dipompakan dengan tekanan tinggi untuk injeksi pada sumur. Gas yang
keluar pada bagian atas kolom akan membawa sisa kandungan 10% H2S dan
selanjutnya dapat dialihkan untuk proses penghilangan asam klasik dengan
menggunakan MDEA.

3. Pemisahan air dari gas alam

13

Gas yang keluar melalu outlet separator ternyata masih belum sepenuhnya bersih,
untuk mengeringkan dan membersihkan gas tersebut maka diperlukan alat yaitu
gas dehydrator. Gas dehydrator sendiri berfungsi memisahkan gas dan fluida
lainnya dengan sejenis bahan kimia yang bernama glycol yang berwujud cair atau
menggunakan desiccant yang berwujud padat.

Gas alam dan kondensat sering diproduksi dari reservoir jenuh (dalam
kesetimbangan) dengan liquid/air. Selain itu, gas dan kondensat juga mengandung
CO2 dan H2S yang perlu dihilangkan. Dehidrasi adalah proses yang digunakan
untuk menghilangkan air dari gas alam dan gas alam cair (NGLs), dan diperlukan
untuk:
mencegah pembentukan hidrat dan kondensasi bebas uap air di fasilitas
pengolahan dan transportasi,
memenuhi spesifikasi kadar air, dan
mencegah korosi
Teknik untuk dehidrasi gas alam, gas kondesat dan NGLs meliputi:

14

Penyerapan menggunakan desiccants cair,


Adsorpsi menggunakan desiccants padat,
Dehidrasi dengan CaCl2,
Salah satu metode dehidrasi adalah dengan menggunakan teknik TEG DHU dengan
menggunakan cairan glikol yang sering digunakan adalah TEG (Triethylene Glycol).
Adapun prosesnya sebagai berikut :
Feed gas mengalir pertama ke Contactor Equipment yang menggabungkan
kemasan terstruktur dan eliminator kabut. The TEG ramping mengalir dari bagian
atas kolom dan kontak secara kontra-saat ini dengan pakan gas, menyerap air dari
gas alam naik ke tingkat yang diinginkan. Gas kering kemudian mengalir ke bagian
atas dari contactor mana melewati kabut eliminator mana setiap glikol entrained
dihapus, dan kemudian mengalir ke pipa ekspor gas.
Contactor dilengkapi dengan perangkat skimmer manual untuk menghilangkan
hidrokarbon dari glycol yang kaya akan uap air. Glycol kaya air ini kemudian
dipindahkan dari dasar contactor yang dikontrol melaluiLevel Control dan dialirkan
ke pipa gas penjualan.
Rich TEG dipanaskan awal dengan menggunakan Reflux CondenserTEG sebelum
memasuki TEG Flash Drum di mana kandungan air dan gas dipisahkan yang
dikontrol dengan Level Control. Rich glycol kemudian lewat bagian
bawah Flash Drum menuju TEG Particulate Filter (biasanya terdiri dari 2 unit x
100% terhubung secara paralel) di mana partikel padat dihilangkan.
Aliran Rich TEG kemudian melewati TEG Carbon Filter yang telah diberi tabung
karbon untuk menghilangkan kotoran seperti hidrokarbon dan TEG terdegradasi.
Rich TEG dari filter kemudian mengalir ke Lean/Rich TEG Heat Exchanger di mana
terjadi pemansan awal oleh panas dari TEG yang tersirkulasi sebelum
memasuki Still Column di mana terjadi proses distilasi (penyulingan). Kemudian uap
keluar melewati atas bagian dari Still Column, sementara kandungan air turun ke
reboiler, dimana kandungan air tersebut akan diuapkan.
TEG dari reboiler melewati suatu Gas Stripping Column dimana Lean TEG diproses
lebih lanjut untuk mencapai kemurnian TEG yang diinginkan dengan
menggunakan dry gas. Lean TEG kemudian masuk ke Lean/Rich TEG Heat
Exchanger dimana TEG mengalamai proses pendinginan. Lean TEG kemudian
masuk ke Surge Drum yang bertindak sebagai tangki penyuplai untuk pompa. Lean
TEG kemudian dipompa melalui Lean Glycol Cooler dan kembali
ke Contactor . Lean GlycolCooler mendinginkan glikol sehingga temperaturnya lebih
rendah daripada Feed Gas, agar bisa mengurangi kondensasi pada hidrokarbon.

4. Pemisahan pengotor lainnya


15

Kehadiran Merkuri pada gas alam umpan dapat mengakibatkan terjadinya korosi
pada pipa Alumunium yang dipasang dalam plate Exchanger (PE) sebagai sarana
transfer panas dalam proses pencairan, dimana melarutnya Aluminium dalam
merkuri cair membentuk Amalgam yang dapat mengakibatkan mengurangi
kekuatan dari tube-tube tersebut sehingga menyebabkan kebocoran.
Proses pembersihan kandungan Merkuri dari Gas alam umpan yang popular dan
banyak dilakukan dengan proses adsorpsi kimia yaitu menggunakan adsorbent
carbon active yang diperkaya dengan Sulphur 12 % (Sulphur Impregnated Activated
Carbon), mercuri akan diserap oleh adsorben dan berekasi dengan sulphur HgS
(Merkuri Sulfida).
Hg + S HgS
Kadar Merkuri yang disyaratkan di dalam gas alam umpan setelah melalui proses ini
adalah 0.1 ppb maksimum. Karena proses ini adsoprsi kimia, maka adsorben
sangat sulit diregenerasi sehingga umumnya adsorben memerlukan penggantian
total dengan yang baru bila telah jenuh dan melalui Filter after Dryer, gas alam
umpan yang telah dikeringkan, kemudian disalurkan ke Merkuri Removal dari bagian
atas tower untuk diserap merkurinya, keluar dari bagian bawah tower dan dialirkan
ke filter after Dryer after Dryer untuk menyaring debu-debu yang terbawa oleh gas
alam, selanjutnya gas alam dikirim ke Unit Pencairan ( Liquefaction)

5. Sulfur recovery

Penghilangan H 2S dari gas alam yang berikutnya akan diubah menjadi sulfur
biasanya menggunakan metode Amine dan metode Claus.
SRU plant merupakan proses claus yang mampu mengkonversikan H2S di dalam
gas asam menjadi elemen sulfur dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi dan
bantuan reaktor berkatalis. Sulfur cair (molten) didapat dengan mengondensasikan
hingga titik embun pada temperature 120-180oC dan ditampung di sulfur pit Z2801. Sulfur cair ini dikirim ke pelletizing unit (Unit 59) untuk diolah menjadi
butiran-butiran sulfur sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomis sebanyak
300 mt/hari. Sulfur plant ini mampu mengonversikan hingga 98% gas asam. H2S
yang tersisa sekitar 0.7% diserap kembali di tail gas unit dan di recycle kembali ke
SRU unit. Sekitar 400 ppm H2S yang tidak bisa diserap di tail gas unit dikirim ke
thermal oxidizer untuk dioksidasi menjadi SO2 kemudian dibuang ke atmosfir, yang
ditunjukkan sebagai emisi sekitar 500 ppm. Agar feed gas dapat ditingkatkan dari
offshore, maka eksesnya gas asam ke SRU unit juga bertambah, maka dibutuhkan
oxygen plant untuk mendapatkan O2 murni sebagai media pembakaran di dapur
reaksi.

16

Manfaat dari SRU plant dapat menciptakan industri yang berwawasan lingkungan
sehingga PT. Arun NGL Co. bisa melanjutkan usahanya untuk mengolah gas alam
yang mengandung H2S tinggi untuk menambah produksi NGL disamping produk
butiran-butiran sulfur yang mempunyai nilai ekonomis.
Tabel Komposisi sour gas dan treated gas

Sour Feed Gas

Treated Gas

Ke Kilang NSO Plant

Ke LNG Train

C6+

0,102

0,051

N2

0,98

1,128

C1

60,503

69,304

CO2

33,448

25,316

C2

2,491

2,780

H2S

1,455

0,0423

C3

0,629

0,679

i-C4

0,150

0,162

n-C4

0,153

0,166

i-C5

0,052

0,057

n-C5

0,033

0,03

TOTAL

100,00

99,700

HHV

100,00 BTU / SCF

783,1 BTU / SCF

Komponen (% mol)

2.2 Tugas Unit 28


Mengubah H2S yang terdapat dalam acid gas menjadi sulfur cair (molten).
Mengirim sulfur molten ke unit pelletizing.
Mengirim sisa element sulfur ke tail gas unit.
Memproduksi steam tekanan tinggi 42 kg/cm2.

SRU mampu mengkonversi H2S menjadi sulfur cair mencapai 98 %.

17

H2S inlet SRU

H2S outlet SRU

24.673%

0.85%

Proses sulfur recovery disebut juga proses claus yang ditemukan oleh Carel Fredik
Claus, seorang ahli kimia berkebangsaan inggris dan dipatenkan pada tahun 1883.
Sekitar tahun 1930 dilakukan penambahan dapur reaksi.
SRU berfungsi untuk mengubah H2S dalam aliran acid gas daritreating unit menjadi
sulfur dengan pembakaran gas buangan dengan memakai proses claus. Proses
yang didasari reaksi katalitik dengan menggunakan katalis titanium dioksida dan
aktif alumina. Reaksi ini terdiri dari satu reaction furnace dan tiga converter serta
fasilitas lainnya. Uraian garis besar SRU adalah:
1.
Acid gas dari treating unit dengan CO2 72% dan H2S 24% bersama dengan
gas yang direcycle dari tail gas unit dimasukkan ke dalam reaction furnace.
Didalamnya juga dimasukkan udara untuk menyediakan O2 yang dibutuhkan.
Didalam reaction furnace, konversi H2S menjadi sulfur sekitar 40%.
2.
Gas yang keluar dari reaction furnace dan mengandung sulfur pada fasa gas
didinginkan di sulfur condenser I lalu menjadi sulfur cair (molten) dan dikirim
ke sufur pit. Sisa gas yang tidak terkonversi dipanaskan lagi di inlet heater dan
kemudian masuk ke reactor I. Disini konversi terjadi dengan bantuan katalistitanium
dioksida dan active alumina. Konversi yang didapat mencapai 35%.
3.
Gas yang keluar dari reactor I mengandung sulfur dalam fasa gas dan di
dinginkan di sulfur condenser II dan dikirim ke sulfur pit. Sisa gas tidak terkonversi
dipanaskan kembali di reheater I sebelum memasuki reactor II. Di reactor II, katalis
yang digunakan tetap sama dan konversinya mencapai 20%.
4.
Gas yang keluar dari reactor II didinginkan didalam sulfur condenser III. Sisa
gas tidak terkonversi dipanaskan kembali direheater II dan dikirim ke reactor III
untuk mengkonversi gas H2S menggunakan katalis titanium dioksida. Hsil konversi
ini sekitar 5%.
5.
Gas yang keluar dari reactor III didinginkan kembali menjadi sulfur cair
dengan sulfur condenser IV. Gas tidak terkonversi selanjutnya dialirkan ke tail gas
unit.
Konversi akhir yang dicapai pada proses diatas mencapai sekitar 96%. Hasil yang
diperoleh dari pendinginan sulfur gas menjadi sulfur cair (molten) dikirim sulfur
pit dan selanjutnya dikirim ke unit pelletizing.

18

Anda mungkin juga menyukai