Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MOLA HIDATIDOSA

Oleh :
Isti Kartika ( P1337424414006 )
Noviarti Putri Yuliantono ( P1337424414010 )
Rosdiana N. B. Toyo ( P1337424414018 )
Diana Agustus ( P1337424414004 )

DIV KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKEST KEMENKES
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Setiap kehamilan yang terjadi pada seorang calon ibu merupakan
tanda kehadiran sang buah hati yang sedang bertumbuh di dalam rahim.
Namun tak semua kehamilan dapat berlangsung sukses. Pada keadaaan
tertentu buah kehamilan ada yang mengalami gangguan dalam proses
pertumbuhan dan akhirnya gugur. Kehamilan dengan (vili korionik)
abnormal yang menggantung seperti anggur disebut dengan istilah mola
hidatidosa. (Eny, 2009).
Mola hidatidosadiyakini sebagai penyebab aborsi paling spontan
pada trimester pertama. Nyeri tekan pada ovarium dan ovarium kerap
membesar

kejadian

itu

sering

terjadi

pada

penderita

mola

hidatidosa.Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi


pada 12 minggu kehamilan. Mungkin terus menerus atau (intermiten),
biasanya bewarna kecoklatan, dan tidak banyak seperti wanita yang
sedang menstruasi. (Morgan, 2009).
Mola hidatidosamerupakansalah satu penyakit trofoblas. Adalah
suatukehamilan yang berkembeng tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin danhampir seluruh vilikorialis mengalami perubahan hidropik
menjadi massa gelembung-gelembungbening. Dalamhal demikian disebut
mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila perubahan molahanya
fokal dan tidak berlanjut disertai janin atau bagian dari janin
disebutMolaparsialis

atau

Partial

mole.Secara

makroskopik,

mola

hidatidosamudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih,


tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari
beberapa millimeter sampai satu atau dua sentimeter. Gambaran
histopatologik yang khas dari mola adalah: edema, stroma vili, tidak ada

pembuluh darah pada vili dan proliferasi sel-sel epiteltrofoblas, sedangkan


gambaran sitogenik-nya pada umumnya dapat berupa X 46.
Mola parsial secara makroskopikberupa gelembung mola yang
disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan
pertama tapi adapula yang hidup sampai cukup besar dan aterm. Pada
pemeriksaan histopatologiktampak di beberapatempatvili yangedema
dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi,sedangkan di
tempatyang lain masih nampak vili yangnormal.Molahidatidosa yang khas
merupakan

massa

besar

dari

vili

khorionik

yang

mengalami

pembengkakan. Kadang-kadangmengalami dilatasikistik yang dilapisi oleh


epitel korion dalam jumlah yang berbeda-beda dari jinak sampai yang
atipik. Akhir-akhir ini mola dibagi dalam 2 subtipe yang berbeda yaitu
mola

hidatidosa

komplet

dan

mola

hidatidosa

parsial.

Molahidatidosakomplet, tidak pernahmengandungjanin, umbilicus atau


selaput amnion. Semua jonjot korion dalam bentuk abnormal dan sel epitel
korion biasanya memiliki kariotip 46 XX. Mola hidatidosa parsial,
mengandung janin, umbilicus, dan selaput amnion, memilikijonjot
korionyang normaldan hampirselalu tripoid.
2.

3.

Rumusan masalah
1) Pengertian Mola Hidatidosa
2) Etilogi dan Patofisiologis terjadinya mola hidatidisa
3) Klasifikasi Mola Hidatidosa
4) Diagnosis dan gejala klinis mola hidatidosa
5) Prognosis yang timbul dari mola hidatidosa
6) Komplikasi dari mola hidatidosa
7) Panatalaksanaan mola hidatidosa
8) Pemeriksaan diagnostik dan diagnosis banding mola hidatosida
Tujuan Penulis
1) Untuk mengetahui pengertian mola hidatidosa
2) Untuk mengetahui etilogi dan patofisiologi terjadinya mola hidatidosa
3) Untuk mengetahui klasifikasi dari mola hidatidosa
4) Untuk mengetahui diagnosis dan gejala klinis mola hidatidosa
5) Untuk mengetahui prognosis yang timbul dari mola hidatidosa
6) Untuk mengetahi komplikasi dari mola hidatidosa
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa
8) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan diagnosis banding mola
hidatidosa.

4.

Manfaat Penulisan
1) Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca
2) Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Kegawatdaruratan

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian Mola Hidatidosa


Mola hidatidosa adalah suatu tumor plasenta yang terjadi saat
perkembangan embrionik, berasal dari sel trofoblas yang bekembang dalam

plasenta. Mola diyakini sebagai penyebab aborsi paling spontan pada trimester
pertama (Morgan, 2009)
Mola hidatidosaadalah perubahan pertumbuhan embrionik dini, yang
menyebabkan gangguan pada plasenta, proliferesisel-sel abnormal yang cepat
dan penghancuran embrio (Williams, 2004)
Mola hidatidosaadalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang
lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum
uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Saifuddin,
2006).
2.

Etilogi dan Patofisiologis Terjadinya Mola Hidatidosa


Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, banyak faktoryang
dapatmenyebabkan antara lain :
1) Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2) Umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun.
3) Imunoselektif dari trofoblas.
4) Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta
diet rendah protein.
5) Paritas tinggi
6) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
Sedangkan patofisiologi dari Mola Hidatidosa terdiri dari beberapa
teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas
1) Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5minggu (missed abortion),
karena itu terjadi gangguan peredaran darahsehingga terjadi penimbunan
cairandalam

jaringan

mesenkim

terbentukgelembung-gelembung.

dari

vilidan

akhirnya

2) Teori neoplasma dari Park


Dikatakan

yang

abnormal

adalah

sel-sel

trofoblas,

yang

mempunyai fungsi abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsicairan yang


berlebihankedalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype
46XX lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi
haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69
kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal
(tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnyareduplikasi
paternal dari 1 sperma atau fertilisasidisperma).
3.

Kalsifikasi Dari Mola Hidatidosa


Ada 2 jenis mola hidatosa antara lain :
1) Mola Komplit
Yaitu kehamilan mola tanpa ada janin. Pada pebesaran kandungan
dijumpai pembesaran rahim tetapi tidak terba bagian-bagian janin. Hal ini
disebabkan 1 sperma membuahi sel telur dengan gen yang sudah aktif,
kemudian kromosom paternal berkembang menjadi kromosom 46 XX atau
46 XY yang sepenuhnya merupakan kromosom ayah, sehingga didapati
perkembangan plasenta tanpa adanya janin.

2) Mola Parsialis
Terdapat perkembangan abnormal dari plasenta tetapi masih didapati janin.
Kehamilan mola parsialis biasanya disebabkan karena 2 sprema membuahi
1 sel telur. Hal ini enyebabkan terjadinya kehailan triploidi ( 69 XXX atau
69 XXY ), sehingga terjadi perkembangan plasenta yang abnormal juga
disertai perkembangan janin yang abnormal pula. Janin pada kehamilan
mola parsialis biasanya juga meninggal didalam rahim karena memiliki
kelainan kromosom dan kelainan kongenital seperti bibir sumbing dan
syndactily. Sealain itu mola parsialis juga dapat disebabkan adanya

pembuahan sel telur yang haploid oleh sprema diploid 46 XY yang belum
tereduksi/
4.

Diagnosis dan Gejala Klinis Mola Hidatosa


Pada permulaannya gejala molahidatidosa tidak seberapa berbeda
dengan kehamilan biasa, yaitu enek, muntah,pusing dan lain-lain, hanya satu
derajat keluhannya seringlebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat,
sehingga biasanya besar uterus lebih besar dariumur kehamilan.
Perdarahan merupakan gejalautamamola, biasanya keluhan perdarahan
inilah yang menyebabkan mereka datangkerumah sakit. Gejala perdarahan ini
biasanyaterjadi pada bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14
minggu. Sifat perdarahan biasa intermitten,sedikit-sedikit, atau sekaligus
banyak, sehingga menyebabkan syok dan kematian.Karena perdarahan ini
maka umumnya pasien mola masuk dengan keadaan anemia.
Adanya

mola

hidatidosa

harus

dicurigai

bila

ada

wanita

denganamenorea,perdarahan pervaginaan atau keluarnya vesikel mola dari


vagina,uterusyang lebihbesar dariusiakehamilan dan tidak ditemukannya
tandakehamilan pasti,seperti tidak terabanya bagian-bagian janin juga gerakan
janin dan ballotemen serta tidakterdengarnya bunyi jantung janin. Untuk
memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam darah atau urine. PeninggianHCG terutama
setelah hari ke 100, biopsy transplasental. Bila belum jelas dapat
dilakukanpemeriksaan dengan sondase uterus yang diputar. Diagnosis pasti
dari mola hidatidosabiasanya dapat dibuat dengan ultrasonografidengan
menunjukkan gambaran yang khas berupa vesikel-vesikel (gelembungmola)
dalam kavum uteri atau badai salju (snowflake pattern).Secara singkat
gambaran diagnostic klinik mola hidatidosa adalah:
1)
2)
3)
4)

Amenore dan tanda-tanda kehamilan


Mual dan muntah
Peningkatan tajam kadar
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) karena proliferasi cepat sel
placenta, yang mengekskresikan HCG.

5) Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada 12
minggu kehamilan. Mungkin terus-menerus atau intermiten, biasanya
berwarna kecoklatan, dan tidak banyak.
6) Uterus kerap bertambah besar dari usia kehamilan karena pertumbuhan
mola yang cepat (terjadi kurang lebih pada sepertiga kasus).
7) Sesak napas.
8) Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar (techa lutein cysts).
9) Tidak ada bunyi denyut jantung janin.
10) Tidak ada aktivitas janin.
11) Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin.
12) Hipertensi akibat kehamilan, pre-eklamsi atau eklamsi sebelum usia
kehamilan 24 minggu.
13) Anemik sekunder akibat kehilangan darah dan/atau nutrisi yang buruk
karena hiperemesis
(Morgan, 2009; Yulianti, 2005; Murkoff, 2005)
5.

Prognosis Yang Timbul Dari Mola Hidatidosa


Kematian pada mola hidatidosa dapat disebabkan karena
perdarahan, infeksi, eklampsia, payah jantung atau tirotoksikosis. Di
negara maju hampi tidak ada lagi, namun di Negara berkembang masih
cukup tinggi antara 2% sampai 5%. Sebagian wanita akan sehat
kembalisetelah jaringan dikeluarkan tetapi ada sekelompok wanita
yangkemudian menderita degenerasikeganasanmenjadi koriokarsinoma.
Proses degenerasiganas dapat berlangsung antara tujuh hari sampai tiga
tahun denganterbanyak dalam waktu enam bulan.

6.

Kompliksa Dari Mola Hidatidosa


1) Perdarahan hebat sampai syok
2) Pendarahan yang berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
3) Perforasi uterus
4) Keganasan (PTG)
5) Infeksi sekunder

7.

Penatalaksanaan Mola Hidaridosa


Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu: perbaiki keadaan
umum, pengeluaran jaringan mola, terapiprofilaksis dengan sitostatika,
pemeriksaan tindak lanjut (follow up).

1) Perbaikan keadaan umum.


Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse
darah bila anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsiadan
hiperemis

gravidarum

diobati

sesuaidengan

protocol

penanganannya.Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosisdi konsul


ke bagian penyakit dalam.
2) Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu kuretase dan Histerektomi.
Kuretase :
a) Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan

selesai

(pemeriksaandarah rutin, kadar -hCG, serta foto thoraks)


kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam
kemudian.
c) Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan
pemasangan infus dengan tetesan oxytocin 10 UI dalam
500 cc Dextrose 5%/.
d) Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval
minimal 1 minggu.
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
Histerektomi yaitu tindakan ini dilakukan pada wanita yang
telah cukup (> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3) Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi profilaksis pada pasien pasca
evaluasi mola hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa
hasil

penelitian

menyebutkan

bahwa

kemungkinan

terjadi

neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapatkan


metotreksat sekitar 14%, sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola
hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan
pemberian kemoterai untuk tujuan trapi definitive memberikan
keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis
diberikan apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi
adalah: Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari.

4) Pemeriksaan tindak lanjut


a) Lama pengawasan berkisar satusampai dua tahun.
b) Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai
kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma dan
pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita
datang kontrol.
c) Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai
ditemukan kadar -hCG normal tiga kali berturut-turut.
d) Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai
kadar -hCG normal selama 6 kali berturut-turut.
e) Bila tersjadi remisi spontan (kadar -hCG, pemeriksaan
fisis, dan foto thoraks setelah saru tahun semuanya normal)
maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan
kontrasepsi dan hamil lagi.
f) Bila selama masa observasi kadar -hCG tetap atau bahkan
meningkat atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks
ditemukan

adanya

metastase

maka

penderita

harus

dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.


8.

Pemeriksaan Diagnostik dan Diagnosis Banding Mola Hidatidosa


Untuk mendiagnosis mola hidatidosadapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang :
1)
2)
3)
4)

Foto thoraks
Pemeriksaan HCG urine atau darah
USG
Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan

dapat diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.


5) Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
Sedangkan untuk diagnosa banding -hCG Terdapat beberapa
penyakit yang dapat didiagnosis banding dengan mola hidatidosa, antara
lain :
1) Kehamilan multiple
2) Hidramnion
3) Abortus

4) Mioma uteri

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS TRIMESTER I
PADA NY. S USIA 21 TAHUN G1 P0A0 AMENORHEA 8 MINGGU
Contoh Kasus pada Mola Hidatidosa
Tanggal Pengkajian

: 17 April 2013

Jam

: 14.00 WIB

I.
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Istri/Suami
Nama

Ny. S

Nama Suami

Tn. T

Umur

21 tahun

Umur

30 tahun

Suku/Bangsa :

Jawa/Indonesia

Suku/Bangsa :

Sunda/Indonesia

Agama

Islam

Agama

Islam

Pendidikan

SD

Pendidikan

SD

Pekerjaan

IRT

Pekerjaan

Buruh

Alamat

Kp.

Kp.

Cikandang

02/Rw.

09

Rt. Alamat
Desa

Cikandang

02/Rw.

09

Rt.
Desa

Cikandang Kecamatan

Cikandang Kecamatan

Cikajang

Cikajang

Garut

Kabupaten

Garut

B. Alasan datang
Ibu datang ke RS. PELITA BUNDA rujukan dari Klinik WDH dengan
diagnosa perdarahan.
C. Keluhan Utama

Kabupaten

Pasien mengeluh mengeluarkan darah


Uraian keluhan utama : darah keluar dari jalan lahir seperti ati ayam
( kecoklatan) , ada gelembung

seperti telur ikan, darah membasahi 1

pembalut per hari, pasien mengaku mengalami perdarahan 10 hari.


D. Riwayat Haid
Menarche

: 14 tahun

Nyeri Haid

: tidak ada

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

Warna darah

: Merah segar

Leukhorea

: sebelum haid

Banyaknya

: 2-3 x sehari ganti pembalut

E. Riwayat Kehamilan Sekarang


1) Hamil ke 1, usia 4 minggu 2 hari
2) HPHT : 18 Februari 2013
3) HPL : 25 November 2013
4) Pemeriksaan Kehamilan
:

Ibu

mengatakan

telah

memeriksakan kehamilannya 1 kali ke Bidan, 4 hari yang lalu.


5) Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering
pusing.
F. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan/Penyakit yang di derita sekarang dan dulu :
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paruparu, penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid,
Epilepsi, Hipertensi, Asma, HIV/AIDS, serta penyakit menular lainnya.
Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan ) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit DM,
penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi, Asma, HIV/AIDS, serta penyakit
menular lainnya.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama, lama
menikah 1 tahun. Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat
menikah 29 tahun.
2. Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
sebelumnnya

Riwayat ANC
AN

Suplement & Fe

Tanggal

Tempat

(Jenis,

Ke
1

17 April 2013

Klinik

minum)
-

Jml & aturan MASALAH


perdarahan

WDH

a. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:


Persalinan

Kead

Nifas

sekarang
Asi

UK

Jenis

Penolong JK/ BB

Penyulit

IMD

Penyulit

eksklus
if

Ha
mil
ini

RIWAYAT KB : pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat


kontrasepsi sebelumnya

H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

anak

Sebelum hamil :
Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi
Nasi

: 3 x @ 1 piring (sedang / penuh)

Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang / besar),


Jenisnya : tempe,tahu, telur, ayam
Sayuran

: 3 x @ mangkuk sayur

jenis sayuran : sayur hijau-hijauan


Buah : 3 x sehari / seminggu
Jenisnya : jeruk, rambutan
Camilan

: 1 x sehari

Jenisnya : roti biskuit


c) Pantangan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan selama
kehamilannya.
2) Minum
a) Jumlah total 4-6 gelas perhari, jenisnya: air putih
b) Susu ( - ) gelas perhari; jenis susu : 3) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama di trimester pertama makanannya berkurang
dikarena mual dan muntah yang sering.
a. Eliminasi
1) Sebelum hamil
1) Buang air kecil :
Frekuensi perhari : 2-3 x ; warnanya : kuning
Keluhan/masalah : 2) Buang air besar :
Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning kecoklatan konsistensi
lembek / keras*)
Keluhan/masalah : -

2) Perubahan selama hamil ini :


Ibu mengatakan selama hamil lebih sering buang air kecil sekitar 4-5
kali sehari
b. Personal hygiene
1) Sebelum hamil :
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 3 x seminggu
Gosok gigi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
Kebiasaan memakai alas kaki : 2) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan bahwa tidak ada perubahan selama hamil kecuali
menjadi lebih sering mengganti pakian dalam sekitar 3-4 x sehari.
c. Hubungan seksual
1) Sebelum hamil :
Frekuensi : 3-4 x seminggu
Contact bleeding : Keluhan lain : 2) Perubahan selama hamil ini.
Ibumengatakan bahwa selama hamil frekuensi hubungan seksalnya
menurun yaitu sekitar 1-2 x seminggu.
d. Istirahat/tidur
1) Sebelum hamil :
Tidur malam : 8jam
Tidur siang : 2) Keluhan/masalah : Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama hamil lebih banyak istirahat disiang hari yaitu
sekitar 2 jam sehari.
e. Aktivitas fisik dan olah raga
1) Sebelum hamil :

Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Menyapu, memasak.


Olahraga : Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan bahwa selama hamil tidak ada perubahan yang
dialaminya, kecuali dalam olahraga ibu mulai membiasakan diri untuk
jalan-jalan santaidi pagi hari.
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
1) Merokok

: - ( suami ibu merokok )

2) Minuman beralkohol

:-

3) Obat-obatan

:-

4) Jamu

:-

II.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
a. Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. BB sebelum / sesudah
: 40 / 41
d. TB
: 156 cm
e. LILA
: 24 cm
f. Tanda-tanda Vital :
TD
: 110/60 mmHg
N
: 88 x/menit
R
: 20 x/menit
S
: 37 C
2. Status Present
a. Kepala
: mesochepal, bersih, rambut tidak rontok.
b. Mata
: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih.
c. Hidung
: simetris, sekret dalam batas normal, todak ada
polip.
d. Mulut

: simetris, tidak ada stomatitis, bibir tidak pecah-

pecah.
e. Telinga
f. Leher

: simetris,serumen dalam batas normal.


:Tidak ada pembesaran kelenjar tirod, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening.


g. Dada
:
Inspeksi
: Bentuk simetris
Auskultasi
: Bunyi jantung normal (reguler), paru-paru normal,
h. Abdomen

tidak ditemukan adanya sesak nafas maupun whezing.


: Cembung dan lembek ( pada palpasi tidak

ditemukan bagian-bagian janin )


i. Ekstremitas
:
Atas
: Tidak ada oedema
Bawah
: Tidak ada oedem dan tidak ada varises
j. Genetalia
: Pemeriksaan dalam : Vulva dan Vagina tidak ada
keluhan, pembukaan ( - ).
3. Status Obstetrik
1)

Inspeksi:

Muka

: simetris, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum

Mamae

: pembesaran mamae, puting menonjol, hiperpigmentasi

pada areola dan puting, tidak ada massa.

Abdomen : Cembung dan lembek ( pada palpasi tidak ditemukan


bagian-bagian janin )

Vulva

: bersih, tidak ada oedema.

2) Palpasi

Leoplod I

:-

Leoplod II

:-

Leoplod III

:-

Leoplod IV

:-

TFU

: - .cm

TBJ

: - gram

3. Auskultasi :
DJJ :- x/menit

Frekuensi : -

4. Pemeriksaan penunjang :
Hb

: 7,5 gr%

Gol. Darah : O

III.

ASESSMENT/DIAGNOSA
Diagnosa aktual

Ny. S. 21 Tahun, G1 P0 A0,

umur kehamilan 8 minggu , amenorea

dengan Mola hidatidosa.


Diagnosa Potensial

Pendarahan hebat, syok, infeksi.


Masalah

Pendarahan pervaginam berwarna kecoklatan.


Kebutuhan

Perbaikan keadaan umum ( pasang infus ( RL ) dan lakukan transfusi


darah bila Hb < 8 gr%
Memantau jumlah pendarahan
Merujuk ke fasilitas kesehatan.

IV.

PLANING
1. Melakukan perbaikan keadaan umum seperti pemasangan infus
( RL ) dan melakukan transfusi darah jika Hb < 8 gr%
2. Memantau jumlah pendarahan yang keluar.
3. Melakukan rujukan ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih naik

V.

untuk segera di tangani


Dokumentasi
S
:
Ibu mengatakan adanya darah yang keluar dari dalam vagina
berwarna merah kecoklatan, disertai mual dan muntah.
O

:
TD
N
R
S

: 110/60 mmHg
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: 37 C
:

Diagnosa aktual

Ny. S. 21 Tahun, G1 P0 A0, umur kehamilan 8 minggu, amenorea


dengan Mola hidatidosa.
Diagnosa Potensial

Pendarahan hebat, syok, infeksi.


Masalah

Pendarahan pervaginam berwarna kecoklatan.


Kebutuhan

Perbaikan keadaan umum ( pasang infus


transfusi darah bila Hb < 8 gr%
Memantau jumlah pendarahan
Merujuk ke fasilitas kesehatan.
P

( RL ) dan lakukan

1. Memberitahu ibu bahwa pada saat palpasi tidak diteukan bagianbagian janin.
H : ibu mengerti hasilnya.
2. Melakukan pemasangan infus ( RL ) dan melakukan transfusi darah.
H : Ibu berhasil dipasang infus dan di lakukan transfusi darah.
3. Memantau pendarahan yang keluar
H : darah yang keluar berhasil dipantau.
4. Merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih baik.
H : ibu berhaasil dirujuk dengan pemantauan Bidan selama
perjalanan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak
wajar dimana tidak ditemukan janain dan hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Pada permulaannya
gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa,
yaitu mual, muntah, pusing dan lain lain,hanya saja derajat keluhannya
sering lebih hebat. Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada
kehamilan biasa. USG ( B - Scan) memberi gambaran yang khas mola
hidatidosa.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan,
infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.
B. Saran

Sebagai calon tenaga kesehatan khususnya sebagai calon perawat,


kita harus mengerti dan memahami dan memberikan penanganan jika kita
mendapatkan pasien yang menderita mola hidatidosa, dan mencegah
terjadinya perdarahan sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
yang bisa berakibat fatal.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Chandranita,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri, edisi I.

EGC :
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Pt. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.


Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Pt. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.


http://eviesetya.wordpress.com/2012/03/07/laporan-pendahuluan-dan-

asuhan-keperawatan-mola-hidatidosa/
http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/11/askep-molahidatidosa.html

Anda mungkin juga menyukai