PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Nifas, alat alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap
tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam
waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan
harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam
jumlah besar. Bila perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu.
Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia melibatkan
150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian besar
kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian
yang berkaitan erat dengan persalinan.(Sarwono,2011: 357-358) .
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan maternal
yang efektif pada kehamilan, persalinan, nifas dengan komplikasi sehingga angka kematian dan
kesakitan dapat dikurangi. Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan SDM yang mempunyai
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang optimal dan bukti acuan yang disepakati oleh
semua pihak.
Konsep perawatan pasca melahirkan yang dikembangkan pada persalinan normal
sebenarnya mengkuti pola tradisional yang dikemas secara modern yaitu mobilisasi dini, rooming
in, pemberian ASI awal. Pola ini melalui penelitian terbukti mempunyai keuntungan bagi ibu
maupun bayinya. Dalam pengawasan setelah melahirkan, dokter/bidan yang merawat akan datang
setiap hari atau setiap saat untuk memberikan petunjuk perawatan.
Pemeriksaan pada masa nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu, karena sudah dirasa
baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan kala nifas sebenarnya sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari dokter/bidan yang menolong
persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh
tentang alat kelamin dan mulut rahim yang mungkin masih luka akibat proses persalinan.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Sarwono, 2002:122-123)
Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana ibu mengalami perubahan-perubahan,
maka diperlukan dukungan untuk ibu yang datang baik dari petugas maupun keluarga segera
setelah kelahiran. Pengalaman dramatis wanita berhubungan dengan perubahan anatomi dan
psikologi sebagai transisi ke keadaan sebelum hamil. Secara psikologis wanita mengalami proses
menuju tercapainya menjadi seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan individu dan
kebudayaan. Pelayanan kesehatan profesional yang baik mendukung wanita melewati masa ini
dengan mengembalikan kemampuan wanita untuk merawat bayinya. Pengaruh kebudayaan yang
baik sangat penting untuk wanita dan keluarganya, dapat meningkatkan konseling dan penilaian
fisik dan psikologis.
B. Rumusan masalah
Bagaimana aplikasi asuhan masa nifas normal 6 jam postpartum di PONED PUSKESMAS
GUBUG II ?
C. Tujuan
Setelah melakukan asuhan masa nifas normal 6 jam postpartum di PONED PUSKESMAS GUBUG
II mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melaksanakan asuhan tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6. Seksual
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai, melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009; h. 74-75).
7. Perawatan Payudara
a. Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting lemas,
tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
b. Perlu dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas
c. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan payudara sampai
tertekan, pemberian obat estrogen
d. Untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel (Sunarsih dkk, 2011; h. 29).
e. Proses laktasi atau menyusui
8. Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali.
b. Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum) sebelum mendapatkan haidnya
selamaa meneteki, oleh karena itu Amenore Laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu pada ibu,
meliputi :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
2) Kelebihan dan keuntungan
3) Efek samping
4) Kekurangannya
5) Bagaimana memakai metode itu
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusui.
7) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi
dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau
pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Rukiyah dkk,
2011; h. 80)
2. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari
kematian karna infeksi purpuralis.
Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
a. Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvisyang sering meradang adalah vena ovarika karna
mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri.
b. Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi Tromboflebitisvena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan
akibat parametritis.
c. Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar keperitonium hinga
terjadi peritonitis atau keparametrium menyebabkan parametritis.
d. Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut
melalui robekan servik yang dalam.
penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui saluran getah bening.
sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
3. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
Sisa plasenta dan polip plasenta
Endometritis purpuralis
Sebab-sebab pungsional
Perdarah luka
4. Infeksi saluran kemih
kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.
5. Putting susu lecet
kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh
mulut bayi.
monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting
susu.
pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap.
rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang hati-
hati
6. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI
terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak
ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan limfe akan mengakibatkan meningkanya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi
segmen pada payudaranya, sehingga takanan pada payudara meningkat. Akibatnya, payudara
sering terasa penuh, tegang serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement,
demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus
(Saleha, 2009; h. 96-105).
7. Saluran susu tersumbat
Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir
8. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Prawirhajo, 2005; h. 700)
9. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara
Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
Panas badan dan rasa sakit umum.
10. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluanya peradangan dalam
payudara tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL
PADA Ny. K UMUR 31 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM
DI PONED PUSKESMAS GUBUG II
A. PENGKAJIAN
Biodata :
B. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Pasien masih dalam observasi 6 jam post partum
2. KELUHAN UTAMA:
Pasien mengatakan perut masih terasa kenceng
Uraian Keluhan Utama
Pasien mengatakan perut kenceng kurang lebih setiap 5 menit sekali.
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 5-7 hari
Warna darah : merah khas Leukhorea : fluor albus tidak ada
Banyaknya : 2 3 kali ganti pembalut
Riwayat KB : Pernah
Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
Suntik progestin 3 2 tahun Amenore, BB naik Ingin mempunyai anak
bulan
Rencana KB : KB Suntik
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
1) Nutrisi
a) Makan pukul : 17.30
Frekuensi makan pokok : 1 x
Komposisi :
Nasi : 1 x @ 1 piring sedang
Lauk : 1 x @ 1 potong sedang, jenisnya : tahu
Sayur : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : kangkung
Buah :-
Camilan: -
Pantangan : tidak ada
b) Minum pukul : 17.30
Jumlah total 2 gelas , Jenis : Teh manis
Susu : -
2) Eliminasi Pukul : 17.00
a) Buang Air Kecil :
Frekuensi perhari : 1 x 250 cc ; warna : kuning khas
Keluhan/masalah : -
b) Buang Air Besar : -
3) Personal hygiene : 16.00
Mandi : 1 x sehari ( sibin )
Keramas : - x seminggu
Gosok gigi : - x sehari
Ganti pakaian 1 x sehari; celana dalam 1 x sehari
4) Kebiasaan memakai alas kaki : memakai
5) Hubungan seksual ( ibu belum melakukan hubungan seksual )
Frekuensi : - x seminggu
Keluhan lain :-
6) Istirahat/tidur : 19.00
Tidur malam :4 jam
Tidur siang :
Keluhan/masalah :
7) Aktivitas fisik dan olah raga : 22.00
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Pasien sudah dapat berjalan ke kamar mandi
Olah raga :-
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Merokok :-
Minuman beralkohol :-
Obat-obatan :-
Jamu :-
9) Pola menyusui :
Bayi sudah menyusu ASI lancar
10) Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 26 th
Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 4 th
Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: Baik
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi bersama keluarga
d) Ibu tinggal serumah dengan : suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
f) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
g) Orang terdekat ibu : suami
h) Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : suami dan keluarga
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak ada
j) Penghasilan perbulan: Rp. 2. 000.000 Cukup
k) Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
nakes wanita maupun pria;
m) Tingkat Pengetahuan Ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : -
Hal-hal yang belum diketahui ibu :
Ibu belum mengetahui ASI eksklusif
Ibu belum mengetahui cara menyusui yang baik
Ibu belum mengetahui cara menjaga higiene vulva
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :
Ibu ingin mengetahui tentang ASI eksklusif
Ibu ingin mengetahui cara menyusui yang baik
Ibu ingin mengetahui cara menjaga higiene vulva
C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tensi : 110/ 70 mmHg
4) Suhu /T : 36,7 C
5) Nadi : 82 x / menit
6) RR : 20 x / menit
b. Status present
Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut,
tidak ada benjolan abnormal
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi berlubang
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis , tidak ada nyeri telan
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada :simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada suara
wheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran limpa
dan hepar
Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : tidak oedem, tidak ada varises, terdapat jahitan perineum
Ekstremitas : tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan normal, kuku jari
bersih
Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada benjolan
abnormal
Anus : tidak ada hemorroid
c. Status Obstetrik
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mamae :payudara membesar, simetris, putting susu menonjol, ASI
sudah keluar
Abdomen : ada linea nigra, TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
keras, VU kosong.
Genetalia : PPV : lokea rubra 100 cc
Luka perenium: derajat II
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. ANALISA
Ny K umur 30 tahun P2A0 6 jam post partum normal
DISUSUN OLEH:
RETNO KUSUMA DEWI
P1337424414034
DIV KEBIDANAN/SEMESTER V
NIM : P1337424414034
Laporan Ilmiah Berjudul ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS PADA NY. K UMUR
30 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM DI PUSKESMAS GUBUG II.
Dalam Rangka Praktek Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi D-IV Kebidanan
Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun
2016.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Agustin Setianingsih,S.SiT
NIP. 197900820 200212 2 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal di Prodi DIV
Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1 Bidan pembimbing klinik pada Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal PUSKESMAS GUBUG II
2 Ibu Agustin Setianingsih,S.SiT selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Praktik Klinik
Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
3 Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4 Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5 Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis