Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada Nifas, alat alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap
tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam
waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan
harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam
jumlah besar. Bila perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu.
Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia melibatkan
150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian besar
kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian
yang berkaitan erat dengan persalinan.(Sarwono,2011: 357-358) .
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan maternal
yang efektif pada kehamilan, persalinan, nifas dengan komplikasi sehingga angka kematian dan
kesakitan dapat dikurangi. Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan SDM yang mempunyai
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang optimal dan bukti acuan yang disepakati oleh
semua pihak.
Konsep perawatan pasca melahirkan yang dikembangkan pada persalinan normal
sebenarnya mengkuti pola tradisional yang dikemas secara modern yaitu mobilisasi dini, rooming
in, pemberian ASI awal. Pola ini melalui penelitian terbukti mempunyai keuntungan bagi ibu
maupun bayinya. Dalam pengawasan setelah melahirkan, dokter/bidan yang merawat akan datang
setiap hari atau setiap saat untuk memberikan petunjuk perawatan.
Pemeriksaan pada masa nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu, karena sudah dirasa
baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan kala nifas sebenarnya sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari dokter/bidan yang menolong
persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh
tentang alat kelamin dan mulut rahim yang mungkin masih luka akibat proses persalinan.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Sarwono, 2002:122-123)
Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana ibu mengalami perubahan-perubahan,
maka diperlukan dukungan untuk ibu yang datang baik dari petugas maupun keluarga segera
setelah kelahiran. Pengalaman dramatis wanita berhubungan dengan perubahan anatomi dan
psikologi sebagai transisi ke keadaan sebelum hamil. Secara psikologis wanita mengalami proses
menuju tercapainya menjadi seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan individu dan
kebudayaan. Pelayanan kesehatan profesional yang baik mendukung wanita melewati masa ini
dengan mengembalikan kemampuan wanita untuk merawat bayinya. Pengaruh kebudayaan yang
baik sangat penting untuk wanita dan keluarganya, dapat meningkatkan konseling dan penilaian
fisik dan psikologis.

B. Rumusan masalah
Bagaimana aplikasi asuhan masa nifas normal 6 jam postpartum di PONED PUSKESMAS
GUBUG II ?

C. Tujuan
Setelah melakukan asuhan masa nifas normal 6 jam postpartum di PONED PUSKESMAS GUBUG
II mahasiswa diharapkan mampu memahami dan melaksanakan asuhan tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Tinjauan Teori Medis


A. Masa nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau puerperium dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu. Puerperium adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Sunarsih dkk, 2011; h. 1).
Masa nifas atau purpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahir plasenta sampai dengan 6 minggu
(42hari) (Prawirohardjo, 2010; h. 356).

2. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas


Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk ibu nifas meliputi
perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar
14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas (standar 15). Apabila merujuk pada
kompetensi 5 (standar kompetensi bidan), maka prinsip asuhan kebidanan pada masa nifas dan
menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat. Jika dijabarkan
lebih luas sasaran asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
b. Identifikasi dari penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.
c. Mendorong agar dilaksanakannya metode yang sehat tentang pemberian makanan anak
dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan anak yang baik.
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran
ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
f. Merujuk ibu ke tenaga yang lebih ahli jika perlu (Sunarsih dkk, 2011; h. 1).

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Rukiyah dkk, 2011; h. 3).
Tujuan yang diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.
b. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila tejadi komplikasipada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,KB, cara dan
manfaat. menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009; h. 4).

4. Tahapan Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berjalan-jalan, Dalam agama islam dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan memiliki komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,
tahunan.
5. Program dan Kebijakan Tehnis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, dan
untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut :
Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah melahirkan
Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah melahirkan
(Sunarsih dkk, 2011; h. 4-5).
Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Nifas Normal
KUNJUNGA
WAKTU ASUHAN
N
I 6-8 jam post partum Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan
Memberikan konseling pada ibu mengenai
bagaimana cara pencegahan pendarahan
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dengan
bayi yang baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermi
II 6 hari post partum Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi,tali pusat dan merawat
bayi sehari-hari
III 2 minggu post Memastikan involusi uterus berjalan normal,
partum uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal
Menilai adaanya tanda-tanda demam,
infeksi, perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapat cukup
makan,cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat dan merawat
bayi sehari-hari
IV 6 minggu post Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
partum penyulit yang ia alami
Memberikan konseling untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda
bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.
(Sumber: Sulistyawati, 2009; hal .6).

B. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS


1. Perubahan fisiologi masa nifas pada sistem reproduksi
a. Involusi
1) Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Maryunani, 2009; h. 6).
2) Proses involusi uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus.
Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk
pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal
tergantung pada hyperplasia, penigkatan jumlah sel sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel
sel yang sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormone hormone ini
menyebabkan terjadi autolysis (Maryunani, 2009; h. 6-7).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur sehingga 10 kali
panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berprolifersi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami
atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
c) Efek oksitosin
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
hemostatis (Sulistyawati, 2009; h. 74-75).
b. Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang diperkirakan
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Kontraksi uterus
yang meningkat setelah bayi keluar, ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas
(Maryunani, 2009; h. 9).
Perubahan uterus Tabel 2.2 Perubahan Uterus
Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Keadaan Serviks
Uteri Uterus (gr) Bekas
Melekat
Plasenta
(cm)
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
Uri Lahir 2 jari dibawah 750 12.5 Lembek
pusat

Satu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari setelah


Minggu pusat-simfisis postpartum dapat
dilalui 2 jari akhir
minggu pertama dapat
dimasuki 1 jari

Dua Tak teraba 350S 3-4


Minggu diatas simfisis

Enam Bertambah kecil 50-60 1-2


Minggu
Delapan Sebesar normal 30
Minggu
Sumber (Sunarsih dkk, 2011; h. 57).
c. Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram/mulas pada
abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram sewaktu periode menstruasi,
keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan karena kontraksi uterus pada waktu mendorong
gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul didalam uterus.
d. Tempat Plasenta
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi tempat atau situs
plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati). Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan, suatu campuran antara darah dan yang dinamakan lochea yang menyebabkan pelepasan
jaringan nekrotik tadi adalah karena pertumbuhan endometrium.
e. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada wanita
normal. Lochea memiliki bau yang amis/anyir dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada wanita normal. Lochea
memiliki bau yang amis/anyir meskipun tidak telalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat
dibagi menjadi lochea rubra, sanguelenta, serosa, alba (Maryunani, 2009; h. 10-11).
Tabel 2.3. Perubahan Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari decidua, vernik caseosa,
kehitaman rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa
darah
Sanguelenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur lendir
bercampur
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ke Lebih sedikit darah dan lebih banyak
coklatan serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leokosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati.
Sumber(Rukiyah DKK, 2011; h. 59-60).
f. Perubahan Ligamentum
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan saat melahirkan, kembali ke sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca
melahirkan antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi, ligamen fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Perubahan yang terjadi antara lain :
1) Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan
bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah
diubah dari struktur yang jelas jelas cukup besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup
bulan menjadi isthmus uteri hampir tidak dapat dilihat yang terletak diantar korpus diatas dan os
iinterna serviks dibawah. Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin
2) Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali
pada minggu ketiga
Vagina pintu keluar pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas
ukurannya secara perlahan lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara (Rukiyah
dkk, 2011; h. 60-62).
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009; h. 56).
4) Perubahan di Peritoneum dan Dinding Abdomen
Konsistensi abdomen lembek, peregangan selama kehamilan dapat memisahkan otot perut
diastasis rekti abdomeminis, yang normalnya adalah kurang dari 20 cm dan lebar 2 cm.
Sementara itu, dilihat pada dinding abdomen, abdomen tampak menonjol keluar pada hari pertama
sesudah melahirkan. Dua mnggu pertama melahirkan, dinding abdomen relaksasi, kurang lebih 6
minggu keadaan abdomen kembali seperti sebelum hamil (Rukiyah dkk, 2011; h. 63).
5) Payudara (mamae)
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
a. Produksi susu
Sekresi susu atau let down
Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara dapat dirasakan.
Pembuluh darah menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa
sakit. Sel sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting,
refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down mengalirkan (Saleha, 2009; h. 58).
ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah
menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir (Sulistyawati, 2009; h. 12).
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae malalui duktus sinus laktiferus. Isapan
merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisi anterior. Oksitosin memasuki drah dan
menyebabkan kontraksi sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus dan duktus laktiferus. Kontraksi
ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju sinus laktiferus dimana ia
akan tersimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI dalam sinus tertekan keluar kemulut bayi.
Gerakan ASI dari sinus dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhir let down dapat dipicu
tanpa rangsangan isapan, pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menagis atau sekedar
memikirkan bayinya. pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan
bayi dapat mengisap terus-menerus, tetapi hanya memperoleh dari sebagian ASI yang tersedia
dan tersimpan. Bila pelepasan gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak
dikosongkan pada waktu pelepasan, reflek ini akan berhenti berpungsi dan laktasi akan berhenti
(Sunarsih dkk, 2011; h.10-11)
2) Pengeluaran ASI
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh
seorang ibu pada anaknya yang baru dilahirkannya. Komposisi berubah sesuai dengan kebutuhan
bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada hari pertama sampai 4-7 hari, dilanjutkan dengan ASI
peralihan sampai 3-4 minggu, selanjutnya ASI matur (Prawirohardjo, 2010; h. 376).
3) ASI Ekslusif
ASI ekslusif (menururt WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan
pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan
bahwa ASI ekslusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI ekslusif
diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Insisi menyusui dini selama satu jam setelah kelahiran bayi.
b. ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.
c. ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam.
d. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.

2. Perubahan sistem pencernaan


Biasanya, ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu persalinan,alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar
kembali normal,dapat diatasi dengan diet tinggi serat,peningkatan asupan cairan saat ambulasi
awal. Bila ini tidak berhasil dalm 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung,biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam
24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi
kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine
residual (normal kurang lebih 15cc) (Sulistyawati, 2009; h. 78).
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup : peningkatan berat badan, bergesernya pusat
akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem
muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah
melahirkan, untuk membantu mencegah kompllikasi dan mempercepat involusi uteri (Rukiyah dkk,
2011; h. 67-68).
5. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
a. Hormon oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi sehinga mencegah pendarahan.
b. Hormon prolaktin
Menurunkan kadar ekstrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian
belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu.
c. Hormon estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh
belum dimengerti (Saleha, 2009; h. 60).
6. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C). Sebagai akibat kerja keras saat
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, dan lain-lain.
b. Nadi
Denyut nadi orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya pre-
eklamsi post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan akan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusus pada saluran pernafasan (Sunarsih dkk, 2011; h. 60).
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 CC. Bila persalinan dengan
Sectio Caesaria kehilangan darah bisa dua kali lipat. Apabila pada persalinan pervaginam
haemokonsentrasi akan naik dan pada Seksio sesarea haemokonsentrasi cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah
harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini
8. Perubahan Perubahan Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel
darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada
hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan (Rukiyah dkk, 2011; h. 70-71).
C. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI IBU MASA NIFAS
Adaptasi psikologi ibu nifas dibagi 3 yaitu :
1. Fase taking in
Fase ini adalah fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat
untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Pada fase ini perlu diperhatikan
pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya.

2. Fase taking hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayinya. Selain itu
perasaannya mudah tersinggung dan komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase leting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini (Sunarsih dkk, 2011; h. 65-66).

D. KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS


1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI nya (Saleha, 2009; h. 71).
2. Ambulasi/Mobilisasi
Ambulasi dapat dilakukan dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan
mobilisasi yang dapat dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap diawali dengan miring kanan
atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
a. Manfaat mobilisasi Dini (Early mobilization) yaitu:
1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme
b. Keuntungan ambulasi dini adalah :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
4) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai (Sunarsih dkk, 2011; h. 73).
5) Sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis )
3. Eliminasi BAK/BAB
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan mampu buang air kecil
sendiri, bila tidak dilakukan tindakan berikut ini :
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
b. Mengompres air hangat diatas simpisis
c. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-
2 hari post partum), atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan laksan suposotria
4. Kebersihan Diri/Perineum
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,
dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan
kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air besar atau buang air kecil.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
5. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
(Sunarsih dkk, 2011; h. 72-76)

6. Seksual

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai, melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009; h. 74-75).
7. Perawatan Payudara
a. Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting lemas,
tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
b. Perlu dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas
c. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan payudara sampai
tertekan, pemberian obat estrogen
d. Untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel (Sunarsih dkk, 2011; h. 29).
e. Proses laktasi atau menyusui
8. Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali.
b. Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum) sebelum mendapatkan haidnya
selamaa meneteki, oleh karena itu Amenore Laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu pada ibu,
meliputi :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
2) Kelebihan dan keuntungan
3) Efek samping
4) Kekurangannya
5) Bagaimana memakai metode itu
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusui.
7) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi
dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau
pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Rukiyah dkk,
2011; h. 80)

E. INFEKSI MASA NIFAS


infeksi puerpuralis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan, biasanya dari
endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009; h. 96).
1. Infeksi vulva, vagina, servik
a. Vulvitis
Pada infeksi bekas syatan episiotomy atau luka perinium jaringan sekitarnya membengkak,
tepi luka menjadi marah dan bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka yang terbuka menjadi
ulkus dan mengeluarkan pus.
b. Vaginitis
Infeksi pagina bias terjadi secara langsung pada luka pagina atau melalui perineum.
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung
nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi
tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka
servik yang dalam dan meluas dapat langsung kedasar ligamentum latum sehingga
menyebabkan infeksi menjalar keparametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis adalah:
Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
Kadang perih bila BAK
Demam dengan suhu badan 39 -40

2. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari
kematian karna infeksi purpuralis.
Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
a. Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvisyang sering meradang adalah vena ovarika karna
mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri.
b. Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi Tromboflebitisvena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan
akibat parametritis.
c. Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar keperitonium hinga
terjadi peritonitis atau keparametrium menyebabkan parametritis.
d. Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut
melalui robekan servik yang dalam.
penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui saluran getah bening.
sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
3. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
Sisa plasenta dan polip plasenta
Endometritis purpuralis
Sebab-sebab pungsional
Perdarah luka
4. Infeksi saluran kemih
kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.
5. Putting susu lecet
kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh
mulut bayi.
monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting
susu.
pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap.
rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang hati-
hati
6. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI
terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak
ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan limfe akan mengakibatkan meningkanya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi
segmen pada payudaranya, sehingga takanan pada payudara meningkat. Akibatnya, payudara
sering terasa penuh, tegang serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement,
demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus
(Saleha, 2009; h. 96-105).
7. Saluran susu tersumbat
Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir
8. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Prawirhajo, 2005; h. 700)
9. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara
Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
Panas badan dan rasa sakit umum.
10. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluanya peradangan dalam
payudara tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL
PADA Ny. K UMUR 31 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM
DI PONED PUSKESMAS GUBUG II

A. PENGKAJIAN

Tanggal : 16 Desember 2016

Waktu : 21.30 WIB

Tempat : PONED PKM GUBUG II

Biodata :

1. Nama ibu : Ny. K 1. Nama suami : Tn. A


2. Umur : 30 tahun 2. Umur : 35 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa

4. Agama : Islam 4. Agama : Islam


5. Pendidikan : SMP 5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Ginggangtani 7. Alamat: : Ginggangtani

B. DATA SUBYEKTIF

1. ALASAN DATANG:
Pasien masih dalam observasi 6 jam post partum
2. KELUHAN UTAMA:
Pasien mengatakan perut masih terasa kenceng
Uraian Keluhan Utama
Pasien mengatakan perut kenceng kurang lebih setiap 5 menit sekali.
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 5-7 hari
Warna darah : merah khas Leukhorea : fluor albus tidak ada
Banyaknya : 2 3 kali ganti pembalut

b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu


Kead anak
Persalinan Nifas
sekarang
Tahun
Asi
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
eksklusif
2013 40 Spont Dokter/ L/ 3100 Partus Iya Tidak ada Tidak Sehat
mgg an RS gr macet

c. Riwayat persalinan Sekarang


Paritas : 2 Abortus : 0

Tempat persalinan : Puskesmas


Ditolong oleh : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Masalah dalam persalinan : tidak ada
Keadaan Plasenta : kulit ketuban lengkap, kotiledon lengkap sedikit
infark
Kedaan tali pusat : 60 cm
Keadaan bayi : normal
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal/ jam lahir : 16 Desember 2016 / 15.40
Apgar score : 10
BB : 3500 gr PB : 50 cm LK: 33 cm, LD: 34 cm
Kelainan bawaan : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan :
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi yang apabila
digunakan istirahat tidak turun.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing yang berlebihan dan Hb di bawah
10 mg/dl
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk yang tidak sembuh sembuh
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami diare dalam jangka panjang, stomatitis di
seluruh mulut dan disertai penurunan BB

Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memderita penyakit seperti tersebut
di atas

Riwayat KB : Pernah

Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
Suntik progestin 3 2 tahun Amenore, BB naik Ingin mempunyai anak
bulan

Rencana KB : KB Suntik
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
1) Nutrisi
a) Makan pukul : 17.30
Frekuensi makan pokok : 1 x
Komposisi :
Nasi : 1 x @ 1 piring sedang
Lauk : 1 x @ 1 potong sedang, jenisnya : tahu
Sayur : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : kangkung
Buah :-
Camilan: -
Pantangan : tidak ada
b) Minum pukul : 17.30
Jumlah total 2 gelas , Jenis : Teh manis
Susu : -
2) Eliminasi Pukul : 17.00
a) Buang Air Kecil :
Frekuensi perhari : 1 x 250 cc ; warna : kuning khas
Keluhan/masalah : -
b) Buang Air Besar : -
3) Personal hygiene : 16.00
Mandi : 1 x sehari ( sibin )
Keramas : - x seminggu
Gosok gigi : - x sehari
Ganti pakaian 1 x sehari; celana dalam 1 x sehari
4) Kebiasaan memakai alas kaki : memakai
5) Hubungan seksual ( ibu belum melakukan hubungan seksual )
Frekuensi : - x seminggu
Keluhan lain :-
6) Istirahat/tidur : 19.00
Tidur malam :4 jam
Tidur siang :
Keluhan/masalah :
7) Aktivitas fisik dan olah raga : 22.00
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Pasien sudah dapat berjalan ke kamar mandi
Olah raga :-
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Merokok :-
Minuman beralkohol :-
Obat-obatan :-
Jamu :-
9) Pola menyusui :
Bayi sudah menyusu ASI lancar
10) Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 26 th
Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 4 th
Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: Baik
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi bersama keluarga
d) Ibu tinggal serumah dengan : suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
f) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
g) Orang terdekat ibu : suami
h) Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : suami dan keluarga
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak ada
j) Penghasilan perbulan: Rp. 2. 000.000 Cukup
k) Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
nakes wanita maupun pria;
m) Tingkat Pengetahuan Ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : -
Hal-hal yang belum diketahui ibu :
Ibu belum mengetahui ASI eksklusif
Ibu belum mengetahui cara menyusui yang baik
Ibu belum mengetahui cara menjaga higiene vulva
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :
Ibu ingin mengetahui tentang ASI eksklusif
Ibu ingin mengetahui cara menyusui yang baik
Ibu ingin mengetahui cara menjaga higiene vulva
C. DATA OBYEKTIF

1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tensi : 110/ 70 mmHg
4) Suhu /T : 36,7 C
5) Nadi : 82 x / menit
6) RR : 20 x / menit
b. Status present
Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak mudah dicabut,
tidak ada benjolan abnormal
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi berlubang
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis , tidak ada nyeri telan
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada :simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada suara
wheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran limpa
dan hepar
Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : tidak oedem, tidak ada varises, terdapat jahitan perineum
Ekstremitas : tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan normal, kuku jari
bersih
Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada benjolan
abnormal
Anus : tidak ada hemorroid

c. Status Obstetrik
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mamae :payudara membesar, simetris, putting susu menonjol, ASI
sudah keluar
Abdomen : ada linea nigra, TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus
keras, VU kosong.
Genetalia : PPV : lokea rubra 100 cc
Luka perenium: derajat II
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. ANALISA
Ny K umur 30 tahun P2A0 6 jam post partum normal

E. PELAKSANAAN Tanggal : 16 Desember 2016 Jam : 21.30 WIB


1. Memberikan penkes pada ibu tentang ASI Eksklusif yaitu memberikan ASI saja selama 6
bulan tanpa tambahan apapun kecuali obat.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI saja selama 6 bulan
2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan cara bersandar, kaki tidak
menggantung dan badan relax
Hasil : Ibu mengerti dan mampu melaksanakan
3. Memberi tahu ibu cara menjaga kebersihan vulva yaitu dengan cara menggunakan air
dingin dibersihkan dari atas kebawah, ganti kompres betadin dan pembalut setiap kali BAK.
Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakan
4. Memberi tahu ibu mengenai tanda perdarahan post partum, yaitu adanya pengeluaran
darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang kunang
Hasil : ibu mengerti
5. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya nifas, yaitu adanya perdarahan yang berlebihan,
pusing, kunang kunang, pengeluaran pervaginam berbau busuk dan nyeri perut hebat
Hasil : ibu mengerti dan mampu menyebutkan kembali
6. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan makanan yang
mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai sumber pemulihan tubuh,
makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran berwarna hijau serta ibu tidak ada
pantangan dalam makan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia tidak pantang makan.
7. Memberikan obat amoxcillin 3 x 1 , asam mefenamat 3 x 1, Methilgometrin 2 x 1 , Fe 1x 1
Hasil : ibu telah meminum obat dan bersedia meminumnya sampai habis
8. Memberi tahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada 3 hari lagi
Hasil : ibu mengerti dan bersedia
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan nifas kepada Ny. K dengan nifas normal di PONED PUSKESMA
GUBUG II maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan masa nifas
ini, pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung penetapan
diagnosa.
Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek
PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK
DS Identitas Nama, Umur, Agama, Sama dengan teori
pasien dan Pendidikan,Pekerjaan, Suku,
penanggung Alamat
jawab
Alasan datang Ada alasan datang dan keluhan Sama dengan teori
utama pasien
Riwayat Kesehatan sekarang, dahulu, dan Sama dengan teori
kesehatan keluarga
Riwayat Riwayat haid, riwayat kehamilan, Sama dengan teori
obstetrik persalinan dan nifas lalu,riwayat
perkawinan, kehamilan sekarang,
dan KB
Pola Pola nutrisi,istirahat, Hanya ada pola nutrisi,
pemenuhan aktivitas,eliminasi, personal aktivitas, dan eliminasi
kebutuhan hygiene,psico,sosial,
sehari - hari cultural,tingkat pengetahuan

DO KU,Tanda- Kesadaran, TD, N, RR, T Sama dengan teori


tanda vital
Pemeriksaan Head to toe Hanya sebagian yaitu
fisik muka, dada, perut,
genetalia
Pemeriksaan Muka, payudara, abdomen, Muka, payudara,
obstetri genetalia abdomen, genetalia,
TFU, PPV, VU, Kontraksi uterus TFU, PPV, VU,
Kontraksi uterus
2. Analisa
Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan teori asuhan nifas.
3. Penatalaksanaan
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. K sudah menggunakan asuhan masa nifas
normal. Asuhan yang diberikan pada Ny.K yaitu pemantauan keadaan umum ibu, tanda
tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri. Tindakan lain yang
telah diberikan pada Ny. K yaitu pendidikan dan penyuluhan, antara lain mengenai nutrisi ibu,
hygiene, istirahat dan tidur, cara menjaga kehangataan bayi , ASI ekslusif dan mengingatkan
untuk mengkonsumsi obat yang sudah diberikan (amoxicillin , asam mefenamat,
Methilgometrin, Fe ).
Namun di lapangan terdapat sedikit kesenjangan dengan teori yaitu mengenai
pemberian vitamin A 2 x 200.000 iu yang seharusnya diberikan pada ibu post partum, tetapi
dalam hal ini tidak diberikan vitamin A.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Masa nifas adalah masa pulihnya organ reproduksi wanita ke keadaan sebelum hamil
dan masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu .
Pada umumnya asuhan masa nifas ini bertujuan untuk memulihkan kesehatan umum
pasien, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi,
memperlancar produksi air susu ibu, menganjarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Dengan dilakukannya pengkajian serta pemantauan nifas 6 jam pp maka sebagai tenaga
kesehatan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan keadaan tersebut.
B. Saran.
Untuk bidan dan mahasiswa sebaiknya selalu siap siaga terhadap komplikasi dini yang
mungkin terjadi.
Untuk ibu dan keluarga sebaiknya patuh terhadap saran yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan, 1999.


Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 1999.
Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Gramedia, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2006.
POGI. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2002.
LAPORAN ILMIAH
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS
PADA NY. K UMUR 30 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS GUBUG II

DISUSUN OLEH:
RETNO KUSUMA DEWI
P1337424414034
DIV KEBIDANAN/SEMESTER V

PRODI DIV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh :

Nama : Retno Kusuma Dewi

NIM : P1337424414034

Kelas : DIV Kebidanan/ Semester V

Laporan Ilmiah Berjudul ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS PADA NY. K UMUR
30 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM DI PUSKESMAS GUBUG II.
Dalam Rangka Praktek Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi D-IV Kebidanan
Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun
2016.

Gubug, Desember 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Sri Zakiyah, Amd.Keb Retno Kusuma Dewi


P1337424414034

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Agustin Setianingsih,S.SiT
NIP. 197900820 200212 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal di Prodi DIV
Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1 Bidan pembimbing klinik pada Praktik Klinik Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal PUSKESMAS GUBUG II
2 Ibu Agustin Setianingsih,S.SiT selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Praktik Klinik
Fisiologis dan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
3 Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4 Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5 Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Gubug, Desember 2016

Penulis

Anda mungkin juga menyukai