Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan
tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990.
Dengan dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang
signifikan. Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara
bermakna walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-
faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya,
dsb). Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per
100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000
kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan
CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000
KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh
sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian
Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH, AKB
34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22
Balita meninggal tiap jam.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68
menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada
tahun 2015.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak
langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan
(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini
akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)
dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 6 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%),
prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi
nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab kematian
bayi (29 hari 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
Penyebab kematian balita (1 4 tahun) adalah diare (25,2%), pneumonia
(15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis
(8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun
1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada
akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making
Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000.
Sejak tahun 1985 pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk penurunan
AKB. Kedua Strategi tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi
DEPKES tahun 2004.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kohort ibu hamil dan bayi
2. Mengetahui cara pengumpulan data kohort ibu hamil dan bayi di
Puskesmas Gubug II
3. Mengetahui cara pengisian kohort ibu hamil dan bayi di Puskesmas
Gubug II
4. Mengetahui cara pelaporan kohort ibu hamil dan bayi di Puskesmas
Gubug II
5. Mengetahui pengertian PWS KIA
6. Mengetahui tujuan PWS KIA
7. Mengetahui indikator PWS KIA di Puskesmas Gubug II
8. Mengetahui Prinsip Pengelolaan PWS/KIA
9. Mengetahui grafik PWS KIA di Puskesmas Gubug II
10. Mengetahui pencapaian target PWS KIA di Puskesmas Gubug II

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KOHORT IBU DAN BAYI
1. Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita.
2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan bayi yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
3. Jenis Registor Kohort
a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian
rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya
setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan
ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian kohort Ibu
Kolom
1) Di isi nomer urut.
2) Di isi nomer indeks dari famili folder
3) Di isi nama ibu hamil
4) Di isi nama suami ibu hamil
5) Di isi alamat ibu hamil
6) Di isi umur ibu hamil
7) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam
minggu/tanggal HPL
8) Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun
9) Paritas diisi Gravidanya
10) Diisi bila jarak kahamilan <2 dan >7
11) Diisi bila BB ibu kurang atau lebih ( lila <23,5 cm)
12) Diisi bila TB ibu < 145 cm
13) sampai dengan 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan
ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis
hasil pemeriksaannya
18) Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil
dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19) Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
non NAKES.
20) sampai dengan 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan
statusnya.
23) sampai dengan 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode
pengisian sebagai,berikut:
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja
pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara
langsung juga akses dengan rambu-rambu
K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-12 atau 0-2-
2 dengan rambu-rambu
Perhatian: K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau
dikunjungi agar tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil yang
awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa
di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat
bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu
tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas
Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan
tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambu
35) Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan
tenaga kesehatan
36) Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38) Diisi lahir mati
39) Diisi BB bila BBL >4000 gram
40) Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41) Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
42) Dijelaskan sakitnya
43) Diisi sebab kematiaannya
44) Diisi v (rumput)
45) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
Cara pengisian kohort Bayi.
Kolom
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nornor urut ibu pada register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari Family Folder
3) sampai dengan 7 jelas
8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sampai dengan 10 diisi
tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan
11) Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12) Sampai dengan 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan
rambu gizi yaitu : N = naik, T = turun, R = Bawah garis titik titik
(BGT), BGM = Bawah garis merah.
24) Sampai dengan 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37) Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
B. PWS/KIA
1. Pengertian PWS / KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi
baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat


menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan
risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat
memperoleh penanganan yang memadai.

Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi
dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam
memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan
risiko.

Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan
untuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian, hasil
rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk
menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula
rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan
kabupaten yang rawan
2. Tujuan PWS/KIA
a. Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus
menerus.
b. Tujuan Khusus
- Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
- Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
- Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
- Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia.
- Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

3. Indikator Pemantauan PWS/KIA


a. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh
melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat
digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari
buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 2011
(Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR
terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.
b. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang dipergunakan adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standaroleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
dibagi Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun X 100
c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja
dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka
CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang.

d. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6
jam 3 hari, 8 14 hari dan 36 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di
samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100.
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
e. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
pada 6 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan
neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah
perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y
Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR
terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka :
Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
f. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7
dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
g. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini,
bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat
dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau
masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun X 100
h. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
i. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara
definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif
adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang
ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
j. Cakupan kunjungan bayi (29 hari 11 bulan)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4
kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan
satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas

Jumlah pelayanan kesehatan bayi.

anak balita Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

sakit yg Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar

memperole di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi

h Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100

pelayanan k. Cakupan pelayanan anak balita (12 59 bulan).

sesuai Adalah cakupan anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh


tatalaksan pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
a MTBS di pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
Puskesmas Rumus yang digunakan adalah :
di suatu Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja
wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi
kerja pada Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
l. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
kurun
MTBS
waktu
Adalah cakupan anak balita (umur 12 59 bulan) yang berobat ke
tertentu di
Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu
bagi
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah
Rumus yang digunakan adalah :
seluruh
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke
anak balita
puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang
sakit yang
mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan
berkunjung
MTBS
ke
Puskesmas
m. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
disuatu
wilayah
kerja
dalam 1
tahun
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih
aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dibagi
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100

4. Prinsip Pengelolaan PWS/KIA


Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
a.Peningkatan pelayanan antenatal (K1 dan K4) sesuai standar bagi seluruh
ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.
b.Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
c.Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
d.Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus (KN1 dan KNL) sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
e.Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
g.Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
h.Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sakit di semua
fasilitas kesehatan.
j. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
5. Grafik PWS/KIA
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator
yang dipakai, juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan.
Dengan demikian tiap bulanannya dibuat 13 grafik yaitu:

a. Grafik cakupan K1

b. Grafik cakupan K4

c. Grafik cakupan PN

d. Grafik cakupan KF3

e. Grafik cakupan KN1

f. Grafik cakupan KN Lengkap

g. Grafik cakupan Deteksi Faktor Resiko & Komplikasi oleh Masyarakat

h. Grafik cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri

i. Grafik cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

j. Grafik cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hr- 12 Bl ( Kunjungan


Bayi )

k. Grafik cakupan Pelayanan Anak Balita ( 12-59 Bl )

l. Grafik cakupan MTBS

m. Grafik cakupan Peserta KB Aktif

6. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS-KIA:


a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Penggambaran grafik PWS-KIA
BAB III

HASIL

A. KOHORT IBU HAMIL DESA GINGGANGTANI TAHUN


2016
(Terlampir)
B. KOHORT BAYI DESA GINGGANGTANI TAHUN 2016
(Terlampir)
C. PWS KIA PUSKESMAS GUBUG II TAHUN 2016
(Terlampir)
BAB IV

PEMBAHASAN

A. KOHORT IBU HAMIL DI DESA GINGGANGTANI TAHUN 2016

Di Desa Ginggangtani pada 2016 Terdapat 64 Ibu Hamil, di tahun tersebut


terdapat ibu hamil dengan faktor risiko umur sebanyak 5 Ibu hamil, faktor risiko
jarak hamil <2 tahun terdapat 2 ibu hamil, faktor risiko paritas >4 terdapat 1
orang, faktor risiko lila <23,5 cm terdapat 1 orang.

Untuk ibu hamil dengan Risiko Tinggi terdapat 1 ibu hamil dengan Pre
Eklampsi, 2 ibu hamil dengan riwayat SC, 1 ibu hamil dengan IUFD.

Seluruh ibu hamil di wilayah Ginggangtani telah mendapat imunisasi TT.

Cakupan K1 murni terdapat 40 ibu hamil, K1 akses terdapat 18 ibu hamil,


K4 terdapat 34 ibu hamil.

Cakupan pemberian tablet Fe sudah menyeluruh pada semua ibu hamil


dimulai sejak trimester II.

Penolong persalinan seluruhnya ditolong oleh tenaga kesehatan.

Hasil akhir kelahiran, anak lahir hidup terdapat 27 bayi, 2 diantaranya BB


lahir < 2500 gram , satu diantaranya lahir prematur.

Dalam persalinan tidak terdapat kematian ibu serta keadaan ibu sehat dan
tidak ada komplikasi.

Di desa Ginggangtani ini masih terdapat banyak masalah ibu hamil seperti
hamil dengan faktor resiko dan resiko tinggi, untuk itu tenaga kesehatan perlu
meningkatkan kewaspadaan dan melakukan deteksi dini agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih berat. Seperti menyarankan ibu untuk selalu memeriksakan
kehamilannya dan segera menghubungi nakes apabila terjadi suatu keluhan.
Untuk cakupan K1 dan K4 ibu hamil sudah mencapai 100 %, walaupun
terdapat ibu berpindah tempat. Hal itu dapat dilakukan apabila bidan melihat
riwayat ibu sebelumnya sehingga K1 dan K4 bisa dilakukan bersamaan.

Penulisan Kohort di desa Ginggangtani sudah sesuai dengan teori, namun


ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Penulisan kohort sebaiknya ditulis
dengan lengkapn dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.


Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan
Neonatal Essensial. 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan.
Saifuddin. 2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Simatupang,Erna. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:EGC
Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai