Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI GASTROENTERITIS


1. Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang
pathogen.
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4
kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi
lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan
pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare
juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
2. Etiologi
Gastroenteritis yang dimanifestasikan dengan adanya diare, yang
mempunyai factor penyebab :
a. Faktor Infeksi
Penyebab dari Gastroenteritis meliputi:
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi enterogen spesifik :
- Bakteri : Salmonella, Escherichia Coli, Shigela, Clostiridium
diftheri, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera.
- Virus : Rotavirus, Norwalk, Astrovirus.
- Parasit : Cacing ( Ascaris oxydris ), Protozoa (Entamoeba
histolytica) Tricomonas hominis, Giardia lambia, jamur (Candida
albicans), Crystosporidium.
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar saluran
cerna: Otitus media, Pharingitis, Bronkopneumoni, Enchepalithis,
Infeksi perkemihan
(Ngastiah (2005 : 224 )
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat ( intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa)
2) Malabsorpsi protein.
3) Malabsorpsi lemak.
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi.
d. Faktor psikologis: rasa takut, cemas, stress
(Suriadi dan Yuliani, 2001: 81)
Patogen-patogen ini menghasilkan enteroksin dan kritotoksin yang
melekat pada dinding usus, kemudian menginfeksi sel-sel dan menimbulkan
penyakit.

3. Gejala klinis
Gejala awal seseorang menjadi gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare tinja makin cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi
asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi
kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung,
turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak
berkurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit,
pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus
kurang sekali, mulut ering dan sianosis.
(Mansjoer ,2000)
4. Patofisiologi
Mekasnisme dasar yang menyebabkan diare adalah adanya gangguan
osmotik yaitu akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga teradi
pergeseran air dan elek trolit ke dalam rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga akan timbul diare.
Penyebab yang kedua adanya gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misal toksik) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus selanjutnya timbul diare. Penyebab ketiga
adalah adanya gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam
lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati
atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas
jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel.
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air
terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat
diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon
adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik
sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.
(Ngastiyah, 2006.,Mansjoer, 2000)
5. Diagnosis
a. berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat diare.
(Nanda, 2005-2006)
c. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal
absorbsi nutrien, mual muntah dan diare.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Nanda, 2010)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena
peningkatan BAB
e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat
dehidrasi.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
kurang terpajan informasi adekuat.
(Nanda, 2010)
B. TINJAUAN TEORI PRIORITAS KEBUTUHAN CAIRAN
1. Definisi
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh; 60% dari
berat badan orang dewasa terdiri atas cairan (Patricia. 2010)
Saat cairan berpindah dari kompartemen tubuh, cairan terdiri atas substansi
yang terkadang disebut mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolit
(Christensen dan kockrow, 2003).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan
atau kekurangan
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan atau pemindahan (perpindahan) cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler (Carpenito, 2000).
2. Penyebab kekurangan cairan elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:


a. Usia
Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah asupan cairan yang besar yang diimbangi
dengan haluaran yang besar pula, metabolism tubuh yang tinggi, masalah yang
muncul akibat imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar
melalui ginjal, paru-paru, dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia,
gangguan yang muncul berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung terjadi
karena ginjal tidak mampu mengatur konsentrasi urin.
b. Temperatur lingkungan
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan
seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan
kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g gram/hari.
c. Kondisi stress
Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel , konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan hormon anti diuretik
sehingga produksi urin menurun.
d. Keadaan sakit
Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
antara lain karena luka bakar, gagal ginjal dan payah jantung.
e. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang
tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin
serum turun, cairan intersisial tidak bisa masuk kepembuluh darah sehingga
terjadi edema.( Wahid dan Nurul, 2007 )
3. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru
lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita
dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan.
Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam
tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih
sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh
lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat
badan:
Umur Jumlah air dalam 24 jam Fungsi ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
4. Macam Macam Cairan Dan Elektrolit
a. Cairan nutrient

Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.
Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient
terdiri atas

Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert


sugar ( dextrose dan levulose).
Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
Lemak, contoh: lipomul dan liposyn
b. Blood volume expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah
sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
5. Masalah Terhadap Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dibagi menjadi 3 yaitu gangguan
keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa.
a. Gangguan Keseimbangan Cairan
1) Defisit volume cairan ( fluid volume defisit/ FVD ) atau Hipovolemia
Adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi antara keduanya mendekati
normal. Kehilangan cairan diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain kurangnya
asupan cairan, tingginya asupan pelarut ( misalnya protein, klorida dan natrium
)yang dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih, keringat yang banyak serta
kelainan yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih.
Secara umum kondisi defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3 yaitu:
Dehidrasi isotonic. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah 130-
150 mEq/l.
Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150
mEq/l.
Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma adalah
130mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya antara lain:
Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh.
Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar 152-158
mEq/l. salah satu gejalanya adalah mata cekung.
Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter.
Kadar natrium serum berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi ini penderita dapat
mengalami hipotensi.
2) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau hipervolemia
Volume cairan berlebih ( overhidrasi ) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan ( retensi ) cairan dan natrium diruang ekstrasel.
Umumnya terjadi akibat adanya masalah di ginjal. .( Wahid dan Nurul, 2007 )
b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1) Ketidakseimbangan Natrium
Hiponatremia
Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan
tekanan osmotic dimana kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urin
<1,010. Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison, pengeluaran keringat berlebih
dieresis, dan asidosis metabolic.
Hipernatremia
Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum >144 mEq/l dan berat
jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia, poliuria karena diabetes insipidus.
2) Ketidakseimbangan Kalium
Hipokalemia
Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya
kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.
Hiperkalemia
Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5 mEq /l.
3) Ketidakseimbangan Kalsium
Hipokalsemia
Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum
<4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
Hiperkalsemia
Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum >
5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
4) Ketidakseimbangan Magnesium
Hipomagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya disebabkan
oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal hati dan absorbs
usus yang buruk.
Hipermagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l. Umumnya disebabkan
oleh konsumsi antasida yang mengandung magnesium.
5) Ketidakseimbangan Klorida
Hipokloremia
Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida >95 mEq/l.
Disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan seperti diare,
muntah, uresis.
Hiperkloremia
Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida <105 mEq/l.
Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah ginjal.
6) Ketidakseimbangan Fosfat
Hipofosfatemia
Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya <2,8 mg/dl. Disebabkan
oleh alkoholisme, malnutrisi, hipertiroidisme.
Hiperfosfatemia
Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya >4,4 mg/dl atau >3,0
mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan laksatif yang mengandung fosfat, penurunan
hormone paratiroid dan kasus gagal ginjal. ( Wahid dan Nurul, 2007 ).
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis respiratorik.
Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat
gangguan hiperkapnia.
Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.
Alkalosis respiratorik
Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.
Alkalosis metabolic
Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh difisiensi
relatif asam nonkarbonat.
( Wahid dan Nurul, 2007 )
6. Menghitung Cairan Tubuh
Rumus Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)
CM CK IWL
Ket:
CM : Cairan Masuk
CK : Cairan Keluar
a. Rumus IWL

IWL = (15 x BB ) = ... cc/ jam


24 jam

Dalam 24 jam ----> ... cc / jam x 24 = ....cc

b. Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal


24 jam
7. Intake dan output
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranya Berat Badan dan Umur.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan antara kelompok Intake
cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi
S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia)
Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc
Cairan Infus = ......cc
Therapi injeksi = ......cc
Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ......cc
Feses = .....cc (normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = .....cc
IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)

Output untuk kenaikan suhu terutama IWL gunakan rumus : IWL + 200
(suhu tinggi - 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok output.
8. Tindakan Keperawatan untuk Pemenuhan Cairan Elektrolit
a. Pemberian infus
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan
cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makan.
Prosedur Pemasangan Infus
a) Pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan Jelas pada
rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada
kurang dimenggerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi
intruksi.
b) Persiapan :
Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter
yang akan digunakan.IV catheter cadangan atau wing
needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas
alkohol 70%,Bethadine, kasa steril, plester/hypafik, spalk,
larutan infuse yang akan diberikan.
Standar infuse.
Pencahayaan yang baik.
Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan
tenangkan pasien.
Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan
bagian tajam infusion set kedalam botol larutan infuse. Buka
saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa
menyisakan udara dalam selang infuse.
c) Lakukan pemasangan infuse.
Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan
rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri,kaki
kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki
kiri/kanan, Tomor mamae IV Line ditangan sisi berlawanan
pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien stroke pada sisi
yang tidak lumpuh
Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan
ditusuk menggunakan ligator khusus.
Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan
kiri,siapkan IV catheter ditangan kanan.
Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan
lubang jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat
arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak
masuk kedalam bagian reservoor jarum . hentikan dorongan.
Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar
bagian jarum sedikit .Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena
secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar
dari kanul . tahan bagian kanul dengan ibu jari kiri.
Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka
saluran infuse perhatikan apakah tetesan
lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan
membengkak,menandakan elestravasasi cairan sehingga
penusukan harus diulang dari awal.
Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan
plester /hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk
kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara
pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk dan keluar,catat
balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam
perincian harian ruangan
d) Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV
Catheter dapat dilepas dengan cara:
Tutup saluran infuse.
Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV
catheter .
Kapas difiksasi dengan plester.
Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
b. Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada
klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan
darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah,
memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan
pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum,
kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan
darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit
cairan atau curah jantung menurun.
a) Alat dan Bahan Transfusi Darah
Standar Infus
Set Transfusi (Tranfusi Set)
Botol berisi NaCl 0,9%
Produk darah yang benar sesuai program medis
Pengalas
Torniket
Kapas alkohol
Plester
Gunting
Kassa steril
Betadine
Sarung tangan
b) Prosedur Kerja Transfusi Darah
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Cuci tangan
Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah
transfusi darah
Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan
infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
Buka set pemberian darah
Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States
of America : Mosby.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi
Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta.
Universitas Indonesia. (Diakses 12 Desember 2011 :
www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).
Kusuma, Hardhi.2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta: Media Hardy
NANDA. 2012. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Hardy

Anda mungkin juga menyukai