TINJAUAN TEORI
3. Gejala klinis
Gejala awal seseorang menjadi gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare tinja makin cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi
asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi
kering.
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung,
turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak
berkurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit,
pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus
kurang sekali, mulut ering dan sianosis.
(Mansjoer ,2000)
4. Patofisiologi
Mekasnisme dasar yang menyebabkan diare adalah adanya gangguan
osmotik yaitu akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga teradi
pergeseran air dan elek trolit ke dalam rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga akan timbul diare.
Penyebab yang kedua adanya gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misal toksik) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus selanjutnya timbul diare. Penyebab ketiga
adalah adanya gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan
menyebabkan berkurangnya usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam
lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati
atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas
jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi
enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri
memproduksi enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel.
Di dalam membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air
terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat
diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon
adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik
sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.
(Ngastiyah, 2006.,Mansjoer, 2000)
5. Diagnosis
a. berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder akibat diare.
(Nanda, 2005-2006)
c. Perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan dengan mal
absorbsi nutrien, mual muntah dan diare.
(Nanda NIC&NOC, 2007-2008, Nanda, 2010)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit karena
peningkatan BAB
e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder akibat
dehidrasi.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
kurang terpajan informasi adekuat.
(Nanda, 2010)
B. TINJAUAN TEORI PRIORITAS KEBUTUHAN CAIRAN
1. Definisi
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh; 60% dari
berat badan orang dewasa terdiri atas cairan (Patricia. 2010)
Saat cairan berpindah dari kompartemen tubuh, cairan terdiri atas substansi
yang terkadang disebut mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolit
(Christensen dan kockrow, 2003).
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan
atau kekurangan
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan atau pemindahan (perpindahan) cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler (Carpenito, 2000).
2. Penyebab kekurangan cairan elektrolit
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini
dalam bentuk karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme.
Kalori dalam cairan nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient
terdiri atas
Output untuk kenaikan suhu terutama IWL gunakan rumus : IWL + 200
(suhu tinggi - 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok output.
8. Tindakan Keperawatan untuk Pemenuhan Cairan Elektrolit
a. Pemberian infus
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan
cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makan.
Prosedur Pemasangan Infus
a) Pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan Jelas pada
rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada
kurang dimenggerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi
intruksi.
b) Persiapan :
Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter
yang akan digunakan.IV catheter cadangan atau wing
needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas
alkohol 70%,Bethadine, kasa steril, plester/hypafik, spalk,
larutan infuse yang akan diberikan.
Standar infuse.
Pencahayaan yang baik.
Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan
tenangkan pasien.
Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan
bagian tajam infusion set kedalam botol larutan infuse. Buka
saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa
menyisakan udara dalam selang infuse.
c) Lakukan pemasangan infuse.
Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan
rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri,kaki
kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki
kiri/kanan, Tomor mamae IV Line ditangan sisi berlawanan
pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien stroke pada sisi
yang tidak lumpuh
Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan
ditusuk menggunakan ligator khusus.
Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan
kiri,siapkan IV catheter ditangan kanan.
Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan
lubang jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat
arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak
masuk kedalam bagian reservoor jarum . hentikan dorongan.
Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar
bagian jarum sedikit .Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena
secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar
dari kanul . tahan bagian kanul dengan ibu jari kiri.
Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka
saluran infuse perhatikan apakah tetesan
lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan
membengkak,menandakan elestravasasi cairan sehingga
penusukan harus diulang dari awal.
Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan
plester /hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk
kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara
pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk dan keluar,catat
balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam
perincian harian ruangan
d) Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV
Catheter dapat dilepas dengan cara:
Tutup saluran infuse.
Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV
catheter .
Kapas difiksasi dengan plester.
Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
b. Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada
klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan
darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah,
memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan
pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum,
kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan
darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit
cairan atau curah jantung menurun.
a) Alat dan Bahan Transfusi Darah
Standar Infus
Set Transfusi (Tranfusi Set)
Botol berisi NaCl 0,9%
Produk darah yang benar sesuai program medis
Pengalas
Torniket
Kapas alkohol
Plester
Gunting
Kassa steril
Betadine
Sarung tangan
b) Prosedur Kerja Transfusi Darah
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Cuci tangan
Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah
transfusi darah
Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan
infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
Buka set pemberian darah
Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States
of America : Mosby.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi
Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta.
Universitas Indonesia. (Diakses 12 Desember 2011 :
www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).
Kusuma, Hardhi.2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta: Media Hardy
NANDA. 2012. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Hardy