Anda di halaman 1dari 13

TUGAS I REKAYASA HIDROLOGI

Evaporasi

Disusun Oleh :
Nama

: Ririn Rindayani

NIM

:1507113575

KELAS

:C

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa Saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan semua yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan Saya semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman Saya, Saya yakin
masih banyak kekurangan dalam paper ini, Oleh karena itu Saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan paper ini.

Pekanbaru, 28 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Perkiraan Evaporasi dengan Pendekatan Teoritik............................3
2.2 Pengukuran Evaporasi ....................................................................5
2.3 Faktor-faktor Evaporasi...................................................................6
2.4 Pendekatan Hitungan Evaporasi......................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

Definisi Penguapan atau Evaporasi adalah proses perubahan molekul dari


keadaan cair menjadi gas. Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Laju
evaporasi adalah laju neto antara evaporasi dan kondensasi yang sebanding
dengan perbedaan tekanan uap air dipermukaan air dan tekanan uap air di udara di
atasnya. Laju evaporasi pada suatu wilayah berkaitan erat dengan intensitas
radiasi matahari yang diterima pada wilayah tersebut. Secara umum, semakin
tinggi radiasi matahari yang diterima akan semakin tinggi pula laju evaporasi
yang berlangsung dengan asumsi bahwa tersedia cukup air untuk diuapkan.
Radiasi matahari actual yang diterima permukaan bumi dipengaruhi oleh keadaan
sebaran dan ketebalan awan
Selain pengaruh musim, laju evaporasi juga berbeda antara dataran tinggi
dengan dataran rendah. Laju evaporasi didataran rendah umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan laju evaporasi didataran tinggi atau pengunugan. Rendahnya
laju evaporasi didaerah pengunugan juga disebabkan karena penutupan awan yang
lebih intensif.
Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan
sumber sumber daya air laju evaporasi atau penguapan akan berubah ubah
menurut warna dan sifat pemantulan permukaan ( albedo ) dan berbeda pada
permukaan yang langsung tersinar matahari ( air bebas ) dan yang terlindung.
Penguapan hanya terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antar
permukaan dan udara diatasnya.
Evaporasi terus menerus memerlukan pemindahan uap air dari permukaan
sedikit keatas, tanpa memindahkan udara dekat bumi. Udara itu akan jenuh
dengan uap air dan evaporasi akan berhenti. Keperluan kedua untuk evaporasi
adalah suatu sumber panas. Permukaan menjadi dingin karena evaporasi.
Penguapan air akan menurunkan tekanan uap air jenuh. Bila tidak ada sumber
1

panas, kesetimbangan tidak lama dicapai dan evaporasi berhenti. Evaporasi juga
dipengaruhi oleh sifat fisika atau kimia cairan. ( Harto, Sri. 1998).
Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah
radiasi matahari, angin, kelembaban relative, dan suhu. Evaporasi merupakan
konversi air kedalam uap air, proses ini berjalan terus hampir tanpa henti disiang
hari dan kerap kali juga dimalam hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas
ini memerlukan energi berupa panas laten untuk evaporasi. Proses ini akan sangat
aktif jika ada penyinaran matahari langsung. Awan merupakan penghalang radiasi
matahari dan menghambat proses evaporasi. Jika air menguap ke atmosfer maka
lapisan batas antara permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air
sehingga proses penguapan berhenti. Agar proses tersebut dapat berjalan terus
lapisan harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu hanya mungkin kalau
ada angin yang akan menggeser komponen uap air. Jadi kecepatan angin
memegang peranan penting dalam proses evaporasi. ( Soemarto. 1995 ).
Jika kelembaban relative naik, maka kemampuan udara untuk menyerap air
akan berkurang sehingga laju evaporasinya menurun. Penggantian lapisan udara
pada batas tanah dan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak menolong
dalam memperbesar laju evaporasinya. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi,
proses evaporasinya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan
tanah rendah dengan adanya energi panas yang tersedia, kemampuan udara untuk
menyerap uap air naik. Jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek
ganda terhadap besarnya evaporasi dengan mempengaruhi kemampuan udara
menyerap air dan mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat penguapan.
Ssedangkan suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.(Lakitan)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor Evaporasi
Untuk memperkirakan besarnya penguapan yang terjadi diperlukan
data-data klimatologi. Beberapa instansi seperti BMKG, Dinas Pengairan,
dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data klimatologi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi, antara lain:
1. Radiasi matahari (solar radiation).
Evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini
terjadi hampir tanpa berhenti di siang hari dan sering kali juga di malam
hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan input
energi yang berupa panas latent atau evaporasi. Proses tersebut akan
sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari. Radiasi
matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung
pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari.
Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di
selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng
jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima
radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi
terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan.
Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan akan mengurangi
input energi, jadi akan menghambat proses evaporasi. Penutupan oleh
awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata
terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.
2. Angin (wind)
3

Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara tanah


dengan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi
terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang
telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian
tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin
merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan
banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang
terlindung dan udara diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada
musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa
banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari
tenggara yang kering.
3. Kelembaman Relatif (Relative Humidity)
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaman
relatif udara. Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan
udara tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada
permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya
penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan
udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air.
Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan
uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin
kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara
di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai
tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti.
Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut
cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara
tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan

dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban


udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.
4. Suhu (temperature)
Seperti disebutkan di atas, suatu input energi sangat diperlikan agar
evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses
evaporasi akan berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan suhu udara
dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia. Di daerah
beriklim tropis jumlah evaporasi lebih tinggi, di banding dengan daerah
di kutub (daerah beriklim dingin). Karena kemampuan udara untuk
menyerap uap air akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara
mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi, sadangkan suhu
tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal. Untuk variasi harian dan
bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.
2.2 Pengukuran Evaporasi
Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan pendekatan teoritis
maupun dengan pengukuran langsung. Cara pertama memerlukan banyak
data meteorologi dan data penunjang lain yang tidak selalu mudah
didapatkan. Oleh karena itu pengukuran langsung di lapangan sering
dilakukan untuk keperluan analisis secara lebih praktis.
1. Atmometer
Alat pengukur evaporasi ini cukup sederhana, berupa bejana
berpori yang diisi air. Besarnya penguapan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya harian didapatkan dari nilai selisih pembacaan sebelum dan
sesudah percobaan. Beberapa jenis atmometer antara lain Piche,
Livingstone dan Black Bellani.
2. Evaporation Pan
Untuk mengukur evaporasi dari muka air bebas dapat digunakan
panci penguapan (evaporation pan). Terdapat tiga macam panci

penguapan yang sering digunakan, yaitu panci penguapan klas A (class A


evaporation pan), panci penguapan tertanam (sunken evaporation pan)
dan panci penguapan terapung (floating evaporation pan). Pada
prinsipnya pengukuran evaporasi dengan ketiga macam alat tersebut
sama, yaitu dengan pembacaan tinggi muka air di panci pada dua saat
yang berbeda sesuai dengan interval waktu pengukuran yang diinginkan.
Pada setiap pengamatan umumnya juga dilakukan pengukuran
temperatur air. Pan evaporasi lebih sering digunakan untuk mengukur
evaporasi harian yang dinyatakan dalam mm/hari.
2.3 Perkiraan Evaporasi dengan Pendekatan Teoritik
Seperti telah disinggung pada uraian tentang fator-faktor yang
mempengaruhi laju penguapan, pendekatan teoritik untuk perkiraan nilai
penguapan memerlukan data parameter klimatologi. Data tersebut meliputi :
1. temperatur udara (T),
2. kelembaban relatif udara atau relative humidity (RH),
3. kecepatan angin pada ketinggian tertentu, yang umumnya diukur pada
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (U2),
4. lama penyinaran matahari atau sunshine duration dalam jam (n),
5. lama penyinaran matahari maksimum pada suatu hari tertentu di lokasi
pengukuran (N),
6. radiasi matahari (Rn)
Dan kemungkinan data lain tergantung pada pendekatan yang
digunakan untuk menurunkan rumus empiris hitungan evaporasi
2.4 Pendekatan Hitungan Evaporasi
1. Persamaan keseimbangan air (water balance)
I O S

Cara ini sangat sederhana dengan rumus berikut ini:

dengan:
I = total inflow

O = total outflow
S = selisih jumlah tampungan

2. Persamaan keseimbangan energi (energy balance method)


Sumber energi panas untuk proses penguapan pada permukaan air
adalah perubahan panas neto (net radiation flux) di permukaan bumi
(Rn). Besarnya Rn merupakan selisih antara serapan panas efektif di
permukaan bumi dan pancaran panas ke udara (emitted radiation).
3. Aerodynamic method.
Selain suplai energi panas, faktor lain yang mengontrol laju
evaporasi adalah kemampuan untuk memindahkan uap air dari
permukaan air. Proses pemindahan uap air ini akan tergantung kepada
besarnya pertambahan kelembaban arah vertikal (gradient of humidity)
dan kecepatan angin di udara dekat permukaan air. Kedua proses
tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan persamaan perpindahan
massa dan momentum di udara. Penurunan rumus hitungan evaporasi
dengan cara ini menghasilkan persamaan berikut (Chow, dkk., 1988):
Ea =B( e ase a)
dengan:
Ea = evaporasi dari muka air bebas selama periode pengamatan
B = faktor empiris tergantung kepada konstanta von Karman (k)
rapat massa udara (a), rapat massa air (w), kecepatan angin pada 2 m di
atas permukaan (U2) dan tekanan udara ambient (p),
eas = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur sama dengan
temperatur air,
ea = tekanan uap nyata pada ketinggian pengamatan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan tanah, air, dan
permuaakan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi matahari dan
ketersediaan air adalah dua unsur utama dari proses evaporasi. Evaporasi
dapat terjadi pada tubuh perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk)
permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kecepatan dan kelambatan evaporasi dan
transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-macam antara lain : temperatur
air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan udara,
intensitas sinar matahari, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/makalah-penguapan-hidrologi.html
http://www.galeripustaka.com/2013/03/pengertian-dan-faktor-evaporasi.html
http://musbir.blogspot.co.id/2013/03/penguapan-evaporasi.html?m=1
http://sap.gunadarma.ac.id/upload/KD-031225.doc
Harto, Sri. 1998. Analisis Hidrologi, Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Soemarto. 1995. Hidrologi Tehnik. Jakarta, Erlangga
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar dasar Klimatologi. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai