Anda di halaman 1dari 31

Pengertian Dan Ketentuan Tentang Kompensasi Kerugian Fiskal Bagi

Wajib Pajak Badan Dan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang


Menggunakan Pembukuan Untuk Tahun Pajak 2009, 2010, 2011,
2012 Dan Seterusnya
Pengertian dan ketentuan Kompensasi Kerugian Fiskal dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
diatur sebagai berikut :
1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila
sebelumnya terdapat kerugian fiskal (SPT
Nihil/Lebih Bayar tetapi ada kerugian) .

untuk tahun pajak


Tahunan dilaporkan

2. Kerugian Fiskal timbul apabila penghasilan bruto yang dikurangi oleh


pengurangan yang diperbolehkan mengalami kerugian,
3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto
fiskal atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya sesudah
tahun didapatnya kerugian tersebut berturut-turut sampai dengan 5
(lima) tahun.
4. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal berlaku
untuk tahun pajak mulai tahun 2009, untuk tahun pajak sebelumnya
berlaku ketentuan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang
Pajak Penghasilan.
Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan
pembukuan dapat menghitung Kompensasi kerugian sesuai ketentuan
tersebut diatas .
Contoh Perhitungan Pengakuan Kompensasi kerugian Fiskal Bagi Wajib Pajak
Badan Dan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan Untuk
Tahun Pajak 2009, 2010, 2011, 2012 Dan Seterusnya
Perhitungan ini untuk tahun Pajak 2009 dan seterusnya
Apabila perhitungan Laba/Rugi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menggunakan pembukuan berdasarkan akuntansi pajak
ternyata mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.

Contoh perhitungan Kompensasi Kerugian :


PT Aditya Putra Jaya dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar
Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun
berikutnya laba rugi fiskal PT Aditya Putra Jaya sebagai berikut :
2010
laba

: Rp200.000.000,00

2011
rugi

: (Rp300.000.000,00)

2012
laba

: Rp N I H I L

2013
laba

: Rp100.000.000,00

2014
laba

: Rp800.000.000,00

Perhitungan Kompensasi kerugian PT Aditya Putra


Laporan Laba/Rugi tersebut dilakukan sebagai berikut :
Rugi
2009

fiskal

tahun (Rp1.200.000.000,00)

Laba
2010

fiskal

tahun Rp 200.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun (Rp1.000.000.000,00)


2009
Rugi
2011

fiskal

tahun (Rp 300.000.000,00)

Sisa rugi fiskal tahun (Rp1.000.000.000,00)


2009
Laba
2012

fiskal

tahun Rp

NIHIL

(+)

Sisa rugi fiskal tahun (Rp1.000.000.000,00)


2009
Laba
2013

fiskal

tahun Rp 100.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun (Rp 900.000.000,00)

Jaya

atas

2009
Laba
2014

fiskal

tahun Rp 800.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun (Rp 100.000.000,00)


2009

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi
dengan laba fiskal tahun 2015, sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya boleh dikompensasikan
dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima
tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
Sehingga untuk Tahun Pajak 2009 sampai dengan 2014 tidak ada PPh Badan
yang
terutang.
Perhitungan tersebut diatas berlaku juga apabila yang mengalami kerugian
adalah wajib pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan
Tarif
Pajak
PPh
Badan
Pasal
25/29
Tarif Pajak PPh Badan digunakan untuk menghitung PPh Badan terutang bagi
Wajib Pajak Badan yang memperoleh penghasilan dari Objek Pajak Non Final
berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
PPh.
Tarif Pajak PPh Badan dari penghasilan Non Final adalah berdasarkan Pasal
17 dan 31 E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh.
Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015
dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015
berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut :
1. Tarif Pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari
Penghasilan Kena Pajak.
2. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari
jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa

efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya


dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah
daripada tarif tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
3. Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)
mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif tersebut (25 %) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah).
4. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena
Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
5. Tarif Pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena
pajak Wajib Pajak Badan yang tidak termasuk dalam kriteria
Wajib Pajak Badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2
berdasarkan PP 46 Tahun 2013.

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan untuk Tahun Pajak 2015
berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Atas peredaran usaha bruto bulan Januari sampai dengan
Desember 2015 dari Wajib Pajak Badan yang mempunyai kriteria
tertentu berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh
Final Pasal 4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran usaha bruto dan
bersifat final.

Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Badan Dengan Peredaran Bruto


Sampai Dengan Rp.4.800.000.000,Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Sampai Dengan Rp.4.800.000.000,- Untuk Tahun Pajak 2015
Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.

Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
1. berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan atau;
2. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh
Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto sampai
dengan Rp. 4.800.000.000,00 apabila :
1. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya
dengan Rp. 4.800.000.000,00

jumlahnya sampai

2. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari


Rp. 4.800.000.000,00.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 Untuk Tahun Pajak
2015 apabila Peredaran Bruto Pada Tahun Pajak 2014 jumlahnya
sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 adalah sebagai berikut :
PT Cahaya Nirwana Abadi adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan
usaha dalam bidang perdagangan alat elektronik.
Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp 3.152.345.000,00 .
Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp 3.876.860.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 323.600.000.
2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 312.650.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 295.320.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 321.200.000.

5. Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 314.860.000.


6. Penjualan Kotor bulan Juni2015 adalah sebesar 326.230.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 368.200.000.
8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 345.782.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 319.862.000.
10.
Penjualan
316.852.000.

Kotor

bulan

Oktober

11.
Penjualan
314.652.000.

Kotor

bulan

Nopember

12.
Penjualan
317.652.000.

Kotor

bulan

Desember

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak
2014 sebesar Rp 3.152.345.000,00 atau tidak melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan untuk Tahun
Pajak 2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Sehingga atas Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun
Pajak 2015 sebesar Rp 3.876.860.000,00 akan dikenakan PPh Pasal 4
ayat 2 untuk setiap bulan dengan tarif sebesar 1 % (satu persen).
Pajak Penghasilan yang harus disetor oleh PT Cahaya Nirwana Abadi untuk
Tahun Pajak 2015 sebagai berikut :
PPh Pasal 4
Bulan
Peredaran Bruto
Tarif Pajak
ayat 2
Januari
323.600.000
1%
3.236.000
Pebruari
312.650.000
1%
3.126.500
Maret
295.320.000
1%
2.953.200
April
321.200.000
1%
3.212.000
Mei
314.860.000
1%
3.148.600
Juni
326.230.000
1%
3.262.300

Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah

368.200.000
345.782.000
319.862.000
316.852.000
314.652.000
317.652.000
3.876.860.000

1
1
1
1
1
1

%
%
%
%
%
%

3.682.000
3.457.820
3.198.620
3.168.520
3.146.520
3.176.520
38.768.600

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015
apabila Peredaran Bruto Pada Tahun Pajak 2014 jumlahnya lebih
dari Rp. 4.800.000.000,00 :
PT Roti Sari Rasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Roti.
Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
5.235.000.000,00.
Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
4.356.235.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar 426.436.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 5.235.000.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Karena Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2015
sebesar
Rp
4.356.235.000,00
atau
tidak
melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan dihitung dengan
cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
Pajak
Penghasilan
yang
terutang
(50% x 25%) x Rp 426.436.000,00 = Rp 53.304.500,00.

Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas


Rp.4.800.000.000,- s/d Rp.50.000.000.000,Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas Rp.
4.800.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,- untuk Tahun
Pajak 2015 :
Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
1. berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan atau;
2. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh
Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas
Rp.4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 apabila :
1. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya
dengan Rp. 4.800.000.000,00.

jumlahnya sampai

2. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari


Rp. 4.800.000.000,00.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto
Diatas
Rp.4.800.000.000,00
sampai
dengan
Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 :
CV.Manis Makmur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha
dalam bidang Penjualan Alat dan Mesin Pertanian.
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
4.750.000.000,00 .

Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp


5.455.532.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 435.652.000.
2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 468.560.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 449.870.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 435.800.000.
5. Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 475.600.000.
6. Penjualan Kotor bulan Juni 2015 adalah sebesar 468.750.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 495.000.000.
8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 436.520.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 435.200.000.
10.
Penjualan
463.500.000.

Kotor

bulan

Oktober

11.
Penjualan
412.560.000.

Kotor

bulan

Nopember

12.
Penjualan
478.520.000.

Kotor

bulan

Desember

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014
sebesar
Rp
4.750.000.000.000,00
atau
tidak
melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak
2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Meskipun Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015
sebesar Rp 5.455.532.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan

tetapi Perhitungan PPh Badan dihitung dengan cara Peredaran Usaha


Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu persen). Hal ini
terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya (Tahun
2013) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp
4.750.000.000,00 .

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmur untuk


Tahun Pajak 2015 sebagai berikut :
PPh Pasal 4
Bulan
Peredaran Bruto
Tarif Pajak
ayat 2
Januari
435.652.000
1%
4.356.520
Pebruari
468.560.000
1%
4.685.600
Maret
449.870.000
1%
4.498.700
April
435.800.000
1%
4.358.000
Mei
475.600.000
1%
4.756.000
Juni
468.750.000
1%
4.687.500
Juli
495.000.000
1%
4.950.000
Agustus
436.520.000
1%
4.365.200
September 435.200.000
1%
4.352.000
Oktober
463.500.000
1%
4.635.000
Nopember 412.560.000
1%
4.125.600
Desember 478.520.000
1%
4.785.200
Jumlah
5.455.532.000
54.555.320
PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto
Diatas
Rp.4.800.000.000,00
sampai
dengan
Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto
PadaTahun
Pajak
2014
jumlahnya
lebih
dari
Rp.
4.800.000.000,00 :
PT Asia Baja Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha
dalam bidang Penjualan Besi dan Baja.
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
6.245.753.000,00 .

Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
7.256.458.000,00
dengan
Penghasilan
Kena
Pajak
sebesar
Rp.765.459.000,00
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015
sebesar Rp 7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan dihitung dengan cara Penghasilan Kena
Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan dengan mendapatkan fasilitas
pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan pengurangan 50 %
yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Perhitungan
Penghasilan
Kena
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
765.459.000 - 506.335.625 = 259.123.375
Pajak
Penghasilan
yang
Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25 % x 50 % x 506.335.625 = 63.291.875
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x 259.123.375 = 64.780.750.

Pajak

terutang

Total PPh Badan Terutang :


63.291.875 + 64.780.750 = 128.072.625
Contoh
Perhitungan
Rp.50.000.000.000,-

PPh

Badan

untuk

Peredaran

Contoh Perhitungan PPh Badan dengan Peredaran


Rp.50.000.000.000,- untuk Tahun Pajak 2015 :

Bruto

Bruto

diatas

Lebih Dari

Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
1.

berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008


Tentang Pajak Penghasilan atau;

2.

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh


Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Lebih Dari
Rp.50.000.000.000,00 apabila :
1.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya


dengan Rp. 4.800.000.000,00

jumlahnya sampai

2.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari Rp.


4.800.000.000,00.

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto
PadaTahun
Pajak
2014
jumlahnya
sampai
dengan
Rp.
4.800.000.000,00 :
CV.Abadi Mulya adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Alat Tulis Kantor.
Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
3.245.265.000,00 .

Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
53.586.650.000,00 dengan perincian sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 4.632.000.000.


Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 4.526.000.000.
Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 4.123.000.000.
Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 4.358.000.000.
Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 4.261.000.000.
Penjualan Kotor bulan Juni2015 adalah sebesar 4.498.000.000.
Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 4.84.600.0000.
Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 4.714.000.000.
Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 4.923.000.000.
Penjualan Kotor bulan Oktober 2015 adalah sebesar 4.132.650.000.
Penjualan Kotor bulan Nopember 2015 adalah sebesar 4.246.500.000.
Penjualan Kotor bulan Desember 2015 adalah sebesar 4.326.500.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp 3.245.265.000,00 atau tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu.

2. Meskipun Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp 53.586.650.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 dihitung dengan cara
Peredaran Usaha Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu persen).
Hal ini terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya (Tahun
2014) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp
3.245.265.000,00 .

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV. Abadi Mulya untuk Tahun
Pajak 2015 sebagai berikut :
Bulan

Peredaran Bruto

Tarif Pajak

PPh Pasal
ayat 2

Januari

4.632.000.000

1%

46.320.000

Pebruari

4.526.000.000

1%

45.260.000

Maret

4.123.000.000

1%

41.230.000

April

4.358.000.000

1%

43.580.000

Mei

4.261.000.000

1%

42.610.000

Juni

4.498.000.000

1%

44.980.000

Juli

4.846.000.000

1%

48.460.000

Agustus

4.714.000.000

1%

47.140.000

September

4.923.000.000

1%

49.230.000

Oktober

4.132.650.000

1%

41.326.500

Nopember

4.246.500.000

1%

42.465.000

Desember

4.326.500.000

1%

43.265.000

Jumlah

53.586.650.000

535.866.500

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 :

PT Surya Agung Sejati adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha


dalam bidang Penjualan Mobil.
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
5.365.252.000,00 .
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
51.236.759.000,00
dengan
Penghasilan
Kena
Pajak
sebesar
Rp.4.956.813.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1.

Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 5.365.252.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan Pasal 17
dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

2.

Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 51.236.759.000,00 atau melebihi Rp.50.000.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 dihitung dengan cara
Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan sebesar 25 % yang
dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 4.956.813.000,00 .

Perhitungan
Penghasilan
Kena
Pajak
:
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas : Rp. 4.956.813.000,00

Pajak
Penghasilan
yang
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :

terutang

25% x 4.956.813.000= 1.239.203.250.


Jadi atas Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 4.956.813.000,00 dikenakan
Pajak Penghasilan Badan sebesar Rp. 1.239.203.250,00
Catatan :
Untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan dalam ribuan kebawah.
Tarif Pajak PPh Pasal 4 Ayat 2 Untuk Wajib Pajak Badan Berdasarkan
PP Nomor 46 Tahun 2013
Atas Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Badan yang berasal dari
penghasilan yang bersifat non final akan dikenakan Pajak Penghasilan. Pajak
Penghasilan tersebut dapat dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak atau atas
Peredaran Usaha Wajib Pajak Badan.
Ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima
Wajib Pajak Badan tersebut mulai berlaku sejak Tanggal 1 Juli 2013
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni
2013, sedangkan sebelumnya Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari Wajib Pajak Badan yang berasal dari penghasilan yang
bersifat non final.

Pajak Penghasilan yang dikenakan berdasarkan PP Nomor 46 Tahun


2013 dikenakan terhadap Wajib Pajak Badan yang memiliki Peredaran Bruto
tertentu .
Wajib Pajak Badan yang memiliki Peredaran Bruto tertentu adalah Wajib
Pajak yang mempunyai kriteria:
1. Wajib Pajak Badan .
2. Wajib Pajak Badan Menerima penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 dalam 1 (satu)
Tahun Pajak pada tahun pajak sebelumnya.
3. Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari
usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun
Pajak yang bersangkutan.
Pajak Penghasilan yang dikenakan berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
2013 tidak dikenakan terhadap Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria :
1. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial.
2. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp4.800.000.000,00.
3. Wajib Pajak Badan dalam tahun pajak sebelumnya Menerima
penghasilan
dari
usaha
dengan peredaran
bruto
melebihi
Rp4.800.000.000,00 dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Wajib Pajak Badan tersebut dikenakan tariff pajak berdasarkan Pasal 17 dan
31 E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
dihitung dari Penghasilan Kena Pajak.
Tarif Pajak PPh Pasal 4 Ayat 2 Untuk Wajib Pajak Badan Berdasarkan
PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Besarnya tarif Pajak Penghasilan adalah sebesar 1% (satu persen) dan
bersifat final.

2. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak


Penghasilan yang bersifat final tersebut adalah jumlah peredaran bruto
setiap bulan.
3. Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif Pajak
Penghasilan sebesar 1 % dikalikan dengan dasar pengenaan pajak.
4. Pengenaan Pajak Penghasilan sebesar 1% didasarkan pada peredaran
bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir
sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan.
Contoh Perhitungan Tarif Pajak PPh Pasal 4 Ayat 2 Untuk Wajib
Pajak Badan Berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai
berikut :
CV.Baruna Jaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha
penjualan peralatan untuk nelayan.
CV.Baruna Jaya mempunyai data sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari s/d Desember 2013 adalah sebesar
4.312.000.000.
2. Penjualan Kotor bulan Januari 2014 adalah sebesar 321.000.000.
3. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2014 adalah sebesar 365.000.000.
4. Penjualan Kotor bulan Maret 2014 adalah sebesar 435.000.000.
5. Penjualan Kotor bulan April 2014 adalah sebesar 415.000.000.
6. Penjualan Kotor bulan Mei 2014 adalah sebesar 369.000.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juni2014 adalah sebesar 458.000.000.
8. Penjualan Kotor bulan Juli 2014 adalah sebesar 463.000.000.
9. Penjualan Kotor bulan Agustus 2014 adalah sebesar 378.000.000.
10.
Penjualan
467.000.000.

Kotor

11.
Penjualan
395.000.000.

Kotor

bulan

bulan

September

Oktober

2014

2014

adalah

sebesar

adalah

sebesar

12.
Penjualan
467.000.000.

Kotor

bulan

Nopember

2014

adalah

sebesar

13.
Penjualan
416.000.000.

Kotor

bulan

Desember

2014

adalah

sebesar

Pajak Penghasilan yang harus disetor oleh


Tahun Pajak 2014 sebagai berikut :
Masa Pajak Peredaran Bruto
Tarif Pajak
Januari
321.000.000
1%
Pebruari
365.000.000
1%
Maret
435.000.000
1%
April
415.000.000
1%
Mei
369.000.000
1%
Juni
458.000.000
1%
Juli
463.000.000
1%
Agustus
378.000.000
1%
September 467.000.000
1%
Oktober
395.000.000
1%
Nopember 467.000.000
1%
Desember 416.000.000
1%
Jumlah
4.949.000.000

CV.Baruna Jaya untuk


PPh Pasal 4 ayat 2
3.210.000
3.650.000
4.350.000
4.150.000
3.690.000
4.580.000
4.630.000
3.780.000
4.670.000
3.950.000
4.670.000
4.160.000
49.490.000

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Badan Dengan Peredaran Bruto


Sampai Dengan Rp.4.800.000.000,Cara Dan Contoh Perhitungan PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Sampai Dengan Rp.4.800.000.000,- Untuk Tahun Pajak 2015
Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :

1. berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008


Tentang Pajak Penghasilan atau;
2. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh
Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto sampai
dengan Rp. 4.800.000.000,00 apabila :
1. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya
dengan Rp. 4.800.000.000,00

jumlahnya sampai

2. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari


Rp. 4.800.000.000,00.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 Untuk Tahun Pajak
2015 apabila Peredaran Bruto Pada Tahun Pajak 2014 jumlahnya
sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 adalah sebagai berikut :
PT Cahaya Nirwana Abadi adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan
usaha dalam bidang perdagangan alat elektronik.
Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp 3.152.345.000,00 .
Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp 3.876.860.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 323.600.000.
2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 312.650.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 295.320.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 321.200.000.
5. Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 314.860.000.
6. Penjualan Kotor bulan Juni2015 adalah sebesar 326.230.000.

7. Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 368.200.000.


8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 345.782.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 319.862.000.
10.
Penjualan
316.852.000.

Kotor

bulan

Oktober

11.
Penjualan
314.652.000.

Kotor

bulan

Nopember

12.
Penjualan
317.652.000.

Kotor

bulan

Desember

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun Pajak
2014 sebesar Rp 3.152.345.000,00 atau tidak melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan untuk Tahun
Pajak 2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Sehingga atas Peredaran Bruto PT Cahaya Nirwana Abadi dalam Tahun
Pajak 2015 sebesar Rp 3.876.860.000,00 akan dikenakan PPh Pasal 4
ayat 2 untuk setiap bulan dengan tarif sebesar 1 % (satu persen).
Pajak Penghasilan yang harus disetor oleh PT Cahaya Nirwana Abadi untuk
Tahun Pajak 2015 sebagai berikut :
PPh Pasal 4
Bulan
Peredaran Bruto
Tarif Pajak
ayat 2
Januari
323.600.000
1%
3.236.000
Pebruari
312.650.000
1%
3.126.500
Maret
295.320.000
1%
2.953.200
April
321.200.000
1%
3.212.000
Mei
314.860.000
1%
3.148.600
Juni
326.230.000
1%
3.262.300
Juli
368.200.000
1%
3.682.000
Agustus
345.782.000
1%
3.457.820
September 319.862.000
1%
3.198.620
Oktober
316.852.000
1%
3.168.520

Nopember
Desember
Jumlah

314.652.000
317.652.000
3.876.860.000

1%
1%

3.146.520
3.176.520
38.768.600

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015
apabila Peredaran Bruto Pada Tahun Pajak 2014 jumlahnya lebih
dari Rp. 4.800.000.000,00 :
PT Roti Sari Rasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Roti.
Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
5.235.000.000,00.
Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
4.356.235.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar 426.436.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 5.235.000.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Karena Peredaran Bruto PT Roti Sari Rasa dalam Tahun Pajak 2015
sebesar
Rp
4.356.235.000,00
atau
tidak
melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan dihitung dengan
cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku
Pajak
Penghasilan
yang
terutang
(50% x 25%) x Rp 426.436.000,00 = Rp 53.304.500,00.

Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas


Rp.4.800.000.000,- s/d Rp.50.000.000.000,-

Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas Rp.


4.800.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,- untuk Tahun
Pajak 2015 :
Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
1. berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan atau;
2. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh
Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas
Rp.4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 apabila :
1. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya
dengan Rp. 4.800.000.000,00.

jumlahnya sampai

2. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari


Rp. 4.800.000.000,00.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto
Diatas
Rp.4.800.000.000,00
sampai
dengan
Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 :
CV.Manis Makmur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha
dalam bidang Penjualan Alat dan Mesin Pertanian.
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
4.750.000.000,00 .
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
5.455.532.000,00 dengan perincian sebagai berikut :

1. Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 435.652.000.


2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 468.560.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 449.870.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 435.800.000.
5. Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 475.600.000.
6. Penjualan Kotor bulan Juni 2015 adalah sebesar 468.750.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 495.000.000.
8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 436.520.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 435.200.000.
10.
Penjualan
463.500.000.

Kotor

bulan

Oktober

11.
Penjualan
412.560.000.

Kotor

bulan

Nopember

12.
Penjualan
478.520.000.

Kotor

bulan

Desember

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

2015

adalah

sebesar

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1. Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2014
sebesar
Rp
4.750.000.000.000,00
atau
tidak
melebihi
Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak
2015 adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Meskipun Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015
sebesar Rp 5.455.532.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan
tetapi Perhitungan PPh Badan dihitung dengan cara Peredaran Usaha
Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu persen). Hal ini
terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya (Tahun

2013) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar


4.750.000.000,00 .

Rp

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmur untuk


Tahun Pajak 2015 sebagai berikut :
PPh Pasal 4
Bulan
Peredaran Bruto
Tarif Pajak
ayat 2
Januari
435.652.000
1%
4.356.520
Pebruari
468.560.000
1%
4.685.600
Maret
449.870.000
1%
4.498.700
April
435.800.000
1%
4.358.000
Mei
475.600.000
1%
4.756.000
Juni
468.750.000
1%
4.687.500
Juli
495.000.000
1%
4.950.000
Agustus
436.520.000
1%
4.365.200
September 435.200.000
1%
4.352.000
Oktober
463.500.000
1%
4.635.000
Nopember 412.560.000
1%
4.125.600
Desember 478.520.000
1%
4.785.200
Jumlah
5.455.532.000
54.555.320
PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran
Bruto
Diatas
Rp.4.800.000.000,00
sampai
dengan
Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto
PadaTahun
Pajak
2014
jumlahnya
lebih
dari
Rp.
4.800.000.000,00 :
PT Asia Baja Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha
dalam bidang Penjualan Besi dan Baja.
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
6.245.753.000,00 .
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
7.256.458.000,00
dengan
Penghasilan
Kena
Pajak
sebesar
Rp.765.459.000,00
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :

1. Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan adalah berdasarkan Pasal 17dan 31E
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015
sebesar Rp 7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00,
maka Perhitungan PPh Badan dihitung dengan cara Penghasilan Kena
Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan dengan mendapatkan fasilitas
pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan pengurangan 50 %
yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Perhitungan
Penghasilan
Kena
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
765.459.000 - 506.335.625 = 259.123.375
Pajak
Penghasilan
yang
Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25 % x 50 % x 506.335.625 = 63.291.875
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x 259.123.375 = 64.780.750.

Pajak

terutang

Total PPh Badan Terutang :


63.291.875 + 64.780.750 = 128.072.625
Catatan :
Untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan dalam ribuan kebawah.

Contoh Perhitungan PPh Badan dengan Peredaran


Rp.50.000.000.000,- untuk Tahun Pajak 2015 :

Bruto

Lebih Dari

Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi
Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria
objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan


besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak
sebelumnya baru dilakukan perhitungan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
1.

berdasarkan Pasal 17 dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008


Tentang Pajak Penghasilan atau;

2.

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh


Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang bagaimana Cara dan
Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Lebih Dari
Rp.50.000.000.000,00 apabila :
1.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya


dengan Rp. 4.800.000.000,00

jumlahnya sampai

2.

Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari Rp.


4.800.000.000,00.

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto
PadaTahun
Pajak
2014
jumlahnya
sampai
dengan
Rp.
4.800.000.000,00 :
CV.Abadi Mulya adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Alat Tulis Kantor.
Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
3.245.265.000,00 .

Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
53.586.650.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
1.
2.

Penjualan Kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar 4.632.000.000.


Penjualan Kotor bulan Pebruari 2015 adalah sebesar 4.526.000.000.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Penjualan Kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar 4.123.000.000.


Penjualan Kotor bulan April 2015 adalah sebesar 4.358.000.000.
Penjualan Kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar 4.261.000.000.
Penjualan Kotor bulan Juni2015 adalah sebesar 4.498.000.000.
Penjualan Kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar 4.84.600.0000.
Penjualan Kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar 4.714.000.000.
Penjualan Kotor bulan September 2015 adalah sebesar 4.923.000.000.
Penjualan Kotor bulan Oktober 2015 adalah sebesar 4.132.650.000.
Penjualan Kotor bulan Nopember 2015 adalah sebesar 4.246.500.000.
Penjualan Kotor bulan Desember 2015 adalah sebesar 4.326.500.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2014 sebesar
Rp 3.245.265.000,00 atau tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu.

2. Meskipun Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam Tahun Pajak 2015 sebesar
Rp 53.586.650.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 dihitung dengan cara
Peredaran Usaha Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu persen).
Hal ini terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya (Tahun
2014) tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp
3.245.265.000,00 .

Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV. Abadi Mulya untuk Tahun
Pajak 2015 sebagai berikut :
Bulan

Peredaran Bruto

Tarif Pajak

PPh Pasal
ayat 2

Januari

4.632.000.000

1%

46.320.000

Pebruari

4.526.000.000

1%

45.260.000

Maret

4.123.000.000

1%

41.230.000

April

4.358.000.000

1%

43.580.000

Mei

4.261.000.000

1%

42.610.000

Juni

4.498.000.000

1%

44.980.000

Juli

4.846.000.000

1%

48.460.000

Agustus

4.714.000.000

1%

47.140.000

September

4.923.000.000

1%

49.230.000

Oktober

4.132.650.000

1%

41.326.500

Nopember

4.246.500.000

1%

42.465.000

Desember

4.326.500.000

1%

43.265.000

Jumlah

53.586.650.000

535.866.500

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan


paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak
411128-420.

Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto
Lebih Dari Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2015 apabila Peredaran
Bruto PadaTahun Pajak 2014 jumlahnya lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 :

PT Surya Agung Sejati adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha


dalam bidang Penjualan Mobil.
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
5.365.252.000,00 .
Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
51.236.759.000,00
dengan
Penghasilan
Kena
Pajak
sebesar
Rp.4.956.813.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :


1.

Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 5.365.252.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 adalah berdasarkan Pasal 17
dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

2.

Karena Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014
sebesar Rp 51.236.759.000,00 atau melebihi Rp.50.000.000.000,00, maka
Perhitungan PPh Badan untuk tahun pajak 2015 dihitung dengan cara
Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan sebesar 25 % yang
dihitung dari Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 4.956.813.000,00 .

Perhitungan
Penghasilan
Kena
Pajak
:
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas : Rp. 4.956.813.000,00

Pajak
Penghasilan
yang
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :

terutang

25% x 4.956.813.000= 1.239.203.250.


Jadi atas Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 4.956.813.000,00 dikenakan
Pajak Penghasilan Badan sebesar Rp. 1.239.203.250,00
Catatan :
Untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan dalam ribuan kebawah.

Pengertian PPh Pasal 25


Pengertian PPh Pasal 25 adalah :
Besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak
Badan untuk setiap bulan dari Masa Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak
Desember.
Angsuran Pajak PPh Pasal 25 harus dibayarkan atau disetorkan setiap bulan
paling lambat tanggal 15 bulan berikut. Apabila tanggal 15 merupakan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran atau
penyetoran pajak tersebut dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pembayaran atau penyetoran angsuran PPh Pasal 25 dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi atau Kantor Pos.
Contoh :

Untuk PPh Pasal 25 Masa Pajak Januari 2015, maka angsuran PPh Pasal 25
harus disetor atau dibayar paling lambat tanggal 15 Pebruari 2015. Akan
tetapi karena Tanggal 15 Pebruari 2015 jatuh pada hari Minggu, maka PPh
Pasal 25 Masa Pajak Januari 2015 dapat disetorkan atau dibayarkan pada
hari Senin Tanggal 16 Pebruari 2015.
Angsuran Pajak PPh Pasal 25 harus dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak
paling lambat tanggal 20 bulan berikut. Apabila tanggal 20 merupakan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka pelaporan pajak
tersebut dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Contoh :
Untuk masa pajak Mei 2015, maka angsuran PPh Pasal 25 dilaporkan paling
lambat tanggal 20 Juni 2015, Akan tetapi karena Tanggal 20 Juni 2015 jatuh
pada hari Sabtu, maka PPh Pasal 25 Masa Pajak Mei 2015 dapat dilaporkan
pada hari Senin Tanggal 22 Juni 2015.
Besarnya Angsuran Pajak PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi dan SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak sebelumnya atau
data lainnya sesuai ketentuan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
Apabila tidak ada hal khusus seperti penerbitan SKPKB hasil pemeriksaan,
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan lain-lain, maka perhitungan PPh
Pasal 25 adalah sebagai berikut :

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Badan :


1. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan
Maret adalah sebesar Angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak
Desember Tahun sebelumnya.
2. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak April sampai dengan
Desember adalah sebesar Angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan
perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 yang terdapat dalam SPT
Tahunan PPh Badan Tahun Pajak sebelumnya.
3. Angsuran PPh Pasal 25 tersebut diatas adalah apabila SPT
Tahunan PPh Badan Tahun Pajak sebelumnya dilaporkan pada
bulan April Tahun berjalan, tetapi apabila SPT Tahunan PPh Badan

tersebut dilaporkan sebelum bulan April Tahun berjalan, maka


Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Berjalan disetorkan
berdasarkan perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan
perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 yang terdapat dalam SPT
Tahunan PPh Badan tersebut.
4. Mulai Masa Pajak Juli 2013 perhitungan Angsuran PPh Pasal 25
untuk Wajib Pajak Badan harus memperhatikan PP Nomor 46
Tahun 2013.

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi :


1. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan
Pebruari adalah sebesar Angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak
Desember Tahun sebelumnya.
2. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak Maret sampai dengan
Desember adalah sebesar Angsuran PPh Pasal 25 berdasarkan
perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 yang terdapat dalam SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak sebelumnya.
3. Angsuran PPh Pasal 25 tersebut diatas adalah apabila SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak sebelumnya dilaporkan
pada bulan Maret Tahun berjalan, tetapi apabila SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi tersebut dilaporkan sebelum bulan Maret Tahun
berjalan, maka Angsuran PPh Pasal 25 dalam Tahun Berjalan
disetorkan berdasarkan perhitungan Angsuran PPh Pasal 25
berdasarkan perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 yang terdapat
dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tersebut.
4. Mulai Masa Pajak Juli 2013 perhitungan Angsuran PPh Pasal 25
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi harus memperhatikan PP Nomor
46 Tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai