Dasar hukum
UU nomor 6 tahun 1983 tentang KUP stdt
uu nomor 16 tahun 2009
Per DJP nomor Per-23/PJ/2014 tentang
Bentuk dan isi Nota Penghitungan,Bentuk
dan isi SKP dan bentuk dan isi STP
Per Menkeu nomor 8/PMK.03/2013 tentang
tata cara penghapusan sanksi administrasi
dan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak atau surat tagihan pajak
Hasil pemeriksaan
Sebagai hasil pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan, fiskus
berwenangmenerbitkanSuratTagiha
nPajak (STP) danSurat
KetetapanPajak( SKP)
Penelitian
Serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian SPT dan lampiranlampirannya, termasuk penilaian
tentang kebenaran tulisan dan
perhitungannya.
Dari hasil penelitian SPT terdapat
kekurangan pembayaran pajak
akibat salah tulis dan/atau salah
hitung; diterbitkan STP
Verifikasi
Adalah serangkaian kegiatan pengujian
pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif
atau penghitungan dan pembayaran pajak,
berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau
berdasarkan data dan informasi perpajakan
yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal
Pajak, dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak, menerbitkan/menghapus
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan/mencabut pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak [PP 74]
Verifikasi dalam rangka menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dilakukan dalam hal terdapat:
[a.]keterangan lain; atau
[b.]Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetapterhadap Wajib Pajak yang
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negarayang
di dalamnya memuat data konkretyang dapat
dipergunakan untuk menghitung besarnya pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Penetapan dan
Ketetapan Pajak
Prinsipself-assessmentdalam pemenuhan
kewajiban perpajakan adalah bahwa Wajib
Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan
melaporkan pajak yang terutang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, sehingga penentuan
besarnya pajak yang terutang
dipercayakan pada WP sendiri melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya.
Penetapan
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak
hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidak benaran dalam
pengisian SPT atau karena ditemukannya
data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
DJP tidak berkewajiban untuk menerbitkan
surat ketetapan pajak atas semua SPT
yang disampaikan WP
Ketetapan Pajak diterbitkan berdasarkan
Pemeriksaan atau Penelitian
Jenis-Jenis Ketetapan
Pajak
SKP KB
SKPKB diterbitkan oleh DJP karena
terdapat kekurangan pembayaran
pajak oleh WP ditambah sanksi
administrasi atas kekurangan
pembayaran pokok pajak yang
seharus disetor paling lambat pada
tanggal jatuh tempo sesuai dengan
masing jenis pajak
SKPLB diterbitkan
1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang
2. Telah meneliti kebenaran pembayaran pajak
berdasar permohonan WP dan apabila terdapat
pembayaran yang seharusnya tidak terutang
3. SKPLB dapat diterbitkan lagi bila pajak yang
lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada
kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan berdasar pemeriksaan dan atau data
baru
Contoh SKPLB
Rp
Rp
Rp
Rp
Contoh SKPN
SPT PPh Badan tahun 2012 sbb :
Rugi netto
Rp
100,000.000
PPh terutang
Rp
Kredit pajak
Rp
PPh yang kurang/lebih dibayar
Nihil
Berdasarkan pemeriksaan diperoleh rugi netto
hanya Rp 50.000.000
Karena tidak ada pajak terutang tahun 2012
maka diterbitkan SKPN PPh Badan tahun 2012
7. Pengusaha Kena Pajak yang gagal
berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan.
Sanksi Perpajakan
2. Sanksi Pidana
Pidana penjara karena adanya tindak pidana
yang dilakukan dengan sengaja
Pidana kurungan karena adanya tindak pidana
yang dilakukan karena kealpaan,kecuali untuk
tindak pidana pasal 41A dan pasal 41c
Kealpaan dimaksud berarti tidak
sengaja,lalai,tidak hati hati atau kurang
mengindahkan kewajibannya,sehingga
perbuatan tersebut dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara
Sanksi administrasi
Sanksi administrasiadalah
Pengenaan denda, bunga atau
kenaikan atas ketidakpatuhan WP
dalam menjalankan kewajiban
administrasi perpajakan.
Sanksi administrasi bukan sebagai
penghukum namun mengingatkan
WP agar lebih teliti dan berhati-hati.
Denda
Dendabiasanya dikenakan terhadap
keterlambatan pelaporan SPT [Pasal
7 ayat (1) UU KUP].
Beda dengan sanksi administrasi
bunga, sanksi administrasi denda ini
tidak dihitung secara bulanan.
Artinya mau terlambat sehari,
sebulan, atau setahun pun,
sanksinya tetap tidak berubah
Bunga
Bungaumumnya dikenakan karena WP
terlambat menyetorkan pajak atau terlambat
menyetorkan kekurangan pembayaran pajak.
Misalnya saja PPh Pasal 25 yang seharusnya
disetor paling lambat setiap tanggal 15 bulan
berikutnya.
Apabila penyetoran PPh Pasal 25 tersebut
terlambat dilakukan, maka WP dapat dikenai
sanksi bunga atas keterlambatan penyetoran
tersebut.
Kenaikan
Kenaikandikenakan apabila terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
perpajakan tertentu.
Misalnya terkait dengan pelanggaran
terhadap ketentuan penyelenggaraan
pembukuan, pelanggaran terhadap
ketentuan withholding tax, dan beberapa
ketentuan atau peraturan tertentu lainnya.
Sanksi Denda
Pasal 7 ayat 1
Pasal; 14 ayat 4
Pasal 25 ayat 9
Pasal 25 ayat 10
Bunga
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
8 ayat 2
8 ayat 2a
9 ayat 2a
9 ayat 2b
13 ayat 2
13 ayat 5
14 ayat 3
14 ayat 5
15 ayat 4
19 ayat 1
19 ayat 2
19 ayat 3
Sanksi Bunga
Sanksi bunga diterbit STP kecuali psl
13 ayat 2,ayat 5 pasal 15 ayat 4
ditagih dengan SKPKB
Untuk bunga yang ditagih dengan
SKPKB maksimal 48 %
Untuk sanksi bunga STP 2 %
perbulan Tanpa ada batasnya dengan
bagian dari bulan dihitung sebulan
Kenaikan
Pasal 8 ayat 5
Pasal 13 ayat 3
Pasal 13A
Pasal 15 ayat 2
Pasal 17C ayat 5
Kenaikan umumnya ditagih dengan
SKPKB
Sanksi Denda
Sanksi denda diberikan karena Wajib Pajak tidak menyampaikan
SPT dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) atau batas
waktuperpanjanganwaktupenyampaianSuratPemberitahuans
ebagaimanadimaksuddalamPasal 3 ayat (4).
Denda Rp500.000untukSPTMasaPPN
DendaRp100.000untukSPTMasalainnya
Denda Rp 1.000.000 untuk SPT Tahunan PPh Badan
DendaRp100.000untukSPTTahunanPPhOrang.Pribadi
Bunga
Bunga pasal 9 (2a)
Pembayaran atau penyetoran pajak terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1){untuk
suatu saat atau Masa Pajak yang masingmasing jenis pajak}, yang dilakukan setelah
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1(satu) bulan
Hari libur
SPT Masa PPh Pasal 21 bulan April 2008 dengan nilai pelaporan
Rp25.450.000,- disetorkan pada tanggal 12 Mei 2008 dan dilaporkan
pada tanggal 21 Mei 2008.
Jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan
berikutnya.
Namun demikian, pada bulan Mei 2008 tanggal 10 jatuh pada hari
Sabtu sehingga tanggal jatuh temponya menjadi hari Senin tanggal 12
Mei 2008. PT ABC menyetor PPh Pasal 21 tepat pada tanggal jatuh
tempo sehingga tidak dikenakan sanksi bunga.
Tanggal jatuh tempo pelaporan PPh Pasal 21 adalah tanggal 20 bulan
berikutnya.
Namun karena tannggal 20 Mei jatuh pada hari libur Nasional (tanggal
merah), maka jatuh tempo pelaporan bergeser menjadi tanggal 21 Mei
2008. PT ABC melaporkan SPT PPh Pasal 21 bulan April 2008 pada
tanggal 21 Mei 2008 yang berarti tepat pada tanggal jatuh tempo.
Dengan demikian, tak ada sanksi denda Pasal 7 untuk PPh Pasal 21.
SKPKB PPh
Wajib Pajak PT XYZ mempunyai penghasilan kena pajak selama Tahun Pajak
2006 sebesar Rp100.000.000,00 dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
tepat waktu.
Pada bulan Agustus 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka sanksi bunga dihitung sebagai berikut:
Rp100.000.000,00
Rp 30.000.000,00
Rp 10.000.000,00
Rp 20.000.000,00
Rp 9.600.000,00 (+)
Rp
Contoh STP
= Rp
=
=
=
=
Rp 17.920,00.
Rp 13.440,00.
Rp 8.960.00.
Rp 4.480,00.
Pelunasan STP
Untuk melunasi STP maka Wajib
Pajak harus membayarnya di bankbank yang menerima pembayaran
pajak dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP). dengan
mencantumkan nomor STP dalam
SSP tersebut di bagian Nomor
Ketetapan.
SKPKBT
Pemerintah sudah berupaya menghindari
terjadinya pemeriksaan ulang terhadap
satu Wajib Pajak, menyangkut jenis pajak
dan tahun pajak yang sama.
Tujuannya untuk memberikan jaminan dan
kepastian hukum bagi Wajib Pajak.
pemeriksaan ulang dan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan
(SKPKBT) dibatasi dengan rambu-rambu
dan persyaratan yang ketat
Pemeriksaan ulang
Tidak boleh dilakukan sembarangan dan
harus memenuhi ketentuan formalyang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum Perpajakan (UUKUP).
Dan yang jelas, SKPKBT tidak mungkin
diterbitkan tanpa didahuluidengan adanya
Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelumnya,
baik berupa SuratKetetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar(SKPLB), maupun SKP nihil
Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan ulang dan penerbitan SKPKBT
hanya dapat dilakukanapabila fiskus
menemukan data baru atau data yang
semula belum terungkapdalam pemeriksaan
terdahulu (pemeriksaan yang telah
dilakukan sebelumnya danmenjadi dasar
penerbitan SKP). Tanpa adanya novum atau
data yang semulabelum terungkap, fiskus
tidak boleh melakukan pemeriksaan ulang,
apalagisampai menerbitkan SKPKBT
Sanksi Administrasi
SKPKBT
Daluwarsa Penerbitan
SKPKBT
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak apabila ditemukan data
baru yang mengakibatkan penambahan
jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan.
Contoh Daluwarsa
Kekurangan pembayaran PPh Badan
atau OP tahun 2010 dapat
diterbitkan SKPKB PPh Badan atau OP
paling lambat 31 Desember 2015
Apabila SKPKB tahun pajak 2010
tersebut diterbitkan tanggal 1 Januari
2016 atau sesudahnya menjadi cacat
hukum dan batal demi hukum