Anda di halaman 1dari 81

Penetapan

Dasar hukum
UU nomor 6 tahun 1983 tentang KUP stdt
uu nomor 16 tahun 2009
Per DJP nomor Per-23/PJ/2014 tentang
Bentuk dan isi Nota Penghitungan,Bentuk
dan isi SKP dan bentuk dan isi STP
Per Menkeu nomor 8/PMK.03/2013 tentang
tata cara penghapusan sanksi administrasi
dan pengurangan atau pembatalan
ketetapan pajak atau surat tagihan pajak

Hasil pemeriksaan
Sebagai hasil pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan, fiskus
berwenangmenerbitkanSuratTagiha
nPajak (STP) danSurat
KetetapanPajak( SKP)

Penelitian
Serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian SPT dan lampiranlampirannya, termasuk penilaian
tentang kebenaran tulisan dan
perhitungannya.
Dari hasil penelitian SPT terdapat
kekurangan pembayaran pajak
akibat salah tulis dan/atau salah
hitung; diterbitkan STP

Verifikasi
Adalah serangkaian kegiatan pengujian
pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif
atau penghitungan dan pembayaran pajak,
berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau
berdasarkan data dan informasi perpajakan
yang dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal
Pajak, dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak, menerbitkan/menghapus
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan/mencabut pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak [PP 74]

Verifikasi dalam rangka menerbitkan


surat ketetapan pajak bisa
menerbitkan SKPKB, SKPKBT, atau
SKPLB.
Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 146/PMK.03/2012 mengatur
data konkret apa saja yang dapat
dijadikan surat ketetapan pajak.

Verifikasi dalam rangka menerbitkan SKPKB


Verifikasi dalam rangka menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dilakukan dalam hal terdapat:
[a.]keterangan lain; atau
[b.]Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetapterhadap Wajib Pajak yang
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negarayang
di dalamnya memuat data konkretyang dapat
dipergunakan untuk menghitung besarnya pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Verifikasi dalam rangka menerbitkan SKPKBT

Verifikasi dalam rangka menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


Tambahan dilakukan dalam hal terdapat:
[a.]keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri;

[b.]data baru berupa hasil klarifikasi/konfirmasi Faktur Pajakyang


mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang; atau

[c.]Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum


tetapterhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negarayang memuat data
baru berupa Faktur Pajakyang dapat dipergunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Verifikasi dalam rangka


menerbitkan SKPLB

Verifikasi dalam rangka menerbitkan


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dilakukan dalam hal
terdapatpermohonan
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak yang
seharusnya tidak
terutangsebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-

Penetapan dan
Ketetapan Pajak
Prinsipself-assessmentdalam pemenuhan
kewajiban perpajakan adalah bahwa Wajib
Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan
melaporkan pajak yang terutang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, sehingga penentuan
besarnya pajak yang terutang
dipercayakan pada WP sendiri melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya.

Penetapan
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak
hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidak benaran dalam
pengisian SPT atau karena ditemukannya
data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
DJP tidak berkewajiban untuk menerbitkan
surat ketetapan pajak atas semua SPT
yang disampaikan WP
Ketetapan Pajak diterbitkan berdasarkan
Pemeriksaan atau Penelitian

SKP dan STP


Menurut pasal 1
angka 15 s.d 20 uu
KUP ditegaskan
bahwa jenis
ketetapan pajak
adalah SKP dan
STP

Fungsi Surat Ketetapan


Pajak

1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal


terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kewajiban formal dan atau kewajiban materiil
dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

2. Sarana untuk mengenakan sanksi


administrasi perpajakan.
.

3. Sarana administrasi untuk


melakukan penagihan pajak.

4. Sarana untuk mengembalikan


kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.

5. Sarana untuk memberitahukan


jumlah pajak yang terutang.

Jenis-Jenis Ketetapan
Pajak

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


(SKPKB)
Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih
harus dibayar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang


Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah
surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan
sebelumnya.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih


Bayar (SKPLB) Adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang
atau tidak seharusnya terutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil


(SKPN) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.

SKP KB
SKPKB diterbitkan oleh DJP karena
terdapat kekurangan pembayaran
pajak oleh WP ditambah sanksi
administrasi atas kekurangan
pembayaran pokok pajak yang
seharus disetor paling lambat pada
tanggal jatuh tempo sesuai dengan
masing jenis pajak

Sanksi didalam SKP


Untuk sanksi bunga yang ditetapkan
dalam SKPKB,SKPKBT dibatasi hanya
sampai 24 bulan dan SKP adalah
hasil produk pemeriksaan

SKPLB diterbitkan
1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang
2. Telah meneliti kebenaran pembayaran pajak
berdasar permohonan WP dan apabila terdapat
pembayaran yang seharusnya tidak terutang
3. SKPLB dapat diterbitkan lagi bila pajak yang
lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada
kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan berdasar pemeriksaan dan atau data
baru

Contoh SKPLB

Pen ghasilan Kena Pajak


420.000.000.000
PPh Badan terhutang
105.000.000.000
Kredit Pajak
125.000.000.000
PPh Lebih Bayar
20.000.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp

Surat Ketetapan Pajak Nihil


(SKPN)
SKPN terjadi jika :
Untuk PPh yang telah dibayar sama
dengan jumlah jumlah pajak terutang
masa/tahun pajak yang sama
Untuk PPN ,jumlah kredit pajak sama
dengan jumlah PPN terutang,atau
tidak terdapat PPN yang terutang
dan tidak ada kredit pajak

Contoh SKPN
SPT PPh Badan tahun 2012 sbb :
Rugi netto
Rp
100,000.000
PPh terutang
Rp
Kredit pajak
Rp
PPh yang kurang/lebih dibayar
Nihil
Berdasarkan pemeriksaan diperoleh rugi netto
hanya Rp 50.000.000
Karena tidak ada pajak terutang tahun 2012
maka diterbitkan SKPN PPh Badan tahun 2012

Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak (psl 14 uu KUP)

Surat Tagihan Pajak (STP) diterbitkan dalam


hal :
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar;

2. Dari hasil penelitian SPT terdapat


kekurangan pembayaran pajak akibat salah
tulis dan/atau salah hitung;

3. WP dikenakan sanksi administrasi


denda dan/atau bunga;

4. Pengusaha yang telah dikukuhkan


sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak membuat faktur pajak
atau membuat faktur pajak, tetapi
tidak tepat waktu;

5. Pengusaha yang telah dikukuhkan


sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap

6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan


faktur pajak tidak sesuai dengan
masa penerbitan faktur pajak; atau


7. Pengusaha Kena Pajak yang gagal
berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan.

KEKUATAN HUKUM STP


Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan
hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak, sehingga dalam hal
penagihannya dapat dilakukan dengan
Surat Paksa.(psl 14 ayat 2 KUP)
STP merupakan surat untuk melakukan
tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau
denda

Sanksi Perpajakan

Jenis Sanksi Perpajakan


Ada dua jenis Sanksi
Perpajakan
1. Sanksi administrasi
Sanksi Bunga
Sanksi Denda
Sanksi kenaikan

2. Sanksi Pidana
Pidana penjara karena adanya tindak pidana
yang dilakukan dengan sengaja
Pidana kurungan karena adanya tindak pidana
yang dilakukan karena kealpaan,kecuali untuk
tindak pidana pasal 41A dan pasal 41c
Kealpaan dimaksud berarti tidak
sengaja,lalai,tidak hati hati atau kurang
mengindahkan kewajibannya,sehingga
perbuatan tersebut dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara

Perbedaan antara pidana penjara dan pidana


kurungan di dalam penjelasan pasal 18 KUHP
1. Hukuman penjara dapat dijalankan didalam
penjara di mana saja, sedangkan hukuman
kurungan dilaksanakan di daerah tempat terhukum
bertempat tinggal pada waktu hukuman dijatuhkan.
2. Pekerjaan yang diberikan kepada terpidana
kurungan lebih ringan daripada pekerjaan yang
harus dijalankan oleh terpidana penjara.
3. Terpidana kurungan mempunyai hak Pistole.
Hak Pistole adalah suatu hak terpidana untuk
memperbaiki kehidupannya didalam lembaga
dengan biaya sendiri.

Maksimum umum pidana kurungan adalah satu


tahun. Jika dibandingkan dengan maksimum umum
pidana penjara yang lamanya sampai lima belas
tahun, maka maksimum umum pidana kurungan jauh
lebih ringan. Maksimum umum satu tahun ini dapat
ditambah menjadi satu tahun empat bulan apabila
terjadi perbarengan, pengulangan atau tindak pidana
yang dilakukan berkaitan dengan jabatan.
Menurut pasal 62 ayat (1) Reglemen penjara,
terpidana kurungan hanya diwajibkan bekerja 8 jam
sehari, sedangkan terpidana penjara diwajibkan
bekerja 9 jam sehari.

Sanksi administrasi
Sanksi administrasiadalah
Pengenaan denda, bunga atau
kenaikan atas ketidakpatuhan WP
dalam menjalankan kewajiban
administrasi perpajakan.
Sanksi administrasi bukan sebagai
penghukum namun mengingatkan
WP agar lebih teliti dan berhati-hati.

Denda
Dendabiasanya dikenakan terhadap
keterlambatan pelaporan SPT [Pasal
7 ayat (1) UU KUP].
Beda dengan sanksi administrasi
bunga, sanksi administrasi denda ini
tidak dihitung secara bulanan.
Artinya mau terlambat sehari,
sebulan, atau setahun pun,
sanksinya tetap tidak berubah

Bunga
Bungaumumnya dikenakan karena WP
terlambat menyetorkan pajak atau terlambat
menyetorkan kekurangan pembayaran pajak.
Misalnya saja PPh Pasal 25 yang seharusnya
disetor paling lambat setiap tanggal 15 bulan
berikutnya.
Apabila penyetoran PPh Pasal 25 tersebut
terlambat dilakukan, maka WP dapat dikenai
sanksi bunga atas keterlambatan penyetoran
tersebut.

Kenaikan
Kenaikandikenakan apabila terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
perpajakan tertentu.
Misalnya terkait dengan pelanggaran
terhadap ketentuan penyelenggaraan
pembukuan, pelanggaran terhadap
ketentuan withholding tax, dan beberapa
ketentuan atau peraturan tertentu lainnya.

Sanksi Denda

Pasal 7 ayat 1
Pasal; 14 ayat 4
Pasal 25 ayat 9
Pasal 25 ayat 10

Bunga

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

8 ayat 2
8 ayat 2a
9 ayat 2a
9 ayat 2b
13 ayat 2
13 ayat 5
14 ayat 3
14 ayat 5
15 ayat 4
19 ayat 1
19 ayat 2
19 ayat 3

Sanksi Bunga
Sanksi bunga diterbit STP kecuali psl
13 ayat 2,ayat 5 pasal 15 ayat 4
ditagih dengan SKPKB
Untuk bunga yang ditagih dengan
SKPKB maksimal 48 %
Untuk sanksi bunga STP 2 %
perbulan Tanpa ada batasnya dengan
bagian dari bulan dihitung sebulan

Sanksi bunga Pembetulan sendiri


SPT Tahunan (ps 8 ayat 2 UU KUP)
Mengakibatkan utang pajak menjadi
lebi h besar dikenakan sanksi 2%
perbulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar ,dihitung sejak saat
penyampaian SPT berakhir sampai
dengan tanggal pembayaran,dan
bagian dari b ulan dihitung penuh
satu bulan

Kenaikan

Pasal 8 ayat 5
Pasal 13 ayat 3
Pasal 13A
Pasal 15 ayat 2
Pasal 17C ayat 5
Kenaikan umumnya ditagih dengan
SKPKB

Sanksi Denda
Sanksi denda diberikan karena Wajib Pajak tidak menyampaikan
SPT dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) atau batas
waktuperpanjanganwaktupenyampaianSuratPemberitahuans
ebagaimanadimaksuddalamPasal 3 ayat (4).
Denda Rp500.000untukSPTMasaPPN

DendaRp100.000untukSPTMasalainnya

Denda Rp 1.000.000 untuk SPT Tahunan PPh Badan

DendaRp100.000untukSPTTahunanPPhOrang.Pribadi

Denda Pasal 25 (9)


Denda Pasal 25 (9)Dalam hal
keberatan Wajib Pajak ditolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% (lima puluh
persen) dari
jumlahpajakberdasarkankeputusan
keberatandikurangidenganpajakya
ngtelahdibayar sebelum

Bunga
Bunga pasal 9 (2a)
Pembayaran atau penyetoran pajak terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1){untuk
suatu saat atau Masa Pajak yang masingmasing jenis pajak}, yang dilakukan setelah
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi bunga sebesar
2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1(satu) bulan

Kenaikan Pasal 13A


WP yang karena kealpaan tidak menyampaikan
SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar, atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya
tidakbenarsehinggadapatmenimbulkankerugia
npadapendapatannegara,tidakdikenai sanksi
pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan oleh WP dan WPtersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
terutang beserta sanksi kenaikan sebesar 200%
dari jumlah pajak yang kurang bayar yang
ditetapkan melalui SKPKB

Contoh sanksi bunga


Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 untuk bulan
Mei2013 adalah Tgl 15Juni 2013 (bertepatan jatuh
pada hari Sabtu), maka tanggal jatuh tempo
diundur menjadi Tgl 17 Juni 2013 (hari Senin).
Apabila membayar PPh Pasal 25 pada Tgl19Juli
2013 (terlambat 2 bulan ), maka akan dikenakan
bunga sebesar 2% x 2 bulan = 4%.
Apabila nilai Pajak Terutang sebesar Rp 5.000.000, Denda Bunga (4% x Rp 5.000.000,-) = Rp 200.000, Total yang harus dibayar =Rp 5.200.000,-

Contoh STP hasil penelitian SPT


Tahunan
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2008
disampaikan tanggal 31 Maret 2009
Setelah dilakukan penelitian ternyata
terdapat salah hitung yang
menyebabkanPPh kurang bayar sebesar Rp
1.000.000.Diterbitkan STP 12 Juni 2009
dengan perhitungan :
Kekurangan bayar PPh
Rp 1.000.000
Bunga = 3 x 2%xRp 1.000.000 Rp 60.000
Jumlah yang harus dibayar
Rp 1.060.000

Contoh STP atas PPh tahun berjalan


tidak atau kurang dibayar

PPh ps 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp 1.000.000


jatuh tempo tanggal 15 bulan berikutnya.PPh ps 25 Juni
2008 dibayar tepat waktu tapi dengan besar angsuran
hanya Rp 400.000
Atas kekurangan bayar sebesar Rp 600.000 diterbitkan STP
pada tanggal 18 September 2008 dengan perhitungan sbb :
Kekurangan bayar PPh ps 25 bulan Juni 2008
Rp 600.000
Bunga =3x2%x Rp 600.000
Rp 36.000
Jumlah yang harus dibayar
Rp 636.000

Hari libur
SPT Masa PPh Pasal 21 bulan April 2008 dengan nilai pelaporan
Rp25.450.000,- disetorkan pada tanggal 12 Mei 2008 dan dilaporkan
pada tanggal 21 Mei 2008.
Jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan
berikutnya.
Namun demikian, pada bulan Mei 2008 tanggal 10 jatuh pada hari
Sabtu sehingga tanggal jatuh temponya menjadi hari Senin tanggal 12
Mei 2008. PT ABC menyetor PPh Pasal 21 tepat pada tanggal jatuh
tempo sehingga tidak dikenakan sanksi bunga.
Tanggal jatuh tempo pelaporan PPh Pasal 21 adalah tanggal 20 bulan
berikutnya.
Namun karena tannggal 20 Mei jatuh pada hari libur Nasional (tanggal
merah), maka jatuh tempo pelaporan bergeser menjadi tanggal 21 Mei
2008. PT ABC melaporkan SPT PPh Pasal 21 bulan April 2008 pada
tanggal 21 Mei 2008 yang berarti tepat pada tanggal jatuh tempo.
Dengan demikian, tak ada sanksi denda Pasal 7 untuk PPh Pasal 21.

Contoh STP PPh ps 25


SPT Masa PPh Pasal 25 bulan April 2008 senilai
Rp56.260.000,- dibayarkan pada tanggal 16 Mei 2008
dan dilaporkan pada tanggal 21 Mei 2008.
tanggal jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 April 2008
adalah tanggal 15 Mei 2008.
Sementara itu PT ABC membayar pada tanggal16 Mei
2008 yang berarti terlambat 1 hari.
Keterlambatan satu hari ini dibulatkan ke atas menjadi
satu bulan sehingga sanksi bunganya adalah :
2% x 1 bulan x Rp56.250.000,- = Rp1.125.000, Pelaporan PPh Pasal 25 dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo yaitu tanggal 21 Mei 2008 sehingga dikenakan
sanksi denda sebesar Rp100.000,-.
Blog pajak

Contoh sanksi bunga


Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT
A tahun 2008 sejumlah Rp10.000.000 per
bulan.
Angsuran masa Mei tahun 2008 dibayar
tanggal 18 Juni 2008 dan dilaporkan tanggal 19
Juni 2008.
Apabila pada tanggal 15 Juli 2008 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi bunga dalam Surat
Tagihan Pajak dihitung 1 (satu) bulan sebagai
berikut:
1 x 2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00.

SKPKB PPh

Wajib Pajak PT XYZ mempunyai penghasilan kena pajak selama Tahun Pajak
2006 sebesar Rp100.000.000,00 dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
tepat waktu.
Pada bulan Agustus 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka sanksi bunga dihitung sebagai berikut:

1. Penghasilan Kena Pajak


2. Pajak yang terutang (30% x Rp100.000.000,00)
3. Kredit pajak
(-)
4. Pajak yang kurang dibayar
5. Bunga 24 bulan
(24 x 2% x Rp20.000.000,00)
6. Jumlah pajak yang masih harus dibayar
29.600.000,00

Rp100.000.000,00
Rp 30.000.000,00
Rp 10.000.000,00

Rp 20.000.000,00
Rp 9.600.000,00 (+)

Rp

Contoh sanksi bunga dan


denda
Tanggal jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25
April 2008 adalah tanggal 15 Mei 2008.
Sementara itu PT ABC membayar pada tanggal16
Mei 2008 yang berarti terlambat 1 hari.
Keterlambatan satu hari ini dibulatkan ke atas
menjadi satu bulan sehingga sanksi bunganya
adalah :
2% x 1 bulan x Rp56.250.000,- = Rp1.125.000, Pelaporan PPh Pasal 25 dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo yaitu tanggal 21 Mei 2008 sehingga
dikenakan sanksi denda sebesar Rp100.000,-.

Contoh STP

Pasal 19 Ayat (1) KUP

Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar sebesar Rp 10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal
7 Oktober 2008, dengan batas akhir pelunasan tanggal 6 November
2008. Jumlah pembayaran sampai dengan tanggal 6 November 2008 Rp
6.000.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan
Pajak dengan perhitungan sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp 10.000.000,00
Dibayar sampai dengan jatuhtempo pelunasan
=Rp 6.000.000.00
Kurang dibayar = Rp
4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan(1 x 2% x Rp4.000.000,00) = Rp
80.000,00

Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


Wajib Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada tanggal 3
Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember 2008
diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi administrasi berupa
bunga dihitung sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp
10.000.000.00
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan Rp10.000.000.00
Kurang dibayar = Rp
0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00)=
Rp 200.000,00

Contoh Angsuran SKPKB (Pasal 19 Ayat (2) KUP

Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar sebesar Rp 1.120.000.00 yang
diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan
batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009.
Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk
mengangsur pembayaran pajak dalam jangka
waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap
sebesar Rp 224.000,00.
Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap
angsuran dihitung sebagai berikut:

angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000.00


22.400,00.
angsuran ke-2 : 2% x Rp 896.000.00
angsuran ke-3 : 2% x Rp 672.000,00
angsuran ke-4 : 2% x Rp 448.000.00
angsuran ke-5 : 2% x Rp 224.000,00

= Rp
=
=
=
=

Rp 17.920,00.
Rp 13.440,00.
Rp 8.960.00.
Rp 4.480,00.

Catatan : Rp 896.000 bersumber dari Rp 1.120.000


Rp 224.000

Sanksi administrasi menunda


pembayaran SKP
Wajib Pajak diperbolehkan untuk
menunda pembayaran pajak sampai
dengan tanggal 30 Juni 2009.
Sanksi administrasi berupa bunga
atas penundaan pembayaran Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tersebut sebesar 5 x 2% x
Rp1.120.000,00= Rp112.000.00.

Keberatan WP ditolak atau


dikabulkan (25 Ayat (9) KUP
Untuk tahun pajak 2008, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar
Rp1.000.000.000,00 diterbitkan terhadap PT A.
Dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya
menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp
200.000.000.00.
Wajib Pajak telah melunasi sebagian SKPKB tersebut sebesar
Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas koreksi
lainnya.
Direktur Jenderal Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak
dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar
Rp750.000.000,00.
Dalam hal ini, Wajib Pajak tidak dikenai sanksi administrasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 19, tetapi dikenai sanksi sesuai
dengan ayat ini, yaitu sebesar 50% x (Rp750.000.000.00Rp200.000.000,00) = Rp275.000.000,00.

Daluwarsa Penetapan Pajak


Daluwarsa penetapan pajak
ditentukan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sesudah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
tahun Pajak.

Pelunasan STP
Untuk melunasi STP maka Wajib
Pajak harus membayarnya di bankbank yang menerima pembayaran
pajak dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP). dengan
mencantumkan nomor STP dalam
SSP tersebut di bagian Nomor
Ketetapan.

Mengurangkan atau menghapuskan


sanksi administrasi
Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib
Pajak dapat:
a.mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi
tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya;
b.mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan
pajak yang tidak benar;
c.mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang
KUP yang tidak benar;

Membatalkan surat ketetapan pajak


Direktur Jenderal Pajak berdasarkan
permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan
surat ketetapan pajak
Apabila hasil pemeriksaan atau verifikasi yang
dilaksanakan tanpa:
1 )penyampaian surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan atau surat pemberitahuan hasil
verifikasi; dan/atau
2)pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau
pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib
Pajak.

Syarat pengurangan atau


penghapusan
Pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi hanya dapat diberikan apabila
sanksi administrasi tersebut belum dibayar
atau belum dilunasi oleh Wajib Pajak; dan
Pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi hanya dapat diberikan apabila
jumlah pajak yang terutang atau kekurangan
pembayaran pajak yang terutang yang
menjadi dasar penerbitan Surat Tagihan
Pajak telah dilunasi oleh Wajib Pajak.

SKPKBT
Pemerintah sudah berupaya menghindari
terjadinya pemeriksaan ulang terhadap
satu Wajib Pajak, menyangkut jenis pajak
dan tahun pajak yang sama.
Tujuannya untuk memberikan jaminan dan
kepastian hukum bagi Wajib Pajak.
pemeriksaan ulang dan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan
(SKPKBT) dibatasi dengan rambu-rambu
dan persyaratan yang ketat

Pemeriksaan ulang
Tidak boleh dilakukan sembarangan dan
harus memenuhi ketentuan formalyang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum Perpajakan (UUKUP).
Dan yang jelas, SKPKBT tidak mungkin
diterbitkan tanpa didahuluidengan adanya
Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelumnya,
baik berupa SuratKetetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar(SKPLB), maupun SKP nihil

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan ulang dan penerbitan SKPKBT
hanya dapat dilakukanapabila fiskus
menemukan data baru atau data yang
semula belum terungkapdalam pemeriksaan
terdahulu (pemeriksaan yang telah
dilakukan sebelumnya danmenjadi dasar
penerbitan SKP). Tanpa adanya novum atau
data yang semulabelum terungkap, fiskus
tidak boleh melakukan pemeriksaan ulang,
apalagisampai menerbitkan SKPKBT

Dalam hal penerbitan SKPKBT tidak


didasarkan pada data baru (novum),wajib
pajak dapat melakukan upaya hukum
terhadap keputusan tersebut.
Wajibpajakdapat mengajukan keberatan
atas SKPKBT tersebut atau Gugatan
(setelahUU KUP No 28 Tahun 2007).
Selanjutnya apabila belum puas atas
putusan keberatan maka Wajib Pajak
dapatmengajukan banding

Sanksi Administrasi
SKPKBT

Dalam Pasal 15 ayat (2), jumlah


kekurangan pajak yang terutang
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pajak tersebut

Daluwarsa Penerbitan
SKPKBT
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak apabila ditemukan data
baru yang mengakibatkan penambahan
jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan.

Contoh Daluwarsa
Kekurangan pembayaran PPh Badan
atau OP tahun 2010 dapat
diterbitkan SKPKB PPh Badan atau OP
paling lambat 31 Desember 2015
Apabila SKPKB tahun pajak 2010
tersebut diterbitkan tanggal 1 Januari
2016 atau sesudahnya menjadi cacat
hukum dan batal demi hukum

Kewajiban WP atas ketetapan pajak


Kewajiban untuk membayar pajak
sebagaimana tercantum dalam
SKPKB,SKPKBTdan STP dalam jangka waktu 1
bulan sejak tanggal penerbitan
Apabila tidak dibayar dalam jangka waktu
tersebut,DJP melakukan tindakan penagihan
pajak kecuali wp minta penundaan atau
mengangsur pembayaran pajak
Pembayaran lewat dari 1 bulan dikenakan
sanksi bunga pasal 19 dan diterbitkan STP
sesuai pasal 14 uu KUP

Sanksi bunga pada pembetulan


SPT Tahunan
PT Slamet melaksanakan pembetulan SPT Tahunan PPh
Badan tahun 2010 dengan data sbb :
SPT tahun 2010 disampaikan 30 April 2011 dengan posisi
kurang bayar Rp 1.000.000 dan telah dilunasi sebelum SPT
disampaikan
Pada bulan April 2014 SPT Thunan pembetulan disampaikan
dengan menjadi Kurang Bayar menjadi Rp 1.500.000 yang
berarti ada kekurangan pembayaran Rp 500.000
Sanksi bunga yang dapat dikenakan pada PT Slamet yaitu :
36 bln x 2% x Rp 500.000 + Rp 360.000
Penjelasan 36 bulan bersumber dari tahu 2011 ,8 bulan
tahun 2012 dan 2013 sebanyak 12 bulan dan 2014 sebanyak
4 bulan

Anda mungkin juga menyukai