Anda di halaman 1dari 22

Abstrak

Salah satu ciri mahkluk hidup adalah bernapas.Bernapas adalah suatu


kegiatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh yang
berfungsi mengatur metabolisme dalam jaringan atau sel. Pada manusia
sendiri memiliki sistem pernapasan yang bekerja secara dinamis untuk
menyediakan kebutuhan oksigen sebagai pasokan energi dalam
tubuh.Sistem pernapasan atau respirasi ini mencakup saluran dan organorgan serta mekanisme fisiologi dan kimiawi yang mendukung
kinerjanya.Namun ada beberapa gangguan dalam mekanisme tersebut,
salah satunya adalah alkalosis metabolik yang merupakan gangguan
keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
Kata Kunci : sistem respirasi, alkalosis metabolik, keseimbangan asam-basa.
Abstract
One characteristic of living things is breathing. Breathing is an
activity the exchange of oxygen and carbon dioxide in the body that controls
the metabolism in tissues or cells. In humans alone have a respiratory
system that works dynamically to provide oxygen demand as supplies of
energy in the body. Respiratory system or the respiratory tract and include
organs and physiological and chemical mechanisms that support
performance. However there are some disturbances in the mechanisms, one
of which is a metabolic alkalosis acid and base balance disorders in the body.
Keywords: respiratory system, metabolic alkalosis, acid-base balance.
Pendahuluan
Pernahkah anda memperhatikan bahwa kita masih hidup sampai saat ini
karena setiap saat kita selalu bernapas menghirup udara. Pernapasan
merupakan rangkaian proses sejak pengambilan gas atau udara.
Penggunaannya adalah untuk memecah zat penghasil energi (pemecahan
senyawa glukosa dengan proses glikolisis), mengeluarkan zat sisa
metabolisme, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan.
Proses pernapasan ini berlangsung di sistem pernapasan pada mahkluk
hidup yang masing-masing memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. 1
Sistem Anatomi Pernapasan Manusia
Sistem Pernapasan pada Manusia terbagi menjadi dua menurut letaknya,
yaitu 1) Saluran nafas bagian atas, yang terdiri dari Hidung - Faring Laring
dan 2) Saluran nafas bagian bawah yang terdiri dari Trakea Bronkus primer

Paru yang nantinya akan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa subunit.


Singkatnya adalah sistem pernapasan terbentang dari lubang hidung (nares)
dan mulut (oral) sampai ke alveoli di paru-paru.2
Hidung
Hidung terdiri atas hidung luar dan cavum nasi.Cavum nasi dibagi oleh
septum nasi menjadi dua bagian, kanan dan kiri.
Hidung luar
Hidung luar mempunyai dua lubang berbentuk lonjong disebut nares,
yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh septum nasi. Di pinggir
lateral, terdapat alae nasi (cuping hidung), berbentuk bulat dan dapat
digerakan.
Rangka hidung luar dibentuk oleh os nasale, processus frontalis
maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Dibawah, rangka hidung
dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin.

Suplai Darah Hidung Luar


Kulit hidung luar mendapatkan darah dari cabang-cabang arteria
ophtalmica
dan arteria maxillaris.Kulit alae nasi dan bagian bawah
septum mendapatkan darah dari cabang-cabang arteria fascialis.
Suplai Saraf Sensoris Hidung Luar
N. infratrochlearis dan rami nasales externae nervus ophtalmicus
(Nervus
Cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaris (Nervus cranialis
V)

Cavum Nasi
Cavum nasi terbentang dari nares di depan hinga ke apertura nasalis
posterior atau choanae di belakang, dimana hidung bermuara ke
dalam nasopharynx. Vestibulum nasi adalah daerah di dalam cavum
nasi yang terletak tepat di belakang nares.Cavum nasi terbagi menjadi
dua bagian, kanan dan kiri oleh septum nasi.Septum nasi dibentuk
oleh kartilago septi nasi, lamina verticalis osis ethmoidalis, dan os
vomer.
- Dinding Cavum nasi
Setiap belahan cavum nasi mempunyai dasar, atap, dinding lateral

dan
Dinding medial atau dinding septum.
Dasar dibentuk oleh processus os maxilla dan lamina horizontalis
ossis
Palatini.

Atap atap sempit dan dibentuk di sebelah anterior mulai dari bagian
bawah
Batang hidung oleh os nasale dan os frontale, di tengah oleh lamina
cribrosa
Ossis ethmoidalis, terletak di bawah fossa cranii anterior, dan di
sebelah
Posterior oleh bagian miring ke bawah corpus ossis sphenoidalis.
Dinding lateral mempunyai tiga tonjolan tulang disebut Concha
nasalis
Superior, media, dan inferior.Area di bawah setiap concha disebut
meatus.
-

Membrana Mucosa Cavum Nasi


Vestibulum dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi dan
Mempunyai rambut yang kasar. Area diatas concha nasalis superior
dilapisi
Oleh membrana mukosa olfactorius dan berisi ujung-ujung saraf
sensitif
Reseptor penghidu. Bagian bawah cavum nasi dilapisi oleh membrana
mukosa
Respiratorius. Didaerah respiratorius terdapat sebuah anyaman vena
yang
Besar di dalam submukosa jaringan ikat.
Mikroskopis
Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri dengan
adanya kelenjar sebasea besar yang meluas ke bagian vestibulum nasi
tempat terdapatnya kelenjar keringat dan folikel rambut.Di bagian yang lebih
dalam terdapat epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang beralih
menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet pada bagian respirasi
hidung. Selain itu, terdapat sel basal yang dianggap merupakan sel induk
yang dapat berkembang menjadi sel jenis lain. Lapisan epitel terletak di atas
lapisan basal dan ditopang oleh lamina propria yang mengandung sejumlah
kelenjar seromukosa dan sekelompok kecil jareingan limfatik. Lapisan
terdalam lamina bersatu dengan periosteum atau perikondrium tulang atau
tulang rawan dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau
mukoperikondrium.4
Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, cavum oris, dan larynx dan
dibagi-bagi menjadi nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.Pharynx
berbentuk seperti corong, dengan bagian atasnya yang lebar, terletak di
bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai
oesophagus setinggi vertebra cervicalis ke enam. Pharynx mempunyai
dinding musculomembranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Di
tempat ini, jaringan musculomembranosa diganti oleh apertura nasalis

posterior (choanae), isthmus faucium (pembukaan rongga mulut), dan aditus


laryngis. Melalui tuba auditiva, membrana mukosa juga berhubungan dengan
membrana mukosa dari cavum timpani.2

Dinding dalam Pharynx


Pharynx dibagi dalam tiga bagian ; nasopharynx, oropharynx, dan
laryngopharynx.
Nasopharynx
Nasopharynx terletak di atas palatum molle dan di belakang rongga
hidung.Didalam submucosa atap terdapat kumpulan jaringan limfoid
yang disebut tonsilla pharyngea.Isthmus pharyngeus adalah lubang di
dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle dan dinding
posterior pharynx. Pada dinding lateral terdapat muara tuba auditiva,
berbentuk elevasi yang disebut elevasi tuba. Recessus pharyngeus
adalah lekukan kecil di belakang elevasi tuba.Plica salphingopharyngea
adalah lipatan vertikal membrana mucosa yang menutupi M.
salphingopharyngeus.
Oropharynx
Oropharynx terletak di belakang cavum oris.Dasar dibentuk oleh
sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan epiglottis.Pada garis
tengah
terdapat
plica
glosssepiglottica
mediana
dan
plica
glossoepiglottica lateralis pada masing-masing sisi.Lekukan kanan-kiri
dari plica glossoepiglottica mediana disebut vallecula.
Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus atau arcus palatoglossus
dan palatofringeus dengan tonsila palatine diantaranya. Arcus palatoglossus
adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi musculus palatoglossus.
Celah diantara kedua arcus palatoglossus disebut isthmus faucium dan
merupakan batas antara rongga mulut dan pharynx. Arcus palatopharyngeus
adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi musculus palatopharyngeus.
Recessus di antara arcus palatoglossus dan palatopharyngeus diisi oleh tonsila
palatine.
Laryngopharynx
Laryngopharynx terletak di dinding belakang aditus larynges. Dinding
lateral dibentuk oleh cartilage thyroidea dan membrana thyroidea.
Recessus piriformis, merupakan cekungan pada membrana mukosa yang
terletak di kanan dan kiri aditus larynges.
Mikroskopis
Pharynx dapat dibagi menjadi nasopharynx, pharyng, dan
laryngopharyng .Epitel yang membatasi nasopharynx merupakan epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet atau epitel berlapis gepeng pada
bagian dekat palatum molle.Lamina propia di jaringan ini mengandung
banyak jaringan elastin, terutama di bagian luar yang berhubungan dengan
otot rangka di pharynx.Pada lamina propia juga terdapat kelenjar
seromukosa dan kelenjar campur. Jaringan limfatik banyak dijumpai diseluruh

bagian pharynx dan folikel-folikel limfatik yang sebenarnya terdapat di


bagian belakang nasopharynx, di bagian lateral pada sisi peralihan rongga
mulut dan orofaring, dan pada akar lidah.4
Larynx
Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada
pintu masuk jalan nafas dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx
terletak di bawah lidah dan os hyoid, diantara pembuluh-pembuluh besar
leher, dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV-VI.Keatas larynx terbuka
laryngopharynx, kebawah larynx berlanjut sebagai trachea. Di depan larynx
ditutupi oleh ikatan-ikatan otot infrahyoid dan di lateral oleh glandula
thyroidea.
Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilage, yang dihubungkan oleh
membrana dan ligamentum, dan digerakkan oleh otot. Larynx dilapisi oleh
membrana mukosa.2

Cartilago Larynx
Cartilago Thyroidea
Merupakan cartilage terbesar pada larynx dan terdiri dari
dua lamina cartilage hyaline yang bertemu di garis tengah pada
tonjolan bersudut V (disebut Adams apple atau jakun).Pinggir
posterior menjorok ke atas sebagai cornu superius da ke bawah
cornu inferius.Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea
oblique sebagai tempat lekat otot-otot.
Cartilago Cricoidea
Dibentuk oleh cartilage hyaline dan berbentuk seperti cincin
cap, mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang
sempit di anterior.Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago
thyroidea, dan pada masing-masing permukaan lateralnya
terdapat facies articularis untuk bersendi pada cornu inferius
cartilago thyroidea.Di posterior, pada setiap lamina di pinggir
atasnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan basis
cartilage arytenoidea.Semua sendi ini adalah jenis sinovial.
Cartilago Arytenoidea
Terdapat dua buah cartilage arytenoidea; kecil, berbentuk
pyramid, dan terletak pada permukaan belakang larynx.Cartilago
ini bersendir dengan pinggir atas lamina cartilage cricoidea.
Masing-masing cartilage mempunyai apex diatas yang bersendi
dengan cartilage corniculatum yang kecil, serta basis di bawah
yang bersendi dengan lamina cartilage cricoidea, dan sebuah
processus vocalis yang menonjol ke depan dan merupakan
tempat melekatnya ligamentum vocale. Processus muscularis
yang menonjol ke lateral, menjadi tempat lekat musculus
cricoarytenoideus lateralis dan posterior.

Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi
dengan apex cartilaginis arytenoidea. Menjadi tempat
melekatnya plica aryepiglottica.

Cartilago Cuneiforme
Dua cartilage kecil yang berbentuk batang ini terletak di
dalam plica aryepiglottica dan berperan memperkuat plica
tersebut.

Epiglottis
Merupakan cartilage elastis berbentuk seperti daun yang
terletak di belakang radix linguae.Tangkainya dilekatkan di
belakang cartilage thyroidea.Sisi epiglottis dihubungkan dengan
cartilage arytenoidea oleh plica aryepiglottica, yang merupakan
sebuah lipatan membrana mukosa.Pinggir atas epiglottis bebas.
Membrana mukosa yang melapisinya berjalan ke depan, meliputi
permukaan posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica
mediana. Lekukan pada membrana mucosa di kanan dan kiri
plica glossoepiglottica disebut vallecula. Di sebelah lateral,
membrana mucosa berjalan ke dinding pharynx membentuk
plica glossoepiglottica lateralis.2

Mikroskopis
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea.Tulang rawan utama
pada larynx adalah tulang rawan hialin; yang lebih kecil adalah tulang rawan
elastin seperti pada epiglottis.Epitel mukosa yang membatasi laring
bermacam-macam sesuai dengan tempatnya. Pada permukaan depan dan
sepertiga atas sampai setengah permukaan belakang epiglotis, epitelnya
adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propria dari
membran mukosa laring tebal dan mengandung banyak serat elastin. Di
dalamnya terdapat kelenjar tubuloasinosa yang kebanyakan adalah mukosa.
Pada kedua permukaan epiglotis dijumpai kelenjar liur campur.Pada
permukaan posterior atau laringeal terdapat limfonodulus. Pada bagian
laringeal epiglottis dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Silia ini bergerak menyapu ke arah faring.4
Trachea
Adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat
bergerak.Dimulai sebagai lanjutan larynx dari pinggir bawah cartilage
cricoidea setinggi corpus vertebrae cervicalis VI.Berjalan turun ke bawah di
garis tengah leher. Didalam rongga thorax, trachea berakhir pada carina
dengan cara membelah menjadi bronchus principhalis dexter dan sinister

setinggi angulus sterni (di depan discus antara vertebrae thoracica IV dan V),
terletak sedikit agak ke kanan dari garis tengah.
Pada ekspirasi, bifurcation trachea naik sekitas satu vertebrae, dan
selama inspirasi dalam bifurcation dapat turun sampai setinggi vertebrae
thoracica VI.Jaraknya sekitar 3 cm.
Tabung fibroelastika dipertahankan utuh dengan adanya cartilage hyaline
berbentuk U (cincin) di dalam dindingnya.Ujung posterior cartilage yang
bebas dihubungkan oleh otot polos, M. trachealis. Membrana mukosa
trachea dilapisi oleh epitel silinder bertingkat semu bersilia serta
mengandung banyak sel goblet dan glandula mukosa tubular.2
Mikroskopis
Trakea mempunyai dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan
memanjang saat bernapas. Trakea ditunjang oleh serangkaian tulang rawan
berbentuk tapal kuda dengan bagian terbuka mengarah ke belakang.Celah
yang terbuka ini ditempati oleh anyaman berkas serat otot polos m. trakeali.
Trakea dilapisi oleh suatu membran mukosa yang terdiri dari epitel
bertingkat torak bersilisa bersel goblet, yang terletak di lamina basal dan
ditunjang oleh lamina propria. Lamina propria relatif tipis, didalamnya
terdapat kumpulan serat-serat elastin yang mermbentuk lapisan elastin.Pada
lapisan ini juga terdapat sekelompok kecil limfosit. Pada potongan melintang,
lumen trakhea khas berbentuk huruf D.4
Bronchi
Trachea bercabang dua di belakang arcus aortae menjadi bronchus
principalis dexter dan sinister (primer dan utama).Bronchus principalis dexter
meninggalkan trachea dengan membentuk sudut sebesar 25 derajat dengan
garis vertikal.Bronchus principalis sinister meninggalkan trachea dengan
membentuk sudut 45 derajat dengan garis vertikal. Pada anak-anak dengan
usia lebih kecil dari 3 tahun, kedua bronchus meninggalkan trachea dengan
membentuk sudut yang hampir sama.
Bronchus terus-menerus bercabang dua sehingga akhirnya membentuk
jutaan bronchioles terminalis yang berakhir di dalam satu atau lebih
bronchioles respiratorius.Setiap bronchioles respiratorius terbagi menjadi 2
hingga 11 ductus alveolaris yang masuk ke dalam sakus alveolaris. Alveoli
timbul dari dinding sakus sebagai diverticula.2
Bronchus Principalis Dexter
Bronchus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal
dari bronchus principalis sinister dan panjangnya kurang lebih 2,5 cm.
Vena azygos melengkung di atas pinggir superior. Bronchus lobaris
superior dimulai sekitar 2 cm dari pangkal bronchus principalis di
carina.Kemudian bronchus principalis dexter masuk ke hilus paru-paru
kanan dan bercabang dua menjadi bronchus lobaris medius dan
bronchus lobaris inferior.

Bronchus Principalis Sinister

Bronchus principalis sinister lebih sempit, lebih panjang, dan lebih


horizontal dibandingkan bronchus principalis dexter dan panjangnya
kurang lebih 5 cm. Berjalan ke kiri di bawah arcus aortae dan di depan
oesophagus. Pada waktu masuk ke hilus pulmonalis sinister, bronchus
principalis sinister bercabang menjadi bronchus lobaris superior, dan
inferior.
Dinding Dada
Dinding Dada dibentuk oleh sternum, costae, dan cartilage costalis.

Sternum
Sternum terletak di garis tengah dinding depan dada. Sternum
merupakan tulang pipih yang dapat dibagi dalam tiga bagian :
manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus.
Manubrium sterni merupakan bagian anterior dari sternum.Bersendi
dengan corpus sterni pada articulation manubriosternalis.Bersendi
dengan clavicula serta cartilage costalis I, serta bagian atas cartilage
costalis II pada masing-masing sisi. Terletak di depan vertebrae
thoracica III dan IV.
Corpus sterni diatas bersendi dengan manubrium sterni pada
articulation manubriosternalis dan di bawah bersendi dengan
processus xiphosternalis.Pada setiap sisi terdapat lekukan-lekukan
untuk bersendi dengan cartilage costalis II sampai VII.
Processus xiphoideus merupakan selembar tipis cartilage yang
mengalami osifikasi pada ujung proksimalnya pada orag dewasa.Tidak
ada costa ataupun cartilage costalis yang melekat padanya.
Costae
Terdapat 12 pasang costae, yang semuanya di posterior melekat pada
vertebra thoracica. Costa atau tulang iga dibagi dalam 3 kategori :
Costae verae : tujuh pasang costa paling atas melekat pada sternum di
sebelah anterior melalui cartilage costalisnya .
Costae spuriae : pasangan costa VIII, IX, dan X di anterior melekat satu
dengan yang lain dan ke costa VII melalui cartilage costalis dan sendi
sinovial yang kecil.
Costae fluctuantes : pasangan costa XI dan XII tidak mempunyai
perlekatan di anterior.

Cartilago Costalis
Cartilago costalis merupakan batang cartilage yang menghubungkan
tujuh costa bagian atas dengan pinggir lateral dari sternum dan costa
VIII, IX, dan X ke cartilage yang terdapat tepat diatasnya. Cartilago
costalis XI dan XII berakhir pada otot-otot abdomen.Cartilago costalis
berperan penting terhadap elastisitas dan mobilitas dinding dada.

Musculus Intercostalis

M. intercostalis externus membentuk lapisan yang paling luar. Arah


serabut-serabutnya ke bawah dan depan, dari pinggir bawah costae di
atasnya ke pinggir atas costae yang ada di bawahnya. Otot berjalan ke
depan, sampai ke cartilage costalis, dimana otot diganti oleh
aponeurosis, disebut membrana intercostalis anterior (externus).
M. inercostalis internus membentuk lapisan bagian tengah.Arah
serabut-serabutnya ke bawah dan belakang, dari sulcus costae di atas
sampai pinggir atas costae yang ada di bawahnya.Otot-ototnya
berjalan ke belakang dari sternum didepan sampai ke angulus costae
di belakang, dimana otot diganti oleh aponeurosis, membrana
intercostalis posterior (internus).
M. intercostalis intimi membentuk lapisan paling dalam dan analog
dengan M. transversus abdominis pada dinding anterior abdomen.Otot
ini merupakan lapisan otot yang tidak lengkap dan menyilang lebih
dari satu spatium intercostale yang terdapat di antara costae.Kedalam,
berhubungan dengan fascia endothoracica dan pleura parietalis dan
keluar berhubungan dengan A.V.N intercostalis. M. intercostalis intimi
dapat dibagi dalam tiga bagian, yang kurang lebih terpisah satu
dengan yang lain.
Fungsi Musculus Intercostalis
Bila M. intercostalis berkontraksi, cenderung mendekatkan
costa satu dengan yang lainnya. Jika costa I difiksasi oleh
kontraksi otot-otot yang terdapat pada pangkal leher, yaitu Mm.
scaleni, Mm. intercostalis akan mengangkat costa II sampai XII
kearah costa I, seperti pada saat inspirasi.
Sebaliknya, jika costa XII difiksasi oleh M. quadratus lumborum
dan otot-otot serong (miring) dinding abdomen, costa I sampai XI
akan tertarik kebawah oleh kontraksi Mm. intercostales, seperti
pada saat ekspirasi. Selain itu tonus Mm. intercostales selama
fase-fase respirasi berperan memperkuat jaringan-jaringan yang
ada di dalam spatium intercostal, jadi mencegah penghisapan
kedalam atau pendorongan keluar jaringan akibat perubahan
tekanan intratorakal.
Diaphragma
Diaphragma merupakan septum yang tipis, muscular, dan tendinosa
yang memisahkan rongga dada di atas dengan rongga abdomen dibawah.
Diaphragma ditembus oleh alat-alat yang berjalan dari dada ke abdomen.
Diaphragma merupakan otot terpenting untuk respirasi. Bentuknya seperti
kubah dan terdiri dari bagian pinggir yang merupakan bagian otot dan
bagian tengah yang bertendo.5
Rongga Dada
Rongga dada dibatasi oleh dinding thorax dan dibawah oleh
diaphragma.Rongga ini meluar ke atas dan kedalam pangkal leher sekitar
satu jari di atas clavicula kanan dan kiri.

Diaphragma, sebuah otot yang sangat tipis, merupakan satu-satunya


struktur (selain dari pleura dan peritoneum) yang memisahkan rongga dada
dari viscera abdomen. Rongga dada dibagi oleh pemisah garis tengah,
disebut mediastinum, atas dua bagian lateral yang menempati oleh paru dan
pleura.5
Pleura
Pelura dan paru terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam
rongga dada.Pleura merupakan dua kantong serosa yang mengelilingi dan
melindungi paru. Setiap pleura terdiri dari dua lapisan ; lapisan parietalis,
yang melindungi dinding thorax, meliputi permukaan thoracal diaphragm
dan permukaan lateral mediastinum, dan meluas hingga ke pangkal leher;
dan lapisan visceralis, yang meliputi seluruh permukaan luar paru dan
meluas ke dalam fissure interlobaris.
Lapisan parietalis melanjutkan diri menjadi lapisan visceralis pada
lipatan pleura yang mengelilingi alat-alat yang masuk dan keluar dari hilus
pulmonis pada setiap paru. Untuk memungkinkan pergerakan vasa
pulmonalis dan bronchus besar selama respirasi, lipatan pleura tergantung
sebagai lipatan bebas dan disebut sebagai ligamentum pulmonale.
Lapisan parietalis dan lapisan visceralis pleura dipisahkan satu dengan yang
lain oleh suatu ruangan sempit yang disebut, cavitas pleuralis.2
Paru (Pulmo)
Paru (kanan dan kiri) terletak di samping kanan dan kiri
mediastinum.Diantaranya di dalam mediastinum, terletak jantung dan
pembuluh darah besar.Paru berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura
visceralis.Paru tergantung bebas dan dilekatkan pada mediastinum oleh
radixnya.
Masing-masing paru mempunyai apex yang tumpul, yang menonjol keatas ke
dalam leher, sekitar 2,5 cm diatas clavicula; basis yang konkaf terletak
diatas diaphragma; facies costalis yang konveks disebabkan oleh dinding
thorax yang konkaf; facies mediastinalis yang konkaf yang merupakan
cetakan pericardium dan alat-alat mediastinum lainnya. Sekitar pertengahan
facies mediastinalis terdapat hilus pulmonis, yaitu suatu cekungan dimana
bronchus, pembuluh darah dan saraf yang membentuk radix pulmonis
masuk dan keluar dari paru.
Pinggir anterior tipis dan tumpang tindih dengan jantung; pada pinggir
anterior ini pada paru kiri terdapat incisura cardiaca. Pinggir posterior tebal
dan terletak di samping columna vetrebralis.2
Lobus dan Fissura
Paru kanan
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, dan dibagi oleh
fissure oblique dan fissure horizontalis menjadi tiga lobus ; lobus
superior, lobus meidus, dan lobus inferior. Fissura oblique
berjalan dari pinggir inferior ke atas dan belakang menyilang
permukaan medial dan costalis sampai memotong pinggir

posterior.Fissura horizontalis berjalan horizontal menyilang


permukaan costalis dan bertemu dengan fissure oblique. Lobus
medius merupakan lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi
oleh fissure horizontalis dan fissure oblique.
Paru kiri
Paru kiri dibagi oleh satu fissure (fissure oblique) menjadi dua
lobus ; lobus superior dan lobus inferior.

Sistem Pernapasan
Fungsi utama respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O 2 untuk digunakan
oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO 2 yang diproduksi oleh sel. Seperti
yang kita ketahui, Sel memerlukan pasokan O 2 secara kontinu agar dapar
menunjang berbagai reaksi kimia penghasil energi, dan memproduksi CO 2
yang harus dikeluarkan.6
Respirasi Internal
Istilah respirasi internal atau respirasi sel merujuk kepada proses-proses
metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan
O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrient.6
Respirasi Eksternal
Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dengan sel di dalam
tubuh. Respirasi eksternal mencakup empat langkah ;
1. Udara secara bergantian dimasukkan ked an dikeluarkan dari paru
sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan
eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini
dilaksanakan oleh tindakan mekanis bernapas atau ventilasi.
2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler paru melalui proses difusi.
3. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dengan jaringan.
4. O2 dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).6
Mekanisme Pernapasan
Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah
dengan tekanan rendah, yaitu menuruni gradient tekanan.6
Hubungan antara tekanan di dalam dan di luar paru penting dalam ventilasi
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas
karena berpindah mengikuti gradient tekanan antara alveolus dan atmosfer
yang berbalik arah secara bergantian.
Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi ;

1. Tekanan atmosfer (barometrik), tekanan yang ditimbulkan oleh berat


udara di atmosfer pada benda di permukaan Bumi. Pada ketinggian
permukaan laut, beratnya sama dengan 760 mm Hg.
2. Tekanan intra-alveolus (intra-paru), merupakan tekanan yang didalam
alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui
saluran pernapasan penghantar, udara cepat mengalir menuruni
gradient tekanannya setiap tekanan di intra-alveolus berbeda dari
tekanan atmosfer, udara akan terus mengalir sampai kedua tekanan
seimbang (ekuilibrium).
3. Tekanan intra-pleura, tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini
juga dikenal sebagai tekanan intra-thoraks. Biasanya lebih rendah dari
tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat istirahat.
Tekanan intrapluera tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer
atau intra-alveolus karena tidak ada komunikasi langsung antara rongga
pleura dengan atmosfer atau paru. Karena kantong pleura adalah suatu
kantung tertutup tanpa lubang, maka udara tidak dapat masuk atau keluar
meskipun mungkin terdapat gradient tekanan antara kantung pleura dan
daerah sekitar.6
Menurut hukum difusi Fick, semakin pendek jarak yang harus
ditempuh oleh difusi maka semakin besar pula laju difusi.Juga semakin besar
luas permukaan maka semakin besar pula laju difusinya.Paru memilik
struktur yang ideal untuk melakukan pertukaran gas.
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, maka
tekanan intra-alveolus harus lebih kecil dari tekanan atmosfer agar udara
dapat mengalir masuk ke dalam paru sewaktu inspirasi.Demikian juga
sebaliknya, tekanan intra-alveolus harus lebih besar dari tekanan atmosfer
agar udara dapat mengalir keluar paru sewaktu ekspirasi.Otot-otot
pernapasan yang melakukan gerakan bernapas tidak bekerja secara
langsung pada paru untuk mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah
volume rongga thoraks, menyebabkan perubahan pada volume paru karena
dinding thoraks dan dinding paru berhubungan melalui daya rekat cairan
intra-pleura dan gradient tekanan transmural.6
Permulaan Respirasi : Kontraksi Otot Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam
keadaan lemas, tidak ada udara yang mengalir dan tekanan intra-alveolus
setara dengan tekanan atmosfer.
Otot inspirasi utama otot yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi
sewaktu bernapas tenang adalah diafragma dan otot intercostal eksternus.
Pada saat akan berinspirasi, otot-otot ini dirangsang untuk berkontraksi
sehingga rongga thoraks membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma,
suatu lembaran otot rangka yang membentuk lantai rongga thoraks dan
disarafi oleh saraf phrenicus.
Diafragma dalam keadaan melemas berbentuk kubah yang menonjol
ke atas ke dalam rongga thoraks.Ketika berkontraksi (pada stimulasi saraf

sphrenicus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga thoraks


dengan meningkatkan ukuran vertikal (atas ke bawah).
Dua pasang otot intercostal yang terletak di antara iga-iga berkontraksi,
yang serat-seratnya berjalan ke bawah dan ke depan antara dua iga yang
berdekatan, memperbesar rongga thoraks dalam dimensi lateral (sisi ke sisi)
dan anteroposterior (depan ke belakang). Ketika berkontaksi otot intercostal
eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum naik ke atas dan ke
depan.
Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang
untuk mengisi rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar,
tekanan intra-alveolus turun karena sejumlah molekul udara yang sama kini
menempati volume paru yang lebih besar, Pada gerakan inspirasi biasa,
tekanan intra-alveolus turun 1 mm Hg menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan
intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer maka udara
mengalir ke dalam paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari tekanan
tinggi ke rendah. Udara akan terus masuk ke paru sampai tidak ada lagi
gradient, yaitu sampai tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan
atmosfer.6
Peran Otot Inspirasi Tambahan
Inspirasi dalam (lebih banyak udara yang dihirup) dapat dilakukan
dengan mengkontraksikan diafragma dan otot intercostal eksternus secara
lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan (aksesorius)
untuk semakin memperbesar rongga thoraks. Kontraksi otot-otot tambahan
ini, yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama,
memperbesar bagian atas rongga thoraks. Dengan semakin membesarnya
volume rongga thoraks dibandingkan dengan keadaan istirahat, maka paru
juga semakin mengembang, menyebabkan tekanan intra-alveolus semakin
turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai
keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu tercapai pernapasan yang
lebih dalam.6

Permulaan Ekspirasi : Relaksasi Otot Inspirasi


Pada akhir inspirasi, otot insipirasi melemas.Diafragma mengambil
ke posisi aslinya yang seperti kubah ketika melemas.Ketika otot intercostal
melemas, sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena
gravitasi.Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan ekspansi dinding dada, maka
dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang
dikempiskan.
Sewaktu paru kembali mengecil tekanan intra-alveolus meningkat, karena
jumlah molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung di dalam
volume paru yang besar pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam
volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi biasa, tekanan intra-alveolus

meningkat sekitar 1 mm Hg di atas tekanan atmosfer menjadi 761 mm Hg.


Udara kini meninggalkan paru menuruni gradient tekanannya, dari tekanan
intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah.6
Ekspirasi Paksa : Kontraksi Otot Ekspirasi
Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu
otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang
menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya ke atas ke dalam
rongga thoraks dari pada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga
thoraks menjadi semakin kecil. Otot ekspirasi lain adalah otot intercostal
internal yang kontraksinya menarik iga turun dan masuk mendatarkan
dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks.6
Faktor-faktor Penghambat
Dalam keadaan normal, ukuran saluran napas dapat diubah-ubah
dalam tingkat sedang oleh sistem saraf otonom untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Stimulasi saraf parasimpatis yang terjadi selama situasi tenang ketika
kebutuhan akan aliran darah yang rendah, mendorong kontraksi otot polos
bronkiolus, yang meningkatkan resistensi saluran napas dengan
menimbulkan bronkokontriksi (penurunan jari-jari alveolus). Sebaliknya pada
stimulasi saraf simpatis dan terutama hormone terkaitnya epinefrin,
menyebabkan bronkodilatasi (peningkatan jari-jari alveolus) serta penurunan
resistensi saluran napas dengan menimbulkan relaksasi otot polos
bronkiolus.
Karena itu, selama periode dominansi simpatis, ketika kebutuhan
tubuh akan penyerapan O2 sedang atau akan meningkat bronkodilatasi
menjamin bahwa gradient tekanan yang dibentuk oleh aktivitas otot
pernapasan dapat mencapai kecepatan aliran udara maksimal dengan
resistensi minimal. Karena efek pada bronkiolus ini, epinefrin bermanfaat
untuk melawan kontraksi saluran napas pada beberapa kasus. Resistensi
menjadi hambatan yang sangat penting terhadap aliran udara ketika lumen
saluran napas menyempit akibat penyakit.6
Pertukaran Gas
Tujuan utama bernapas adalah kontinu memasok O2segar untuk diserap oleh
darah dan mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem
transport untuk O2 dan CO2 antara paru dengan jaringan, dengan sel
jaringan mengekstraksi O2 dari darah dan mengeliminasi CO2 ke dalamnya.
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung
secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradient tekanan parsial,
tidak terdapat mekanisme transport aktif untuk proses ini.6
Tekanan Parsial

Udara atmosfer adalah pencampuran gas; udara kering tipikal mengandung


sekitar 79% nitrogen (N2) dan 21% Oksigen (O2) dengan presentase CO2, uap
air (H2O), gas lain, dan polutan hampir dapat diabaikan.
Secara keseluruhan gas-gas ini menimbulkan tekanan atmosfer
sebesar 760 mm Hg di permukaan laut. Tekanan total ini sama dengan
jumlah tekanan yang disumbangkan oleh masing-masing gas dalam
campuran. Tekanan yang ditimbulkan oleh gas tertentu berbanding lurus
dengan presentase gas tersebut dalam campuran udara total. Setiap molekul
gas, berapapun ukurannya, menimbulkan tekanan yang sama; sebagai
contoh sebuah molekul N2 menimbulkan tekanan yang sama dengan sebuah
molekul O2.
Karena 79% udara terdiri dari molekul N 2, maka 79% dari 760 mm Hg
tekanan atmosfer, atau 600 mm Hg, ditimbulkan oleh molekul-molekul N 2.
Demikian juga karena O2 membentuk 21% atmosfer, maka 21% dari 760 mm
Hg tekanan atmosfer atau 160 mm Hg, ditimbulkan oleh O 2. Tekanan yang
ditimbulkan secara independent oleh masing-masing gas dalam suatu
campuran dikenal sebagai tekanan parsial yang dilambangkan oleh P gas.
Karena itu tekanan parsial O2 dalam udara atmosfer Po2 normalnya 160 mm
Hg. Tekanan parsial CO2 atmosfer Pco2 hampir dapat diabaikan (0,23 mm
Hg). Semakin besar tekanan parsial suatu gas dalam cairan, semakin banyak
gas tersebut larut.
Gradien Tekanan Parsial
Perbedaan tekanan parsial antara darah kapiler dan struktur
sekitar dikenal sebagai gradient tekanan parsial.Terdapat gradient tekanan
parsial antara udara alveolus dan darah kapiler paru.Demikian juga, terdapat
gradient tekanan parsial antara darah kapiler sistemik dan jaringan
sekitar.Suatu gas selalu berdifusi menuruni gradient tekanan parsialnya dari
daerah dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan tekanan parsial
yang lebih rendah.Serupa dengan difusi menuruni gradient konsentrasi.
Oksigen masuk dan CO2 meninggalkan darah di paru secara pasif menuruni
gradient tekanan parsial.6

Po2 dan Pco2 alveolus


Komposisi udara alveolus tidak sama dengan komposisi udara amtosfer
karena dua alasan. Pertama, segera setelah udara atmosfer masuk ke
saluran napas, pajanan ke saluran napas yang lembab menyebabkan udara
tersebut jenuh dengan H2O.Seperti gas lainnya, uap air menimbulkan
tekanan parsial. Pada suhu tubuh tekanan parsial H 2O adalah 47 mm Hg.
Humidifikasi udara yang dihirup pada hakikatnya mengencerkan tekanan
parsial gas-gas inspirasi sebesar 47 mm Hg, karena jumlah-jumlah tekanan
parsial harus sama dengan tekanan atmosfer 760 mm Hg.

Kedua, Po2 alveolus juga lebih rendah daripada Po 2 amtosfer karena


udara segar yang masuk bercampur dengan sebagian besar udara lama
yang tersisa di paru dan ruang rugi pada akhir ekspirasi sebelumnya
(kapasitas residual paru). Pada akhir inspirasi, kurang dari 15% udara di
alveolus adalah udara segar. Akibat pelembaban dan pertukaran udara
alveolus yang rendah ini, maka Po 2 alveolus rerata 100 mm Hg dibandingkan
dengan Po2 atmosfer yang 160 mm Hg.
Fluktuasi yang terjadi hanya kecil saja karena dua sebab.Pertama, hanya
sebagian kecil dari udara alveolus yang dipertukarkan setiap kali
bernapas.Volume udara inspirasi kaya O2 yang relative kecil cepat bercampur
dengan volume udara alveolus yang tersisa.
Karena itu, O2 udara inspirasi hanya sedikit meningkatkan kadar Po 2
alveolus total. Bahkan peningkatan Po2 yang kecil ini dapat berkurang oleh
sebab lain. Oksigen secara terus menerus berpindah melalui difusi pasif
menuruni gradient tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah.O 2 yang
tiba di alveolus dalam udara yang baru diinspirasikan hanya menggantikan
O2 yang keluar berdifusi keluar alveolus memasuki kapiler paru.Karena itu,
Po2 alveolus tetap relative konstan pada sekitar 10 mm Hg sepanjang siklus
pernapasan.
Situasi serupa namun terbalik terjadi pada CO 2.Karbon dioksida yang secara
terus-menerus diproduksi oleh jaringan tubuh sebagai produk metabolisme,
secara tetap ditambahkan ke darah di tingkat kapiler sistemik. Di kapiler
paru, CO2 berdifusi menuruni gradient tekanan parsialnya dari darah ke
dalam alveolus dan kemudian dikeluarkan dari tubuh sewaktu ekspirasi.6
Transport Gas
Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkat ke jaringan untuk
digunakan oleh sel. Sebaliknya, CO2 yang diproduksi di tingkat sel harus
diangkat ke paru untuk dikeluarkan. Oksigen terdapat dalam darah dalam
dua bentuk; larut secara fisik dan secara kimiawi yang berikatan dengan
Hemoglobin.6
O2 yang larut secara fisik
Sangat sedikit O2 yang larut secara fisik dalam cairan plasma,
karena O2 yang kurang larut dalam cairan tubuh.Jumlah yang larut
berbanding lurus dengan Po2 darah; semakin tinggi Po 2 semakin banyak O2
yang larut.Pada Po2 arteri normal sebesar 100 mm Hg hanya 3 ml O 2 yang
larut dalam 1 liter darah.Karena itu, hanya 15 ml O 2/menit yang dapat larut
dalam aliran darah paru normal 5 liter/menit (curah jantung istirahat).
Bahkan dalam keadaan istirahat, sel-sel menggunakan 250 ml O 2/menit, dan
konsumsi dapat meningkat hingga 25 kali lipat selama olahraga berat. Untuk
menyalurkan O2 yang dibutuhkanoleh jaringan bahkan dalam keadaan
istirahat, curah jantung harus sebesar 83,3 liter/menit jika O 2 hanya dapat
diangkut dalam bentuk larut. Sehingga harus ada mekanisme lain untuk

mengangkut O2 ke jaringan. Mekanisme ini adalah hemoglobin (Hb).


1,5% O2 dalam darah yang larut; sisa 98,5%-nya diangkut dalam
dengan Hb. O2 yang terikat dengan ke Hb tidak ikut membentuk Po 2
karena iut, Po2 darah bukan ukuran kandungan O 2 total darah tetapi
ukuran bagian O2 yang larut.6,7

Hanya
ikatan
darah;
hanya

Oksigen yang terikat ke Hemoglobin


Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi (Fe)
dan terdapat di dalam sel darah merah, dapat membentuk ikatan yang
longgar dan reversible terhadap O2. Ketika tidak berikatan dengan O2, Hb
disebut sebagai hemoglobin tereduksi, atau deoksihemoglobin, ketika
berikatan dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2), dengan persamaan
reaksi;
Hb + O2

HbO2
Hemoglobin tereduksi
Oksihemoglobin
Po2 adalah faktor yang menentukan persen saturasi Hemoglobin
Masing-masing dari keempat atom Fe (besi) di dalam hem sebuah molekul
hemoglobin yang dapat berikatan dengan satu molekul O 2. Hemoglobin
dianggap jenuh jika semua Hb yang ada membawa O2-nya secara maksimal
atau disebut persen saturasi Hemoglobin (% Hb), suatu ukuran seberapa
banyak Hb yang ada berikatan dengan O 2, dapat bervariasi dari 0% hingga
100%. Faktor terpenting dalam menentukan % saturasi Hb adalah Po 2 darah,
yang berikatan dengan konsentrasi O2 yang secara fisik larut dalam darah.6
Sebagian besar CO2 diangkut dalam darah sebagai bikarbonat
Ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO 2 berdifusi menuruni
gradient tekanan parsialnya dari sel jaringan ke dalam darah. Karbon
dioksida diangkut oleh darah dnegan tiga cara;
1. Larut secara fisik, seperti O2 yang larut, jumlah CO2 yang larut secara
fisik dalam darah bergantung pada Pco2. Karena CO2 lebih larut dari
pada O2 dalam cairan plasma maka proporsi CO 2 yang larut secara fisik
dalam darah lebih besar dibandingkan dengan O 2. Meskipun demikian
hanya 10% dari kandungan CO2 total darah yang terangkut dengan
cara ini pada tingkat Pco2 vena sistemik normal.
2. Terikat ke Hemoglobin, sebanyak 30% dari CO2 berikatan dengna Hb
untuk membentuk karbamino hemoglobin (HbCO2), Karbondioksida
berikatan dengan bagian globin Hb, berbeda dengan O 2 yang berikatan
dengan bagian Hem. Hb tereduksi memiliki afinitas lebih besar
terhadap CO2 dibandingkan dengan H2O. Karena itu, dibebaskannya O2
dari Hb dikapiler jaringan mempermudah penyerapan CO2 oleh Hb.
3. Sebagai bikarbonat, sejauh ini cara yang paling penting untuk
mengangkut CO2 adalah sebagai bikarbonat (HCO3-), dengan 60% CO2
diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel
darah merah.

Dalam reaksi tersebut, CO2 berikatan dengan H2Ountuk membentuk


asam karbonat (H2CO3).Reaksi ini terjadi sangat lambat di plasma,
tetapi dapat berlangsung sangat cepat di dalam sel darah merah
karena adanya enzim eritrosit karbonat anhydrase, yang mengkatalisis
(mempercepat) reaksi.Sesuai sifat asam, sebagian dari molekul asam
karbonat secara spontan terurai menjadi ion Hidrogen (H +) dan ion
bikarbonat (HCO3-).Karena itu satu atom karbon dan dua atom mlekul
CO2 asli terdapat dalam darah sebagai bagian integral dari HCO 3-. Hal
ini menguntungkan karena HCO3- lebih larut dalam darah dari pada
CO2.6
Pergeseran Klorida (Chloride Shift)
Sewaktu reaksi tersebut berlangsung, HCO3- dan H+ mulai
menumpuk di dalam sel darah merah di kapiler sistemik.Membran sek darah
merah memiliki pembawa HCO 3Cl- yang secara pasif mempermudah difusi
ion-ion ini dalam arah berlawanan menembus membran.Membran relatif
impermeable terhadap H+.Karena itu, HCO3- bukan ion H+ yang berdifusi
menuruni graidien konsentrasinya keliar dari eritrosit menuju ke
plasma.Karena HCO3- adalah ion yang bermuatan negative maka efluks HCO 3yang tidak disertai oleh difusi keluar ion bermuatan positif menciptakan
gradient listrik. Ion klorida (Cl -), anion plasma yang utama, berdifusi ke
dalam sel darah merah menuruni gradient listrik ini untuk memulihkan
netralitas listrik, Pergeseran masuk Cl- sebagai penukar efluks HCO3- yang
dihasilkan oleh CO2 ini dikenal sebagai pergeseran klorida.
Efek Haldane

Hemoglobin berikatan dengan sebagian besar H+ yang


menumpuk di dalam eritrosit pada penguraian H 2CO3.Seperti pada CO2, Hb
tereduksi memiliki afinitas yang lebih besar terhadap H + dari pada HbO2.
Karena itu pembebasan O2 mempermudah ikatan H+ yang dihasilkan oleh
CO2 dengan Hb. Karena hanya H+ yang bebas tak larut yang menentukan
keasaman suatu larutan maka darah vena akan jauh lebih asam daripada
darah arteri seandainya Hb tidak membersihkan sebagian besar H + yang
dihasilkan di tingkat jaringan.
Kenyataan bahwa pengeluaran O2 dari Hb meningkatkan
ketersediaan Hb untuk menyerap CO2 dan H+ yang dihasilkan oleh CO2
dikenal sebagai efek Haldane.Efek Haldane dan efek Bohr bekerja secara
sinkron untuk mempermudah pembebasan O 2 dan penyerapan CO2 dan H+
yang dihasilkan oleh CO2 di tingkat jaringan. Peningkatan CO 2 dan H+
menyebabkan peningkatan pembebasan O2 dari Hb oleh efek Bohr;
peningkatan pelepasan O2 dari Hb selanjutnya menyebabkan peningkatan
penyerapan CO2 dan H+ oleh Hb oleh efek Haldane. Proses keseluruhan kerja
sangat efisien. Hb tereduksi harus diangkut kembali ke paru untuk diisi
kembali oleh O2. Sementara itu, setelah O2 dibebaskan, Hb mengangkut
penumpang baru yaitu CO2 dan H+ yang memiliki tujuan yang sama yaitu ke
paru.6

Berbagai keadaan respirasi ditandai oleh kelainan kadar gas-darah


Kelainan pada Po2 arteri
Hipoksia merujuk kepada kondisi kurangnya oksigen ditingkat sel. Terdapat
empat kategori umum hipoksia;
1. Hipoksia hipoksik, ditandai oleh rendahnya Po2 darah arteri disertai
oleh kurang adekuatnya saturasi Hb. Hal ini disebabkan oleh (a)
malfungi pernapasan yang menyebabkan kurang memadainya
pertukaran gas, dicirikan oleh Po 2 alveolus normak tetapi Po2 arteri
berkurang atau, (b) berada di ketinggian atau lingkungan yang
menyesakan dimana Po2 atmosfer berkurang sehingga Po 2 alveolus dan
arteri berkurang.
2. Hipoksia anemik, adalah berkurangnya kapasitas darah mengangkut
O2. Hal ini dapat terjadi karena (a) penurunan jumlah sel darah merah,
(b) kurangnya jumlah Hb di dalam sel darah merah, atau (c) keracunan
CO. Pada semua kasus hipoksia anemik, Po 2 arteri normal tetapi
kandungan O2 darah arteri lebih rendah daripada normal karena
berkurangnya ketersediaan Hb.
3. Hipoksia sirkulasi, terjadi jika darah beroksigen yang dialirkan ke
jaringan terlalu sedikit. Hipoksia sirkulasi mungkin terbatas di daerah
tertentu karena spasme atau sumbatan pembuluh darah. Atau tubuh
dapat mengalami hipoksia sirkulasi secara umum akibat gagal jantung
kongestif atau syok sirkulasi. Po2 dan kandungan O2 arteri khususnya
normal tapi darah beroksigen yang mencapai sel terlalu sedikit.
4. Hipoksia histotoksik, penyaluran O2 ke jaringan normal tetapi sel tidak
dapat menggunakan O2 yang tersedia karena masuknya agent-agent
yang menghambat kerja metabolisme di dalam sel itu sendiri.6
Hiperoksia, Po2 arteri diatas normal, tidak dapat terjadi ketika orang
bernapas di udara atmosfer setinggi permukaan laut.Namun, bernapas
dengan O2 tambahan dapat meningkatkan Po2 alveolus dan karenanya Po2
arteri.
Karena lebih banyak udara inspirasi adalah O2 maka tekanan
parsial O2 dalam menentukan tekanan total udara inspirasi meningkat
sehingga lebih banyak O2 yang larut dalam darah sebelum Po 2 arteri
seimbang dengan Po2 alveolus. Meskipun Po2 arteri meningkat namun
kandungan O2 darah total tidak meningkat secara bermakna, karena Po 2
arteri normal saja Hb sudah hampir jenuh. Namun, pada penyakit paru
tertentu yang berkaitan dengan berkurangnya Po2 arteri, menghirup O2
tambahan dapat membantu meningkatkan graduen alveolus terhadap darah
sehingga Po2 arteri membaik.
Sebaliknya, peningkatan mencolok Po2 dapat berbahaya, bukannya
menguntungkan.Jika Po2 arteri terlalu tinggi maka dapat terjadi keracunan
oksigen. Meskipun jumlah total O2 darah hanya sedikit meningkat namun
pajanan ke Po2 yang tinggi dapat merusak sebagian sel. Secara khusus,

toksisitas O2 dapat menyebabkan kerusakan otak dan kerusakan retina yang


menimbulkan kebutaan.6

Keseimbangan Asam-Basa
Istilah keseimbangan asam-basa merujuk kepada regulasi tepat konsentrasi
ion hydrogen (H+) bebas (yaitu, tidak terikat) dalam cairan tubuh.Untuk
meunjukan konsentrasi suatu bahan kimia, simbolnya dikurung dengan
tanda kurung persegi.
Asam
Asam mengeluarkan ion hydrogen bebas, sementara basa
menerimanya. Asam adalah kelompok khusus bahan yang mengandung
hydrogen yang terdisosiasi atau terurai/terpisah, ketika berada dalam
larutan, yang membebaskan H+ dan anion (ion bemuatan negatif). Banyak
bahan lain (misalnya karbohidrat) juga mengandung hydrogen, tetapi
senyawa ini tidak digolongkan sebagai asam karena hidrogennya terikat erat
di dalam struktur molekul dan tidak pernah dilepaskan sebagai H + bebas.
Suatu asam kuat memiliki kecendrungan lebih besar untuk terurai
dalam larutan dibandingkan dengan asam lemah; yaitu, presentase molekul
asam kuat yang terurai menjadi H + bebas dan anion lebih besar.Asam
hidroklorida (HCl) adalah contoh asam kuat; setiap molekul HCl terurai
menjadi H+ bebas dan Cl- (klorida) jika dilarutkan dalam H2O.
Pada asam lemah seperti asam karbonat (H 2CO3), hanya sebagian dari
molekul
terurai
dalam larutan menjadi
H + dan HCO3- (anion
bikarbonat).Molekul-molekul H2CO3 sisanya tetap utuh.Karena hanya ion
hydrogen bebas yang berkontribusi untuk keasaman suatu larutan maka
H2CO3 adalah asam yang lebih lemah dari pada HCl karena H 2CO3 tidak
menghasilkan ion hydrogen bebas perjumlah molekul asam yang ada dalam
larutan sebanyak yang dihasilkan oleh HCl.
Tingkat penguraian suatu asam selalu konstan; yaitu, ketika dalam
larutan, proporsi yang sama dari suatu molekul asam selalu terurai untuk
menghasilkan H+ bebas, dengan bagian lainnya selalu tetap utuh. Derajat
tetap disosiasi suatu asam tertentu (dalam contoh ini, H 2CO3) dinyatakan
oleh konstanta disosiasi (K). Konstanta disosiasi berbeda untuk setiap asam.6
Basa adalah suatu bahan yang dapat berikatan dengan H + bebas dan
menyingkirkannya dari larutan.Basa kuat dapat mengikat H + lebih mudah
daripada basa lemah.
Larutan Asam dan Basa dalam Ilmu Kimia
pH H2O murni adalah 7,0 yang dianggap secara kimiawi sebagai
larutan netral. Terjaid disosiasi H2O dalam jumlah amat kecil menjadi ion
hydrogen dan ion hidroksil (OH -).Karena OH- memiliki kemampuan mengikat
H+ untuk kembali membentuk molekul H2O maka zat ini dianggap basa.

Karena menghasilkan ion hydrogen yang asam dan ion hidroksil yang basa
dalam jumlah sama maka H 2O bersifat netral, tidak asam atau basa. Larutan
dengan pH kurang dari 7 mengandung H + lebih tinggi dari pada H2O murni
dan dianggap asam. Sebaliknya larutan dengan pH lebih besar dari pada 7
memiliki konsentrasi H+ lebih rendah dan dianggap basa atau alkali.6,7
Asidosis dan Alkalosis dalam Tubuh
pH darah asteri normalnya adalah 7,45 dan pH darah vena 7,35
untuk pH darah rerata 7,4. pH darah vena sedikit lebih rendah (lebih asam)
dari pada darah arteri karena dihasilkan H+ dari pembentukan H2CO3 dari CO2
yang diserap di kapiler jaringan. Terjadi asidosis jika pH darah turun di bawah
7,35, dan alkalosis jika pH di atas 7,45.
Perhatikan bahwa titik refrensi untuk menentukan status asam-basa tubuh
bukan pH yang secara kimiawi netral yaitu 7,0 tetapi pH normal plasma yaitu
7,4. Karena itu, pH 7,2 dianggap asam meskipun dalam ilmu kimia pH 7,2
dianggap basa. pH arteri yang kurang dari 6,8 atau lebih dari 8,0 tidak
memungkinkan kehidupan. Karena kematian terjadi jika oH arteri terletak
diluar kisaran 6,8 dan 8,0 selama lebih dari beberapa detik, maka H + cairan
tubuh harus diatur dengan cermat.
Tiga Lini Pertahanan terhadap Perubahan Konsentrasi H+
Kunci bagi keseimbangan H+ adalah pemeliharaan alkalinitas normal
CES (pH 7,4) meskipun selalu terjadi penambahan asam. H + bebas yang
dihasilkan sebagian besar harus dikeluarkan dari larutan selagi berada di
tubuh dan akhirnya harus dikeluarkan sehingga pH cairan tubuh dapat tetap
berada di kisaran sempit yang memungkinkan hidup. Juga harus terdapat
mekanisme untuk mengompensasi secara cepat situasi-situasi dimana CES
menjadi terlalu basa.
Terdapat tiga lini pertahanan terhadap perubahan konsentrasi H + yang
bekerja untuk mempertahankan konsentrasi asam di cairan tubuh pada
kadar hampir tetap meskipun pemasukan tidak diatur: (1) sistem dapat
(penyangga) kimiawi, (2) mekanisme pernapasan untuk pengontrol pH, dan
(3) mekanisme ginjal untuk mengontrol pH.6
Ketidakseimbangan asam-basa dapat disebabkan oleh disfungsi pernapasan
atau gangguan metabolik.Penyimpangan dari status normal asam-basa
dibagi menjadi empat kategori, bergantung pada sumber dan arah
perubahan abnormal konsentrasi H+.Kategori-kategori tersebut adalah
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, alkalosis respiratorik, dan alkalosis
metabolik.
Asidosis metabolic

Terjadi karena kekurangan bikarbonat (HCO3-),pH turun, produksi asam


organi > laju eliminasinya pembentukan senyawa keton pada asidosis
diabetic dan punurunan ekskresi asam misalnya terjadi pada gagal ginjal.
System pernapasan: pH yang terun akan merangsang hiper ventilasi agar
ekskresi CO2 meningkat. [H2CO3] menurun agar [HCO3-]/[H2CO3] kembali
dalam bentuk ke semula yaitu 20/1.7

Anda mungkin juga menyukai