Anda di halaman 1dari 37

Jumat, 02 November 2012

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)

Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Berdasarkan data IEA Clean Coal Center (sampai Mei 2012) menunjukkan bahwa jumlah
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) didunia telah mencapai 2300 unit (7000 unit individu).
Data ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa konsumsi energi fosil dalam
pemenuhan energi listrik sangat besar. Penggunaan energi fosil dalam pemenuhan energi
listrik ini ternyata lambat laun menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Dampak
buruk yang paling terasa saat ini adalah global warming (pemanasan global).
Semakin banyaknya dampak buruk yang timbul akibat penggunaan energi fosil ini,
menyebabkan banyak negara membangun dan mengembangkan berbagai macam pembangkit
listrik dengan energi alternatif. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga bayu / angin
(PLTB).
Pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) merupakan pembangkit listrik yang dapat
mengkonversi (mengubah) energi angin menjadi energi listrik. Energi angin memutar tubin
angin / kincir angin. Turbin angin yang berputar juga menyebabkan berputarnya rotor
generator karena satu poros sehingga dapat menghasilkan energi listrik.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)


Penggunaan angin sebagai energi utama dalam pembangkitan energi listrik saat ini tentunya
tidak lepas dari sejarah penggunaan angin dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Berikut akan adalah sejarah pengguanaan angin hingga akhirnya kini digunakan untuk
membangkitkan energi listrik.
Sejarah
Sejak dahulu, orang telah memanfaatkan energi angin. Lebih dari 5.000 tahun yang lalu,
orang Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar kapal di Sungai Nil. Kemudian, orangorang membangun kincir angin untuk menggiling gandum dan biji-bijian.
Kata "Kincir Angin" awalnya dikenal di Persia (Iran). Kincir angin ini sendiri awalnya
tampak seperti roda dengan dayung-dayung yang besar. Berabad-abad kemudian, orangorang Belanda mengembangkan desain dasar dari kincir angin ini. Mereka membuat balingbaling berjenis pisau, namun masih berbentuk layar.

Desain Dasar Turbin Angin


Koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk menggiling gandum dan jagung,
memompa air, dan memotong kayu di pabrik kayu. Sampai akhir tahun 1920-an, Amerika
menggunakan kincir angin kecil untuk menghasilkan listrik di daerah pedesaan tanpa layanan
listrik. Namun ketika kabel listrik mulai mengalirkan listrik ke daerah-daerah pedesaan di
tahun 1930-an, kincir angin lokal mulai jarang digunakan, meskipun kincir angin ini masih
dapat dilihat pada beberapa peternakan di daerah barat.

Turbin Angin Digunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan

Turbin Angin Mulai Ditinggalkan


Krisis minyak di tahun 1970-an mengubah gambaran energi bagi negara-negara dunia. Hal
ini menciptakan minat tersendiri terhadap sumber-sumber energi alternatif, membuka
jalan kembali bagi kincir angin untuk menghasilkan listrik. Di awal 1980-an,
penggunaan energi angin benar-benar pesat di California, sebagian adalah karena kebijakan
negara yang mendorong sumber energi terbarukan. Dukungan untuk pengembangan energi
angin ini kemudian menyebar ke negara-negara lain. Disaat yang bersamaan, California telah
menghasilkan lebih dari dua kali lipat energi angin dibandingkan dengan negara lain.

Saat ini telah ada pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai (offshore), seperti di daerah
lepas pantai Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat.

PLTB Lepas Pantai Cap Cod, Amerika Serikat


Komponen Turbin Angin
Turbin angin yang digunakan pembangkit listrik tenaga bayu / angin (PLTB) tersusun dari
berbagai komponen. Berikut akan dijelaskan bagian-bagian dari turbin angin :

Bagian-Bagian Kincir Angin


1. Blades
Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas menyebabkan pisau pisau
untuk mengangkat dan berputar.

2. Rotor
Pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor
3. Pitch
Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga
rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.
4. Brake
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman
saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja
aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan energi listrik maksimal
pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin diluar diguaan akan
menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi
maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih
diantaranya overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus karena tidak dapat
menahan arus yang cukup besar.
5. Low-Speed Shaft
Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit.
6. Gear Box
Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan
meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800 rpm,
kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik.
gearbox adalah bagian mahal (dan berat) dari turbin angin dan insinyur generator
mengeksplorasi direct-drive yang beroperasi pada kecepatan rotasi yang lebih rendah dan
tidak perlu kotak gigi.
7. Generator
Berfungsi mengkonversi energi putar menjadi energi listrik. Ada berbagai jenis generator
yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak
(synchronous generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar
maupun rotor belitan ataupun generator magnet permanen.
Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan frekuensi
keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator. Sayangnya
penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal,
membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit.
Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem
mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.
8. Controller
Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam (mph) dan
menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan angin sekitar 55 mph
di atas, karena dapat rusak karena angin yang kencang.
9. Anemometer
Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke pengontrol.

10. Wind Vane


Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin
dengan koneksi yang benar dengan angin.
11. Nacelle
Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan tinggi,
generator, kontrol dan rem.
12. High-Speed Shaft
Drive generator. Poros yang berhubungan langsung dengan rotor generator.
13. Yaw Drive
Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin sebagai
perubahan arah angin.
14. Yaw Motor
Kekuatan dari drive yaw.
15. Tower
Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja. Karena kecepatan angin
meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin untuk menangkap lebih
banyak energi dan menghasilkan listrik lebih banyak. Tower PLTB dapat dibedakan menjadi
3 jenis seperti gambar dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing
dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.

Guyed (Kiri), Lattice (Tengah) dan Mono-Structure (Kanan)


- Wind direction
Arah alir dari energi angin.
- Penyimpan Energi (Battery)
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu
tersedia), maka ketersediaan listrik juga tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat
penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan
daya listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun,
maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin

angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Contoh
sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki
mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada
daya 780 watt.
Proses Pembangkitan Energi Listrik Tenaga Angin (PLTB) Secara Umum
Suatu pembangkit listrik dari energi angin merupakan hasil dari penggabungan dari
beberapa turbin angin sehingga akhirnya dapat menghasilkan listrik. Cara kerja dari
pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin memutar turbin angin.
Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas angin (bukan menggunakan listrik untuk
menghasilkan listrik, namun menggunakan angin untuk menghasilkan listrik). Kemudian
angin akan memutar sudu-sudu turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator
letaknya di bagian belakang turbin angin. Generator mengubah energi putar rotor menjadi
energi listrik dengan prinsip hukum Faraday, yaitu bila terdapat penghantar didalam suatu
medan magnet, maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan dihasilkan beda potensial.

Proses Pembangkitan PLTB

Ketika poros generator mulai berputar, maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang
akhirnya dihasilkan tegangan dan arus listrik. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini
disalurkan melalui kabel jaringan listrik dan didistribusikan ke rumah-rumah, kantor, sekolah,
dan sebagainya.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC (alternating
current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya
akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Turbin untuk pemakaian umum
berukuran 50-750 kilowatt. Sebuah turbin kecil, kapasitas 50 kilowatt, digunakan untuk
perumahan, piringan parabola, atau pemompaan air.

Sistem Elektrik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB)


Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu kecepatan konstan
dan kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah
murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robust). Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar
turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin.
Sistem ini biasanya menggunakan generator tak-serempak (unsynchronous generator), dan
cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan
dari sistem ini adalah generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik
sehingga harus dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan
terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tibatiba. Gambar berikut menunjukkan diagram skematik dari sistem ini.

Sistem PLTB Kecepatan Konstan (Fixed-Speed)


Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem
kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya
maksimum pada berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan
pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed.
Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk
mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), konverter DC-DC, ataupun inverter.
Gambar A sampai Gambar D adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah.
Pada sistem variable speed (A) menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik
kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi
maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman
terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju
grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang
berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.

Gambar A Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Belitan)


Pada sistem variable speed (B) menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur
nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa
dikendalikan sistem pertama.

Gambar B Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Back To Back Converter)
Sistem variable speed (C) dan (D) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis
generator yang digunakan.

Gambar C Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Sangkar)

Gambar D Sistem PLTB Kecepatan Berubah / Variable Speed (Rotor Magnet Permanen)
Syarat
Angin
Untuk
PLTB
Tidak semua jenis angin dapat digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga
bayu / angin. Untuk itu berikut akan dijelaskan klasifikasi dan kondisi angin yang dapat
digunakan untuk menghasilkan energi listrik.

Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi
angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar dengan
sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar E menunjukan jenisjenis kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar F menunjunkan karakteristik
setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik angin
menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin. Dari gambar F dapat
disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk
aplikasi PLTB kecepatan rendah. Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum
digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.

Gambar E Jenis - Jenis Kincir Angin

Gambar F Karakteristik Kincir Angin


Karakteristik Kerja Turbin Angin
Gambar G menunjukan pembagian daerah kerja dari turbin angin. Berdasarkan gambar G
ini, daerah kerja angin dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a) cut-in speed (b) kecepatan kerja
angin rata-rata (kecepatan nominal) (c) cut-out speed. Secara ideal, turbin angin dirancang
dengan kecepatan cut-in yang seminimal mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan
potensi angin lokal, dan kecepatan cut-out yang semaksimal mungkin. Namun secara
mekanik kondisi ini sulit diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin

dengan nilai kecepatan maksimal (Vcutoff) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang relatif
akan besar pula.

Gambar G Karakteristik Kerja Kincir Angin


Penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan menggunakan
metode probalistik distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey seperti
yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Penentuan Kecepatan Angin Rata - Rata Suatu Daerah


Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)
Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya
adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi
ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan
bakar fosil. Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di

masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana
penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke lingkungan.

Angin dan Lingkungan


Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan
proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan
waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak
lingkungan yang luas.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses
manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit
listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis
pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan
dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga
angin ini hanya seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga
angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun
begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat
beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit
listrik, diantaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan
keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang
angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak
mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat
digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk
setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin,
penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta
pemukiman. Hal ini yang membuat pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas.
Beberapa aturan mengenai tinggi bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit
listrik tenaga angin dapat terhambat. Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga
dapat menyebabkan terganggunya cahaya matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk.

Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari yang berkelap-kelip dan dapat


mengganggu pandangan penduduk setempat.
Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah.
Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada
suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox
serta generator dapat menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara listrik. Derau
mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam
nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin
dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal
televisi atau transmisi gelombang mikro untuk perkomunikasian.

Tingkat Kebisingan PLTB

Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi
angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti
desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau
aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu
dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari
pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena
menggunakan energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.
Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap
populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat
terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan
aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa
studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu
migrasi populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang
bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut.
Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan
kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat
mengganggu permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai
adalah terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia,

dimana terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah
pemasangan turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladang pembangkit listrik
tenaga angin lepas pantai menambah 80 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat
mengganggu komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut. Namun begitu,
ladang angin lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan
yang baru. Karena memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang, maka
spesies ikan dapat terjaga akibat adanya pemancingan berlebih di laut.
Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan.
Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah menyebabkan
beberapa kecelakaan dan kematian. Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan
pesawat terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat
terjadi merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan
jalan raya. Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan
akibat tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat
menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar
habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia
dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat
menyebabkan terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat
mengkontaminasi air minum.

Kerusakan Pada PLTB

Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan


pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil,
dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan telah
turut serta dalam mengurangi emisi gas buang.
Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia dan Dunia
Pada saat ini, sistem pembangkit listrik tenaga angin mendapat perhatian yang cukup besar
sebagai sumber energi alernatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan serta kelebihankelebihan lain yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Turbin angin skala kecil mempunyai
peranan penting terutama bagi daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan listrik.

Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbaru yang paling berkembang
saat ini.
Berdasarkan laporan tengah tahun 2012 The World Wind Energy Association (WWEA),
total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin diseluruh dunia telah mencapai 254.000 MW
atau 254 GW. Jumlah tersebut sudah merupakan penambahan 16.546 MW selama enam bulan
pertama tahun 2012. Hal ini menunjukkan 10 % lebih sedikit jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2011, yaitu terdapat penambahan 18.405 MW.

Total Kapasitas Terpasang 2010-2012 [MW]


Kapasitas global tumbuh sekitar 7 % dalam 6 bulan (2 % lebih sedikit dibandingkan
dengan tahun 2011 untuk periode yang sama) dan 16,4 % dari basis tahunan (mid-2012
dibandingkan dengan mid-2011). Perbandingannya, pertumbuhan tahunan tahun 2011 adalah
20,3 %.
Berdasarkan laporan akhir tahun 2011 The World Wind Energy Association (WWEA),
Indonesia menempati urutan ke 84 dalam kaitan total kapasitas pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) serta penambahan kapasitas ditahun 2011. Peringkat ini merosot dari yang pada
akhir tahun 2010 menempati peringkat 74. Di akhir tahun 2011, total kapasitas pembangkit
listrik tenaga bayu (PLTB) yang dimiliki oleh Indonesia hanya 1,4 MW dan hal tersebut tidak
ada penambahan kapasitas jika dibandingkan dengan tahun 2010.
Pada akhir tahun 2007 telah dibangun kincir angin pembangkit dengan kapasitas kurang
dari 800 watt dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi
Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit.
Kemudian, di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masingmasing 80 kilowatt (kW) mulai dibangun. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada
tahun 2025.
Sumber :
http://www.wwindea.org/
http://www.iea-coal.org/
http://www.alpensteel.com/

http://dwitaariyanti.blogspot.com/
http://www.kaskus.co.id/
http://fendysutrisna.blogspot.com/
Sumber Gambar :
evwind.es
carboncreditromania.wordpress.com
www.alpensteel.com
culturalpropertylaw.wordpress.com
evolvegreen.ca
fendysutrisna.blogspot.com
jereports.com
greenpoweroregon.com
informedfarmers.com

KINCIR ANGIN PEMBANGKIT


LISTRIK
Posted on October 1, 2014 by andi311211

Dalam tugas saat ini saya membuat dengan tema Kincir angin untuk tenaga
listrik, mengapa saya mengambil tema ini? Karna saat ini kincir angin
merupakan salah satu upaya warga untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Semua warga negara mesti berupaya untuk mencapai hal yang dimaksud.
Dalam hal ini tentu yang paling utama mesti melakukan hal tersebut para
warga yang menggunakan listrik dan pemerintah yang mengelola sistem
pemakaian listrik di setiap warga. Untuk dapat mencapai hal tersebut labih
jauh masyarakat lah yang sangat perlu untuk ditingkatkan kesadarannya.
Kincir angin membutuhkan sumber energi dari angin dimana angin adalah
sumber daya alam yang tak akan habis maka sangat menjadi pilihan untuk
warga juga dalam memilih untuk membangkitkan listrik.
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi
untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu
NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang
tenaga

listrik.

Konsumsi listrik Indonesia secara rata rata adalah 473 kWh/kapita pada 2003.
Angka ini masih tergolong rendah dibandingkan rata rata konsumsi listrik
dunia yang mencapai 2215 kWh/kapita (perkiraan 2005). Dalam daftar yang
dikeluarkan oleh The World Fact Book, Indonesia menempati urutan 154 dari
216 negara.
Karena

terus

meningkatnya konsumsi

listrik

disetiap daerah,

hal ini

merupakan suatu motivasi penting untuk bisa mengembangkan pembangkit


listrik

diindonesia.

Menyoroti masalah ketergantungan suatu negara pada hanya satu jenis


energi

yang

permintaan

diimpor
untuk

yaitu

minyak.

pusat-pusat

Hal

pembangkit

ini

menyebabkan

tenaga

listrik

terjadinya

yang

dapat

mempergunakan jenis bahan bakar lain. Pada saat ini terdapat lima jenis
bahan bakar untuk pembangkitan tenaga listrik, yaitu batubara, gas, hidro,
nuklir dan minyak. Kemudian berkembang tuntutan-tuntutan lain, yaitu
keperluan peningkatan efisiensi pembangkitan dan perlunya teknologi yang
lebih bersahabat lingkungan.
Tentunya pemerintah pun tidak tinggal diam dalam menghadapi lonjakan
kebutuhan energi, terutama energi listrik. Salah satu langkah awal yang
pemerintah lakukan adalah dengan membuat blueprint Pengelolaan Energi
Nasional 2006 2025 (Keputusan Presiden RI nomer 5 tahun 2006). Secara
garis besar, dalam blueprint tersebut ada dua macam solusi yang dilakukan
secara bertahap hingga tahun 2025, yaitu peningkatan efisiensi penggunaan
energi

(penghematan)

dan

pemanfaatan

sumber-sumber

energi

baru

(diversifikasi energi). Mengingat rasio elektrifikasi yang masih relatif rendah,


yaitu 63 % pada tahun 2005, sedangkan Indonesia menargetkan rasio
elektrifikasi 95 % pada tahun 2025.
Tenaga listrik kini merupakan landasan bagi kehidupan modern, dan
tersedianya dalam jumlah dan mutu yang cukup menjadi syarat bagi suatu
masyarakat yang memiliki taraf kehidupan yang baik dan perkembangan
industri yang maju. Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan tenaga
listrik, lokasi fisik pusat tenaga listrik, saluran transmisi dan gardu induk perlu
ditentukan dengan tepat, agar dapat diperoleh suatu sistem yang baik,
ekonomis

dan

dapat

diterima

masyarakat.

Berikut adalah skematis Prinsip Penyediaan Tenaga Listrik.

Lau bagaimana
Penyediaan tenaga listrik saat ini?
Untuk sitem penyediaan tenaga listrik yang besar pada umumnya dapat
disebut
1.Pusat

tiga

jenis
listrik

2.Pusat

listrik

3.Pusat

listrik

tenaga

listrik,
tenaga

tenaga
tenaga

yaitu:
air
termal
nuklir

Kini juga dikembangkan berbagai pusat tenaga listrik yang menggunakan


jenis-jenis sumber daya energi lain, seperti angin, surya dan panas laut.
Bagaimana dengan pembangkit listrik konvensional yang ada saat ini?
Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan sumber daya energi
primer menjadi energi listrik. Pusat pembangkit listrik konvensional
mencangkup:
1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU); minyak, gas alam, dan batubara.
2. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).
3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG).
4. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
5. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
6. Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Mari kita simak, sebenarnya seperti apa sih kincir angin pembangkit listrik
ini?
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik
dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup
sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk
memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga
akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan
kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa
kincir angin adalah sebagai berikut :
Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km
merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga
angin, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah.
Sungguh ironis, disaat Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia
mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007,
pemerintah justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar
batubara yang merupakan penyebab nomor 1 pemanasan global.
Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang
paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind
Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang

dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih


dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China
merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total
kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari
800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit
berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun.
Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat
lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan
Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu
pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB)
ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Kincir Angin pembangkit listrik adalah suatu pembangkit listrik yang
menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi
listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi energi
listrik

dengan

menggunakan

turbin

angin

atau

kincir

angin.

Sistem

pembangkitan listrik menggunakan angin sebagai sumber energi merupakan


sistem

alternatif

yang

sangat

berkembang

pesat,

mengingat

angin

merupakan salah satu energi yang tidak terbatas di alam.


Belanda bukan Negara asal kincir angin. Kincir angin yang pertama dibangun
pada masa pemerintahan Umar bin Khatab sekitar 3000 tahun yang lalu di
Persia (yang saat ini menjadi Afganistan), kincir angin pertama dibuat dengan
ukuran lebar 0.5 meter dan tinggi 4 meter. Kincir angin kuna itu memiliki 8
sirip yang berputar secara vertical mirip putaran gasing. Fungsi kincir angin
untuk menggiling jagung, gandum, tebu, serta memompa air. Lalu Kincir
angin digunakan kembali untuk membangkitkan listrik dibangun oleh P. La
Cour dari Denmark diahir abad ke-19. Setelah perang dunia I, layar dengan
penampang melintang menyerupai sudut propeler pesawat sekarang disebut
kincir angin type propeler atau turbin. Eksperimen kincir angin sudut kembar
dilakukan di Amerika Serikat tahun 1940, ukurannya sangat besar yang
disebut mesin Smith-Putman, karena dirancang oleh Palmer Putman,
kapasitasnya 1,25 MW yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York
Pensylvania. Diameter propelernya 55m beratnya 16 ton dan menaranya
setinggi 34m. Tapi salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.

Lalu

bagaimana

cara

kerja

dari

kincir

angin

tersebut

agar

dapat

menghasilkan energi listrik?


Turbin angin merupakan kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini yang pada awalnya dulu dibuat untuk
mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi
mereka, keperluan irigasi sawah, dan lain-lain. Turbin angin terdahulu banyak
dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih
dikenal dengan Windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan
menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin.
Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat
menyaingi pembangkit listrik konvensional seperti PLTD,PLTU,dan lain-lain,
turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam
waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber
daya alam tak terbaharui (Contoh : batubara, minyak bumi) sebagai bahan
dasar untuk membangkitkan listrik.
Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari
angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk
memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Berikut penulis mencoba mengambil contoh skema rangkaian teknologi pembangkit
listrik tenaga angin secara skala kecil untuk rumahan

1.

Turbin

Angin.

Bagian ini merupakan komponen utama untuk mendapatkan semaksimal mungkin

hembusan angin. Bagian ini merupakan bagian paling sulit dibangun jika anda berniat
membangunnya sendiri. Eksperimen terus menerus dengan sabar sehingga didapatkan
kesesuaian antara kekuatan hembusan angin, ukuran baling-baling dan kemampuan
generator.

Bagian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:


a. Baling-baling, yang berfungsi mengubah hembusan angin menjadi energi kinetik
untuk memutar generator listrik. Semakin panjang baling-baling akan semakin luas area
yang di sapu, akan semakin banyak menerima terpaan angin sehingga akan semakin
besar

energi

Adakalanya

putaran
sebelum

(mekanik)
poros

yang

dihasilkan

baling-baling

untuk

disambung

memutar
ke

generator.

generator

listrik,

ditambahkangear-box, untuk menambah / mengurangi kecepatan putar generator listrik


sesuai kebutuhan.

b. Generator listrik, yang berfungsi mengubah energi kinetik menjadi arus listrik, yang
kemudian

diteruskan

ke bagian 2

(Controller).

Untuk

skala

kecil

umumnya

menggunakan generator listrik DC. Jika menggunakan aki 12V sebagai penyimpan
arusnya, maka generatornya harus mampu mengeluarkan tegangan minimal 12 V agar
dapat mengisi aki.
c. Ekor turbin angin, yang berfungsi mengarahkan unit turbin angin agar selalu
berhadapan dengan arah angin.
2. Unit pengontrol (Controller).
Bagian ini berfungsi mengubah arus listrik AC menjadi arus listrik DC (jika menggunakan
generator AC) dan mengontrol pengisian arus listrik ke dalam battery agar tidak merusak
battery karena pengisisan aki yang berlebihan (over charging).
3. Battery (aki).
Bagian ini akan menyimpan arus listrik yang dihasilkan generator listrik agar bisa
digunakan setiap saat. Jenis aki yang digunakan sebaiknya jenis Deep Cycle Battery.
4. Inverter.
Bagian ini berfungsi mengubah tegangan listrik DC 12V dari aki menjadi tegangan listrik
AC 220V / 110V untuk perlatan rumah tangga yang bekerja pada tegangan 220V / 110V.
Jenis turbin angin itu sendiri dibagi menjadi 2 (dua), diantaranya :
1. Turbin angin sumbu horizontal
Turbin angin sumbu horizontalialah jenis turbin angin yang paling banyak
digunakan. Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat
sebuah baling-baling yang berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau
membelakangi arah angin. Kebanyakan turbin angin jenis ini mempunyai dua
atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin bilah baling-balingnya
kurang atau lebih daripada yang disebut diatas. Contoh turbin angin sumbu
horizontal ditunjukan pada Gambar dibawah ini.

2. Turbin angin sumbu tegak (misalnya turbin angin Darrieus)


Turbin sumbu vertikal itu sendirii dibagi lagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu:
Savonius dan Darrieus.
1. Turbin Darrieus
Turbin Darrieus mula-mula diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun
1920-an. Turbin angin sumbu vertikal ini mempunyai bilah-bilah tegak yang
berputar kedalam dan keluar dari arah angin (Daryanto, 2007). Contoh turbin
Darrieus ditunjukkan pada dibawah ini.

2. Turbin Savonius
Turbin Savonius diciptakan pertama kali di negara Finlandia dan berbentuk S
apabila dilihat dari atas. Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih
perlahan

dibandingkan

jenis

turbin

angin

sumbu

horizontal,

tetapi

menghasilkan torsi yang besar. Contoh turbin Savonius ditunjukkan pada


dibawah ini.

Berikut merupakan tayangan cara kerja pembangkit listrik tenaga angin


menggunakan kincir angin yang saya dapatkan dari guru mata pelajaran IPA
yang bertugas di SMK tempat saya mengajar.

Lalu manfaat apa saja yang bisa dirasakan dari penggunaan pembangkit
listrik tenaga angin ini?
Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara
prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbaru. Hal ini berarti
eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang
berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya
tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa
depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan,
dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi
yang berarti ke lingkungan.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari
proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang
akan didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya
membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini
tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit
listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga
angin

ini

hanya

seper-seratusnya

saja.

Disamping

karbon

dioksida,

pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen


oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik dengan menggunakan batu-bara ataupun gas.
Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah
lingkungan loh, terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan
sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak
visual, derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Mudah-mudahan kincir angin pembangkit ini bisa menjadi salah satu
alternatif energi, apalagi Indonesia memang sedang krisis energi, mungkin
dengan adanya kincir angin pembangkit listrik ini dapat bermanfaat untuk
rakyat Indonesia.
Mudah-mudahan sekilas mengenai pembahasan kincir angin pembangkit
listrik dapat menambah pengetahuan kita semua. Apabila ada kekurangan
dalam proses penulisannya, ini dikarenakan penulis masih dalam proses
belajar.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam
melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di
Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik
masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin masih

belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensonal (Contoh: PLTD,PLTU,dll), turbin angin
masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan
dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Contoh : batubara,
minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik.
Jenis turbin angin ada 2, yaitu :
1.
Turbin angin sumbu horizontal
2.
2.1.1

Turbin angin sumbu tegak (misalnya turbin angin Darrieus)


Turbin Angin Sumbu Horizontal

Gambar 2.1
Turbin angin megawatt pertama di dunia berada di Castleton, Vermont.Turbin angin sumbu
horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dangenerator listrik di puncak menara. Turbin
berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang
sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor
angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki
sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.
Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan
melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong
menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di
depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi menyebabkan
kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan
mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind
(menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka
tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya
bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi
resintensi angin dari bilah-bilah itu.
2.1.2

Turbin Angin Sumbu Vertikal

Gambar 2.2
Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki
poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus.
Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus
diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini
sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya
sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin
dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator
serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara
tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk
keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah
desain
menghasilkan
tenaga
putaran
yang
berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah
benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja

tercipta saat kincir berputar. Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering
dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah
bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia
adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu
menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan
biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang
dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi
energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal.
2.2 Tenaga Angin
2.2.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin
Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat dihitung
berdasarkan persamaan (2.1) berikut :

(2.1)

dimana pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa energi angin (P ; Watt) bergantung
terhadap faktor-faktor seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan angin (v ; m/s), densitas
udara ( ; kg/m3), luas permukaan area efektif turbin (A ; m 3 ). Di akhir persamaan, secara jelas
dapat disimpulkan bahwa energi angin akan meningkat 8 kali lipat apabila kecepatan angin
meningkat 2 kali lipatnya, atau dengan kata lain apabila kecepatan angin yang masuk ke dalam
daerah efektif turbin memiliki perbedaan sebesar 10% maka energi kinetik angin akan meningkat
sebesar 30%. Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah turbin angin dengan
diameter kipas R adalah :

(2.2)

dimana adalah kerapatan angin pada waktu tertentu dan v adalah kecepatan angin pada waktu
tertentu. Umumnya daya efektif yang dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya sebesar
20%-30%. Jadi rumus diatas dapat dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk mendapatkan hasil yang
cukup eksak. Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin
menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar generator, yang
akhirnya akan menghasilkan listrik.
Apabila kecepatan kerja PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari
persamaan (2.1)dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut.

(2.3)

(2.4)

Gambar 2.1 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari kecepatan
angin.
Gambar 2.3 Intensitas Energi Angin

2.2.2 Kecepatan Angin Berdasarkan


Fungsi KetinggianPermukaan Tanah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat dipengaruhi oleh
ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati permukaan tanah, kecepatan angin
semakin rendah karena adanya gaya gesek antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan
ini, PLTB biasanya dibangun dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas
bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin berdasarkan
ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.
(2.5)

= kecepatan angin pada ketinggian z


= kecepatan angin pada ketinggian
= nilai yang dipengaruhi oleh jenis permukaan tanah.
Tabel 2.1 menunjukan besarnya nilai n sebagai faktor perbedaan jenis permukaan tanah yang
mempengaruhi kecepatan angin.
Tabel 2.1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah

Gambar 2.4 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan
garis putus-putus menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n =5.

Gambar 2.4 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah


2.2.3 Jenis-jenis Angin
(1) Angin Darat dan Angin Laut
Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan dan
lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari radiasi sinar
matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam hari akan lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi suhu, tekanan udara akan semakin
rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan
udara di atas daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah
darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00
angin akan berhembus dari laut ke darat akibat sifat air yang lebih lambat menyerap panas
matahari.
(2) Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang
biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya angin darat dan
angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan puncak gunung.
(3) Angin Musim
Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin musim timur. Angin
Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke
Benua Australia (musim panas). Apabila angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan
samudra, maka angin ini akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat
menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari
dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia
(musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan Indonesia mengalami
musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson,
Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan
Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
(4) Angin Permukaan
Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh material
permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan perbedaan tekanan
udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat
tekanan menjadi lebih intensif.
Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga mempengaruhi kuat lemahnya
kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara angin dan material permukaan bumi ini.
Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap
dan melepaskan panas yang diterima dari sinar matahari. Sebagai contoh, belahan Bumi utara
didominasi oleh daratan, sedangkan selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja
sudah mengakibatkan angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam.
Gambar2.5 menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari
tahun 1959-1997. Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan
rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin
ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.

Gambar 2.5 Arah angin permukaan dan pusat


tekanan atmosfer rata-rata pada bulan Januari,
1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen
intertropik (ITCZ).
Gambar 2.6 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi

(5) Angin Topan


Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih
yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan. Angin topan
disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya
yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling
kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di
sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.
2.2.4 Potensi Energi Angin di Indonesia
Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang dapat digunakan sebagai
referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan
kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah,
sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

Gambar 2.7 Peta persebaran kecepatan angin di Indonesia


2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah
lingkungan dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan energi kinetik angin
yang masuk ke dalam area efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian
energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik.
Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB yang ada di dunia saat ini adalah sebesar
157.900 MWatt (sampai dengan akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap tahunnya
mengalami peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-30%. Teknologi PLTB saat ini
dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik dengan efisiensi rata-rata sebesar
40%. Efisiensi 40% ini disebabkan karena akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin
karena angin yang keluar dari turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol.
(1) Generator
Ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin angin. Generator ini
dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan

menggunakan teori medan elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu pada salah satu cara kerja
generator) poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen. Setelah itu
disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang
membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada
stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik
tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik
untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh
generator ini berupa AC(alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih
sinusoidal.
(2) Penyimpan energi
Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu
tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat penyimpan
energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik
masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka
kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin angin
berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Penyimpanan energi
ini diakomodasi dengan menggunakan alat penyimpan energi. Contoh sederhana yang dapat
dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki mobil memiliki
kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk
mencatu rumah tangga (kurang lebih) selama 0.5 jam pada daya 780 watt. Kendala dalam
menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya DC (Direct Current) untuk mengcharge/mengisi energi, sedangkan dari generator dihasilkan catu daya AC (Alternating Current).
Oleh karena itu diperlukan rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini. Rectifier-inverter
akan dijelaskan berikut.
(3) Rectifier-inverter
Rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat menyearahkan gelombang sinusodal(AC) yang
dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Inverter berarti pembalik. Ketika dibutuhkan
daya dari penyimpan energi(aki/lainnya) maka catu yang dihasilkan oleh aki akan berbentuk
gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC ,
maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan oleh aki menjadi
gelombang AC, agar dapat digunakan oleh rumah tangga.
2.4 Generator Arus Searah (DC)
Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi
mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator
DC dibedakan menjadi beberapa jenisberdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat
eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu:
1)
2)

Generator penguat terpisah


Generator shunt

3)

Generator kompon

2.4.1

Konstruksi Generator DC

Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan


4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi,
penyearah,
bearing
dan
rumah
generator
atau
casis,
serta
bagian
rotor.
Gambar 2.8 menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC.

Gambar 2.8 Konstruksi Generator DC


Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian
rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator,
sikat arang, bearing dan terminal box. Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan
rotor, kipas rotor dan poros rotor. Bagian yang harus menjadi perhatian untuk perawatan secara
rutin adalah sikat arang yang akan memendek dan harus diganti secara periodic / berkala.
Komutator harus dibersihkan dari kotoran sisa sikat arang yang menempel dan serbuk arang
yang mengisi celah-celah komutator, gunakan amplas halus untuk membersihkan noda bekas
sikat arang.
2.4.2 Prinsip

kerja

Generator

DC

Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:
dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.
Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan
Gambar 2.9

Gambar 2.9 Pembangkitan Tegangan Induksi.


Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan
magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan

induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini
terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi
jangkar pada Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak
adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan
ini disebut daerah netral.

Gambar 2.10 Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator.
Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan
cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 2.10 (1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik)
berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin
Gambar 2.10 (2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.
Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah komutator
berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.
Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding dengan banyaknya
putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).

Anda mungkin juga menyukai