TINJAUAN PUSTAKA
Mesin sinkron atau disebut juga mesin serempak atau juga generator
sinkron merupakan suatu mesin AC yang kecepatannya dalam keadaan
mantap (steady state) berbanding lurus dengan frekuensi dari arus yang
mengalir pada gandar kumparannya. Medan magnetik yang dihasilkan oleh
arus gandar kumparan berputar dengan kecepatan yang sama dengan yang
dihasilkan oleh arus gandar kumparan pada rotor (yang berputar pada
kecepatan yang sama), dan menghasilkan suatu momen kakas yang mantap.
Kebanyakan energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin
sinkron.
𝑝 𝑛 𝑝𝑛
f = 𝑥 = 120 .............................................(1.1)
2 60
dimana :
Ea = Gaya gerak listrik armatur per fasa (volt)
f = Frekuensi output generator (Hz)
M = Jumlah kumparan per fasa= Z/2
Z = Jumlah konduktor seluruh slot per fasa
kD = Faktor distribusi. Hal inidiperlukan karena kumparan
armaturataualternator tidak terletak di dalam satu slot
melainkan terdistribusidalam beberapa slot per fasa.
ɸ = Flux magnet per kutub per fasa
I.2.2.2 Rotor
Rotor adalah bagian generator yang bergerak atau
berputar. Antara rotor dan stator dipisahkan oleh celah udara (air
gap). Rotor berfungsi untuk membangkitkan medanmagnet yang
kemudian tegangan dihasilkan dan akan diinduksikan ke stator.
Rotor terdiri dari dua bagian umum, yaitu:
- Inti kutub
- Kumparan medan
Pada bagian inti kutub terdapat poros dan inti rotor
yang memiliki fungsi sebagai jalan atau jalur fluks magnet yang
dibangkitkan oleh kumparan medan. Pada kumparan medan ini juga
terdapat dua bagian, yaitu bagian penghantar sebagai jalur untuk
arus pemacuan dan bagian yang diisolasi. Kutub medan magnet
rotor dapat berupa salient pole (kutub menonjol) dan non salient
pole (kutub silinder).
A. Rotor Bentuk Menonjol (Salient Pole)
Pada jenis salient pole, kutub magnet menonjol keluar
dari permukaan rotor. Belitan-belitan medannya dihubung seri.
Ketika belitan medan ini disuplai oleh eksiter, maka kutub yang
berdekatan akan membentuk kutub berlawanan. Rotor kutub
menonjol akan mengalami rugi-rugi angin yang besar dan bersuara
bising jika diputar dengan kecepatan tinggi dan konstruksi kutub
menonjol tidak cukup kuat untuk menahan tekanan mekanis apabila
diputar dengan kecepatan tinggi.
B. Rotor Bentuk Silinder (Non-Salient Pole)
Rotor silinder umumnya digunakan pada generator
sinkron dengankecepatan putar tinggi (1500 atau 3000 rpm). Rotor
silinder baik digunakan pada kecepatan putar tinggi karena
konstruksinya memiliki kekuatan mekanik yang baik pada
kecepatan putar tinggi dan distribusi di sekeliling rotor mendekati
bentuk gelombang sinus sehingga lebih baik dari kutub menonjol.
Gambar a Gambar b
Gambar 1.4 Konstruksi Rotor Berbentuk:
Dengan cara ini arus penguat yang diatur tidak terlalu besar
nilainya (dibandingkan dengan arus generator penguat kedua) sehingga
kerugian daya pada potensiometer tidak terlalu besar.
7) Biaya pondasi berkurang, sebab aluran udara dan bus exciter atau
kabel tidak memerlukan pondasi
Gambar 1.4 Sistem Excitacy tanpa sikat (Brushless Escitacy)
Keterangan gambar:
ME : Main Exciter
MG : Main Generator
PE : Pilot Exciter
AVR : Automatic Voltage Regulator
V : Tegangan Generator
AC : Alternating Current (arus bolak balik)
DC : Direct Current (arus searah)
Pada sistem Eksitasi tanpa sikat, permasalahan timbul jika terjadi hubung
singkat atau gangguan hubung tanah di rotor dan jika ada sekering lebur
dari dioda berputar yang putus, hal ini harus dapat dideteksi. Gangguan
pada rotor yang berputar dapat menimbulkan distorsi medan magnet pada
generator utama dan dapat menimbulkan vibrasi (getaran) berlebihan
pada unit pembangkit.
dΦB
ε = − ................................................(1.4)
dt
dengan ε adalah gaya gerak listrik (EMF) dan ΦB adalah fluks magnetik.
Arah gaya gerak listrik dituliskan dalam Hukum Lenz's.
Untuk kawat yang terdiri dari N lilitan yang identik, Hukum
Faraday menyatakan bahwa
dΦB
ε = −N ..............................................(1.5)
dt
dengan N adalah jumlah lilitan kawat dan ΦB adalah fluks magnet pada
loop tunggal.
ΔΦ
ε = −N( Δt )............................................(1.6)
Keterangan :
ɛ = GGL induksi (volt)
N = Jumlah lilitan kumparan
ΔΦ = Perubahan fluks magnetik (weber)
∆t = selang waktu (s)
Tanda negatif yang ada pada rumus Faraday ini menandakan arah gaya
gerak listrik (ggl) induksi yaitu arah induksi yang dikemukakan oleh
Hukum Lenz.
F = q(v x B).................................................(1.7)
Di mana
F : gaya (dalam satuan/unit newton)
B : medan magnet (dalam unit tesla)
q : muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v : arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
× : perkalian silang dari operasi vektor.
F = IL x B ..................................................(1.8)
dimana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
× = perkalian silang vektor, dan
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
π0 I dl x r′
−B(r) = ∫ ........................................(1.9)
4π C |r′ |3
′
π0 I dl x r
−B(r) = ∫ ......................................(1.10)
4π C |r′ |2
′
dimana r adalah vektor satuan dari r ′ . Simbol dalam huruf tebal
menunjukkan jumlah vektor .
Dimana :
ηh = koefisien steinmetz histerisis.
B = kerapatanflux (Wb/m2)
V = volume inti (m3)
Bahan ηh (joule/ m3 )
Sheet steel 502
Silicon steel 191
Hard Cast steel 7040
Cast steel 750 - 3000
Cast iron 2700 - 4000
Ph = F (f) .............................................(1.12)
Jadi makin besar frekuensi sinyal tegangan output makin
besar rugi histerisis yang diperoleh.Adapun rugi arus pusar atau rugi
arus eddy tergantung kuadrat dari kerapatan fluks, frekuensi dan
ketebalan dari lapisan pada kedaan mesin normal besarnyaadalah:
Pe = k . Bmax . f 2. t 2. V .............................(1.13)
Dimana:
k = konstanta arus pusar yang tergantung pada ketebalan laminasi
masing-masing lempengan dan volume inti armatur. Oleh karena nilai
k dan b adalah konstan, maka besar kecilnya rugi arus pusar adalah
tergantung pada nilai frekuensi kuadrat atau ditulis:
Pe = F (f)2 .........................................(1.14)
Besar rugi besi adalah sekitar 20 sampai 30% dari rugi total pada
beban penuh.
Pada saat lampu nyala terang maka beda phasanya besar, dan
jika lampunya redup maka beda phasanya kecil.
a. Blum sinkron
b. Sudah sinkron
I.2.7.3 Frekuensi
Frekuensi kedua alternator harus sama Frekuensi generator dan
frekuensi sistem harus sama. Untuk menyamakannya, maka putaran
generator harus diatur, yaitu dengan cara mengatur katup governor
(aliran uap masukturbin).
1 1
Y =Z = ........................................(1.15)
R + jX
Motor sinkron adalah motor AC, bekerja pada kecepatan tetap pada
sistim frekwensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk
pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan oleh
karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban
rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekwensi dan generator
motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor daya sistim,
sehingga sering digunakan pada sistim yang menggunakan banyak listrik.
Komponen utama motor sinkron adalah : Rotor. Perbedaan utama antara
motor sinkron dengan motor induksi adalah bahwa rotor mesin sinkron
berjalan pada kecepatan yang sama dengan perputaran medan magnet. Hal
ini memungkinkan sebab medan magnit rotor tidak lagi terinduksi.
Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-excited, yang
dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu bila dihadapkan dengan
medan magnet lainnya. Stator. Stator menghasilkan medan magnet
berputar yang sebanding dengan frekwensi yang dipasok. Motor sinkron
ini berputar pada kecepatan sinkron, yang diberikan oleh persamaan
matematis berikut :
120 𝑓
𝑁𝑠 = .....................................................(1.16)
𝑃
Dimana:
f = frekwensi dari pasokan frekwensi (Hz)
P= jumlah kutub (pool).
1. Histeresis Motor
Motor histeresis adalah motor fase tunggal di mana rotor
terdiri dari bahan feromagnetik.Rotor berbentuk silinder dan
memiliki properti kehilangan histeresis yang tinggi. Mereka
umumnya terbuat dari krom, baja kobalt atau alnico. Stator
diumpankan oleh pasokan AC fase tunggal. Stator memiliki dua
gulungan:
- gulungan utama dan
- belitan bantu.
Kombinasi keduanya menghasilkan medan magnet yang
berputar dari suplai satu fasa. Mereka memulai sendiri dan tidak
membutuhkan gulungan tambahan. Ketika pasokan AC fase
tunggal diberikan, medan magnet berputar diproduksi. Medan
magnet berputar ini menginduksi arus eddy di rotor. Awalnya rotor
mulai bergerak dengan slip. Ketika rotor mencapai kecepatan
sinkron, stator menarikrotor ke dalam sinkronisme. Jadi awalnya
motor dimulai sebagai motor induksi dan kemudian berjalan
sebagai motor sinkron .
2. Reluctance Motor
Motor keengganan didasarkan pada prinsip bahwa sepotong
besi yang tidak terkendali akan bergerak untuk menyelesaikan jalur
fluks magnetik di mana keengganan minimum. Stator memiliki
belitan utama dan belitan tambahan seperti motor histeresis. Ini
membantu menciptakan medan magnet yang berputar. Rotor dari
motor keengganan adalah rotor sangkar tupai dengan beberapa gigi
dilepas untuk memberikan jumlah kutub yang menonjol.
Keengganan menjadi minimum ketika rotor sejajar dengan medan
magnet stator.
Ketika catu daya AC satu fasa diberikan, motor memulai
sebagai motor induksi . Rotor mencoba menyelaraskan diri dengan
medan magnet stator dan mengalami torsi keengganan. Tetapi
karena inersia, ia melebihi posisi dan lagi-lagi mencoba untuk
menyelaraskan diri selama revolusi berikutnya. Dengan cara ini, ia
mulai berputar. Setelah mencapai 75% dari kecepatan sinkron,
belitan bantu terputus. Ketika kecepatan mencapai kecepatan
sinkron, torsi keengganan menariknya ke dalam sinkronisasi.
Motor tetap sinkron karena torsi keengganan sinkron.
dΦB
ε = − ................................................(1.18)
dt
dengan ε adalah gaya gerak listrik (EMF) dan ΦB adalah fluks magnetik.
Arah gaya gerak listrik dituliskan dalam Hukum Lenz's.
Untuk kawat yang terdiri dari N lilitan yang identik, Hukum
Faraday menyatakan bahwa
dΦB
ε = −N ..............................................(1.19)
dt
dengan N adalah jumlah lilitan kawat dan ΦB adalah fluks magnet pada
loop tunggal.
Hukum Lenz
Hukum Lenz adalah hukum elektromagnetik yang dapat
digunakan untuk menentukan arah gaya gerak listrik yang dihasilkan
oleh induksi elektromagnetik. Hukum ini ditemukan pada tahun 1834
oleh fisikawan Rusia yang bernama Heinrich Friedrich Emil Lenz.
Hukum Lenz tentang Induksi Elektromagnetik ini menyatakan bahwa
arah arus yang diinduksi dalam sebuah konduktor oleh medan magnet
yang berubah (sesuai hukum Faraday tentang induksi elektromagnetik)
adalah sedemikian rupa sehingga medan magnet yang diciptakan oleh
arus induksi akan bertentangan dengan perubahan medan magnet awal
yang menghasilkannya. Arah aliran ini dapat mengikuti aturan tangan
kanan Fleming.
ΔΦ
ε = −N( Δt )............................................(1.20)
Keterangan :
ɛ = GGL induksi (volt)
N = Jumlah lilitan kumparan
ΔΦ = Perubahan fluks magnetik (weber)
∆t = selang waktu (s)
Tanda negatif yang ada pada rumus Faraday ini menandakan arah gaya
gerak listrik (ggl) induksi yaitu arah induksi yang dikemukakan oleh
Hukum Lenz.
Perubahan medan magnet ini dapat disebabkan oleh perubahan
kekuatan medan magnet dengan menggerakkan magnet ke arah atau
menjauh dari koil atau memindahkan koil ke dalam atau ke luar medan
magnet. Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa besarnya GGL
(Gaya Gerak Listrik) yang diinduksi dalam rangkaian sebanding dengan
laju perubahan fluks.
Gaya Lorentz
Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang
ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik
yang berada dalam suatu medan magnet, B. Jika ada sebuah penghantar
yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada dalam medan
magnetik maka akan timbul gaya yang disebut dengan nama gaya
magnetik atau dikenal juga nama gaya lorentz. Arah dari gaya lorentz
selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik (l) dan induksi magnetik
yang ada (B). Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang
diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan magnet,
B.
F = q(v x B).................................................(1.21)
Di mana
F : gaya (dalam satuan/unit newton)
B : medan magnet (dalam unit tesla)
q : muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v : arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
× : perkalian silang dari operasi vektor.
F = IL x B ..................................................(1.22)
dimana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla
× = perkalian silang vektor, dan
L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
π0 I dl x r′
−B(r) = ∫ ........................................(1.23)
4π C |r′ |3
′
π0 I dl x r
−B(r) = ∫ ......................................(1.24)
4π C |r′ |2
′
dimana r adalah vektor satuan dari r ′ . Simbol dalam huruf tebal
menunjukkan jumlah vektor .
I.3.5 Rugi-Rugi Motor Sinkron
Motor–motor listrik adalah suatu alat untuk mengkonversikan
energi listrik menjadi energi mekanis. Keadaan ideal dalam sistem
konversi energi, yaitu mempunyai daya output tepat sama dengan daya
input yang dapat dikatakan efesiensi 100%. Tetapi pada keadaan yang
sebenarnya, tentu ada kerugian energi yang menyebabkan efesiensi
dibawah 100%. Dalam sistem konversi energi elektromekanik yakni
dalam operasi motor–motor listrik terutama pada motor induksi, total
daya yang diterima sama dengan daya yang diberikan, ditambah dengan
kerugian daya yang terjadi, atau:
Dimana
𝑃𝑖𝑛 : Total daya yang diterima motor
𝑃𝑜𝑢𝑡 : Daya yang diterima motor untuk melakukan kerja
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 : Total kerugian daya yang dihasilkan oleh motor
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100%..................................(1.26)
𝑃𝑖𝑛
𝑃𝑏 = 𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 + 0.55..............................(1.28)
Padaumumnyakerugianiniberkisar1-5%daritotalkerugiandayamotorpada
keadaan beban nominal.
𝑃𝑏 = 𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 + 0.05..............................(1.29)
Beban Penuh
kenaikan suhu disebabkan oleh karena pembebanan lebih
pada generator yang terlalu lama ventilasi yang kurang sempurna atau
karena banyak kotoran yang menempel pada isolasi lilitan stator
sehingga menghambat pelepasan lilitan stator. Aliran minyak pelumas
yang kurang baik juga bisa menyebabkan suhu yang tinggi. Untuk
mengamankan generator terhadap masalah suhu yangtinggi biasanya
dipakai sebuah relai arus lebih tunda aktu atau dipakai relay suhu
yang pada tahap pertama membunyikan alarm dan pada tahap
berikutnya mentrip PMT generator.
Kehilangan Putaran
Relai ini berfungsi sebagai pengaman generator jika terjadi
hilangnya eksitasi generator yang diindikasikan dengan penyerapan
daya reaktif yang berlebihan dari jaringan. Relai yang biasa digunakan
untuk mendeteksi hilangnya eksitasi adalah relai offsetmho atau
reaktansi minimum. Relai hilang eksitasi merupakan Relai offsetmho
atau reaktansi minimum dengan karakteristik mendeteksi admitansi
beban. Dengan sedikit modifikasi sehingga digunakan untuk
mendeteksi hilang eksitasi. Admitansi merupakan kebalikan dari
impedansi seperti yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:
1 1
Y =Z = ........................................(1.30)
R + jX