Anda di halaman 1dari 30

BAB I

MESIN SEREMPAK
(GENERATOR SINKRON)

Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menentukan jenis, sifat/karakteristik dan penggunaan
generator sinkron sebagai pembangkit tenaga listrik.

Materi :
1. Konstruksi Generator Sinkron
2. Prinsip Kerja Generator Sinkron
3. Frekuensi pada Generator Sinkron
4. GGL induksi pada generator sinkron
5. Rangkaian Ekivalen generator sinkron 1-fasa kutup silindris
6. Efisiensi pada Generator sinkron
7. Menentukan Parameter Generator sinkron
8. Generator sinkron 3-fasa
9. Gangguan Pada Generator

1.1 Pendahuluan
Generator serempak (sering disebut generator sinkron) adalah mesin listrik yang
digunakan untuk mengubah energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik dengan perantara
induksi medan magnet. Perubahan energi ini terjadi karena adanya pergerakan relatif antara
medan magnet dengan kumparan generator. Pergerakan relatif adalah terjadinya perubahan
medan magnet pada kumparan jangkar (tempat terbangkitnya tegangan pada generator)
karena pergerakan medan magnet terhadap kumparan jangkar atau sebaliknya. Generator
sinkron ini disebut generator sinkron (sinkron = serempak) karena kecepatan perputaran
medan magnet yang terjadi sama dengan kecepatan perputaran rotor generator. Generator
sinkron ini menghasilkan energi listrik bolak-balik (alternating current, AC) dan biasa
diproduksi untuk menghasilkan listrik AC 1-fasa atau 3-fasa.

1
1.2 Konstruksi Generator Sinkron
Generator ini mempunyai dua komponen utama yaitu stator (bagian yang diam) dan
rotor (bagian yang bergerak). Bentuk gambaran sederhana konstruksi generator sinkron
diperlihatkan pada gambar 1.1, gambar 1.2, dan gambar 1.4.

Gambar 1.1 Bentuk sederhana konstruksi generator sinkron

Gambar 1.2 Bentuk konstruksi stator pada generator sinkron

Dengan memperhatikan gambar 1.1 dan 1.2, maka konstruksi stator ini terdiri dari :
1. Kerangka atau gandar dari besi tuang untuk menyangga inti jagkar.
2. Inti jangkar dari besi lunak/baja silicon,
3. Alur/parit/slot dan gigi tempat meletakan belitan (kumparan) bentuk alur ada yang
terbuka, setengah tertutup dan tertutup,

4. Belitan jangkar terbuat dari tembaga, yang diletakan pada alur.

2
Pada generator sinkron yang berkapasitas besar, arus DC diberikan pada lilitan rotor
untuk mengahasilkan medan magnet rotor, sedangkan kumparan jangkar tempat
terbangkitnya tegangan terletak di stator. Rotor ini diputar oleh prime mover (penggerak
mula) agar terjadi perpotongan medan magnet yang berubah ubah pada kumparan jangkar
di stator. Dengan adanya perpotongan medan magnet yang berubah-ubah ini, maka timbul
tegangan induksi pada kumparan jangkar generator.
Kumparan jangkar yang ada di stator biasanya disebut belitan stator atau kumparan
stator. Untuk generator 3-fasa biasanya kumparan dapat dirangkai dalam 2 jenis sebagai
berikut.
1. Belitan satu lapis (single layer winding), dengan 2 macam bentuk, yaitu:
a. Mata rantai (cocertis or chain winding)
b. Gelombang (wawe)
2. Belitan dua lapis (double layer winding), dengan 2 macam bentuk pula, yaitu:
a. Jenis Gelombang (wawe)
b. Jenis Gelung (lap)
Gambaran bentuk lilitan stator dalam membentuk kutup magnet pada stator untuk
menyesuaikan dengan kutup magnet rotor diperlihatkan pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Rangkaian belitan jangkar di stator generator sinkron

3
a) Rotor salient (kutub menonjol) pada generator sinkron

(b) Rotor silindris (silinder) (c) Penampang rotor kutup silindris


Gambar 1.4 Bentuk konstruksi rotor pada generator sinkron

Kutup magnet yang biasa digunakan pada rotor generator sinkron ada 2 jenis bentuk
sebagai berikut.
1. Kutup sepatu atau menonjol (salient).
Kutub menonjol terdiri dari inti kutub, badan kutub dan sepatu kutub. Kumparan medan
dililitkan pada badan kutub. Pada sepatu kutub juga dipasang kumparan peredam (damper
winding). Kumparan kutub dari tembaga, badan kutub dan sepatu kutub dari besi lunak.
2. Kutup silindris (non salient).
Kutup ini terdiri dari alur-alur dan gigi yang yang dipasang untuk menempatkan
kumparan medan.
Gambaran bentuk konstruksi rotor kutup sepatu dan kutup silindris pada generator
sinkron diperlihatkan pada gambar 1.4.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar penggerak mula, frekuensi
dan rating daya generator.

4
Pada kutub sepatu (salient), kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor. Rotor
kutub sepatu ini biasanya digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Karena
kutup rotornya banyak, maka biasanya rotor ini digerakkan dengan kecepatan yang rendah.
Pada kutub silindris (non salient), konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor
yang membentuk seperti silinder. Rotor silinder ini umumnya digunakan untuk rotor dua
kutub dan empat kutub. Rotor ini biasanya digerakkan dengan kecepatan tinggi sehingga
genetor yang menggunakan kutup ini biasanya disebut juga dengan turbo generotor.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dengan rating daya
sekitar 10 MVA biasanya menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10
MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Generator-generator ini
biasanya membentuk medan magnet dengan bantuan kumparan yang dililitkan pada
rotornya, kemudian kumparan ini diberi sumber arus searah dengan sistem pengaturan yang
baik sehingga besar arus yang melewati kumparan dapat diatur untuk mengatur kuat medan
yang akan dihasilkan rotor. Bentuk konstruksi generator kutup silindris lengkap dengan
sistem pemasukan arus medannya diperlihatkan pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Konstruksi generator kutup silindris dengan sistem pemasukan


arus medannya

Ada 2 cara pemasukan Arus DC (sebagai arus medan) ke rangkaian medan rotor untuk
membentuk medan magnet pada kumparan rotor, yaitu:
5
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian rotor dari sumber arus searah eksternal (biasanya
berupa batere dari luar) dengan sarana slip ring dan sikat. Bila generator ini hanya
menerima sumber arus searah dari luar untuk start awal saja, maka sumber arus searah
sebagai penguat kumparan medan selanjutnya diambil dari keluaran generator itu sendiri
(setelah sumber dari batere dilepas) dengan cara merubah keluaran AC generator ini
menjadi DC (disearahkan sebelum dimasukkan ke kumparan medan pada rotor)
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang
rotor generator sinkron. Sumber dc ini biasanya dari generator arus searah yang ditempel
pada rotor generator sinkron.

1.3 Prinsip Kerja Generator Sinkron


Generator dapat menghasilkan energi listrik karena adanya pergerakan relative antaran
medan magnet homogen terhadap kumparan jangkar pada generator (magnet yang bergerak
dan kumpran jangkar diam, atau sebaliknya magnet diam sedangkan kumparan jangkar
bergerak). Jadi, jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet
homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet
homogen ini bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus dc atau oleh magnet tetap.
Pada gambar 1.6 diperlihatkan contoh sederhana sebuah kumparan rotor berputar di
sekitar medan magnet homogen yang dihasilkan stator, kemudian tegangan keluaran pada
rotor diambil/dilewatkan melalui sepasang slip ring (cincin sikat) yang bisa dihubungkan ke
beban. Proses terbentuknya gelombang AC yang dihasilkan pada keluaran rotor ini lebih
jelasnya diperlihatkan pada gambar 1.7.

Gambar 1.6 Kumparan jangkar pada rotor berputar di sekitar medan magnet
yang dihasilkan stator

6
Gambar 1.7 Proses terbentuknya gelombang AC pada generator sinkron

Dengan memperhatikan gambar 1.6 dan gambar 1.7, proses timbulnya GGL induksi
pada generator dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kumparan tembaga BADC berputar diantara magnit permanen N-S
2. Kedua ujung kumparan dihubungkan dgn Slip Ring (cincin sikat)
3. GGL induksi akan menghasilkan arus (karena adanya beban pada generator) yang
mengalir melalui sikat-sikat arang ke beban yang tersambung dengan generator
Ketika kumparan BADC dari gambar 1.6 diputar ke kanan, satu sisi kumparan dari
kutup warna merah (kita anggap sisi kumparan warna merah) bergerak ke atas sedang sisi
lainnya (kumparan dari sisi kutup warna biru, dianggap kumparan warna biru) bergerak ke
bawah (perhatikan gambar 1.7). Kumparan mengalami perubahan garis gaya nagnet yang
makin sedikit, sehingga pada kedua sisi kumparan akan dibangkitkan tegangan yang
semakin sedikit pula. Bila generator sinkron diberi beban, maka akan mengalir pula arus
listrik yang semakin mengecilt mengitari kumparan hingga mencapai posisi kumparan
vertical dengan arus menjadi nol karena tegangan yang dibangkitkan juga nol (lihat gmbar
1.7). Pada posisi vertikal kumparan tidak mengalami perubahan garis gaya magnet sehingga
tidak ada listrik yang mengalir pada kumparan (gelombang listrik AC beroda pada posisi no
1 pada gambar 1.7). Jika kumparan ini terus berputar hingga sisi merah bergerak ke kanan
(sisi selatan, S) dan sisi biru bergerak ke kiri (sisi utara, N). Kumparan mengalami perubahan
garis gaya magnet dari minimum ke maksimum tetapi dengan arah yang berlawanan dari
posisi sebelumnya (perhatikan bentuk gelombang pada gambar 1.7), sehingga pada setiap
sisi kumparan akan dibangkitkan tegangan maksimum (posisi kumparan horizontal dan
gelombang berada pada titik no 3). Kumparan terus berputar hingga sisi merah bergerak
terus ke bawah dan sisi biru bergerak ke atas. Saat ini kumparan mengalami perubahan garis
gaya magnet maksimum ke minimum, sehingga tegangan yang dibangkitkan pada kumparan
melemah hingga mendekati nol (pada posisi no 5). Kemudian kumparan BADC terus
berputar ke arah kutup utara (N) sehingga terjadi pembalikan arah gelombang (posisi no 6

7
dan 7). Bila kumparan terus berputar seihingga kumparan BADC kembali berada pada posisi
di atas maka gelombang tegangan akan berubah menjadi pada posisi no 8 dan 9). Dari sini
terlihat terbentuknya gelombang AC karena proses perputaran kumparan di dalam medan
magnet yang terbentuk dalam kumparan jangkar ini adalah gelombang tegangan.
Untuk generator berkapasitas kecil, medan magnet dapat diletakkan pada stator
(disebut generator kutub eksternal/external pole generator) yang mana energi listrik
dibangkitkan pada kumparan rotor. Jika cara ini digunakan untuk generator berdaya besar,
maka hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat. Untuk mengatasi
permasalahan ini, maka pada generator berkapasitas besar digunakan tipe generator dengan
kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub
rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan
sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar
pada kecepatan konstan.
Bahagian dari kumparan generator yang membangkitkan tegangan disebut kumparan
jangkar, sedangkan bahagian dari kumparan generator yang membangkitkan medan magnet
disebut kumparan medan.

1.4 Frekuensi pada Generator Sinkron


Kecepatan perputaran generator sinkron akan mempengaruhi frekuensi elektris yang
dihasilkan generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan
suplai arus DC untuk membentuk medan magnet pada rotor.
Medan magnet rotor ini bergerak pada searah putaran rotor. Hubungan antara
kecepatan putar medan magnet pada rotor dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:
𝑁𝑟 𝑝
𝑓=
120
yang mana:
f = frekuensi listrik (Hz)
Nr = kecepatan putar rotor (rpm)
p = jumlah kutub magnet pada rotor
Dari rumus di atas terlihat bahwa frekuensi yang dihasilkan generator sinkron sangat
dipengaruhi oleh kecepatan putaran rotor dan jumlah kutup magnet pada generator. Jika
beban generator berobah, akan mempengaruhi kecepatan rotor generator.
Perubahan kecepatan rotor ini secara langsung akan mempengaruhi frekuensi yang
dihasilkan generator.

8
Kecepatan perputaran rotor pada generator sinkron akan sama dengan kecepatan
medan magnet generator. Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan
medan magnetnya, maka generator ini disebut generator sinkron atau lebih dikenal dengan
nama
Generator sinkron. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi 50 Hz atau 60
Hz (sesuai standard suatu negara, di Indonesian adalah 50 Hz), maka generator harus
berputar pada kecepatan tetap dengan jumlah kutub magnet yang telah ditentukan yang dapat
dihitung melalui persamaan (1.6). Sebagai contoh untuk membangkitkan frekuensi 50 Hz
pada generator dua kutub, maka rotor harus berputar dengan kecepatan 3000 rpm, atau untuk
membangkitkan frekuensi 50 Hz pada generator empat kutub, maka otor harus berputar pada
kecepatan 1500 rpm.

1.5 GGL induksi pada generator sinkron


GGL induksi (Ea) pada generator sinkron akan terinduksi pada kumparan jangkar
generator sinkron (misalnya kumparan jangkar ditempatkan di stator) bila rotor di putar
disekitar stator (misalnya kumparan medan di rotor). Besarnya kuat medan pada rotor dapat
diatur dengan cara mengatur arus medan (If) yang diberikan pada rotor.
Besarnya GGL induksi internal (Ea) yang dihasilkan kumparan jangkar Generator
sinkron ini dapat dibuatkan dalam bentuk rumus sebagai berikut.
𝐸𝑎 = 4,44. 𝑘𝑐 . 𝑘𝑑 . 𝑓. ∅. 𝑇 (𝑣𝑜𝑙𝑡/𝑓𝑎𝑠𝑒)
Atau disingkat menjadi:
𝐸𝑎 = 𝑐. 𝑁𝑟 . ∅
yang mana:
kc = faktor kisar;
kd = faktor distribusi
f = frekuensi dalam Hz atau cps
Φ = fluks /kutub dalam Weber
T = banyaknya lilitan /fase =1/2 Z
Z = banyak sisi kumparan (1 lilit adalah 2 sisi kumparan)
c = konstanta mesin
Nr= kecepatan putaran rotor (rpm)
Arus medan (If) pada generator sinkron biasanya diatur dengan menggunakan
rangkaian kontrol agar diperoleh tegangan pembangkitan (Ea) yang sesuai dengan

9
kebutuhan. Bentuk gambaran pengaturan sederhana arus medan (If) terhadap Ea yang
dibangkitkan generator sinkron diperlihatkan pada gambar 1.8

Gambar 1.8 Diagram fungsi pengaturan arus medan pada generator sinkron

Apabila karakteristik pengaruh arus medan (If) terhadap fluks dan GGL yang
dihasilkan generator sinkron digambarkan bila kondisi kecepatan tetap, maka keadaan ini
dapat digambarkan seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.9

Gambar 1.9 Karakteristik hubungan pengaruh arus medan terhadap fluks


dan Ea pada generator sinkron

1.5.1 Faktor Kisar pada lilitan Stator


Bila kisar atau gawang antara sisi lilitan jangkar yang satu dan sisi lilitan yang lain
pada kumparan stator sama dengan jarak antara kutub yakni 180O listrik maka lilitan tersebut
dikatakan mempunyai gawang penuh atau kisar penuh, lihat gambar 1.10.

10
Gambar 1.10 Kisar atau gawang lilitan jangkar

Bila jarak antara lilitan yang satu dengan yang lain kurang dari 180O listrik, lilitan
tersebut dikatakan mempunyai kisar pendek (gawang pendek).
Faktor kisar (faktor gawang) atau kc atau kp adalah perbandingan antara kisar pendek
terhadap kisar penuhnya atau dapat dihitung dengan persamaan :
𝑘𝑐 = 𝑘𝑝 = 𝐶𝑜𝑠 𝛼⁄2

1.5.2 Faktor distribusi


Lilitan jangkar pada tiap fasa tidak dipusatkan hanya pada satu alur / slot tetapi
didistribusikan pada beberapa alur/slot menyebabkan suatu faktor yang disebut faktor
distribusi (kd) yang dapat dihitung dengan persamaan :
𝑆𝑖𝑛 𝑚 𝛽 ⁄2
𝑘𝑑 =
𝑚 𝑆𝑖𝑛 𝛽 ⁄2

Dengan

1800 1800
𝛽= =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑙𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑢𝑡𝑢𝑏 𝑛

m = Banyaknya alur/fase/kutub

11
Contoh :
Hitung kecepatan dan tegangan per fase serta tegangan antar fase dari suatu generator
serempak 4 kutub, tiga fase, 50 Hz, hubungan Y dengan 36 alur (slot), tiap slot berisi 30
penghantar (sisi lilitan). Fluks per kutub 0,05 Weber terdistribusi sinusloidal.
Penyelesaian :
𝑁𝑟 .𝑝 120𝑓 120 𝑥 50
𝑓= 𝑁𝑟 = = = 1500 Rpm
120 𝑝 4

1800 36
𝛽= = 200; m = =3
36⁄4 4𝑥3

𝑆𝑖𝑛3𝑥200⁄2
𝐾𝑑 = = 0,96
3𝑆𝑖𝑛200 ⁄2
Tper fasa = 360 / 2 = 180
EP = 4,44 x 1 x 0,96 x 50 x 0,05 x 180 = 1918,08 Volt
EL = √3𝐸𝑝 = √3 x 1918,08 = 3322,21 Volt

Latihan/Tugas :
Suatu generator serempak tiga fase, 4 kutub, 50 Hz mempunyai 15 alur perkutub, tiap alur
berisi 10 penghantar. Setiap penghantar dari tiap fase dihubungkan seri dengan faktor
distribusi 0,95 dan faktor kisar 1. Pada waktu beban nol, EMF antara fase 1825 volt, hitung
fluks perkutub.

1.6 Rangkaian Ekivalen generator sinkron 1-fasa kutup silindris


Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada kumparan jangkar Generator sinkron.
Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator
sinkron. Tegangan induksi ini dianggap sama dengan tegangan output terminal generator
sinkron hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada generator sinkron (generator
sinkron tanpa beban). Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan
induksi dengan tegangan terminal ini adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator,
2. disebut reaksi jangkar.
3. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
4. Resistansi kumparan jangkar.
5. Efek permukaan rotor kutub sepatu.

12
Karena semua faktor di atas mempengaruhi tegangan keluaran pada terminar generator
sinkron, maka faktor-fkator itu dimasukan dalam menganalisa rangkaian ekivalen generator
sinkron agar diperoleh hasil pendekatan yang lebih baik. Bila generator sinkron yang
digunakan adalah generator sinkron 1-fasa, maka kumparan jangkar generator sinkron hanya
membangkitkan gelombang AC 1-fasa, sedangkan bila generator sinkron yang digunakan
adalah generator sinkron 3-fasa, maka kumparan jangkar generator sinkron akan
membangkitkan gelombang AC 3-fasa yang masing-masing berbeda fasa 1200 listrik.
Rangkaian ekivalen generator sinkron sangat bermanfaat digunakan untuk
menganalisa kondisi generator sinkron tanpa harus mengoperasikan generator sinkron secara
nyata, sehingga dapat diketahui bentuk karakteristik generator sinkron dalam berbagai
kondisi tanpa merusak generator sinkron. Apabila karakterisitik generator sinkron telah
diketahui tanpa harus mengoperasikan generator sinkron, maka dapat direncanakan dengan
baik beban yang cocok yang dapat diberikan pada generator sinkron. Bentuk rangkaian
ekivalen generator sinkron 1-fasa diperllihatkan pada gambar 1.11.

Gambar 1.11 Rangkaian ekivalen generator sinkron 1-fasa

Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya
reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif, karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan
disebut reaktansi magnetisasi akibat pengaruh reaktansi jangkar (Xar). Pada generator
sinkron kutup silindris, kuat medan yang terjadi merata di sekitar permukaan kutup, sehingga
pengaruhnya terhadap kumparan jangkar juga akan merata. Karena kuat medan yang merata,
maka Reaktansi ini (Xar) dapat dijumlahkan langsung bersama-sama dengan reaktansi fluks
bocor pada kumparan jangkar (Xa) yang kemudian dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs).
Hubungan besarnya tegangan yang dibangkitkan generator sinkron ini (Ea) terhadap
reaktansi sinkron ini dan tegangan terminal generator sinkron diperlihatkan pada persamaan-
persamaan sebagai berikut.
Ea = Ia. (Ra + Xs) + Vt)
Xs = Xar + Xa

13
Dari penjabaran rumus di atas terlihat bahwa tegangan keluaran generator sinkron
sangat dipengaruhi oleh besarnya arus dan jenis beban generator sinkron. Makin besar beban
generator sinkron, maka makin besar pula drop tegangan yang terjadi pada kumparan
generator sinkron.

1.6.1 Sumbu ’dq’ pada Generator sinkron 1-fasa kutup menonjol


Generator sinkron kutup menojol mempunyai mempunyai permukaan kutup yang
berbeda dengan kutup silindris, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.3 sebelumnya.
Dari kondisi ini, maka medan magnet yang terjadi pada rotor tidak merata, karena ada celah
antara dua kutup rotor yang menyebabkan kuat medan yang berbeda antara ujung kutup rotor
dengan celah udara antara dua kutup rotor tersebut.
Fluks magnet yang diinduksikan rotor ke jangkar juga akan menghasilkan pengaruh
yang tidak merata pula terhadap GGL induksi yang dihasilkan jangkar gernerator.
Pengaruh medan yang berbeda ini diasumsikan berbeda sebesar 900 yang dapat
digambarkan sebagai sumbu dq (direct dan quadrature). Daerah sumbu ’d’ merupakan
daerah yang terpengaruh langsung oleh medan magnet yang kuat pada ujung kutup magnet,
sedangkan sumbu ’q’ merupakan daerah yang bukan pada ujung kutup dengan daerah medan
yang lemah. Bentuk sumbu ’dq’ ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1.12 Sumbu ’dq’ pada kutup menonjol

Karena pengaruh medan yang tidak sama pada kutup menonjol, maka reatansi sinkron
yang dihasilkan pada rangkaian ekivalen generator sinkron akan berubah menjadi:
Xs = Xd + Xq
yang mana:
Xd = reaktansi sinkron dalam arah sumbu d (karena pengaruh medan yang kuat dari rotor)
Xq = reaktansi sinkron dalam arah sumbu q (karena pengaruh medan yang lemah dari rotor)
Besarnya Ea yang dibangkitkan generator selanjut berubah menjadi persamaan sebagai
berikut.
Ea = Ea’ + Ia. (Xd - Xq)

14
dengan
Ea’ = Ia. (Ra + Xq) + Vφ
Ia = Id + Iq
untuk faktor daya tertinggal:
(𝑉𝑡 . 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝐼𝑎 . 𝑋𝑞 )
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1
(𝑉𝑡. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝐼𝑎. 𝑅𝑎)
untuk faktor daya mendahului:
(−𝑉𝑡 . 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝐼𝑎 . 𝑋𝑞 )
∅ = 𝑡𝑎𝑛−1
(𝑉𝑡. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝐼𝑎. 𝑅𝑎)

1.6.2 Karekteristik Generator sinkron Berbeban dan Sudut Daya

Gambar 1.13 Hubungan berbagai kondisi beban terhadap arus dan tegangan ya;ng terjadi
pada generator sinkron: a) beban R (paling atas), b) beban R dan L (di tengah)
dan c) beban R dan C (paling bawah)

Generator sinkron dapat dibebani dengan berbagai macam bentuk beban listrik seperti
R, L dan C. Hiubungan ketiga beban ini bisa saja R (seperti lampu pijar), R dan L (seperti
lampu TL) dan bisa juga R dan C atau gabungan R, L dan C. Bentuk hubungan beban ini
akan mempengaruhi arus yang mengalir pada generator sinkron. Arus ini bisa menjadi sefasa
(beban R), tertinggal (beban L atau R dan L), atau mendahului (beban C atau R dan C) dari
tegangan, tergantung dari jenis beban yang diberikan pada terminal generator sinkron.
Bentuk hubungan secara vektor antara tegangan yang terjadi pada generator sinkron
terhadap bebannya diperlihatkan pada gambar 1.13 dengan sudut antara Ea dengan V disebut

15
sudut daya. Jadi sudut daya ini tergantung dari besar dan jenis beban pada generator sinkron,
dengan maksimal sudut daya sedikit di bawah 900.
Bila sudut daya lebih dari 900, maka generator sinkron akan rusak dan merusak sistem
yang lain jika generator sinkron ini paralel dengan sistem tenaga listrik yang lain.
Perubahan beban pada generator sinkron memerlukan pengaturan pembangkitan daya
dari generator sinkron dengan cara mengatur arus penguat medannya. Karakterisitik arus
medan terhadap perubahan beban ini diperlihatkan pada gambar 1.14 dan 1.15.

Gambar 1.14 Hubungan pengaturan arus penguat medan (If) terhadap arus beban (Ia) dengan
berbagai kondisi beban P (watt)

Gambar 1.15 Hubungan pengaturan arus penguat medan (If) terhadap arus beban (Ia) dengan
berbagai kondisi beban Q (VAR)

Bentuk karakteristik dari generator sinkron dalam mengatur arus medan terhadap
perubahan beban ini disebut juga dengan karakteristik kerja generator sinkron.
Beban yang diberikan ke generator sinkron akan mempengaruhi kecepatan rotor
generator sinkron. Makin besar beban yang diberikan pada generator sinkron, maka makin
turun kecepatan rotor, karena pengaruh medan magnet yang diperbesar pada jangkar (reaksi
16
jangkar) akibat pusaran arus beban pada jangkar generator sinkron. Turunnya kecepatan
rotor akan mengakibatkan frekuensi yang dihasilkan generator sinkron juga turun.
Untuk menaikan kemballi frekuensi yang dihasilkan generator sinkron, maka perlu
dinaikkan juga kecepatan penggerak mula yang menggerakkan rotor. Bentuk karakteristik
generator sinkron berbeban ini diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 1.16. Karakteristik tegangan terminal dari generator serempak


versus arus beban dengan berbagai factor beban

Karena karakteristik generator sinkron berbeban ini dipengaruhi oleh beban yang
datang dari luar, maka bentuk karakteristik ini kadang disebut juga dengan karakteristik luar.
Pengaturan arus medan pada generator sinkron disamping untuk mengontrol
pengeluaran daya pada generator sinkron, juga berfungsi untuk mengatur tegangan yang
dibangkitkan generator sinkron agar tegangan keluaran generator sinkron dapat dijaga tetap
stabil.
Presentasi besarnya drop tegangan yang terjadi antara tegangan yang dibangkitkan
generator sinkron terhadap tegangan keluaran generator sinkron disebut Regulasi Tegangan
(Voltage Regulation, VR) yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
𝐸𝑎 − 𝑉𝑡
𝑉𝑅 = 𝑥 100%
𝑉𝑡
yang mana:
VR = regulasi tegangan
Vt = tegangan terminal generator sinkron
Ea = tegangan internal (yang dibangkitkan) generator sinkron
Karena tegangan Ea dapat diukur pada tegangan terminal saat generator sinkron tanpa
beban, maka dapat dirubah menjadi sebagai berikut.
𝑉𝑁𝐿 − 𝑉𝐹𝐿
𝑉𝑅 = 𝑥 100%
𝑉𝐹𝐿

17
yang mana:
VNL = tegangan terminal generator sinkron saat tanpa beban = Ea = Eo
VFL = tegangan generator sinkron berbeban = Vt

1.7 Generator Serempak Berbeban


Jika generator belum berbeban, maka GGL (E) yang dibangkitkan pada kumparan
jangkar yang ada di stator sama dengan tegangan terminal (V). Waktu generator berbeban,
maka GGL (E) tidak sama dengan tegangan terminal (V), tegangan terminak akan bervariasi
karena :
1. Jatuh tegangan (voltage drop), karena resistansi jangkar (Ra) sebesar Ira;
2. Jatuh tegangan karena resistansi bocor (XL) dari jangkar sebesar IXL;
3. Jatuh tegangan karena reaksi jangkar sebesar IXa
Reaksi jangkar disebabkan oleh arus beban (IL) yang mengalir pada kumparan jangkar,
arus tsb akan menimbulkan medan yang melawan medan utama, sehingga seolah-olah
jangkar mempunya reaktans sebesar Xa.
Reaktans bocor (XL) dan reaktans akibat reaksi jangkar (Xa) akan menimbulkan
reaktans sinkron, sebesar XS = XL + Xa

1.8 Regulasi Tegangan Generator Sinkron


Perubahan beban pada generator serempak akan menyebabkan perubahan tegangan
diterminalnya, besarnya perubahan tsb tidak hanya tergantung dari perubahan beban, tetapi
juga tergantung pada faktor beban. Hal tersebut menimbulkan istilah Regulasi Tegangan yg
diartikan sebagai kenaikan tegangan bila beban penuh dilepaskan, dimana eksitasi atau
penguatannya serta kecepatannya tetap, dibagi dengan tegangan terminal dan dirumuskan
sbb :
𝐸𝑎 −𝑉𝑡
% Regulasi (VR) = x 100%
𝑉𝑡

dimana : 𝐸0 = √(𝑉𝑡 + 𝐼𝑅𝑎 )2 + (𝐼𝑋𝑆 )2 (GGL saat beban nol)

𝐸𝑎 = √(𝑉𝑡 + 𝐼𝑅𝑎 )2 + (𝐼𝑋𝐿 )2 (GGL saat berbeban)


Contoh soal =
Suatu generator serempak 3 fasa, 50 KVA, 440 Volt, 50 Hz, hubungan Y dengan resistansi
jangkar yang efektif 0,25 Ohm, reaktansi sinkron 3,2 Ohm dan reaktansi bocor 0,5 Ohm.
Hitung untuk beban penuh dengan faktor daya = 1:
a) GGL waktu berbeban
18
b) GGL waktu beban nol
c) %VR pada waktu beban penuh
Penyelesaian :
a) VP = 440 / √3 = 254,03 Volt
50000
Arus beban penuh (I) = = 65,6 Ampere
√3 𝑥 440
IRa = 65,6 x 0,25 = 16,4 Volt; IXL = 65.6 x 0,5 =32,8 Volt; IXS = 65,6 x 3,2 = 209,92 Volt
Ea = √(254 + 16,4)2 + (32,8)2 = 272,38 Volt/fasa
= √3 x 272,38 = 471,78 Volt antara fasa
b) E0 = √(254 + 16,4)2 + (209,92)2 = 342,32 Volt/fasa
= √3 x 342,32 = 592,91 Volt antara fasa
272,38−254,03
c) VR = x 100% = 7,22 %
254,03
Latihan/Tugas :
Sebuah generator AC 3 fase, hub. Y, 60 Hz, 500 KVA, 2300 V. Resistan kumparan
jangkar = 0,6 Ω per fase. Reaktan sinkron Xs = 6,5 Ω per fase.
Hitunglah pada beban penuh :
a) Tegangan yang dibangkitkan (fase-ke-fase) pada faktor- daya = 0,80 lagging.
b) Regulasi tegangan (fase-ke-fase) pada faktor-daya = 1.

1.9 Efisiensi pada Generator sinkron


Mutu sebuah generator sinkron sangat ditentukan oleh besarnya efisiensi generator
sinkron tersebut. Makin besar efisiensi sebuah generator sinkron, maka dikatakan generator
sinkron tersebut makin bagus. Efiensi generator sinkron ini dihitung berdasarkan
perbandingan antara daya keluaran terhadap daya masukan awal generator sinkron, yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑂 )
η= 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑖 )
x 100%; atau

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑖 )−𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖)


η= 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑖 )
x 100%; atau

𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖)


η = 1- 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑖 )
x 100%; atau

𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖)


η = 1- 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑂 )
x 100%; atau

19
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑂 )
η = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑃 x 100%
𝑂 )+𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖)

Pada waktu generator serempak berbeban, rugi-rugi yang terjadi, terdiri dari :
1. Rugi-rugi Rotasi :
a. Rugi angin dan geseran;
b. Rugi geseran sikat pada cincin geser;
c. Rugi ventilasi pada waktu pendinginan mesin;
d. Rugi histeristis dan arus pusar (eddy current) di stator.
2. Rugi-rugi Listrik :
a. Rugi pada kumparan medan;
b. Rugi pada kumparan jangkar;
c. Rugi pada kontak sikat.
3. Rugi Eksitasi yang dipakai untuk penguatan;
4. Rugi Beban Sasar (Stray Load Loss).

Contoh soal :
Suatu generator serempak 3 fasa, 2000 KVA, 2300 Volt, 50 Hz, bekerja pada beban penuh
dengan faktor daya 0,85. Resistansi arus DC dari jangkar pada 75O antara fasa 0,08 Ohm.
Medan menarik arus 72 Ampere pada tegangan 125 Volt dari peralatan. Rugi angin dan
geseran 18,8 KW, rugi inti 37,6 KW, rugi beban sasar 2,2 KW. Hitung efisiensi dengan
mengendalikan resistansi jangkar yang efektif = 1,3 x resistansi arus DC?
Penyelesaian :
Daya output (PO) = 2000 x 0,85 = 1700 KW
2000000 0,08
IL = = 502,04 Ampere; Ra = x 1,3 = 0,052 Ohm/fasa
√3 𝑥 2300 2
Rugi angin dan geseran = 18,8 KW
Rugi inti = 37,6 KW
Rugi medan (125 x 72 / 1000) = 9,0 KW
Rugi jangkar (3 x 502,042 x 0,052) = 39,32 KW
Rugi beban sasar = 2,2 KW
+
Rugi total = 106,92 KW
106,92
Efisiensi (η) = (1- ) x 100% = 94,08 %
1700+106,92

20
1.8 Menentukan Parameter Generator sinkron
Parameter generator sinkron umumnya berupa tahanan jangkar (Ra), Reaktansi
sinkron (Xs) dan tegangan internal (Ea) generator sinkron. Parameter ini dapat ditentukan
melalui 3 macam serangkaian pengujian / percobaan terhadap generator sinkron. Ke tiga
macam pengujian itu ialah pengujian tanpa beban (beban nol), pengujian hubungan singkat,
dan pengujian sumber arus searah pada terminal generator sinkron. Dari serangkaian
percobaan ini akan diketahui karakteristik beban nol dan hubung singkat dari generator
sinkron sehingga diperoleh data hubungan pengaturan kuat arus medan terhadap tegangan
yang dibangkitkan generator sinkron. Penjelasan ke tiga pengujian pada generator sinkron
ini dijelaskan sebagai berikut di bawah ini.

1.8.1 Pengujian beban nol (tanpa beban)


Pada pengujian beban nol (tanpa beban), generator sinkron diputar pada kecepatan
ratingnya dan terminal generator sinkron tidak dihubungkan ke beban. Arus eksitasi medan
mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal
generator sinkron diukur pada tiap tahapan. Bentuk gambaran rangkaian pengujian beban
nol pada generator sinkron ini diperlihatkan pada gambar 1.29

Gambar 1.17 Rangkaian pengujian beban nol pada generator sinkron

Dari percobaan tanpa beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0) sehingga tegangan
terminal generator sinkron (Vt) yang terukur dianggap sama dengan tegangan yang
dibangkitkan generator sinkron (Ea). Dari hasil pengujian tanpa beban ini akan diperoleh
kurva karakteristik beban nol generator sinkron. Dari kurva karakteristik ini akan diperoleh
hubungan GGL generator sinkron (Ea) sebagai fungsi terhadap arus medan (I).
Untuk pendekatan dalam menentukan parameter generator sinkron, maka dari kurva
ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya (unsaturated). Pemakaian harga linier
yang merupakan garis lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada keadaan

21
jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar. Contoh bentuk kurva
karakteristik pengujian beban nol (tanpa beban) pada generator sinkron diperlihatkan pada
gambar 1.8a.

Gambar 1.18 Kurva karakteristik generator sinkron a) saat beban nol (tanpa
beban) dan b) saat hubung singkat

1.8.2 Pengujian hubung singkat


Pada pengujian hubung singkat, kumparan jangkar generator sinkron dihubung
bintang (Y) seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.19.

Gambar 1.19 Rangkaian pengujian hubung singkat pada generator sinkron

Pada saat pengujian hubung singkat, arus eksitasi medan mula-mula dibuat nol, dan
terminal generator dihubung singkat melalui sebuah alat ukur ampere meter untuk mengukur
arus hubung singkat (arus jangkar (Ia) saat hubung singkat).

22
Kemudian arus jangkar saat hubung singkat (Iahs) diukur dengan menaikkan arus
eksitasi medan secara perlahan sampai pada batas arus nominalnya. Dari pengujian hubung
singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia) sebagai fungsi arus medan (I),
dan ini merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat generator sinkron ini
diberikan pada gambar 1.18b.
Ketika terminal generator sinkron dihubung singkat, maka tegangan terminal adalah
nol, dan impedansi internal generator sinkron adalah:
𝐸𝑎
𝑍𝑠 = √𝑅𝑎2 + 𝑋𝑠2 =
𝐼𝑎
Besarnya nilai Ea diperoleh dari hasil kurva karakteristik beban nol generator sinkron
yang telah kita peroleh sebelumnya. Oleh karena reaktansi sinkron Xs >> Ra, maka
persamaan dapat disederhanakan menjadi:
𝐸𝑎 𝑉𝑜𝑐
𝑋𝑠 = =
𝐼𝑎 𝐼𝑎ℎ𝑠
yang mana:
VOC = tegangan terminal generator sinkron saat pengujian beban nol
Jadi, jika Ia dan Ea telah diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron
dapat diketahui.

1.8.3 Pengujian sumber arus searah


Untuk menentukan tahanan jangkar dapat dilakukan dengan menerapkan tegangan
searah pada kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y),
kemudian arus yang mengalir diukur. Bentuk rangkaian pengujian dengan menggunakan
sumber DC ini diperlihatkan pada gambar 1.20.
Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
𝑉𝐷𝐶
𝑅𝑎 =
2. 𝐼𝐷𝐶
dengan:
VDC = Besarnya tegangan sumber DC yang diberikan pada dua kumparan generator sinkron
yang terhubung Y (volt)
IDC = Besarnya arus DC yang tercatat oleh alat ukur amperemeter DC (amper)

23
Gambar 1.20 Rangkaian pengujian untuk mengukur tahanan jangkar

Penggunaan tegangan dc ini dimaksudkan supaya reaktansi kumparan sama dengan


nol pada saat pengukuran, sehingga yang terukur hanya tahanan jangkar saja.

1.9 Generator sinkron 3-fasa


Generator sinkron 3-fasa mempunyai 3 kumparan jangkar yang tersusun sedemikian
rupa sehingga dapat membangkitkan tegangan 3-fasa yang berbeda fasa sebesar 1200 listrik.
Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang
dibangkitkan generator sinkron ini diperlilhatkan pada gambar 1.21. Ketiga kumparan
jangkar generator sinkron 3-fasa ini biasa dihubungkan secara bintang (Y) atau delta
(segitiga), seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.22

Gambar 1.21 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa (atas) dan


tegangan yang dibangkitkan (bawah)

24
Untuk mempermudah cara menganalisa generator sinkron sistem 3-fasa dapat
dilakukan dengan menggunakan rangkaian ekivalen analisa perfasa dari rangkaian ekivalen
generator sinkron 3-fasa. Bentuk rangkaian ekivalen generator sinkron 3-fasa ini
diperlihatkan pada gambar 1.23, dimana gambar 1.23a merupakan rangkaian ekivalen sistem
3-fasanya dan gambar 1.23b merupakan rangkaian ekivalen perfasanya.

Gambar 1.22 Bentuk hubungan kumparan generator sinkron 3-fasa: a)


hubungan bintang dan b) hubungan delta

Besarnya tegangan terminal perfasa (tegangan fasa) pada generator sinkron yang
diterapkan pada gambar 1.23b tergantung dari bentuk hubungan kumparan generator sinkron
yang digunakan pada gambar 1.22. Tegangan terminal perfasa yang dilambangkan dengan
Vφ pada gambar 1.23b adalah merupakan tegangan pada kumparan jangkar generator
sinkron atau disebut juga dengan tegangan fasa. Besarnya tegangan fasa pada rangkaian
1.23b tergantung dari jenis hubungan kumparan generator sinkron. Bila generator sinkron
terhubung Y (perhatikan gambar 1.22) maka tegangan fasanya adalah sebesar tegangan fasa
ke netral (Vφ = VLN), tetapi bila generator sinkron terhubung delta, maka tegangan fasa
adalah tegangan antar fasa (Vφ = VLL) dari sistem 3-fasa

25
Gambar 1.23 Rangkaian ekivalen generator sinkron 3-fasa: a) rangkaian
3-fasa, dan b) analisa perfasa sistem 3-fasa

Besarnya tegangan yang dibangkitkan generator sinkron perfasa selanjutnya dapat


dijabarkan sebagai berikut.
a. Untuk hubungan bintang (Y)
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑅) = 𝐼𝐴(𝑅) (𝑅𝐴(𝑅) + 𝑋𝑆(𝑅) ) + 𝑉𝑅𝑁
dengan : VRN = VLN ∠ θ O
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑆) = 𝐼𝐴(𝑆) (𝑅𝐴(𝑆) + 𝑋𝑆(𝑆) ) + 𝑉𝑆𝑁
dengan : VSN = VLN ∠ (θ +240)O
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑇) = 𝐼𝐴(𝑇) (𝑅𝐴(𝑇) + 𝑋𝑆(𝑇) ) + 𝑉𝑇𝑁
dengan : VTN = VLN ∠ (θ +120)O
dengan : VLN = VLL / √3
VLL = VRS = VST = VTR
b. Untuk hubungan delta (Δ)
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑅𝑆) = 𝐼𝐴(𝑅𝑆) (𝑅𝐴(𝑅𝑆) + 𝑋𝑆(𝑅𝑆) ) + 𝑉𝑅𝑆
dengan : VRS = VLL ∠ θ O
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑆𝑇) = 𝐼𝐴(𝑆𝑇) (𝑅𝐴(𝑆𝑇) + 𝑋𝑆(𝑆𝑇) ) + 𝑉𝑆𝑇
dengan : VST = VLL ∠ (θ +240)O

26
𝐸𝐴(𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑇𝑅) = 𝐼𝐴(𝑇𝑅) (𝑅𝐴(𝑇𝑅) + 𝑋𝑆(𝑇𝑅) ) + 𝑉𝑇𝑅
dengan : VTR = VLL ∠ (θ +120)O
dengan : IA = ILL / √3

1.10 Gangguan Pada Generator


Dalam instalasi yang dijaga oleh operator seperti Pusat Listrik dan Gardu Induk ada
gangguan yang tidak atau belum dilihat oleh Relai, tapi dilihat oleh operator yang kemudian
berinisiatif men-trip Pemutus Tenaga (PMT) demi keselamatan instalasi, maka dalam hal ini
operator bertindak sebagai relai. Ganguan Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan
tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh :
a. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator ikut trip sebagai akibat kurang
selektifnya relai generator
b. Ada gangguan dalam seksi generator yang disebabkan karena 1) kerusakan generator atau
alat bantu generator, 2) binatang yang menimbulkan arus hubung singkat dan 3) kontak-
kontak listrik yang belum sempurna
c. Ada gangguan dalam sistem eksitasi generator, biasanya menyangkut pengatur tegangan
otomatis.
d. Ada gangguan pada sistem arus searah khususnya yang diperlukan untuk mentripkan
PMT. Gangguan pada sirkit listrik tersebut di atas berlaku untuk semua macam Pusat
Listrik.
Gangguan Pada Mesin Penggerak Generator (prime mover) merupakan gangguan
yang paling sering terjadi pada semua Pusat Listrik. Hal-hal yang menyebabkan gangguan
mesin penggerak generator secara singkat adalah :
a. Kerusakan pada bagian-bagian yang berputar atau bergeser, seperti bantalan, batang
penggerak, katup-katup khususnya yang jarang bergerak pada waktu diperlukan malah
macet.
b. Kerusakan pada bagian-bagian dimana terdapat pertemuan antara zat-zat yang berbeda
suhunya seperti kondensor PLTU, pemanas udara PLTU. Hal serupa bisa pula terjadi pada
alat-alat pendingin di PLTA atau PLTD.
c. Kerusakan pada pengabut yang bertugas mengubah bahan bakar minyak menjadi kabut
gas. Pengabut semacam ini terdapat pada PLTU, PLTG dan PLTD dan seringkali
merupakan sumber gangguan karena tersumbat.

27
d. Kebocoran pada perapat dari bagian yang mengandung zat cair atau gas yang bertekanan
tinggi. Kebocoran semacam ini dapat menyebabkan gangguan operasi dari Pusat Listrik
yang bersangkutan.
Gangguan Pada Instalasi Yang Berhubungan Dengan Lingkungan. Pada PLTU,
gangguan ini misalnya karena air laut yang berfungsi sebagai pendingin mengandung
binatang laut dan kotoran yang menyumbat instalasi air pendingin atau menyumbat
kondensor.
Pada PLTA sering kali terjadi air sungai banyak mengandung kotoran, sehingga
saringan air masuk tersumbat dan mengganggu operasi Pusat Listrik yang bersangkutan.
Masalah kotoran yang dibawa sungai dapat menimbulkan gangguan pada PLTD yaitu
apabila kotoran tersebut menyumbat instalasi air pendingin.
Gangguan Pada Sistem Kontrol. Dalam setiap Pusat Listrik selalu terdapat sistem
kontrol yang mengatur baik sistem listrik generator, mesin penggerak generator maupun alat-
alat bantu. Sistem kontrol dapat berupa rangkain listrik, rangkaian mekanik, sistem
pneumatik ataupun sistem hidrolik. Dapat pula merupakan kombinasi dari beberapa macam
sistem kontrol. Seringkali gangguan timbul karena adanya bagian dari sirkit kontrol yang
tidak berfungsi dengan baik. Sebagai contoh kegagalan start dari unit PLTG sering
disebabkan oleh adanya bagian dari sirkit kontrol yang kurang baik kerjanya. Pengamanan
Sistem Tenaga Listrik Dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi gangguan yang dapat
merusak peralatan pembangkit listrik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Arif. 2016. Generator Singkron. Diambil Dari :


https://documents.tips/documents/generator-sinkron-568d0bd7f255b.html. Diakses
tanggal 06 Nopember 2018 pukul 16.21.
Hage, 2008, Mesin Listrik, http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/motorlistrik.html,
Diakses tanggal 06 Nopember 2018 pukul 15.28
Joaldera,2008, Mesin Arus Searah, http://duniaelektronika.blogspot.com/2008/04/mesin-
arus-searah.html, Diakses tanggal 06 Nopember 2018 pukul 17.08
Lister, Eugene C., 1984, Mesin dan Rangkaian Listrik, Edisi 6, Hanapi Gunawawan,
Erlangga, Jakarta
Stevenson, William D. 1983. “Analisis Sistem Tenaga Listrik Edisi Ke- empat”. Jakarta :
Erlangga
Sumanto, 1994, Mesin Arus Searah, Yogyakarta : Andi Offset
Zuhal. 1995. Belajar Sendiri Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Penerbil
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zuhal, 1988, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta : Gramedia

29
BIODATA PENYUSUN

1. Nama : Ir. Hamles Leonardo Latupeirissa, MT


2. NIP : 19640702 199403 1 001
3. Pangkat/Gol. Ruang : Pembina Tkt. I / IVB
4. Tempat Tanggal Lahir : Ambon, 02 Juli 1964
5. Alamat : Jl. Kapt. Pierre Tendean, Hative Kecil, Ambon
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Agama : Protestan
8. Status : Kawin
9. Riwayat Pendidikan :
a. SD (1976), Merauke Papua
b. SMP (1980), Merauke Papua
c. SMA (1983), Merauke Papua
d. S1 (1990), Universitas Pattimura Ambon
e. S2 (2013), Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur
10. Riwayat Pekerjaan :
a. CPNS (Dosen) 1994 - 1995, Jur. Tek. Elektro, Politeknik Negeri Dili
b. PNS (Dosen) 1995 - 2000, Jur. Tek. Elektro, Politeknik Negeri Dili
c. PNS (Dosen) 2000 - sekarang, Jur. Tek. Elektro, Politeknik Negeri Ambon

30

Anda mungkin juga menyukai