Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. GENERATOR SINKRON

Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk

mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron

(altenator) merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk menghasilkan

tegangan bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi

listrik. Energi mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh

penggerak mula (prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses dari

proses induksi elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.

Generator sinkron dengan defenisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa

frekuensi listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator

tersebut. Rotor generator sinkron yang terdiri dari belitan medan dengan suplai

arus searah akan menghasilkan medan magnet yang diputar dengan kecepatan

yang sama dengan kecepatan putar rotor. Generator arus bolak – balik dibagi

menjadi dua jenis, yaitu:

a. Generator arus bolak – balik 1 fasa

b. Generator arus bolak – balik 3 fasa

http://digilib.mercubuana.ac.id/
6

Gambar diagram kedua bentuk generator arus bolak – balik tersebut dapat

dilihat dari Gambar 2.1 berikut

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Generator AC satu fasa dua kutub

(b) Generator AC tiga fasa dua kutub

Generator sinkron sering dijumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga

listrik (dengan kapasitas yang relative besar). Misalnya pada PLTA, PLTU, PLTD

dan lain-lain. Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga

generator dengan kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan

untuk penerangan darurat yang sering disebut Generator Set.

2.2. KONSTRUKSI GENERATOR SINKRON

Generator sinkron mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik bolak-

balik secara elektromagnetik. Energi mekanik berasal dari penggerak mula yang

memutar rotor, sedangkan energi listrik dihasilkan dari proses induksi

elektromagnetik yang terjadi pada kumparan-kumparan stator. Pada gambar 2.2

dapat dilihat bentuk sederhana dari sebuah generator sinkron.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

Gambar 2.2 Konstruksi Generator Sinkron

Secara umum generator sinkron terdiri atas stator, rotor, dan celah udara.

Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam sedangkan rotor adalah

bagian yang berputar. Celah udara adalah ruang antara stator dan rotor.

Pada bagian ini akan dibahas mengenai konstruksi generator sinkron

secara garis besar. Bagian – bagian generator yang dibahas pada bagian ini antara

lain :

(a) Stator

(b) Rotor

2.2.1 Stator

Stator (armature) adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat untuk

menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan

melalui stator. Komponen ini berbentuk sebuah rangka silinder dengan lilitan

kawat konduktor yang sangat banyak. Stator terdiri dari beberapa komponen

utama, yaitu:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
8

a. Rangka stator

Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti jangkar

generator.

b. Inti Stator

Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besi magnetic

khusus terpasang ke rangka stator.

c. Alur (slot) dan Gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator. Ada 3 (tiga)

bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup seperti pada

gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk alur

d. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)

Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini merupakan

tempat timbulnya ggl induksi.

Belitan jangkar (stator) yang umum digunakan oleh mesin sinkron tiga

fasa, ada dua tipe yaitu:

a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).

Gambar 2.4 memperlihatkan belitan satu lapis karena hanya ada satu sisi

lilitan di dalam masing - masing alur. Bila kumparan tiga phasa dimulai pada Sa,

Sb, dan Sc dan berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa disatukan dalam dua cara, yaitu

hubungan bintang dan segitiga. Antar kumparan phasa dipisahkan sebesar 120

http://digilib.mercubuana.ac.id/
9

derajat listrik atau 60 derajat mekanik, satu siklus ggl penuh akan dihasilkan bila

rotor dengan 4 kutub berputar 180 derajat mekanis. Satu siklus ggl penuh

menunjukkan 360 derajat listrik, adapun hubungan antara sudut rotor mekanis

αmek dan sudut listrik αlis, adalah:

αlis = αmek ................................................................................ ( 2.1 )

Gambar 2.4 Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Fasa

b. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).

Kumparan jangkar yang diperlihatkan pada hanya mempunyai satu lilitan

per kutub per phasa, akibatnya masing – masing kumparan hanya dua lilitan

secara seri. Bila alur-alur tidak terlalu lebar, masing-masing penghantar yang

berada dalam alur akan membangkitkan tegangan yang sama. Masing – masing

tegangan phasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per penghantar dan

jumlah total dari penghantar per phasa.

Dalam kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang efektif

dalam penggunaan inti stator, karena variasi kerapatan fluks dalam inti dan juga

melokalisir pengaruh panas dalam daerah alur dan menimbulkan harmonik. Untuk

mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai kumparan terdistribusi

dalam beberapa alur per kutub per phasa.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
10

Gambar 2.5 Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron Tiga Fasa

Gambar 2.5 memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan jangkar yang

secara umum banyak digunakan. Pada masing masing alur ada dua sisi lilitan dan

masing–masing lilitan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan yang

tidak terletak ke dalam alur biasanya disebut winding overhang, sehingga tidak

ada tegangan dalam winding overhang.

2.2.2. Rotor

Rotor terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

a. Slip Ring

Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi

dipisahkan oleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasang ke slip

ring ini kemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)

yang letaknya menempel pada slip ring.

b. Kumparan Rotor (Kumparan Medan)

Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama dalam

menghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari sumber

eksitasi tertentu.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
11

c. Poros Rotor

Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada

poros rotor tersebut telah dibentuk slot-slot secara parallel terhadap poros rotor.

Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet

yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa silent pole (kutub menonjol)

dan non silent pole (kutub silinder).

a. Jenis Kutub Menonjol (Silent Pole)

Pada jenis silent pole, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan

rotor. Belitan-belitan medannya dihubung seri. Ketika belitan medan ini

disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub

berlawanan. Gambaran bentuk kutub menonjol generator sinkron seperti pada

gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Rotor kutub menonjol

Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron

dengan kecepatan putar rendah dan sedang (120-400 rpm). Generator sinkron

tipe seperti ini biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem

pembangkit listrik. Rotor kutub menonjol baik digunakan untuk putaran

rendah dan sedang karena:

http://digilib.mercubuana.ac.id/
12

 Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi angin yang besar dan bersuara

bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.

 Konstruksi kutub menonjol tidak cukup kuat untuk menahan tekanan

mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.

b. Jenis Kutub Silindris (Non Silent Pole)

Pada jenis non salient pole, konstruksi kutub magnet rata dengan

permukaan rotor. Jenis rotor ini terbuat dari baja tempa halus yang berbentuk

silinder yang mempunyai alur-alur terbuat di sisi luarnya. Belitan-belitan

medan dipasang pada alur-alur di sisi luarnya dan terhubung seri yang

dienerjais oleh Eksiter. Gambaran bentuk kutub silinder generator sinkron

tampak seperti pada Gambar 2.7 berikut :

Gambar 2.7 Rotor kutub silindris

Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron dengan

kecepatan putar tinggi (1500 atau 3000 rpm) seperti yang terdapat pada

pembangkit listrik tenaga uap. Rotor silinder baik digunakan pada kecepatan

putar tinggi karena:

 Konstruksinya memiliki kekuatan mekanik yang baik pada kecepatan putar

tinggi

http://digilib.mercubuana.ac.id/
13

 Distribusi di sekeliling rotor mendekati bentuk gelombang sinus sehingga

lebih baik dari kutub menonjol.

2.3 PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON

Adapun prinsip kerja dari suatu generator sinkron adalah

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber

eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan.

Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan

menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.

2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera

dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya

…………………………………... ( 2.2 )

dimana : n = Kecepatan putar rotor (rpm)

P = Jumlah kutub rotor

f = frekuensi (Hz)

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor akan

diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang

terletak di stator akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah

besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi

suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan

tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan :

http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

Bila :

( )

Bila :

( )

( )

( )
√ √

Bila :

Maka : ………………………. (2.3)

Dimana : Eeff = GGL induksi (volt) n = Putaran (rpm)

N = Jumlah belitan f = Frekuensi (Hz)

C = Konstanta p = Jumlah kutub

= Fluks magnetic (weber)

Untuk generator sinkron tiga fasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang

ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan

kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada

ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama

lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk

menghasilkan energi listrik.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

2.4 ISOLASI PADA GENERATOR

Sistem isolasi generator menggabungkan beberapa material berbeda untuk

memproteksi lilitan medan dan lilitan stator, sehingga bagian utama sistem

melibatkan banyak pengujian untuk mendapatkan batasan – batasan isolasi. Ini

meliputi kekuatan dielektrik yang telah secara tradisional berhasil dengan

menggunakan mika dalam bermacam – macam bentuk. Generator yang disusun

dengan isolasi lilitan asphalt-mika telah mempunyai sejarah dapat menyerap

kelembaban yang dalam beberapa kasus membutuhkan pengeringan lilitan untuk

mendapatkan level resistansi isolasi yang memuaskan. Sekarang lilitan

menggunakan isolasi epoxy-mica karena mempunyai kekuatan mekanik dan

kekedapan terhadap air, oli atau kontaminasi lain terhadap isolasi, yang

ditimbulkan selama kondisi abnormal. [1]

Gambar 2.8 Isolasi pada lilitan stator generator (armature)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

Gambar 2.9 Isolasi pada rotor generator (field)

Fungsi utama isolasi adalah membatasi tegangan pada isolasi, jika

tegangan yang berlebihan diterapkan pada lilitan, stress tegangan akan

mengakibatkan pemanasan pada isolasi dan dapat mengakibatkan kerusakan.

Tentunya level tegangan yang cukup tinggi akan menghasilkan breakdown dengan

segera. Mempertahankan kekompakan dan kualitas sistem isolasi adalah sangat

penting terhadap pemanasan, kehampaan, kerusakan mekanis atau

ketidaknormalan lain yang mengakibatkan kelemahan terhadap isolasi.

Kelemahan isolasi ini akan meningkat secara berkelanjutan pada saat generator

terus beroperasi pada tegangan kerja. Jika tegangan breakdown mengalir pada

isolasi sementara generator melayani beban, ini kemungkinan besar akan

mengakibatkan kerusakan yang terjadi pada komponen generator, ini dapat

menjadi sangat serius karena akan membutuhkan rewinding atau pengantian

lilitan. Untuk menghindari masalah - masalah tersebut maka seharusnya dilakukan

pemeliharaan secara berkala terhadap semua komponen dari sistem isolasi

sehingga kita dapat mencegah masalah - masalah tersebut sebelum terjadi.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

Dikarenakan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang

bertegangan, maka pemakaian bahan penyekat perlu mempertimbangkan sifat

kelistrikannya. Di samping itu juga perlu mempertimbangkan sifat thermal, sifat

mekanis dan sifat kimia.

Sifat kelistrikan mencakup resistivitas, permitivitas, dan kerugian

dielektrik. Penyekat membutuhkan bahan yang memmpunyai resistivitas yang

besar agar arus yang bocor sekecil mungkin ( dapat diabaikan ). Yang perlu

diperhatikan di sini adalah bahwa bahan isolasi yang higroskopis hendaknya

dipertimbangkan penggunaanya pada tempat-tempat yang lembab karena

resistivitasnya akan turun. Resistivitas juga akan turun jika tegangan yang

diberikan naik. [1]

Suhu juga berpengaruh terhadap kekuatan mekanis, kekerasan, viskositas,

ketahanan terhadap pengaruh kimia dan sebagainya. Bahan isolasi dapat rusak

diakibatkan oleh panas pada kurun waktu tertentu.

2.4.1 Pembagian Kelas Bahan Isolasi.

Bahan penyekat atau isolasi dapat dibagi atas beberapa kelas berdasarkan

suhu kerja maksimum, yaitu sebgai berikut:

1. Kelas Y, suhu kerja maksimum 90˚ C.

Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan berserat organis seperti

katun, sutera alam, wol sintetis, rayon serat poliamid, kertas, prespan, kayu,

polietilen, polivinil, karet, dan sebagainya. Bahan-bahan ini tidak dicelup

dalam bahna pernis atau bahan pencelup lainnya. Termasuk juga bahan

termoplastik yang dapat lunak pada suhu rendah.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

2. Kelas A, suhu kerja maksimum 150˚ C.

Yaitu bahan berserat dari kelas Y yang telah dicelup dalam pernis

aspal atau kompon, minyak trafo, email yang dicampur dengan vernis dan

poliamil atau yang terendam dalam cairan dielektrikum seperti penyekat

fiber pada transformator yang terendam minyak. Bahan-bahan ini adalah

katun, sutera, dan kertas yang telah dicelup, termsuk kawat emai ( enamel )

yang terlapis dammar-eleo dan dammar-polyamide.

3. Kelas E, suhu kerja maksimum 120˚ C.

Yaitu bahan penyekat kawat enamel yang memakai bahan pengikat

polyvinylformal, polyurethane dan dammar epoxy dan bahan pengikat lain

sejenis dengan bahan selulosa, pertinaks dan tekstolit, film triacetate, film

dan serat polyethylene terephalate.

4. Kelas B, suhu kerja maksimum 150˚ C.

Yaitu bahan non-organik seperti mika, fiber, asbes yang dicelup atau

direkat menjadi satu dengna vernis atai kompon, dan biasanya tahan panas

dengan dasar minyak pengering, bitumen sirlak, bakelit dan sebagainya.

5. Kelas F, suhu kerja maksimum 155˚ C.

Yaitu bahan bukan ohrganik yang dicelup atau direkat menjadi satu

dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang tahan panas tinggi.

6. Kelas H, suhu kerja maksimum 180˚ C.

Semua bahan komposiis dengan bahan dasar mika, asbes dan gelas

fiber yang dicelup dalam nahan silicon tanpa campuran bahna berserat

misalnya kertas, katun dan sebagainya. Dalam kelas ini termasuk juga karet

silicon dan email kawat poliamid murni.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
19

7. Kelas C, suhu kerja maksimum diatas 180 ˚ C.

Bahan anorganik yang tidak dicelup dan tidak terikat dengan substansi

sorganik, misalnya mika, mikanit yang tahan panas ( menggunakan bahan

pengikat anorganik ), mikaleks, gelas, dan bahan keramik. Hanya stu bahan

organic saja yang termasuk dalam kelas C yaitu, politetra fluoroetilen (

Teflon ).

2.5 SISTEM RELAY PROTEKSI GENERATOR

Relay proteksi utama yang digunakan pada generator yang ada di

pembangkit, antara lain adalah :

Gambar 2.10 Penempatan Peralatan Pengaman Elektris pada Generator

 Differential Relay

Differential Relay untuk melindungi generator dari gangguan

akibat hubung singkat (short circuit) antar fasa-fase atau fase ke tanah. Cara

http://digilib.mercubuana.ac.id/
20

kerja relay differensial adalah dengan cara membandingkan arus pada sisi

primer dan sisi sekunder, Dalam kondisi normal jumlah arus yang mengalir

melalui peralatan listrik yang diproteksi bersirkulasi melalui loop pada kedua

sisi di daerah kerja. Jika terjadi gangguan didalam daerah kerja relay

differensial, maka arus dari kedua sisi akan saling menjumlah dan relay akan

memberi perintah kepada PMT/CB untuk memutuskan arus.

Gambar 2.11 Skema Defferential Relay

 Stator Earth Fault Relay

Stator Earth Fault Relay untuk mendeteksi gangguan pentanahan

atau grounding pada generator. Ground fault dideteksi dengan mem-biased

rangkaian medan dengan tegangan DC, yang menyebabkan akan ada arus

mengalir melalui relay jika terjadi gangguan tanah.

Gambar 2.12 Skema Stator Earth Fault Relay

http://digilib.mercubuana.ac.id/
21

 Rele Tegangan Lebih (Over voltage Relay)

Pada generator yang besar umumnya menggunakan sistem

pentanahan netral melalui transformator dengan tahanan di sisi sekunder.

Sistem pentanahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai impedansi yang

tinggi sehingga dapat membatasi arus hubung singkat agar tidak

menimbulkan bahaya kerusakan pada belitan dan saat terjadi gangguan

hubung singkat stator ke tanah.

Arus hubung singkat yang terjadi di sekitar titik netral relatif kecil

sehinga sulit untuk dideteksi oleh rele differensial. Dengan dipasang

transformator tegangan, arus yang kecil tersebut akan mengalir dan

menginduksikan tegangan pada sisi sekunder transformator. Untuk mengatasi

hal tersebut digunakan rele pendeteksi tegangan lebih yang dipasang pada sisi

sekunder transformator tegangan. Tegangan yang muncul pada sisi sekunder

transformator tegangan akan membuat rele tegangan berada pada kondisi

mendeteksi apabila perubahan tegangan melebihi nilai settingnya dan

generator akan trip. Gambar 2. Merupakan skema dari rele tegangn lebih

Gambar 2.13 Skema Over Voltage Relay

Rangkaian ini sangat baik karena dapat membatasi aliran arus nol

yang mengalir ke dalam generator ketika terjadi hubung singkat fasa ke tanah

http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

di sisi tegangan tinggi transformator tegangan. Akan tetapi karena efek

kapasitansi pada kedua belitan transformator dapat menyebabkan adanya arus

bocor urutan nol yang dapat mengaktifkan rele tegangan lebih di sisi netral

generator. Dengan demikian rele tegangan lebih yang dipasang harus

mempunyai waktu tunda yang dapat dikoordinasikan dengan rele di luar

generator. Adapun penyebab overvoltage adalah sebagai berikut:

 Kegagalan AVR.

 Kesalahan operasi sistem eksitasi.

 Pelepasan beban saaat eksitasi dikontrol secara manual.

 Pemisahan generator dari sistem saat islanding.

 Rele Gangguan Rotor Hubung Tanah (Rotor Earth Fault Relay)

Hubung tanah dalam sirkuit rotor, yaitu hubung singkat antara

konduktor rotor dengan badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi

medan magnet yang dihasilkan rotor dan selanjutnya dapat menimbulakn

getaran (vibrasi) berlebihan dalam generator. Oleh karena itu, hal ini harus

dihentikan oleh rele rotor hubung tanah. Karena sirkuit rotor adalah sirkuit

arus searah, maka rele rotor hubung tanah pada prinsipnya merupakan rele

arus lebih untuk arus searah. Rele gangguan rotor hubung tanah pada PLTG

Unit 1.1 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.14 Skema Rele Gangguan Rotor Hubung Tanah

http://digilib.mercubuana.ac.id/
23

Pada skema diatas, sebuah potensiometer di hubungkan paralel

dengan kumparan medan. Pada titik tengah potensiometer dihubungkan ke

tanah melewati rele tegangan. Bila terjadi gangguan hubung tanah pada

kumparan medan akan menghasilkan tegangan yang melewati rele. Bila

terjadi gangguan pada bagian terakhir kumparan, akan menyebabkan nilai

tegangan maksimum.

Akan ada bagian yang tidak dapat terdeteksi yang berada pada titik

tengah kumparan medan, yang mana menyebabkan beda potensial yang sama

di titik pengukuran pada potensiometer. Untuk mencegah adanya gangguan

yang tidak terdeteksi pada titik tersebut maka pada titik-titik pengukuran

pada potensiometer dibedakan menggunakan push button atau switch. Sangat

disarankan untuk dilakukan pengecekan pada titik-titik yang tidak dapat

terdeteksi minimal 1 kali perhari. Skema ini sangat sederhana karena tidak

membutuhkan daya tambahan. Rele dengan setting 5% dari tegangan nominal

exciter sudah cukup. Potensiometer akan menyerap tegangan sekitar 60 volt.

 Rele Kehilangan Medan Penguat Rotor (Lost of Rotor Excitation

Relay)

Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan

generator kehilangan sinkronisasi dan berputar di luar kecepatan sinkronnya

sehingga generator beroperasi sebagai generator asinkron. Daya reaktif yang

diambil dari sistem ini akan dapat melebihi rating generator sehingga

menimbulkan overload pada belitan stator dan menimbulkan overheat yang

menimbulkan penurunan tegangan generator. Hilangnya medan penguat rotor

dapat dideteksi dengan kumparan yang dipasang paralel dengan main exciter

http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

dan kumparan rotor generator. Pada kumparan ini akan mengalir arus yang

apabila nilainya kurang dari arus setting yang diinginkan, maka akan

membuat rele mengeluarkan sinyal alarm atau trip. Gambar berikut

merupakan skema dari rele kehilangan penguat pada rotor

Gambar 2.15 Skema Rele Kehilangan Penguat pada Rotor

 Rele Arus Lebih (Over current Relay)

Rele ini berfungsi mendeteksi arus lebih yang mengalir dalam

kumparan stator generator. Skema rangkaian rele arus lebih seperti gambar

dibawah ini

Gambar 2.16 Skema Rele Arus Lebih

http://digilib.mercubuana.ac.id/
25

Arus yang berlebihan dapat terjadi pada kumparan stator generator

atau di dalam kumparan rotor. Arus yang berlebihan pada kumparan stator

dapat terjadi karena pembebanan berlebihan terhadap generator. Adapun

skema rele arus lebih adalah sebagai berikut :

 Rele Kehilangan Sinkronisasi (Out of Synchronism Relay)

Peristiwa lepasnya sinkronisasi pada generator yang sedang

beroperasi disebabkan oleh generator yang beroperasi melampaui batas

stabilnya. Yang dimaksud dengan stabilitas adalah kemampuan sistem untuk

kembali bekerja normal setelah mengalami sesuatu seperti perubahan beban,

switching, dan gangguan lain. Gangguan tersebut akan berdampak pada tidak

sinkron-nya tegangan generator dan sistem. Untuk mengamankan generator

yang berkapasitas beban besar terhadap peristiwa ayunan beban dari kondisi

tak sinkron digunakan rele lepas sinkron. Rele ini mendeteksi besar

impedansi (arus dan tegangan sistem). Apabila kondisi sistem akan memasuki

impedansi generator maka rele tersebut akan mengaktifkan rele untuk trip

PMT generator. Rele impedansi merupakan backup bagi rele ini. Gambar

2.16 merupakan skema dari rele kehilangan sinkronisasi

Gambar 2.17 Skema Rele Kehilangan Sinkronisasi

http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

 Rele Daya Balik (Reverse Power Relay)

Rele daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya balik aktif

yang masuk pada generator. Berubahnya aliran daya aktif pada arah generator

akan membuat generator menjadi motor, dikenal sebagai peristiwa motoring.

Pengaruh ini disebabkan oleh pengaruh rendahnya input daya dari prime

mover. Bila daya input ini tidak dapat mengatasi rugi-rugi daya yang ada

maka kekurangan daya dapat diperoleh dengan menyerap daya aktif dari

jaringan. Selama penguatan masih ada maka aliran daya aktif generator sama

halnya dengan saat generator bekerja sebagai motor, sehingga daya aktif

masuk ke generator dan daya reaktif dapat masuk atau keluar dari generator.

Peristiwa motoring ini dapat juga menimbulkan kerusakan lebih

parah pada turbin ketika aliran uap berhenti. Temperatur sudu-sudu akan naik

akibat rugi gesekan turbin dengan udara. Untuk itu di dalam turbin gas dan

uap dilengkapi sensor aliran dan temperatur yang dapat memberikan pesan

pada rele untuk trip. Akan tetapi pada generator juga dipasng rele daya balik

yang berfungsi sebagai cadangan bila pengaman di turbin gagal bekerja.

Adapun skema rele daya balik adalah sebagai berikut :

Gambar 2.18 Skema Rele Daya Balik

http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

 Negative Phase Sequence Relay

Negative Phase Sequence Relay untuk melindungi generator dari

arus lebih urutan fasa negative yang disebabkan oleh beban yang tidak

seimbang.

Gambar 2.19 Skema Negative Sequence Relay

 Out of Step Relay

Out of Step Relay untuk melindungi generator dari Power Swing

akibat perubahan beban dari sistem transmisi yang dapat menyebabkan

operasi generator tidak sinkron.

Gambar 2.20 Skema Out of Step Relay

http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

 Over excitationV/H z Relay:

Over excitation V/H z Relay untuk melindungi generator dari

kejenuhan inti yang dapat menyebabkan kenaikan tegangan.

 Rele Gangguan Frekuensi (Frequency Fault Relay)

Rele ini berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi

dalam nilai yang besar secara tiba – tiba. Kisaran frekuensi yang diijinkan

adalah ±3% sampai ±7% dari nilai frekuensi nominal. Penurunan frekuensi

disebabkan oleh adanya kelebihan permintaan daya aktif di jaringan atau

kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang turun menyebabkan naiknya

arus magnetisasi pada generator yang akan menaikkan temperatur. Pada

turbin uap, hal tersebut akan mereduksi umur blade pada rotor. Kenaikan

frekuensi disebabkan oleh adanya penurunan permintaan daya aktif pada

jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang naik akan

menyebabkan turunnya nilai arus magnetisasi pada generator yang akan

menyebabkan generator kekurangan medan penguat. Sensor rele frekuensi

dipasang pada tiap fasa yang keluar dari generator.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai