ALTERNATOR
Tujuan Pembelajaran
➣ Prinsip Dasar
➣ Armada Alat Tulis
➣ Rotor
➣ Armature Windings
➣ Wye dan Delta Co nne ctions
➣ Distribusi atau Rotith Factor atau FaFa berkelok-kelok atau Menyebarkan Factor
➣ Persamaan dari Induced E.M.F.
➣ Factors Affecting Alternator Size
➣ Alternator on Load
➣ Synchronous Reactance
➣ Vector Diagram dari Loaded Alternator
➣ Peraturan Voltage
➣ Rothert's M.M.F. Atau Ampere-turn Method
➣ Zero Power Factor Method atau Potiermetode
➣ Operasi Sarangent Pole Synchronous Machine
➣ Power Dikembangkan oleh Synchonous Generator
➣ Operasi Paralel Alternator
➣ Synchronizing dari Alternators
➣ Alternators Connected to Infinite Bus-ba rs
➣ Syn chronizing Torque Tsy
➣ Ekspresi Alternatif untuk Synchronizing Power
➣ Effect dari Voltage yang tidak sama
➣ Distribusi Beban
➣ Maksimum Power Output
37.1 Prinsip Dasar Alternator
Bila sebuah konduktor digerak – gerakkan memotong garis gaya magnet, maka pada
konduktor akan mengalir arus listrik.
Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa bila sebuah konduktor yang berada dalam medan
magnet, digerakkan memootong medan magnet tersebut, maka pada konduktor akan timbul
gaya gerak listrik (timbul arus listrik). Kaidah Tangan Kanan Fleming menyatakan bahwa :
AC generator (alternator)
DC generator (dynamo)
Alternator
Pada alternator ditandai dengan tidak adanya magnet tetap, dengan demikian alternator
harus diberikan arus listrik awal agar tercipta medan magnet. Bagian yang berputar pada
alternator disebut rotor coil atau field coil yang sekaligus sebagai pembangkit medan magnet bila
coil tersebut dialiri arus. Sedangkan bagian yang diam disebut Stator coil atau armature coil.
Armature coil inilah yang kemudian akan mengeluarkan arus listrik bila field coil berputar. Flux
yang melalui stator coil akan berubah perlahan–lahan seperti berikut:
Ketika rotor
diputar searah jarum jam, maka induksi gaya gerak listrik akan maksimum pada 90° dan 270°
serta akan minumum pada 180° dan 360°, dengan demikian arus listrik selalu berbeda polaritas
setiap 180°. Polaritas yang demikian ini disebut dengan arus bolak-balik atau Alternating
Current.
DC generartor (Dynamo)
Pada DC generator, ditandai dengan adanya medan tetap sedangkan armature coilnya
berputar didalam magnet tersebut. Akibatnya terjadilah pemotongan garis gaya magnet oleh
armature coil sehingga pada armature coil akan ada arus listrik. Pada shaft armature terdapat
comutator (cincin yang terbelah belah). Adanya cincin ini menyebabkan ini menyebabkan arus
yang berbalik polaritasnya selalu diarahkan ke tempat yang sama. Dengan demikian biarpun
pada armature coil terjadi polaritas bolak balik, tetapi keluarannya setelah melewati comutator
memiliki polaritas yang selalu tetap . Arus yang polaritasnya tetap ini dinamakan arus searah.
37.2 Armatur Stasioner
Keuntungan memiliki angker stasioner (dan sistem medan berputar) adalah:
1. Arus keluaran dapat langsung dibawa dari terminal tetap pada stator (atau gulungan armatur)
ke sirkuit beban, tanpa harus melewati kontak sikat.
2. Lebih mudah untuk mengisolasi angklung stasioner yang berliku untuk a.c. Voltase, yang
mungkin memiliki nilai tinggi 30 kV atau lebih.
3. Sambungan geser, cincin slip dilepaskan ke tegangan rendah, daya rendah d.c. Sirkuit
lapangan yang dapat, oleh karena itu, mudah terisolasi.
4. Lengan angker dapat lebih mudah dipasang untuk mencegah adanya deformasi, yang dapat
dihasilkan oleh tekanan mekanis yang terbentuk akibat arus hubung singkat dan kekuatan
sentrifugal yang tinggi.
ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
Alternator armature bergerak (rotating-armature alternator) mempunyai konstruksi yang
sama dengan generator dc yang mana armature berputar dalam sebuah medan magnet
stasioner. Pada generator dc, emf dibangkitkan dalam belitan armature dan dikonversikan dari
ac ke dc dengan menggunakan komutator (sebagai penyearah). Pada alternator, tegangan ac
yang dibangkitkan tidak diubah menjadi dc dan diteruskan kepada beban dengan menggunakan
slip ring. Armature yang bergerak dapat dijumpai pada alternator untuk daya rendah dan
umumnya tidak digunakan untuk daya listrik dalam jumlah besar.
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan sebuah belitan
medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan armature stasioner adalah
bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.
Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan arus dari
armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk diisolasi, dan percikan bunga
api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi. Karenanya, alternator tegangan
tinggi biasanya menggunakan jenis medan berputar. Karena tegangan yang dikenakan pada
medan berputar adalah tegangan searah yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan
tinggi tidak terjadi.
Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan yang dipotong
oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang dibangkitkan pada armature sebagai
hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac yang akan dikirimkan kepada beban. Stator terdiri
dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang melekat pada inti ini.
Tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik,
sehingga dibutuhkan pengujian dan pengukuran. Standar tegangan tinggi di dunia umumnya
berbeda-beda, tergantung kemajuan negaranya masing-masing. Di Indonesia, level tegangan
dibagi menjadi 4 macam, yakni: Tegangan Rendah (220-380 V), Tegangan Menengah (7-20 kV),
Tegangan Tinggi (30-150 kV), dan Tegangan Extra Tinggi (500 kV).
Stator merupakan bagian yang diam dari suatu motor induksi tiga fasa. Stator pada motor
induksi pada prinsipnya sama dengan stator pada motor sinkron. Stator terbuat dari sejumlah
lamel yang menbentuk slot atau tempat belitan. (BL. Theraja: 1984: 847).
Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat-baja beralur yang didukung dalam rangka stator yang
terbuat dari besi tuang atau pelat-baja yang dipabrikasi. (Lister: 1993: 210)
Secara detail bagian-bagian sebuah stator motor induksi adalah
a. Badan stator, merupakan bagian yang terbuat dari besi tuang dimana pada bagian luarnya
dikonstruksikan bersirip-sirip untuk memperluas daerah pelepasan panas motor.
b. Inti stator terbuat dari beberapa lapisan besi lunak atau baja silikon yang direkatkan. Inti stator
juga sering disebut sebagai alur stator.
c. Belitan stator atau kumparan stator merupakan tempat terjadinya medan magnet yang
ditempatkan pada alur stator motor. Kumparan stator dirancang agar membentuk jumlah kutub
tertentu, untuk menghasilkan jumlah putaran yang diingankan. Kumparan stator dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Kumparan satu lapis (single layer), dimana satu alur ditempati satu lapis kumparan.
2) Kumparan dua lapis (double layer), dimana satu alur ditempati dua alur kumparan.
Berdasarkan bentuknya, kumparan yang sering dipakai pada kumparan stator ada dua jenis,
yaitu kumparan gelung dan kumparan rantai. (Soeliman: 1995: 13).
Kumparan rantai merupakan kumparan yang berbentuk konsentrik atau memusat dan disebut
juga sebagai lap winding. Sedangkan kumparan gelung merupakan kumparan yang berbentuk
gelombang dan disebut juga sebagai wave winding.
Dalam Modul PTL.HAR 006 (1) A ada tiga jenis bentuk kumparan, yaitu kumparan jerat atau
lilitan bertumpuk, kumparan terpusat (concentric winding), kumparan gelombang (wave
winding).
d. Bearing, merupakan bagian yang memisahkan antara badan stator dengan rotor. Bearing
sebagai tempat peletakan poros/as rotor
e. Papan hubung, yaitu tempat peletakan ujung-ujung kumparan stator sekaligus sebagai tempat
penentuan hubungan kumparan (bintang atau segitiga).
f. Papan nama, yaitu bagian motor yang berisi data-data tentang motor seperti, merek, jumlah
fasa/frekuensi, daya motor, banyak putaran, faktor daya, besar arusnya (pada saat hubung
bintang dan segitiga, faktor daya, tegangan kerja, berat motor, negara pembuatan.
g. Tutup Stator, yaitu bagian stator yang terdiri dari dua bagian berfungsi sebagai tempat
peletakan bearing dan untuk melindungi bagian dalam motor
37.4 Rotor
Rotor adalah komponen yang berputar, pada rotor terdapat kutub-kutub magnet dengan
lilitan-lilitan kawatnya di aliri oleh arus searah. Kutub magnet rotor terdiri dua jenis, yaitu :
Rotor Kutub Menonjol (salient)
Adalah tipe rotor yang digunakan pada generator-generator kecepatan rendah dan
menengah.
Rotor kutub Tidak Menonjol (silinder)
Adalah tipe rotor yang di gunakan pada generator turbo atau kecepatan tinggi
Rotor salient digunakan dalam aplikasi dengan kecepatan 100 hingga 1500 rpm. Mereka
adalah alternatif yang dikenal sebagai “proyeksi tiang” jenis rotor. Tiang-tiang dipasang pada
rotor terbuat dari laminasi terbuat dari baja. Kutub dihubungkaqn dengan cara pas sendi. Setiap
tiang memiliki sepatu tiang sekitar yang berkelok-kelok adalah luka. Rotor salient umumnya
digunakan dalam aplikasi dimana penggerak utama adalah turbin Hydel atau mesin pembakaran
yang memiliki kecepatan rendah atau menengah. Rotor salient biasanya mengandung gulungan
peredam untuk mencegah osilasi rotor selama operasi.
Rotor non-salient umumnya digunakan dalam aplikasi yang beroperasi pada kecepatan
yang lebih tinggi, 1500 rpm ke atas. Penggerak utama dalam aplikasi ini umumnya turbin gas
atau uap. Ini kadang-kadang dikenal sebagai “rotor gendang”. Rotor adalah silinder dibuat dari
baja ditempa padat. Slot yang gulungan adalah tetap digiling pada rotor. Jumlah kutub biasanya
2 atau 4 jumlahnya. Karena rotor ini silinder, kerugian windage berkurang. Suara yang dihasilkan
juga kurang. Ini rotor memiliki panjang aksial lebih tinggi. Rotor ini tidak perlu gulungan peredam.
Karena kecepatan tinggi, mereka digunakan dengan turbin gas dan kecepatan turbin uap tinggi
di pembangkit listrik tenaga nuklir dan pembangkit listrik termal.
37.5 Peredam-Peredam
Sebagian besar alternator memiliki sepatu pole mereka yang ditempatkan untuk
menerima batang tembaga dari kisi atau belitan peredam (juga dikenal sebagai squirrel-cage
winding). Batang tembaga hubung singkat pada kedua ujungnya oleh cincin tembaga berat
(Gambar 37.6). Peredam ini berguna dalam mencegah perburuan (fluktuasi kecepatan sesaat)
di generator dan dibutuhkan di motor sinkron untuk memberikan torsi awal. Turbo-generator
biasanya tidak memiliki belitan peredam ini (kecuali dalam kasus khusus untuk membantu
sinkronisasi) karena tiang-tiang medan padat itu sendiri bertindak sebagai peredam efisien.
Harus dipahami dengan jelas bahwa dalam kondisi berjalan normal, peredam peredam tidak
membawa arus karena rotor berjalan pada kecepatan sinkron. Peredam peredam juga
cenderung mempertahankan voltase 3-maintain seimbang di bawah kondisi beban yang tidak
seimbang
Dalam alternator, ada hubungan yang pasti antara kecepatan rotasi (N) rotor, frekuensi
(f) dari e.m.f. Dan jumlah tiang P. Perhatikan konduktor angker yang ditandai X pada Gambar.
37,7 terletak di tengah tiang N yang berputar searah jarum jam. Konduktor yang berada di
tempat kerapatan fluks maksimum akan memiliki maksimum e.m.f. Diinduksi di dalamnya. Arah
induksi e.m.f. Diberikan oleh tangan kanan Fleming. Tapi saat menerapkan peraturan ini, kita
harus berhati-hati untuk memperhatikan bahwa ibu jari menunjukkan arah gerak konduktor relatif
terhadap medan. Bagi pengamat yang ditempatkan di kutub berputar searah jarum jam,
konduktor tampaknya berputar berlawanan arah jarum jam. Makanya, ibu jari harus menunjuk ke
kiri. Arah induksi e.m.f. Ke bawah, ke arah sudut kanan ke bidang kertas. Bila konduktor berada
dalam celah interpolar, seperti pada A pada Gambar. 37.7, memiliki minimal e.m.f. Diinduksi di
dalamnya, karena kerapatan fluks minimal ada. Sekali lagi, saat berada di pusat S-pole, ia
memiliki maxi mum e.m.f. Diinduksi di dalamnya, karena kerapatan fluks pada B maksimal. Tapi
arah dari e.m.f. Ketika konduktor berada di atas tiang-N berlawanan dengan benda itu saat
berada di atas tiang S. Jelas, satu siklus dari e.m.f. Diinduksi dalam sebuah konduktor saat satu
pasang tiang melewatinya. Dengan kata lain, e.m.f. Dalam sebuah konduktor angker melewati
satu siklus dengan jarak sudut sama dengan dua kali pitch kutub, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. 37.7.
Sejak satu siklus dari e.m.f. Diproduksi ketika sepasang tiang melewati sebuah konduktor,
jumlah siklus e.m.f. Diproduksi dalam satu revolusi rotor sama dengan jumlah pasang tiang. ∴
N dikenal sebagai kecepatan sinkron, karena kecepatan di mana alternator harus dijalankan,
untuk menghasilkan sebuah e.m.f. Dari frekuensi yang dibutuhkan Sebenarnya, untuk frekuensi
tertentu dan diberi jumlah tiang, kecepatannya tetap. Untuk menghasilkan frekuensi 60 Hz,
alternator harus berlari pada kecepatan berikut :
Jumlah kutub 2 4 6 12 24 36
Kecepatan 3600 1800 1200 600 300 200
(rpm)
Seperti ditunjukkan pada Gambar. 37.16, jika sisi koil ditempatkan pada slot 1 dan 7, maka
benda itu penuh. Jika sisi koil ditempatkan pada slot 1 dan 6, maka titik itu bernada pendek atau
fraksional karena rentang koil sama dengan 5/6 dari lempeng tiang. Ini jatuh pendek 1/6 pole-
pitch atau dengan 180 ° / 6 = 30 °. Kumparan bernada pendek sengaja digunakan karena
keuntungan sebagai berikut:
1. Mereka menyimpan tembaga dari koneksi akhir.
2. Mereka memperbaiki bentuk gelombang dari e.m.f. Yaitu e.m.f. Dapat dibuat mendekati
gelombang sinus lebih mudah dan harmonisa distorsi dapat dikurangi atau dihilangkan sama
sekali.
3. Karena eliminasi harmonisa frekuensi tinggi, arus eddy dan kerugian histeresis berkurang
sehingga meningkatkan efisiensi.
Tapi kelemahan menggunakan koil pendek adalah totalnya
Kc =
Oleh karena itu, faktor pitch, kc = 0,966.
Jumlah aritmatika 2 E
S 2 ES
Cos 15 0.966
C
E
Es Es Es
o
30
2Es A Es B
(a) (b)
Contoh 37.1. Hitunglah faktor pitch untuk belitan di bawah yang diberikan: (a) 36 stator slot,
4-kutub, koil-span, 1 sampai 8 (b) 72 slot stator, 6 tiang, koil rentang 1 sampai 10 dan (c) 96 slot
stator, 6 kutub, koil rentang 1 sampai 12. Buat sketsa tiga bilik koil.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
(a) (b)
Larutan. (A) Di sini, rentang koil jatuh pendek (2/9) 180 ° = 40 ° = 40 ° kc = cos 40 ° / 2 =
cos 20 ° = 0,94 (B) Disini = (3/12) 180 ° = 45 ° kc = cos 45 ° / 2 = cos 22,5 ° = 0,924 (c)
Disini = (5/16) 180 ° = 56 ° 16 kc = cos 28 ° 8 = 0,882
37.12. Distribusi atau Bre ad th Fa ctor atau Winding Fa ctor atau Spread Fa ctor
Akan terlihat bahwa di setiap fase, koil tidak terkonsentrasi atau tergabung dalam satu
slot, namun disebarkan di sejumlah slot untuk membentuk kelompok polar di bawah masing-
masing tiang. Kumparan / fasa ini terlantar satu sama lain dengan sudut tertentu. Hasilnya
adalah bahwa e.m.fs. Diinduksi pada sisi koil yang membentuk gugus polar tidak dalam fase
satu sama lain namun berbeda dengan sudut yang sama dengan perpindahan sudut dari slot.
Ini memiliki total 36 slot yaitu 9 slot / tiang. Tentunya, ada 3 slot / fasa / pole. Sebagai contoh,
gulungan 1, 2 dan 3 termasuk dalam fase R. Kini, ketiga koil yang merupakan satu kelompok
kutub ini tidak tergabung dalam satu slot namun di tiga slot berbeda. Perpindahan sudut antara
dua slot yang berdekatan = 180 ° / 9 = 20 ° (pilihan). Jika tiga gulungan dilipat dalam satu slot,
maka total e.m.f. Diinduksi di tiga sisi koil akan menjadi jumlah aritmatika dari tiga e.m.f.s. I.e. =
3 ES, dimana ES adalah E.m.f. Diinduksi dalam satu sisi koil [Gambar.37.20 (Sebuah)]. Karena
koil didistribusikan, masing-masing e.m.fs. Memiliki perbedaan fasa 20 ° satu sama lain. Jumlah
vektor mereka seperti yang terlihat dari Gambar. 35,20 (b) adalah Ara. 37.19 E = ES cos 20 ° +
ES + ES cos 20 ° = 2 ES cos 20 ° + ES = 2 ES 0,9397 + ES = 2,88 ES
Contoh 37.2. Hitung faktor pendistribusian untuk 36-slot, 4-pole, lapisan tunggal tiga fase
berkelok-kelok.
Larutan. N = 36/4 = 9; = 180 ° / 9 = 20 °; M = 36/4 3 = 3
Kd = sin m / 2 sin 3 20 / 2 = 0,96
M dosa / 2 3 dosa 20 / 2
Contoh. 37.3. Bagian dari gulungan alternator terdiri dari enam gulungan secara seri, masing-
masing gulungan memiliki sebuah e.m.f. Dari 10 V r.m.s. Diinduksi di dalamnya. Kumparan
ditempatkan dalam slot berturut-turut dan di antara masing-masing slot dan berikutnya, ada
pemindahan fase listrik 30º. Temukan secara grafis atau dengan perhitungan, e.m.f. Dari enam
gulungan secara seri.
Jika ada konduktor Z secara seri / fasa, maka Rata-rata e.m.f./phase = 2. 𝑓𝛷 z volt = 4. 𝑓𝛷 z volt
(A) Jika sudut pitch pendek atau sudut chording adalah derajat (listrik) untuk gelombang fluks
fundamental, maka nilainya untuk harmonisa yang berbeda adalah
Untuk harmonik ke-3 = 3 ; Untuk harmonik 5 = 5 dan seterusnya.
faktor pitch, kc = cos / 2 - untuk fundamental
= Cos 3 / 2 - untuk harmonik ke-3
= Cos 5 / 2 -untuk harmonik ke 5 dll.
(B) Demikian pula, faktor distribusi juga berbeda untuk harmonisa yang berbeda. Nilainya
menjadi
Dosa m / 2
Kd = m sin / 2
M sin 3 / 2
Dosa 5 m / 2
M dosa 5 / 2
(C) Frekuensi juga berubah. Jika frekuensi dasarnya adalah 50 Hz yaitu f1 = 50 Hz maka
frekuensi lainnya adalah:
Harmonik ke-3, f3 = 3 50 = 150 Hz, harmonik ke 5, f5 = 5 50 = 250 Hz dl
Contoh 37.5. Alternator memiliki 18 slot / pole dan koil pertama terletak pada slot 1 dan 16.
Hitung faktor pitch untuk harmonik harmonik dan harmonik ke-7.
Larutan. Di sini, rentang koil adalah = (16 1) = 15 slot, yang jatuh pendek dengan 3 slot.
Oleh karena itu, = 180 ° 3/18 = 30 °
(I) kc1 = cos 30 ° / 2 = cos 15 ° = 0,966 (ii) kc3 = cos 3 30 ° / 2 = 0,707
(Iii) kc5 = cos 5 30 ° / 2 = cos 75 ° = 0,259 (iv) kc7 = cos 7 30 ° / 2 = cos 105 ° = cos 75 ° =
0,259.
Contoh 37.9. Sebuah 10-tiang, 50-Hz, 600 r.p.m. Alternator memiliki distribusi densitas fluks
yang diberikan oleh ungkapan berikut B = sin 0,4 sin 3 + 0.2 sin 5 Alternator memiliki 180
slot yang dililitkan dengan gulungan 2-layer 3-turn yang memiliki rentang 15 slot. Kumparan
dihubungkan dalam kelompok 60 °. Jika diameter armatur = 1,2 m dan panjang inti = 0,4 m,
hitunglah (I) ekspresi seketika e.m.f. / konduktor (Ii) ekspresi seketika e.m.f./coil (Iii) r.m.s. Fase
dan tegangan garis, jika mesin saling terhubung.
Larutan. Untuk mencari tegangan / konduktor, kita bisa menggunakan relasi Blv atau
menggunakan hubungan Art. 35-13.
Luas tiang kutub = (1,2 / 10) 0.4 = 0.1508 m2
Fluks dasar / pole, 1 = av. Kerapatan fluks luas = 0,637 1 0.1508 = 0,096 Wb
(A) nilai RMS tegangan dasar per konduktor,
= 1,1 2 f1 = 1,1 2 50 0,096 = 10,56 V
Nilai puncak = 10,56 14,93 V
Karena tegangan konduktor harmonik sebanding dengan kerapatan fluksnya, tegangan
harmonik ke 3 = 0,4 14,93 = 5,97 V
Tegangan harmonik kelima = 0,2 14,93 = 2,98 V Oleh karena itu, persamaan dari sesaat
e.m.f./conductor adalah
E = 14,93 sin 5,97 sin 3 + 2,98 sin 5
(B) Jelas, ada 6 konduktor dalam koil 3-putar. Menggunakan nilai kc yang ditemukan di
solusinya Ex. 37,5, kita dapatkan
Tegangan koil dasar = 6 14,93 0,966 = 86,5 V
Konstanta koil harmoni 3 = 6 5,97 0,707 = 25,3 V
Tegangan koil harmonik ke 5 = 6 2.98 0.259 = 4.63 V
Oleh karena itu, ekspresi tegangan koil adalah *
E = 86,5 sin + 25,3 sin 3 + 4,63 sin 5 (c) Di sini, m = 6, = 180 ° / 18 = 10 °; Kd1 =Dosa 6
10 / 2 6 dosa 10 / 2 0,956
) 60 0.956 = 3510 V
) 60 0.644 = 691 V
Fase harmonik ke 5 e.m.f. = (4.63 / 2) 60 0.197 = 39 V Nilai RMS tegangan fasa = (35102 +
6912 + 392) 1/2 = 3577 V
Untuk menjaga agar suhu tetap naik dalam batas yang dapat diterima, kita harus merancang
sistem pendinginan yang efisien yang semakin
rumit seiring dengan meningkatnya daya. Untuk
pendinginan alternator rating upto 50 MW,
sistem udara dingin beredar cukup memadai
namun untuk nilai antara 50 dan 300 MW, kita
harus menggunakan pendinginan hidrogen.
Mesin yang sangat besar di kisaran 1000 MW
harus dilengkapi dengan konduktor
berpendingin air berongga. Pada akhirnya,
sebuah titik tercapai dimana kenaikan biaya
pendinginan melebihi penghematan yang
dilakukan di tempat lain dan ini memperbaiki
batas atas ukuran alternator.
Jadi untuk seperti kecepatan yang
bersangkutan, alternator kecepatan rendah
selalu lebih besar dari alternator kecepatan
tinggi dengan kekuatan yang sama. Bigness
selalu menyederhanakan masalah pendinginan.
Misalnya, 200-rpm besar, alternator 500-MVA terpasang pada tipikal
Pembangkit tenaga air berpendingin udara sedangkan alternator 1800-r.p.m yang lebih kecil
1800-an, yang dipasang di pabrik uap didinginkan dengan hidrogen.
Fluks kebocoran praktis tidak tergantung pada saturasi, namun bergantung pada I dan
sudut fasa dengan voltase terminal V. Fluks kebocoran ini membentuk sebuah e.m.f. Induktansi
diri yang dikenal sebagai reaktansi e.m.f. Dan yang di depan saya dengan 90 °. Oleh karena itu,
belitan angker diasumsikan memiliki reaktansi kebocoran XL (juga dikenal sebagai Potier
rectance XP) sehingga jatuh tegangan karena sama dengan IXL. Bagian dari e.m.f. yang
dihasilkan. Digunakan dalam mengatasi reaktansi ini e.m.f.
E = V + I (R + jXL)
Fakta ini diilustrasikan dalam diagram vektor pada Gambar. 37.23.
(C) Reaksi Armatur
Seperti di d.c. Generator, reaksi angker adalah efek fluks angker pada fluks medan
utama. Dalam kasus alternator, faktor daya beban memiliki efek yang cukup besar pada reaksi
angker. Kami akan mempertimbangkan tiga kasus: (i) saat memuat p.f. Adalah kesatuan (ii)
ketika p.f. Adalah nol tertinggal dan
(Iii) ketika p.f. Adalah nol terkemuka
Sebelum membahas hal ini, perlu dicatat bahwa pada mesin 3 fasa, gelombang ampere-turn
gabungan (atau m.m.f. wave) adalah sinusoidal yang bergerak serentak. Ini amp-turn atau
m.m.f. Gelombang tetap relatif terhadap kutub, amplitudonya sebanding dengan arus beban,
namun posisinya bergantung pada P.f. Dari beban Pertimbangkan alternator 2-fase 3-fase yang
memiliki lilitan satu lapisan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 37.24 (a). Demi
kesederhanaan, asumsikan bahwa gulungan setiap fase terkonsentrasi (bukannya
didistribusikan) dan bahwa jumlah putaran per fase adalah N. Selanjutnya anggaplah bahwa
alternator diisikan dengan beban resistif dari faktor daya kesatuan, sehingga fase Arus Ia, Ib dan
Ic berada dalam fase dengan tegangan fase masing-masing. Maksimum arus Ia akan mengalir
saat kutub berada pada posisi yang ditunjukkan pada Gambar.37.24 (a) atau pada suatu waktu
t1 pada Gambar. 37,24 (c). Ketika Ia memiliki nilai maksimum, Ib dan Ic memiliki satu setengah
nilai maksimumnya (tanda panah yang dilekatkan pada Ia, Ib dan Ic hanya tanda polaritas dan
tidak dimaksudkan untuk memberi arah seketika arus ini pada saat t1). Arah arus sesaat
ditunjukkan pada Gambar. 37.24 (a). Pada saat t1, Ia mengalir dalam konduktor sedangkan Ib
dan Ic mengalir keluar.
Gambar 37.24
Seperti yang terlihat dari Gambar. 37.24 (d), m.m.f. (= NIm) yang dihasilkan oleh fasa a-a
adalah horizontal, sedangkan yang dihasilkan oleh dua fase lainnya adalah (Im / 2) N masing-
masing pada 60 ° sampai horizontal. Total armature m.m.f. Sama dengan jumlah vektor dari
ketiga m.m.fs.
Armature m.m.f. = NIm + 2. (1/2 NIm) cos 60 ° = 1,5 NIm
Seperti yang terlihat, pada saat ini t1, m.m.f. Bidang utama adalah ke atas dan armature m.m.f.
Berada di belakangnya dengan 90 derajat kelistrikan.
Selanjutnya, mari kita selidiki angkuh m.m.f. Pada t2 instan. Pada saat ini, kutub berada dalam
posisi horizontal. Juga Ia = 0, tapi Ib dan Ic masing-masing sama dengan 0,866 dari nilai
maksimumnya. Karena Ic tidak berubah arah selama interval t1 ke t2, arah m.m.f. Vektor tetap
tidak berubah Tapi Ib berubah arah, maka m.m.f. Vektor sekarang akan berada pada posisi yang
ditunjukkan pada Gambar. 37,24 (d). Total armature m.m.f. Sekali lagi jumlah vektor dari dua
m.m.fs.
Armature m.m.f. = 2 x (0,866 NIm) x cos 30 ° = 1,5 NIm. Jika investigasi lebih lanjut dilakukan,
akan ditemukan itu.
1. armature m.m.f. Tetap konstan seiring berjalannya waktu
2. itu adalah 90 derajat ruang di belakang bidang utama m.m.f., sehingga hanya bersifat distorsi.
3. Berputar serentak mengelilingi angker misal stator.
Untuk beban tertinggal dari faktor daya nol, semua arus akan tertunda dalam waktu 90 ° dan
armature m.m.f. Akan digeser 90 ° berkenaan dengan kutub seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. 37.24 (e). Jelas, armature m.m.f. Akan demagnetise kutub dan menyebabkan
berkurangnya induksi e.m.f. Dan karenanya tegangan terminal.
Untuk memimpin beban faktor daya nol, armature m.m.f. Maju 90 ° sehubungan dengan posisi
yang ditunjukkan pada Gambar. 37,24 (d). Seperti ditunjukkan pada Gambar. 37.24 (f), armatur
m.m.f. Memperkuat utama
M.m.f. Dalam kasus ini, reaksi angker sepenuhnya bersifat magnetis dan menyebabkan
kenaikan voltase terminal.
Fakta di atas telah dirangkum secara singkat dalam paragraf berikut dimana masalah ini dibahas
dalam istilah 'fluks' dan bukan m.m.f. ombak.
1. Faktor Daya Persatuan
Dalam kasus ini [Gambar. 37.25 (a)] fluks
angker adalah magnetisasi silang. Hasilnya adalah
fluks di ujung tombak kutub berkurang saat dinaikkan
pada ujung trailing. Namun, kedua efek ini hampir
saling mengimbangi sehingga menghasilkan kekuatan
medan rata-rata konstan. Dengan kata lain, reaksi
angker untuk kesatuan p.f. Adalah distorsi.
2. Zero P.F. Tertinggal
Seperti yang terlihat dari Gambar. 37.25 (b), di
sini fluks arbusda (yang gelombangnya telah bergerak
mundur 90 °) berlawanan langsung dengan fluks
utama.
Makanya, fluks utama menurun. Oleh karena itu,
ditemukan bahwa reaksi angker, dalam kasus ini,
seluruhnya demagnetising, akibatnya, karena
melemahnya fluks utama, kurang e.m.f. Dihasilkan.
Untuk menjaga nilai e.m.f. Eksitasi lapangan yang
sama harus ditingkatkan untuk mengkompensasi
pelemahan ini.
V = Tegangan terminal, Ini adalah vectorially kurang dari E0 oleh IZS atau vectorially kurang dari
E oleh IZ dimana
Z =√(𝑅𝑎2 + 𝑋𝐿2 . Ini juga bisa ditulis sebagai Za.
I = armature current / phase dan 𝜑= load p.f. sudut.
Pada Gambar. 37.27 (a) ditunjukkan kasus untuk kesatuan p.f., pada Gambar. 37.27 (b) untuk
lag tertinggal p.f. Dan pada Gambar. 37.27 (c) untuk memimpin p.f. Semua diagram ini berlaku
untuk satu fase mesin 3 fasa. Diagram untuk fase lainnya juga bisa digambarkan similary.
Contoh 37.16. Sebuah alternator 3-fase, bintang terhubung memasok beban 10 MW di p.f. 0,85
Tertinggal dan pada 11 kV (tegangan terminal). Resistansinya adalah 0,1 ohm per fase dan
reaktansi sinkron 0,66 ohm per fase. Hitung nilai garis e.m.f. dihasilkan.
(Teknologi Listrik, Aligarh Muslim Univ 1988)
Nilai ohmik Xa bervariasi dengan p.f. Dari beban karena reaksi armatur tergantung pada beban
p.f.
10𝑥106
Larutan. F.L. Arus keluaran = =618 A
√3 𝑥 11,000𝑥0,85
Gambar 37.28
Seperti yang terlihat dari diagram vektor pada Gambar. 37.28 di mana saya bukan V telah
diambil bersama vektor referensi,
E0 = )2
= 6,625 V
Baris e.m.f. = √3 x 6, 625 = 11,486 volt
1. Synchronous Impedance atau E.M.F. Metode. Hal ini disebabkan Behn Eschenberg.
2. Ampere-turn atau M.M.F. Metode. Metode ini karena Rothert.
3. Faktor Zero Power Factor atau Potier. Seperti namanya, itu karena Potier. Semua metode ini
membutuhkan-
Disusun Oleh :
NAMA ( NPM ) :
TB.ILHAM NURHUDA ( 054115045 )
MUBDI FAUZAN ( 054115048 )
MOHAMAD SYAKUR ( 054115057 )
ANDIKA RIZKIANTO ( 054115059 )
FACHRI AL-FATHAN ( 054115064 )
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR