Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERILAKU ANAK
2.1.1 Klasifikasi perilaku anak menurut Wright.
Menurut Wright, perilaku anak secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori yakni:13
a. Kooperatif(Cooperative)
Sikap kooperatif ini ditunjukkan dengan sikap anak yang cukup tenang, memiliki rasa
takut yang minimal, dan antusias terhadap perawatan gigi dan mulut yang diberikan.
Anak dengan sikap kooperatif memudahkan dokter gigi dalam melakukan perawatan
dan pendekatan yang dapat dilakukan, yakni dengan menggunakan teknik tell show
do (TSD).
b. Tidak mampu kooperatif (Lacking in cooperative ability)
Kategori ini terdapat pada anak-anak yang masih sangat muda misalnya anak usia
dibawah 3 tahun dengan kemampuan komunikasi yang terbatas dan pemahaman yang
kurang mengenai perawatan yang akan dilakukan. Kelompok lain yang termasuk
dalam kategori tidak mampu kooperatif adalah mereka dengan keterbatasan fisik
maupun mental. Oleh karena itu, anak dengan kondisi seperti ini membutuhkan teknik
manajemen perilaku yang khusus, misalnya dengan menggunakan premedikasi
maupun anastesi umum.
c. Berpotensi kooperatif(Potentially cooperative) Kategori perilaku ini berbeda
dengan tidak mampu kooperatif.Karena anak dalam kategori ini memiliki kapabilitas
untuk menjadi kooperatif.Sehingga diperlukan kompetensi dokter gigi yang mampu

melakukan manajemen perilaku dalam mengembangkan potensi kooperatif menjadi


kooperatif. Klasifikasi perilaku yang dikemukakan oleh Wright masih memiliki
kelemahan. Ketiga klasifikasi tersebut masih sulit untuk ditegakkan secara
klinis.Terutama untuk kategori perilaku berpotensi kooperatif karena belum ada
penjelasan mendetail tentang ciri khas pasien anak yang berpotensi kooperatif. Hal ini
menyebabkan para ahli terus mengkaji dan mengembangkan sistem klasifikasi
perilaku menjadi lebih detail sehingga dapat dengan mudah ditegakkan secara klinis.

2.1.2 Klasifikasi perilaku anak menurut Frankl


Salah satu sistem klasifikasi perilaku anak dalam perawatan gigidiperkenalkan oleh
Frankl dikenal sebagai skala yang disebut : Frankl Behavioral Rating Scale yang
biasa dipergunakan sebagai evaluasi tingkah laku misalnya di klinik atau penelitian.
Frankl

mengklasifikasikanperilaku

anak

menjadi

empatkelompok

sesuai

dengansikapanak dan kerjasama pada perawatan gigi dan mulut,yakni: 7,14


a. Jelas negatif (--)
Anak menolak perawatan gigi yang akan dilakukan. Penolakan ini ditunjukkan
dengan cara menangis keras, penuh rasa takut, mengisolasi diri, anak bersikap
menentang dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh dokter gigi.
b. Negatif (-)
Anak enggan menerima perawatan, bersikap tidak kooperatif, menunjukkan
beberapa perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan misalnya cemberut atau menyendiri.
c. Positif (+)
Anak mau menerima perawatan tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk
menuruti dokter giginya dengan mengajukan syarat tetapi si anak tersebut tetap
mengikuti arahan dokter giginya secara kooperatif.

d. Jelas positif (++)


Anak menjalin hubungan yang baik dengan dokter gigi, anak tertarik dengan
prosedur perawatan gigi, anak juga merasa senang, menikmati prosedur perawatan
gigi, menunjukkan kontak verbal yang baik, dan banyak bertanya. Akan tetapi
kelemahan dari klasifikasi Frankl adalah teknik tersebut tidak spesifik sehingga
mampu menggambarkan situasi secara tepat dan tidak sesuai dengan fakta di
lapangan.Pendiagnosaan perilaku negatif dan sangat negative bertentangan dengan
etika dan memberi pencitraan yang tidak baik.

2.2 KEPRIBADIAN
Kepribadian menurut GW. Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisis individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu
secara khas.1 Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality
Plus, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Maka dari itulah
situasi diciptakan dalam pembelajaran harus diseimbangkan dengan kebiasaan dan
tindakan seorang anak, sehingga terdapat perasaan yang memaksa atau tertekan dalam
diri anak.4
Galenus menggolongkan manusia menjadi empat tipe berdasarkan 7 Suryabrata,
S.,Psikologi

Pendidikan.(Jakarta:

PT. Grafindo

Persada

1995)

hlm145

26

temperamennya, yaitu Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis.8


Menurut Galenus, seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar
semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang
melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis.
Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi

dan setia. Seorang sanguinis mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan,
ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti.9
2.3 POLA ASUH ORANG TUA
Bolsom menyatakan bahwa pola asuh dapat digolongkan dalam tiga macam,
yakni:
a. Otoriter Orangtua berada pada posisi arsitek. Orangtua dengan cermat
memutuskan bagaimana individu harus berperilaku, memberikan hadiah atau
hukuman agar perintah orangtua ditaati. Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit,
tinggal menentukan apa yang diingkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh
dilakukan oleh anak-anak mereka
b. b. Demokratis Pola asuh demokratis ini bercirikan adanya kebebasan dan
ketertiban, orangtua memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak
mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif, perhatian dan
memberikan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga orangtua dapat
menyesuaikan dengan kemampuan anak.
c. c. Permisif 22 Yusuf LN. S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm 51-52 52 Orangtua biasanya bertindak
menghindari adanya konflik ketika orangtua merasa tidak berdaya untuk
mempengaruhi anak. Akibatnya orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah
yang dilakukan anak. Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing anak, karena
anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada kontrol dari orangtua.23

2.4 Persistensi
2.4.1 Pengertian

Anda mungkin juga menyukai