Anda di halaman 1dari 5

Nama

Tumbu
han

Bambusa vulgaris

Etnobot
ani

Dicirikan oleh buluh yang tegak, hijau atau kuning bergaris hijau mengkilat,
dengan percabangan horizontal di permukaan tanah. Tinggi buluh mencapai 30
meter dengan diameter 5-10 cm dan panjang ruas 20-40 cm. Di Indonesia terdiri
dari 3 varietas yaitu berbulu hijau, berbulu kuning. Klasifikasi Bambu kuning
menurut Widjaja (2001) adalah sebagai berikut :
Nama daerah : Bambu Kuning
Indonesia : Bambu Kuning
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa vulgaris

2.

Rebung bambu kuning dapat digunakan untuk obat sakit kuning (Lever).
Sebagai obat lever
Rebung bambu kuning sudah sejak lama digunakan oleh nenek moyang pada jaman
dahulu dijadikan sebagai obat lever atau penyakit kuning, lalu dengan adanya budaya
kebiasaan itu diwariskan sampai zaman saat ini. kandungan yang terdapat dalam
rebung bambung kuning ini dipercaya mampu mengatasi atau mengobati penyakit lever,
karena hal itu dikaitkan dengan adanya kandungan yang terdapat dalam manfaat
rebung bambu kuning mampu mengobati dalam adanya kerusakan dalam fungsi hati.
maka hal itu secara tradisional mampu diatasi dengan rebung bambu kuning.
(http://manfaat.co.id/manfaat-rebung-bambu-kuning )

Periset pakar biokimia di Jerman membuka bahawa dengan konsumsi rebung

bambu kuning dapat memperbaiki beberapa sel hati yang rusak disebabkan virus
hepatitis. Senyawa utama yang ada dalam rebung bambu kuning yang berbentuk
hepatoprotektor dengan kata lain pelindung hati itu yaitu parahidroksi bemsaldehid.
Senyawa itu adalah gugus fenol yang terdiri atas gususan silimarin serta kurkumin.
Ke-2 gugus tersebut yang berbentuk antiracun.
(http://fori.web.id/khasiat-rebung-bambu-kuning-untuk-hepatitis-penyakitkuning.html )

Rebung bambu kuning mengandung para hidroksi bemsaldehid, yaitu suatu fenol yang
mirip dengan sebagian gugusan silimarin dan kurkumin. Kedua gugusan ini berkhasiat
sebagai antiracun hati. Senyawa silimarin telah lama dipasarkan sebagai obat liver atau
obat lever atau sakit hati dengan merek dagang Legalon. Berdasarkan penelitian di
Jerman, sari rebung bambu bisa memperbaiki kerusakan sel hati binatang percobaan,
yang sebelumnya sengaja dirusak dengan racun hati.
(http://faktaherbal.com/manfaat-rebung/ )

Rebung ini biasanya di gunakan untuk pengobatan hepatitis/lever atau di sebut juga
penyakit kuning caranya seperti ini :

Siapkan sebatang rebung bambu kuning ukuran sedang yang telah di


bersihkan dan di iris iris.
Air mineral sebanyak 1 liter
Gula batu sebanyak 100 gram
Cara meracik obat sebagai berikut
Bersihkan bambu yang telah di iris tadi memakai air bersih
Rebus rebung dengan air 1 liter hingga mendidih hingga warnanya seperti teh
dan pastikan semua rebung terendam air biarkan sesaat dalam keadaan mendidih
supaya nutrisi yang terkandung di dalam rebung betul betul keluar.
lalu masukan gula batu yang telah di sediakan terus dinginkan dan di minum 3
kali sehari pagi sore dan petang.
Jika untuk pengobatan batu ginjal tidak perlu di tambah gula batu cukup minum
air rebusab rebung bambu kuning saja.
Selain obat di atas untuk batu ginjal harus di sertai dengan minum air putih yang
banyak untuk memperlancar buang air hindari minum teh dan kopi dengan kadar kental
tetap mengkonsumsi buah buahan setiap hari untuk menambah serat di dalam tubuh
dan membantu proses penyembuhan.

Jurnal
terkait
Tumbu
han
Metoda

(http://www.odzzal65.com/2016/05/manfaat-rebung-bambu-kuning-untuk.html )
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CM_QKtTzFkJ:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28488/4/Chapter
%2520II.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
Modifikasi : Rebung bambu kuning yang diperoleh dari Desa ........, dipilih yang
berwarna putih kemudian dibersihkan. Tahap selanjutnya rebung di potong tipis

kemudian di keringkan. Setelah kering rebung dihaluskan dengan menggunakan


blender sehingga rebung berbentuk bubuk. Rebung yang telah berbentuk bubuk
kemudian dimaserasi dengan larutan ethanol 96% (teknis) selama 24 jam,
selanjutnya disaring dengan menggunakan kain kasa dan kertas saring. Maserasi
dilakukan sebanyak tiga kali sampai pelarut berwarna bening. Ekstrak cair dari
sampel tersebut kemudian dievaporasi dengan menggunakan alat yang disebut
vacuum rotary evaporator. Proses penguapan ini dilakukan hingga diperoleh
ekstrak kental berbentuk gel. Ekstrak kental berbentuk gel tersebut kemudian
dilarutkan dengan menggunakan :
- Methanol extract : 250mg/kg in 10% aqueous Tween 80.
- Chloroform extract : 250mg/kg in 10% aqueous Tween 80.
- Ethyl acetate extract : 250mg/kg in 10% aqueous Tween 80.
Preparation Sample :
Normal : 10% aqueous Tween 80.
Control : Carbon tetra chloride 0.5 ml / kg
Standard : Silymarin 200mg/kg

Carbon tetra chloride induced hepatotoxicity


Group I animal received 10% aqueous Tween 80.
Group II animal received Carbon tetrachloride 0.5ml/kg.
Group III animal received Silymarin 200mg/kg.
Group IV animal received Methanol extract 250mg/kg.
Group V animal received Chloroform extract 250mg/kg.
Group VI animal received Ethyl acetate extract 250mg/kg.

Studi biokimia
Pemberian obat dilakukan selama 10 hari, pada hari ke-10 CCl4 (0.5ml/kg)
disuntikkan ke Grup II-VI. Kemudian setelah 24 jam, hewan uji dibius, sampel
darah diambil dengan cara direct cardiac puncture, dan serum dipisahkan dan
digunakan untuk pemeriksaan enzim penanda (SGOT, SGPT dan ALP) di
panjang gelombang 340 nm spektroskopi ultraviolet. Tingkat enzim ditentukan
dengan rumus berikut.
Studi Histopatologi
Hewan uji dikorbankan dengan cara pembedahan, hati diangkat dan dicuci
dalam garam/larutan saline (NaCl), dan diawetkan dalam formalin 10%.
Potongan hati diproses dan ditanam dalam lilin parafin, buat hingga
ketebalannya 4 - 6 m, dan diwarnai dengan hematoksilin dan eosin, lalu difoto.

Hasil

Studi Histopatologi
Efek yang diperlihatkan oleh Kelompok IV & V adalah sebanding dengan
kelompok standar (III) yang diberikan Silymarin (200 mg/kg b. w). Ekstrak
kloroform B. vulgaris menunjukkan histologi hati yang hampir normal.
Kelompok yang menerima CCl4 saja, kerusakan sel-sel di sekitar vena sentral
terlihat jelas, sedangkan, intensitas kerusakan ditemukan lebih rendah dalam
studi yang melibatkan pra-pengobatan B. vulgaris.

Ekstrak Bambusa vulgaris menyebabkan efek hepatoprotektif di sel hati tikus


albino, sel hati yang nekrosis disebabkan oleh aktivasi metabolik dan adanya
radikal bebas oleh CCl4. Kadar enzim menurun ke posisi normal, dalam hal
pemberian ekstrak B. vulgaris ditemukan perlindungan untuk melawan
peningkatan kadar enzim SGOT, SGPT dan ALP yang diinduksi CCl 4. Enzim ini
adalah indikator yang baik untuk patologi penyakit kuning. Pengobatan dengan
200mg / kg berat ekstrak kloroform B. vulgaris mengurangi ketinggian SGOT,
SGPT dan ALP.
Ekstrak Bambusa vulgaris berpotensi terhadap disfungsi hati yaitu 250 mg / kg
pada tikus albino dan dosis telah dipilih menurut LD50 sebagai hepatoprotektif.

Kesimp
ulan

Kelompok yang mengandung racun menunjukkan pembentukan jaringan ikat


berlebih dengan nodul dan jaringan bekas luka, sel, nekrosis, perubahan lemak.
Kelompok B. Vulgaris yang paling efektif dan Silyamarin memiliki
cytoprotective hati yang paling efektif membentuk histologi yang mendekati
normal.
Ekstrak kloroform B. vulgaris menunjukkan aktivitas hepatoprotektif pada
kerusakan hati yang diinduksi CCl4. Dapat disimpulkan bahwa mekanisme yang
terjadi karena adanya senyawa terpenoid. Senyawa terpenoid larut dalam ekstrak

kloroform. Efek hepatoprotektif disebabkan oleh potensi biokimia yang terdapat


pada B.Vulgaris itu sendiri sebagai antioksidan, parameter farmakologis dan
histopatologi menunjukkan secara struktural dan fungsional kesatuan hepatosit.
B. vulgaris bisa menjadi alternatif terapi di masa akan datang yang aman dan
efektif untuk pengobatan gangguan hati.

Anda mungkin juga menyukai