Anda di halaman 1dari 21

BORANG PORTOFOLIO MEDIKOLEGAL

Topik :
Pembuatan Visum et Repertum Jenazah
Tanggal (kasus) :
10 Mei 2016
Presenter :
dr. Rendy Dwi Osca
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Indra Barata
Tempat Presentasi :
Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Os datang dalam keadaan sudah meninggal, terdapat luka robek pada dada kanan.
Tujuan :
Memahami pembuatan visum et repertumnya.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Jenazah Tn. Tji Lee
No. Registrasi : 101555
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah
Telp : (0733) 451902
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Gambaran Klinis : Os datang dalam keadaan sudah meninggal, terdapat luka robek pad
dada kanan.

1. Pemeriksaan Luar: Tampak luka robek di dada kanan, tepi rata, sudut lancip, lebar 1 cm
2.
3.
4.
5.
6.
7.

panjang 2 cm, dasar organ.


Riwayat Pengobatan : Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat Keluarga : (-)
Riwayat Pekerjaan : (-)
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
Lain-lain : -

Daftar Pustaka :
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Percetaka
Ramadhan: Medan.

2. Idries, Dr. Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertam
Binapura Aksara: Jakarta Barat.

3. Budiyanto A, Widiatmaka W, sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagia


Kedokteran Forensik Universitas Indonesia: Jakarta.

4. Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran Forensi

dan Medikolegal: FK UNRI

5. Sjamsuhidayat,R dan de jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerb
buku kedokteran EGC.2004

6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidan
HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr. Sardjito ke 18, Yogyakarta. 2000

7. Soegandhi,R. Arti dan Makna Bagian-Bagian Visum et Repetum, edisi 2. Bagian Ilm
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.

Soegandhi,R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et Repetum d


RSUP Dr. Sardjito, edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.

Hasil Pembelajaran :
1. Memahami pemeriksaan jenazah dan pembuatan visum et repertumnya.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif :

Os datang ke RSSA dibawa oleh kerabat dalam keadaan telah meninggal.


Terdapat luka robek di dada kanan os.
Objektif :
Pemeriksaan Luar
Kepala dan Leher: pupil midriasis max., RC -/Thorax: Vulnus punctum (+) L 1cm, P 2cm, Dasar organ, Bunyi Jantung
(-), bunyi napas (-)
Abdomen: Peristaltik (-)
Ekstremitas: Akral dingin
Kesimpulan
Luka robek tersebut diakibatkan kekerasan trauma benda tajam, sebab
kematian tidak dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar
Tindakan:
-

Pembuatan visum et repertum

Assesment (penalaran klinis) :


Laki-laki, berusia 44 tahun dibawa oleh kerabat ke RSSA untuk
diperiksa. Terdapat luka robek di dada kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan,
didapatkan hasil, pupil midriasis maksimal, refleks cahaya negatif/ negatif,
bunyi jantung dan bunyi napas tidak ada, peristaltik usus negatif, akral dingin,
sehingga dapat dikatakan bahwa os sudah meninggal dunia saat tiba di RSSA.
Luka robek di dada kanan os bertepi rata, sudut lancing, selebar 1 cm,
panjang 2 cm, dan dasarnya organ. Hal ini menunjukkan luka diakibatkan oleh
trauma benda tajam, namun untuk menentukan sebab kematian tidak adekuat
hanya dengan pemeriksaan luar.

TINJAUAN PUSTAKA
Vulnus
Vulnus adalah kerusakan,robek,atau pemisahan jaringan pada kulit yang
disebabkan karena trauma mekanis, termis, atau kimiawi dengan atau tanpa
disertai perdarahan. Kasus vulnusbiasanya disebakan oleh trauma benda tajam
atau benda tumpul. Ada beberpa macam tipe vulnus, antar lain:
1. Ulnus Laceratum/ luka robek

Jenis luka ini disebabkan karena benturan dengan benda tumpul dengan ciri
luka tidak rata dan perdarahan sedikit. Luka akan meningkatkan resiko
infeksi.
2. Vulnus Excoriasi
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada
permukaan kulit, merupakan luka terbuka tetapi hanya berbatas pada daerah
kulit.
3. Vulnus Contussum
Penyebabnya benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup
akibat kerusakan dari tissue dan rupture pada pembuluh darah sehingga
menyebabkan nyeri dan berdarah/hematoma. Bila kecil maka akan diserap
oleh jaringan sekitarnya.
4. Vulnus Scissum
Penyebab dari luka ini adalah sayatan benda tajam atau jarum, merupakan
luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasive, tepi luka
tajam dan licin.
5. Vulnus punctum
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam
kulit. Merupakan luka terbuka, dari luar tampak kecil tetapi di dalam
mungkin rusak berat. Jika mengenai abdomen atau thorax disebut luka
penetrosum.
6. Vulnus Schloperum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitamhitaman, bias teratur kadang ditemukan corpus alienum.
7. Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena
panah, tombak, atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput
serosa organ jaringan.
8. Vulnus amputatum

Luka potong dengan penyebab benda tajam yang berukuran besar atau
gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong.
Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi.
9. Vulnus combutio
Penyebab karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia. Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh dan menimbulkan rasa nyeri atau
anesthesia.

Visum et Repertum
Latar Belakang
Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat
diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum et Repertum
(VeR) atau lebih sering disingkat visum saja. Melalui jalur inilah umumnya
terjalin hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan
pihak yang meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak dari
visa, yang berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti
ditemukan atau didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah yang
dilihat dan ditemukan. 1
Walaupun istilah ini berasal dari bahasa latin namun sudah dipakai sejak
jaman belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa indonesia dalam
kehiduapn sehari-hari. Jangankan kalangan hukum dan kesehatan, masyarakat
sendiripun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan dengan surat
yang dikeluarkan dokter untuk kepentingan polisi dan pengadilan. Di Belanda
sendiri istilah ini tidak dipakai. 1
Ada usaha untk mengganti istilah VeR ini ke bahasa indonesia seperti yang
terlihat dalam KUHAP, dimana digunakan istilah keterangan dan keterangan
ahli untuk pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak berguna
karena sampai saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh semua
kalangan. 1

Baik didalam Kitab Hukum Acara Pidana yang lama, yaitu RIB
(Reglemen Indonesia yang diper-Baharui) maupun Kitab Undang-undah
Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat
perkataan VeR. Hanya didalam lembaran negara tahun 1937 no.350 pasal 1
dan pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu
keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa
yang dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam
perkara-perkara pidana. 2
Dari rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap
bulan ada ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat
visum yang diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk
luka karena perkelahian, penganiayaan, dan kecelakaan lalu lintas, selanjutnya
visum untuk pelanggaran kesusilaan atau perkosaa, kemudian diikuti visum
jenazah. Visum yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban
keracunan, atau penentuan keraguan siapa bapak seorang anak (disputed
parenity), biarpun tidak banyak namun merupakan pelayanan yang dapat
dilakukan doter juga. 1
Tujuan
Menjelaskan pengertian Visum et Repertum, cara permintaan dan
pencabutan visum, dan hukum yang berkaitan dengan Visum et Repertum.
Serta membahas tentang jenis-jenis visum baik untuk visum korban hidup
maupun korban meninggal.

Pengertian Visum et Repertum


Dalam undang-undang terdapat satu ketentuan hukum yang menuliskan
langsung tentang Visum et Repertum, yaitu pada Staatsblad (Lembaran
Negara) tahun 1937 No.350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan:
Pasal 1:
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang
diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di negeri belanda ataupun di
Indonesia, merupakan alat bukti yang sah dalam perkara-perkara pidana,
selama visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang
dilihat dan ditemui oleh dokter pada benda yang diperiksa. 1
Pasal 2:
(1) Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di
negeri Belanda ataupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam pasal 1
diatas, dapat mengucapkan sumpah sebagai berikut:
saya bersumpah (berjanji), bahwa saya sebagai dokter akan membuat
pernyataan-pernyataan

atau

keterangan-keterangan

tertulis

yang

diperlukan untuk kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut


pengetahuan saya yang sebaik-baiknya. Semoga tuhan yang maha
pengasih dan penyayang melimpahkan kekuatan lahir dan batin 1
Bila dirinci isi Staatsblad ini mengandung makna:
-

Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di


negeri belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain
berdasarkan sumpah khusus dapat membuat VeR

VeR mempunyai daya bukti yang syah/alat bukti yang syah dalam perkara
pidana

VeR berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada
benda-benda/korban yang diperiksa.

Ketentuan dalam Staatsblad ini sebetulnya merupakan terobosan untuk


mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka
tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Seperti dikteahui
setiap keerangan yang akan disampaikan untuk pengadilan haruslah
keterangan dibawah sumpah. Dengan adanya ktetantuan ini, maka sumpah
yang telah diikrarkan dokter waktu menamatkan pendidikannya, dianggap
sebagai sumpah yang syah untuk kepentingan membuat VeR biarpun lafal dan
maksudnya berbeda. Oleh karena itu sampai sekarang pada bagian akhir
cisum, masih dicantumkan ketetntuan hukum ini untuk mengingatkan yang
membuat maupun yang menggunakan visum, bahwa dokter waktu membuat
visum akan bertindak jujur dan menyampaikan tentang apa yang dilihat dan
ditemukan pada pemeriksaan korban menurut pengetahuan yang sebaikbaiknya. 1
Pada seminar lokakarnya VeR di Medan ahun 1981 pengertian visum
dirumuskan lebih jelas, yaitu:
laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan
sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat
pemberitaan tentang segala hal (fakta) yang dilihat dan ditemukan pada benda
bukti berupa tubuh manusia (hidup atau mati) atau benda yang berasal dari
tubuh manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang
sebaik-baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang
pemeriksaan tersebut. 1
Dasar Hukum Visum et Repertum
Dasar hukum Visum et Repertum dalam Kitab Undang-undah Hukum
Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 133
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa

yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter


dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat. 2
Dalam KUHAP kedudukan atau nilai VeR adalah satu alat bukti yang sah
KUHAP pasal 184
Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keteragan terdakwa. 1
Pasal 186
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan
Pasal 187 (c)
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarka
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi kepadanya. 2
Fungsi dan Peran Visum et Repertum
Visum et Repertum dapat berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam
Pasal 184 KUHAP, Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah dalam
proses peradilan, yang berupa keterangan ahli, surat, dan petunjuk.
Dalam penjelasan Pasal 133 KUHAP, dikatakan bahwa keterangan ahli yang
diberikan oleh dokter spesialis forensik merupakan keterangan ahli, sedangkan
yang dibuat oleh dokter selain spesialis forensik disebut keterangan. Hal ini
diperjelas pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP dalam Keputusan Menteri
Kehakiman RI No.M.01.PW.07.03 Tahun 1982 yang menjelaskan bahwa

keterangan yang dibuat oleh dokter bukan ahli merupakan alat bukti petunjuk.
Dengan demikian, semua hasil Visum et Repertumyang dikeluarkan oleh
dokter spesialis forensik maupun dokter bukan spesialis forensik merupakan
alat bukti yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP. 3
Di dalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-turut
adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan
terdakwa. Beban pembuktian dari masing-masing alat bukti tersebut
berbedansesuai dengan urutannya. Sebagai contoh, keterangan saksi harus
lebih dipercaya oleh

hakim

bila

dibandingkan

dengan

keterangan

terdakwa. Demikian halnya dengan keterangan ahli yang diberikan oleh


seorang

dokter

spesialis

forensik tentunya akan mempunyai beban

pembuktian yang lebih besar bila dibandingkan dengan keterangan yang


diberikan oleh dokter bukan spesialis forensik. Sehingga, kedudukan Visum
et Repertum yang dibuat oleh dokter spesialis forensik masih lebih tinggi
dibandingkan dengan Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter bukan
spesialis forensik. 4
Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti
karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan di
dalam bagian Pemberitaan. Karena barang bukti yang diperiksa tentu saja
akan mengalami perubahan alamiah, seperti misalnya luka yang telah sembuh,
jenazah yang mengalami pembusukan atau jenazah yang telah dikuburkan
yang

tidak

mungkin

dibawa

ke

persidangan,

maka

Visum

et

Repertummerupakan pengganti barang bukti tersebut yang telah diperiksa


secara ilmiah oleh dokter ahli. 4
Apabila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan suatu duduk
persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli
atau diajukannya bahan baru. Sesuai dengan Pasal 180 KUHAP, hakim
tersebut dapat meminta kemungkinan untuk dilakukan pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti jika memang timbul keberatan yang
beralasan dari terdakwa atau penasihat hukumnya terhadap suatu hasil
pemeriksaan. 4

10

Jenis-jenis Visum et Repertum


Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk orang hidup dapat dibedakan
atas:
(1) Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah
korban selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh
dokter.
(2) Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam
perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk
menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau
sebagai petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum
semsentara ini belum ditulis kesimpulan.
(3) Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau
meninggal dan merupakan lanjutan dari visum semsentara yang telah
diberikan sebelumnya. Dalam visum ini harus dicantumkan nomr dan
tanggal dari visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini
dokter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh
dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir
merawat penderita.1
Berdasarkan objek yang diperiksa, Visum et Repertum dibagi menjadi dua
yaitu:
(1) Objek psikis
Visum et Repertum berupa objek psikis ialah Visum et Repertum
psikiatrikum. Visum et Repertum ini perlu dibuat karena adanya pasal 44
(1) KUHP yang berbunyi Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan padanya

disebabkan

karena

jiwanya

cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit tidak dipidana


2

Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita
penyakit jiwa (psikosis), tetapi juga orang dengan retardasi mental.
Apabila penyakit

jiwa

(psikosis)

yang

ditemukan,

maka

harus

11

dibuktikan apakah penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut
dilakukan. Tentu saja, jika semakin panjang jarak antara saat kejadian
dengan saat pemeriksaan, maka akan semakin sulit bagi dokter untuk
menentukannya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan. Demikian
pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang timbul juga akan mempersulit
pembuatan kesimpulan dokter. 3
Visum et Repertum psikiatrikum dibuat untuk tersangka atau terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana Visum et
Repertum

lainnya.

Selain

itu,

Visum

et

Repertumpsikiatrikum

menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga
manusia. Oleh karena Visum et Repertum psikiatrikum

menyangkut

masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang
dilakukannya, maka lebih baik pembuat Visum et Repertum psikiatrikum
ini adalah dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa
atau rumah sakit umum. 3
(2) Objek fisik, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu
A. Visum et Repertum orang hidup
a. Visum et Repertum perlukaan atau keracunan
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup
adalah untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat
parahnya luka atau sakitnya tersebut. Terhadap setiap pasien,
dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya.
Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter
setelah melapor ke penyidik atau pejabat kepolisian, sehingga
mereka datang dengan membawa serta surat permintaan Visum
et Repertum. Sedangkan para korban dengan luka sedang dan
berat akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor
ke penyidik, sehingga surat permintaan Visum et Repertumnya akan datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan
Visum et Repertumini dapat diperkecil dengan diadakannya

12

kerja sama yang baik antara dokter atau institusi kesehatan


dengan penyidik atau instansi kepolisian. 3
Dalam membuat kesimpulan dalam kasus perlukaan dokter
sebaiknya menentukan juga derajat keparahan luka yang
dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Ini
sebagai usaha untuk membantu yudex facti dalam menegakkan
keadilan. 1
Kualifikasi

luka

yang

dapat

dibuat

dokter

adalah

menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang, atau berat.


1

Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak


menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian,
tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Sedangkan luka berat
harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang
yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah
keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat. 1
KUHP pasal 90
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut.
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencaharian.
(3) Kehilangan salah satu panca indra
(4) Mendapat cacat berat
(5) Menderita sakit lumpuh
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. 1,2
Penganiayaan ringan diatur dalam KUHP pasal 352 dan
penganiayaan sedang diatur dalam KUHP pasal 351 ayat 1.
KUHP pasal 352

13

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
empat ribu lima ratus rupiah. 1
KUHP pasal 351
(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat dyang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun
(4) Dengan

penganiayaan

disamakan

sengaja

merusak

kesehatan. 1
b. Visum et Repertum korban kejahatan susila
Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan
Visum et Repertum-nya kepada dokter adalah kasus dugaan
adanya persetubuhan yang diancam

hukuman oleh KUHP.

Persetubuhan yang diancam pidana oleh

KUHP

meliputi

perzinahan, pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang


tidak berdaya, dan persetubuhan dengan wanita yang belum
cukup umur. 2
Untuk

kepentingan

peradilan,

dokter

berkewajiban

untuk membuktikan adanya persetubuhan, adanya kekerasan,


serta usia korban. Selain itu, dokter juga diharapkan memeriksa
adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan
psikiatri atau kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana
tersebut.

Dokter

tidak dibebani pembuktian adanya

14

pemerkosaan karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum


yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. 2
B. Visum et Repertum orang mati (jenazah)
Visum et Repertum jenazah

dibuat

terhadap

korban yang

meninggal. Tujuan pembuatan Visum et Repertumini adalah untuk


menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian. Jenazah yang akan
dimintakan

Visum et Repertum-nya

harus

diberi

label

yang

memuat identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang


dikaitkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat
permintaan

Visum et Repertum-nya harus jelas tertulis

jenis

pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah


atau pemeriksaan bedah jenazah (autopsi) (Pasal 133 KUHAP). 1,2
a. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar
Pemeriksaan luar jenazah adalah pemeriksaan berupa
tindakan tanpa

merusak

keutuhan

jaringan

jenazah.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta


kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup
jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan,
ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologi, gigi geligi, dan
luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh
bagian luar.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja,
maka kesimpulan Visum et Repertum menyebutkan jenis luka
atau kelainan yang
penyebabnya,
ditentukan
jenazah.

sedangkan

karena
Bila

ditemukan

dapat

tidak

dan

jenis

sebab matinya
dilakukan

diperkirakan,

kekerasan

tidak

dapat

pemeriksaan bedah
lama

mati

sebelum

pemeriksaan (perkiraan waktu kematian) dapat dicantumkan


dalam bagian kesimpulan.
b. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar dan dalam

15

Bila

juga

penyidik

disertakan

pemeriksaan

autopsi,

maka

wajib memberi tahu kepada keluarga korban dan

menerangkan maksud dan tujuan

pemeriksaan.

Autopsi

dilakukan jika keluarga korban tidak keberatan, atau bila


dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
korban (Pasal 134 KUHAP). Jenazah yang diperiksa dapat juga
berupa jenazah yang didapat dari penggalian kuburan
(Pasal 135 KUHAP).3
Pemeriksaan

autopsi

membuka rongga

dilakukan

tengkorak,

leher,

menyeluruh
dada,

dengan

perut,

dan

panggul. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang


yang

diperlukan

seperti

pemeriksaan

histopatologi,

toksikologi, serologi, dan lain sebagainya. Dari pemeriksaan


dapat disimpulkan sebab kematian korban, jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan perkiraan waktu
kematian. 3
Struktur Visum et Repertum
Visum et Repertum terdiri dari 5 kerangka dasar yang terdiri dari:
1. Pro justitia
Menyadari bahwa semua surat baru sah dipengadilan bila dibuat
diatas kertas materai dan hal ini akan menyulitkan bagi dokter bila setiap
visum yang dibuatnya harus memakai kertas bermaterai. Berpedoman
kepada peraturan pos, maka bila dokter menulis pro-justitia dibagian atas
visum, maka itu sudah dianggap sama dengan kertas materai.
2. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi tentang siapa yang memeriksa, siapa
yang diperiksa, saat pemeriksaan (tanggal, hari, dan jam), dimana
diperiksa, mengapa diperiksa, dan atas permintaan siapa visum itu dibuat.
Data diri korban diisi sesuai degnan yang tercantum dalam permintaan
visum.
3. Pemeriksaan

16

Bagian terpenting dari visum sebetulnya terletak pada bagian ini,


karena apa yang dilihat dan ditemukan dokter sebagai terjemahan dari
Visum et Repertum itu terdapat pada bagian ini. Pada bagian ini dokter
melaporkan hasil pemeriksaannya secara objektif. Biasanya pada bagian
ini dokter menuliskan luka, cedera, dan kelainan pada tubuh korban seperti
apa adanya. Misalnya didapati suatu luka dokter menuliskan dalam visum
suatu luka mulai dari panjang, lebar, dalam, tepi luka, dan jarak luka.
4. Kesimpulan
Untuk pemakai visum, ini adalah bagian yang terpenting, karena
diharpkan dokter dapat menyimpulkan kelainan yang terjadi pada korban
menurut keahliannya. Pada korban luka perlu penjelasan tentang jenis
kekerasan, hubungan sebab-akibat dari kelainan, tentang derajat kualifikasi
luka, berapa lama korban dirawat dan bagaimana harapan kesembuhan.
Pada korban perkosaan atau pelanggaran kesusilaan perlu
penjelasan tentang tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan,
kesadaran korban serta bila perlu umur korban.
5. Penutup
Bagian ini mengingatkan pembuat dan pemakai visum bahwa laporan
tersebut dibuat dengan sejujur-jujurnya dan mengingat sumpah. 1
Selain dari 5 bagian diatas, Visum et Repertum dapat juga disertakan lampiran
foto. Lampiran foto terutama perlu untuk memudahkan pemakai visum
memahami laporan yang disampaikan dalam visum. Pada luka yang sulit
disampaikan dengan kata-kata, dengan lampiran foto akan memudahkan
pemakai visum memahami apa yang ingin disampaikan dokter. 1
Tata Cara Permohonan dan Pencabutan Visum et Repertum
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan saat pihak berwenang
meminta dokter untuk membuat Visum et Repertum. Syarat Visum et
Repertum korban hidup yaitu:
(1) Harus tertulis, tidak boleh secara lisan

17

(2) Surat permohonan visum harus diserahkan langsung kepada dokter dari
penyidik, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. Juga
tidak diperbolehkan melalui jasa pos
(3) Bukan kejadian yang sudah lewat
(4) Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter
(5) Ada identitas korban
(6) Ada identitas peminta
(7) Mencantumkan tanggal permintaannya
(8) Korban diantar oleh polisi atau jaksa
Jika korban sudah meninggal dunia, sesuai dengan KUHP pasal 133 maka
permintaan dilakukan secaraq tertulis dan disebutkan secara jelas apakah
untuk pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta pada saat
mayat dikirim kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat identitas
mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau
bagian lain badan mayat.
Pada kenyataanya dilapangan sering terjadi ketidak pahaman dari pihak
penegak hukum tentang tata cara permohonan visum kepada dokter, sehingga
dapat menyebabkan kerugian pada pihak korban. Maka dari itu diterbitkan
instruksi

polisi

No.Pol.INS/E/20/IX/75

tentang

tata

cara

permohonan/pencabutan Visum et Repertum.


Pada dasarnya penarikan/pencabutan Visum et Repertum tidak dapat
dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus
diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya diberikan
oleh komandan kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota hanya
oleh DANTES.

18

PENUTUP
-

Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350
pasal 1 dan pasal 2.

Dokter yang telah disumpah dapat membuat VeR, dimana didalam VeR
berisi laporan tertuis tentang apa yang dilihat dan diemukan pada
benda/korban yang diperiksa

Dasar hukum dari Visum et Repertum terdapat dalam KUHAP pasal 133,
184, 186, dan 187.

Fungsi dari Visum et Repertum adalah berperan dalam proses pembuktian


suatu perkara pidana terhadap kesehatan, jiwa, dan juga orang yang telah
meninggal. Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai barang bukti
yang sah karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah
diuraikan dalam bagian pemberitaan. Serta keterbatasan barang bukti yang
diperiksa pasti akan mengalami perubahan alamiah sehingga tidak
memungkinkan untuk dibawa kepengadilan.

Jenis-jenis visum et Repertum:


o Berdasarkan waktu pemberian
1. Visum seketika (definitif)
2. Visum sementara
3. Visum lanjutan
o Berdasarkan objek yang diperiksa
1. Objek psikis
2. Objek fisik
a. Korban hidup

keracunan/perlukaan

kejahatan susila

b. Korban meninggal

Pemeriksaan luar

Pemeriksaan luar dan dalam

19

Struktur visum et repertum:


1. Pro justititia
2. Pendahuluan
3. Pemeriksaan
4. Kesimpulan
5. Penutup

8. Tata cara permohonan visum korban hidup:


1. Harus tertulis, tidak boleh lisan
2. Surat diantar langsung oleh penyidik, tidak boleh dititip atau melalui
pos
3. Bukan kejadian yang sudah lewat
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter
5. Ada identitas korban
6. Ada identitas peminta
7. Mencantumkan tanggal permintaan
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa
9. Jika korban meninggal, sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 3:
1. Harus diperlakukan secara baik
2. Diberi label (identitas mayat, dilak, dan diberik cap jabatan) diletakkan
pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lain mayat.
10. Sesuai dengan instruksi polisi No.Pol.INS/E/20/IX/75 tentang tata cara
permohonan/ pencabutan Visum et Repertum, pada dasarnya pencabutan
VeR tidak dapat dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah
diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut
hanya diberikan oleh komandan kesatuan paling rendah tingkat Komres
dan untuk kota hanya oleh DANTES.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

Kedua. Percetakan Ramadhan: Medan.


1. Idries, Dr. Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi Pertama. Binapura Aksara: Jakarta Barat.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran
Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia: Jakarta.
3. Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal: FK UNRI
4. Sjamsuhidayat,R dan de jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.2004
5. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam
Peradilan Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr. Sardjito ke 18,
Yogyakarta. 2000
6. Soegandhi,R. Arti dan Makna Bagian-Bagian Visum et Repetum, edisi 2.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.
Soegandhi,R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan
Visum et Repetum di RSUP Dr. Sardjito, edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.

21

Anda mungkin juga menyukai