Topik :
Pembuatan Visum et Repertum Jenazah
Tanggal (kasus) :
10 Mei 2016
Presenter :
dr. Rendy Dwi Osca
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Indra Barata
Tempat Presentasi :
Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Os datang dalam keadaan sudah meninggal, terdapat luka robek pada dada kanan.
Tujuan :
Memahami pembuatan visum et repertumnya.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Jenazah Tn. Tji Lee
No. Registrasi : 101555
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah
Telp : (0733) 451902
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Gambaran Klinis : Os datang dalam keadaan sudah meninggal, terdapat luka robek pad
dada kanan.
1. Pemeriksaan Luar: Tampak luka robek di dada kanan, tepi rata, sudut lancip, lebar 1 cm
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Daftar Pustaka :
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Percetaka
Ramadhan: Medan.
2. Idries, Dr. Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertam
Binapura Aksara: Jakarta Barat.
4. Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran Forensi
5. Sjamsuhidayat,R dan de jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerb
buku kedokteran EGC.2004
6. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidan
HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr. Sardjito ke 18, Yogyakarta. 2000
7. Soegandhi,R. Arti dan Makna Bagian-Bagian Visum et Repetum, edisi 2. Bagian Ilm
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.
Hasil Pembelajaran :
1. Memahami pemeriksaan jenazah dan pembuatan visum et repertumnya.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subjektif :
TINJAUAN PUSTAKA
Vulnus
Vulnus adalah kerusakan,robek,atau pemisahan jaringan pada kulit yang
disebabkan karena trauma mekanis, termis, atau kimiawi dengan atau tanpa
disertai perdarahan. Kasus vulnusbiasanya disebakan oleh trauma benda tajam
atau benda tumpul. Ada beberpa macam tipe vulnus, antar lain:
1. Ulnus Laceratum/ luka robek
Jenis luka ini disebabkan karena benturan dengan benda tumpul dengan ciri
luka tidak rata dan perdarahan sedikit. Luka akan meningkatkan resiko
infeksi.
2. Vulnus Excoriasi
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada
permukaan kulit, merupakan luka terbuka tetapi hanya berbatas pada daerah
kulit.
3. Vulnus Contussum
Penyebabnya benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup
akibat kerusakan dari tissue dan rupture pada pembuluh darah sehingga
menyebabkan nyeri dan berdarah/hematoma. Bila kecil maka akan diserap
oleh jaringan sekitarnya.
4. Vulnus Scissum
Penyebab dari luka ini adalah sayatan benda tajam atau jarum, merupakan
luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasive, tepi luka
tajam dan licin.
5. Vulnus punctum
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam
kulit. Merupakan luka terbuka, dari luar tampak kecil tetapi di dalam
mungkin rusak berat. Jika mengenai abdomen atau thorax disebut luka
penetrosum.
6. Vulnus Schloperum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitamhitaman, bias teratur kadang ditemukan corpus alienum.
7. Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena
panah, tombak, atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput
serosa organ jaringan.
8. Vulnus amputatum
Luka potong dengan penyebab benda tajam yang berukuran besar atau
gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong.
Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi.
9. Vulnus combutio
Penyebab karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia. Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh dan menimbulkan rasa nyeri atau
anesthesia.
Visum et Repertum
Latar Belakang
Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat
diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum et Repertum
(VeR) atau lebih sering disingkat visum saja. Melalui jalur inilah umumnya
terjalin hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan
pihak yang meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak dari
visa, yang berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti
ditemukan atau didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah yang
dilihat dan ditemukan. 1
Walaupun istilah ini berasal dari bahasa latin namun sudah dipakai sejak
jaman belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa indonesia dalam
kehiduapn sehari-hari. Jangankan kalangan hukum dan kesehatan, masyarakat
sendiripun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan dengan surat
yang dikeluarkan dokter untuk kepentingan polisi dan pengadilan. Di Belanda
sendiri istilah ini tidak dipakai. 1
Ada usaha untk mengganti istilah VeR ini ke bahasa indonesia seperti yang
terlihat dalam KUHAP, dimana digunakan istilah keterangan dan keterangan
ahli untuk pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak berguna
karena sampai saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh semua
kalangan. 1
Baik didalam Kitab Hukum Acara Pidana yang lama, yaitu RIB
(Reglemen Indonesia yang diper-Baharui) maupun Kitab Undang-undah
Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat
perkataan VeR. Hanya didalam lembaran negara tahun 1937 no.350 pasal 1
dan pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu
keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa
yang dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam
perkara-perkara pidana. 2
Dari rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap
bulan ada ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat
visum yang diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk
luka karena perkelahian, penganiayaan, dan kecelakaan lalu lintas, selanjutnya
visum untuk pelanggaran kesusilaan atau perkosaa, kemudian diikuti visum
jenazah. Visum yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban
keracunan, atau penentuan keraguan siapa bapak seorang anak (disputed
parenity), biarpun tidak banyak namun merupakan pelayanan yang dapat
dilakukan doter juga. 1
Tujuan
Menjelaskan pengertian Visum et Repertum, cara permintaan dan
pencabutan visum, dan hukum yang berkaitan dengan Visum et Repertum.
Serta membahas tentang jenis-jenis visum baik untuk visum korban hidup
maupun korban meninggal.
atau
keterangan-keterangan
tertulis
yang
VeR mempunyai daya bukti yang syah/alat bukti yang syah dalam perkara
pidana
VeR berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada
benda-benda/korban yang diperiksa.
keterangan yang dibuat oleh dokter bukan ahli merupakan alat bukti petunjuk.
Dengan demikian, semua hasil Visum et Repertumyang dikeluarkan oleh
dokter spesialis forensik maupun dokter bukan spesialis forensik merupakan
alat bukti yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP. 3
Di dalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-turut
adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan
terdakwa. Beban pembuktian dari masing-masing alat bukti tersebut
berbedansesuai dengan urutannya. Sebagai contoh, keterangan saksi harus
lebih dipercaya oleh
hakim
bila
dibandingkan
dengan
keterangan
dokter
spesialis
tidak
mungkin
dibawa
ke
persidangan,
maka
Visum
et
10
disebabkan
karena
jiwanya
Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita
penyakit jiwa (psikosis), tetapi juga orang dengan retardasi mental.
Apabila penyakit
jiwa
(psikosis)
yang
ditemukan,
maka
harus
11
dibuktikan apakah penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut
dilakukan. Tentu saja, jika semakin panjang jarak antara saat kejadian
dengan saat pemeriksaan, maka akan semakin sulit bagi dokter untuk
menentukannya sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan. Demikian
pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang timbul juga akan mempersulit
pembuatan kesimpulan dokter. 3
Visum et Repertum psikiatrikum dibuat untuk tersangka atau terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana Visum et
Repertum
lainnya.
Selain
itu,
Visum
et
Repertumpsikiatrikum
menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga
manusia. Oleh karena Visum et Repertum psikiatrikum
menyangkut
masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang
dilakukannya, maka lebih baik pembuat Visum et Repertum psikiatrikum
ini adalah dokter spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa
atau rumah sakit umum. 3
(2) Objek fisik, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu
A. Visum et Repertum orang hidup
a. Visum et Repertum perlukaan atau keracunan
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup
adalah untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat
parahnya luka atau sakitnya tersebut. Terhadap setiap pasien,
dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya.
Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter
setelah melapor ke penyidik atau pejabat kepolisian, sehingga
mereka datang dengan membawa serta surat permintaan Visum
et Repertum. Sedangkan para korban dengan luka sedang dan
berat akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor
ke penyidik, sehingga surat permintaan Visum et Repertumnya akan datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan
Visum et Repertumini dapat diperkecil dengan diadakannya
12
luka
yang
dapat
dibuat
dokter
adalah
13
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
empat ribu lima ratus rupiah. 1
KUHP pasal 351
(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat dyang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun
(4) Dengan
penganiayaan
disamakan
sengaja
merusak
kesehatan. 1
b. Visum et Repertum korban kejahatan susila
Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan
Visum et Repertum-nya kepada dokter adalah kasus dugaan
adanya persetubuhan yang diancam
KUHP
meliputi
kepentingan
peradilan,
dokter
berkewajiban
Dokter
14
dibuat
terhadap
korban yang
Visum et Repertum-nya
harus
diberi
label
yang
jenis
merusak
keutuhan
jaringan
jenazah.
sedangkan
karena
Bila
ditemukan
dapat
tidak
dan
jenis
sebab matinya
dilakukan
diperkirakan,
kekerasan
tidak
dapat
pemeriksaan bedah
lama
mati
sebelum
15
Bila
juga
penyidik
disertakan
pemeriksaan
autopsi,
maka
pemeriksaan.
Autopsi
autopsi
membuka rongga
dilakukan
tengkorak,
leher,
menyeluruh
dada,
dengan
perut,
dan
diperlukan
seperti
pemeriksaan
histopatologi,
16
17
(2) Surat permohonan visum harus diserahkan langsung kepada dokter dari
penyidik, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. Juga
tidak diperbolehkan melalui jasa pos
(3) Bukan kejadian yang sudah lewat
(4) Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter
(5) Ada identitas korban
(6) Ada identitas peminta
(7) Mencantumkan tanggal permintaannya
(8) Korban diantar oleh polisi atau jaksa
Jika korban sudah meninggal dunia, sesuai dengan KUHP pasal 133 maka
permintaan dilakukan secaraq tertulis dan disebutkan secara jelas apakah
untuk pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta pada saat
mayat dikirim kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat identitas
mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau
bagian lain badan mayat.
Pada kenyataanya dilapangan sering terjadi ketidak pahaman dari pihak
penegak hukum tentang tata cara permohonan visum kepada dokter, sehingga
dapat menyebabkan kerugian pada pihak korban. Maka dari itu diterbitkan
instruksi
polisi
No.Pol.INS/E/20/IX/75
tentang
tata
cara
18
PENUTUP
-
Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350
pasal 1 dan pasal 2.
Dokter yang telah disumpah dapat membuat VeR, dimana didalam VeR
berisi laporan tertuis tentang apa yang dilihat dan diemukan pada
benda/korban yang diperiksa
Dasar hukum dari Visum et Repertum terdapat dalam KUHAP pasal 133,
184, 186, dan 187.
keracunan/perlukaan
kejahatan susila
b. Korban meninggal
Pemeriksaan luar
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
21