5434f9600cf2bf1f1f27e2f5 PDF
5434f9600cf2bf1f1f27e2f5 PDF
:
:
2 Juni 2008
5 Juni 2008
Abstrak
Bentonit merupakan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia, akan tetapi belum optimal pemanfaatannya. Salah
satu aplikasi bentonit yang saat ini banyak dikaji oleh institusi penelitian internasional dan nasional adalan
pemanfaatannya sebagai filler yang berukuran nano, yang lebih dikenal dengan nanofiller. Nanofiller dapat diaplikasikan
ke dalam material polimer menghasilkan material nanocomposite dengan peningkatan beberapa sifat dasar polimer,
seperti sifat ketahanan termal, sifat mekanik, ketahanan terhadap bahan kimia dan sifat bakar (flammability). Dalam
aplikasi kemasan nanocomposite juga diklaim telah meningkatkan ketahanan material terhadap daya tembus uap air dan
gas, terutama gas oksigen. Dalam penelitian ini telah dilakukan modifikasi bentonit (clay) menjadi material organoclay
dengan penambahan surfaktan, lebih dikenal dengan organolayersilica (OLS). Dalam struktur OLS, jarak antar basal
dalam bentonit (d-spacing) diperbesar, dimana dalam pemrosesannya dengan material polimer pada fasa leleh, d-spacing
tersebut akan semakin membesar (terinterkalasi) dan akhirnya struktur lapisan yang terdapat dalam bentonit terlepas satu
sama lain (ter-exfoliasi), sehingga bentonit terdispersi ke dalam system polimer dengan ukuran yang lebih kecil dari 100
nm. Dalam penelitian telah dilakukan proses pembuatan OLS dengan menggunakan 2 jenis surfaktan yang berbeda. Selain
itu dilihat pengaruh dari beberapa parameter terhadap stabilitas dan efektifitas OLS yang dihasilkan. Parameter yang
dikombinasikan adalah konsentrasi surfaktan dan waktu swelling (pengembangan) bentonit. Keluaran yang dianalisa
adalah sifat kestabilan terhadap termal dari OLS yang dihasilkan, dengan analisa TGA (Thermal Gravimetry Analyser)
dan seberapa besar d-spacing yang tercapai, dengan analisa XRD (X-Ray Defractometer).
Kata Kunci: bentonit, nanofiller, organolayersilica (OLS), nanocomposite, d-spacing
1. Pendahuluan
Dalam 10 tahun terakhir penelitian di bidang nano
teknologi terus berkembang di berbagai macam bidang
aplikasi. Dalam pengembangan material polimer juga
telah banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan
material nanocomposite, dimana filler berukuran nano
terdispersi ke dalam system matriks polimer. Jenis nano
partikel yang banyak digunakan sebagai objek penelitian
dan sudah diproduksi secara komersil, terutama untuk
bidang polymer-nanocomposite, adalah tanah liat (clay)
atau disebut juga bentonit. Bentonit merupakan sumber
daya mineral yang melimpah terdapat di Indonesia.
Mineral bentonit memiliki diameter kurang dari 2 m
yang terdiri dari berbagai macam mineral phyllosilicate
yang mengandung silica, aluminium oksida dan hidrosida
yang dapat mengikat air. Bentonit memiliki struktur 3
layer yang terdiri dari 2 layer silika tetrahedron dan satu
layer sentral octahedral. Cadangan bentonit di Indonesia
cukup berlimpah sebesar 380 juta ton merupakan aset
potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Bentonit sendiri diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu natrium bentonit dan kalsium bentonit.
Natrium bentonit mengandung relatif lebih banyak ion
Na+ dibandingkan ion Ca2+ dan Mg2+. Bentonit ini dapat
mengembang hingga 8-15 kali apabila dicelupkan ke
dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam
air. Posisi pertukaran ion terutama diduduki oleh ion
natrium. Penggunaan utama bentonit adalah sebagai
49
Bentonit
mentah
SEM
XRD
KTK
Purifikasi
Bentonit
murni
SEM
KTK
Analisis
Data
Modifikasi
Organoclay
SEM
XRD
KTK
TGA
50
OLS-DTDAHigh24
Onset [oC]
Kandungan
Surfaktan [%]
288,28
36,97
268,85
50,04
51
dengan
waktu
d-spacing [nm]
1,49
3,12
3,36
2,28
2,26
4. Kesimpulan
Beberapa hal di bawah ini dapat disimpulkan dari
penelitian ini: (a) Rantai alkil yang lebih panjang dalam
surfaktan akan menghasilkan OLS dengan stabilitas panas
dan peningkatan d-spacing yang lebih baik, seperti halnya
pada surfaktan DTDA. (b) Konsentrasi surfaktan sebesar
1 KTK sudah memberikan hasil yang optimal dalam
pertukaran kation antara kation inorganik dari bentonit
dengan kation organik dari surfaktan. (c) Konsentrasi
surfaktan yang berlebih akan menurunkan stabilitas panas
OLS dan mengurangi peningkatan d-spacing. (d) Waktu
swelling (pengembangan) surfaktan yang optimal adalah
24 jam untuk menginitiate peningkatan d-spacing, agar
surfaktan bisa masuk ke dalam bentonit. (e) Konsentrasi
surfaktan 1 KTK dan waktu swelling 24 jam memberikan
hasil OLS yang lebih baik dibandingkan dengan
konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi dan waktu
swelling yang lebih lama.
Pada penelitian selanjutnya OLS ini akan
diaplikasikan dalam pembuatan nanocompsite dengan
menggunakan polipropilena sebagai matrix.
Referensi
[1] S. Limpanart, S. Kuthon, P. Taepaiboon, P.
Suphapol, T.Srikhirin, W. Udomkichdecha, Y.
Boontongkong, Mater. Lett. 59, 2292 (2005.
[2] S. Apiwantrakul, et. al., J. Polym. Sci. 95, 85
(2005).