24
Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X
25
Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
o
akuades kemudian disaring. Hasil C selama 11 jam sambil dialiri gas N2
penyaringan dikeringkan dalam oven dengan kecepatan alir 15 mL/menit. Hasil
selama 6 jam pada suhu 200 oC. Setelah kalsinasi diberi nama komposit besi oksida-
kering lempung tersebut digerus sampai montmorilonit. Lempung montmorilonit
halus dan diayak menggunakan pengayak dan komposit besi oksida-montmorilonit
100 mesh. Sampel lempung montmorilonit selanjutnya dikarakterisasi untuk
ditimbang sebanyak 10 g dan dilarutkan mengetahui perubahan sifat-sifat
dalam 500 mL akuabides (perbandingan 2 fisikokimianya. Jarak dasar d001,
%b/v). Larutan ini kemudian diaduk selama diidentifikasi dengan difraktometer sinar-X
24 jam pada temperatur kamar sehingga (XRD), luas permukaan spesifik, rerata
diperoleh suspensi lempung montmorilonit. jejari pori, volume total pori, dan distribusi
Setelah itu, dilakukan pembuatan larutan ukuran pori, dianalisis dengan Gas Sorption
oligomer besi. Sebanyak 108,12 g kristal Analyzer, morfologi permukaan
FeCl3.6H2O dilarutkan dalam 2000 mL dikarakterisasi dengan Scanning Electron
akuabides sambil diaduk dengan pengaduk Microscope (SEM). Sifat kimia yang
gelas sehingga diperoleh larutan 0,2 M, dan meliputi: serapan gugus fungsional,
selanjutnya dihidrolisis pada temperatur dianalisis menggunakan spektrofotometer
kamar dengan penambahan NaOH secara inframerah (FTIR), jumlah kandungan Fe,
perlahan sambil diaduk dengan cepat dianalisis dengan X-Rays Fluorescent
sampai pH larutan sekitar 2-2,5. Setelah Analyzer.
larutan homogen, pengadukan dihentikan.
Larutan oligomer besi yang diperoleh
selanjutnya didiamkan (aging) selama 24 HASIL DAN PEMBAHASAN
jam pada temperatur kamar.
Karakterisasi montmorilonit dan komposit
Interkalasi lempung montmorilonit dan besi oksida-montmorilonit
karakterisasi hasil
Pola difraksi sinar-X dari
Suspensi lempung montmorilonit montmorilonit dan komposit besi oksida-
ditambahkan ke dalam larutan oligomer montmorilonit ditampilkan pada
besi secara bertetes-tetes sampai habis difraktogram gambar 1. Refleksi
sambil diaduk dengan kuat. Pengadukan montmorilonit kering, pemanasan pada dan
diteruskan selama 24 jam pada temperatur di atas 200 oC (Gambar 1.A dan 1.B),
kamar, diperoleh perbandingan 40 mmol menunjukkan ciri khas mineral lempung
Fe/gram lempung (Rightor,dkk.,1991). montmorilonit, yaitu pada jarak dasar d001
Hasil interkalasi dicentrifuge selama 30 sekitar 12,0-15,0 Å (Goenadi,1982).
menit dengan kecepatan 2000 rpm. Refleksi yang melebar atau tidak ramping
Endapannya diambil dan dicuci dengan air menunjukkan bahwa kristalinitas mineral
bebas ion sambil disaring dengan penyaring lempung dalam bentonit alam kurang baik.
Buchner. Pencucian dilakukan berkali-kali Hal ini dapat terjadi karena pengaruh
untuk membebaskan ion Cl - . Keberadaan heterogenitas dari kation-kation terhidrat
ion Cl- dalam air saringan diuji dengan yang terdapat pada antarlapis lempung
larutan AgNO3 sampai tidak terdapat montmorilonit, yakni Na+, Ca2+, dan K+
endapan putih AgCl. Endapan hasil atau dapat dikatakan bahwa mineral
pencucian dikeringkan dalam oven pada lempung bentonit banyak campurannya.
temperatur 100 oC, setelah itu digerus dan Menurut West (1992), refleksi intensitas
diayak dengan pengayak 250 mesh, difraksi sinar-X mengindikasikan
kemudian dikalsinasi pada temperatur 200 kesempurnaan kristal dan kerapatan
26
Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X
27
Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
(a) (b)
4.5
4
Volume pori (mL/Å/g -03)
3.5
3
2.5 Montmorilonit
1
0.5
0
0 50 100 150 200
Jejari pori (Å)
Besarnya luas permukaan spesifik lempung 244 m2/g. Cool dan Vansant (1998)
montmorilonit setelah diinterkalasi dengan melaporkan bahwa luas permukaan lempung
besi oksida tidak jauh berbeda dengan montmorilonit terpilar besi oksida (Fe2O3)
laporan beberapa peneliti sebelumnya berada pada range 100-300 m2/g. Ding,
dengan kondisi preparasi yang berbeda- dkk.(2001) melaporkan peningkatan dari 50
beda. Rightor, dkk.(1991) memperoleh m2/g menjadi 109 m2/g untuk Fe-PILC.
kenaikan luas permukaan Fe-PILC sebesar Widihati (2002) mendapati kenaikan luas
28
Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X
permukaan spesifik untuk Fe-PILC200 pola adsorpsi isotermal BET tipe IV. Ding,
sebesar 170,54 m2/g. Luas permukaan yang dkk. (2001) menjelaskan tipe serapan
semakin besar menyebabkan serapan gas tersebut demikian, mula-mula gas teradsorb
nitrogen oleh komposit besi oksida- pada pori berukuran mikro, dan kemudian
montmorilonit juga semakin meningkat, teradsorb ke permukaan eksternal
dibandingkan dengan montmorilonit (mesopori). Karakteristik serapan gugus
sebelum dimodifikasi, seperti yang fungsional disajikan pada gambar 6 dan
ditunjukkan pada gambar 5. Kurva adsorpsi Tabel 2.
isotermal gas nitrogen cenderung mengikuti
25
Total Volume Pori (mL/Å/g e-03)
20 19,380
15
Montmorilonit
10,711
10,05
10 Komposit besi oksida-
montmorilonit
4,32
5
0,001 0,006
0
d ≤ 20 20 ≤ d ≤ 500 d ≥ 500
Diameter pori ( Å )
80
70
Montmorilonit
60
Volume( mL/g)
50 Komposit
besi oksida-
40 montmorilonit
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
P/Po
29
Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
a 1629.7
3433.1
Transmitansi (%)
1037.6
b 1624.0
3421.5
1043.4
30
Serly J.Sekewael ISSN 2085-014X
31
Indonesia Chimica Acta, ISSN 2085-014X
Vol. 1. No. 1, Desember 2008
32