Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA ZAT PADAT

PEMANFAATAN BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA

Disusun Oleh :

Annisa Permata Dinda NIM K1A016055

Wilda Rahmayanti Sihite NIM K1A016062

Azima Tuzahiroh NIM K1A016065

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

JURUSAN KIMIA

PURWOKERTO

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................. Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ................................................................ Error! Bookmark not defined.
1.2. Tujuan ............................................................................................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5
2.1. Bentonit ............................................................................................................................. 5
2.2. Jenis-jenis Bentonit ........................................................................................................... 5
2.3. Sifat Fisika dan Kimia ...................................................................................................... 6
2.4. Kegunaan Bentonit............................................................................................................ 7
BAB III METODE PERCOBAAN ................................................................................................. 8
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................................... 9
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. Error! Bookmark not defined.7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Bentonit dikenal sebagai jenis lempung yang
mempunyai kandungan mineral montmorillonit 85-90% bersifat lunak, memiliki berat jenis antara
1,7-2,7 gram/liter, mudah pecah, terasa berlemak dan mempunyai sifat mengembang apabila terkena
air (Grim, 1968). Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang termasuk dalam pilosilikat,
atau silikat berlapis. Keunikan sifat bentonit yaitu memiliki kemampuan untuk mengembang dan
membentuk koloid jika dimasukkan ke dalam air (Aviantari, 2008). Selain itu bentonit memiliki
kemampuan swelling yang cukup besar. Kemampuan swelling ini menjadikan bentonit sebagai
adsorben dengan kapasitas adsorpsi yang lebih besar dibanding adsorben yang lainnya. Prinsip
mengubah permukaan dan pori – pori bentonit adalah dengan melarutkan logam – logam yang
terdapat pada pori – pori menjadi lebih luas (Supeno, dan Sembiring, 2007).

Rumus kimia dari bentonit yaitu [Al67Mg0.33(Na0.33)]Si4O10(OH)2. Ciri-ciri dari bentonit


yaitu berwarna abu-abu, coklat muda agak putih, putih kekuningan, kilap lilin, bila diraba agak licin
seperti sabun, bila kering membentuk rekah-rekah, bila basah membentuk masa bubur. Kandungan
bentonit terdiri dari monmorilonite, illite, dan kuarsa dimana 85% dari kandungannya berupa
montmorilonit.
Gambar I. a. 1: struktur bentonit

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

 Na-bentonit – Swelling bentonite


Jenis mineral montmorilonit yang mempunyai lapisan partikel air tunggal (Single Water
Layer Particles) yang mengandung Na+ yang dapat dipertukarkan. Bentonit memiliki daya
mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi
beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan
basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur
tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran
diduduki oleh ion-ion sodium (Na+). Penggunaan yang utama adalah untuk lumpur (bor)
pembilas dalam kegiatan pemboran, pembuatan pellet biji besi, penyumbat kebocoran
bendungan/kolam.

Gambar I. a. 2: swelling dan non swelling bentonit


 Ca-bentonit - non swelling bentonite
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi
di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang
baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi
pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan
kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan
bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Tabel. Perbedaan Komposisi Na-Bentonit dan Ca-Bentonit (%)

Komposisi kimia Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)

SiO2 61,3-61,4 62,12

Al2O3 19,8 17,33

Fe2O3 3,9 5,3

CaO 0,6 3,68

MgO 1,3 3,3

Na2O 2,2 0,5

K2O 0,4 0,55

H2O 7,2 7,22

Aktivasi bentonit merupakan proses untuk meningkatkan karakter bentonit sehingga


diperoleh sifat yang diinginkan sesuai dengan pengguna-annya. Aktivasi secara kimia dapat
dilakukan dengan penambahan larutan asam ataupun basa. Pada umumnya asam yang digunakan
adalah asam sulfat dan asam klorida, sedangkan basa yang digunakan adalah NaOH. Aktivasi kimia
dengan menggunakan NaOH bertujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa
pengotor dan menghomogenkan ukuran pori-pori bentonit. Aktivasi bentonit menggunakan NaOH
menyebabkan pori-pori bentonit semakin besar dan sisi aktif permukaan bentonit semakin terbuka,
sehingga daya adsorpsi bentonit semakin meningkat (Sahirul, 2001).

Montmorillonit memiliki struktur ber-tingkat dan kapasitas pertukaran ion yang aktif di
bagian dasar. Oleh karena itu, strukturnya dapat diganti seperti struktur bagian dasar, yaitu dengan
penambahan asam agar terjadi penggantian ion-ion K+, Na+ dan Ca+2 dengan H+ dalam ruang
interlamelar, dan akan melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3 dan Mg+2 dari kisi strukturnya sehingga
lempung lebih aktif.

Aktivasi bentonit sangat dipengaruhi oleh konsentrasi asam. Biasanya dipakai asam
sulfat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sifat dasar, distribusi ukuran pori, keasaman, dan
nilai SiO2 atau Al2O3 dari endapan bentonit.

1.2 TUJUAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan bentonit sebagai adsorben.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pemanfaatan bentonit sebagai adsorben?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BENTONIT

Bentonit merupakan istilah dalam dunia perdagangan untuk clay yang mengandung
monmorillonit. Kandungan utama bentonit adalah mineral monmorilonit (80%) dengan rumus kimia
[Al l.67Mg 0.33 (Na0.33 )]Si4O10 (OH)2. Warnanya bervariasi dari putih ke kuning, sampai hijau
zaitun, coklat kebiruan. Bentonit berasal dari perubahan hidrotermal dari abu vulkanik yang
disimpan dalam berbagai air tawar (misalnya, danau alkali) dan cekungan laut (fosil laut yang
melimpah dan batu kapur), ditandai dengan energi pengendapan yang rendah oleh lingkungan dan
kondisi iklim sedang. Hamparan bentonit berkisar pada ketebalan dari beberapa sentimeter hingga
puluhan meter (sebagian 0,3-1,5 m) dan dapat lebih dalam lagi sampai ratusan kilometer. Bentonit
banyak terdapat secara luas di semua benua. Kandungan lain dalam bentonit merupakan pengotor
dari beberapa jenis mineral seperti kwarsa, ilit, kalsit, mika dan klorit (Utracki, et. al, 2004). Bentonit
dikenal dan dipasarkan dengan berbagai sinonim seperti sabun tanah liat, sabun mineral, wilkinite,
staylite, vol-clay, aquagel, ardmorite, dan refinite (Johnston, 1961).

2.2 JENIS-JENIS BENTONIT

Klasifikasi bentonit dibuat dengan terlebih dahulu menyelidiki karakteristik struktural seperti
komposisi kimia dan mineralogi, kapasitas tukar kation dan luas permukaan spesifik. Bentonit alam
baik natrium atau kalsium bentonit memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda. Berdasarkan jenisnya,
bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

2.2.1 Na-bentonit – Swelling bentonite (Tipe Wyoming)

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air,
dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau krem,
pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan Universitas Sumatera Utara berwarna
mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak
dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ionion sodium (Na+ ). Kandungan Na2O dalam
natrium bentonit umumnya lebih besar dari 2%. Karena sifatsifat tersebut maka mineral ini sering
dipergunakan untuk lumpur pemboran, penyumbat kebocoran bendungan pada teknik sipil, bahan
pencampur pembuatan cat, bahan baku farmasi, dan perekat pasir cetak pada industri pengecoran
logam.

2.2.2 Ca-bentonit – non swelling bentonite

Ca-bentonit ditandai dengan kemampuan penyerapan air dan kemampuan mengembang yang
rendah dan tidak mampu untuk tetap tersuspensi dalam air. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion
kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru,
kuning, merah dan coklat. Bentonit jenis ini sangat baik digunakan sebagai lempung pemucat warna
pada minyak kelapa (Porta, 2010 dan Supeno, 2009).

2.3 SIFAT FISIKA DAN KIMIA

Bentonit Sifat–sifat fisika bentonit antara lain berkilap lilin, umumnya lunak dan plastis,
berwarna pucat dengan kenampakan putih, hijau muda, kelabu hingga merah muda dalam keaadaan
segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah coklat hingga
hitam. Bila diraba terasa licin seperti sabun. Bila dimasukkan ke dalam air, akan menyerap air,
sedikit atau banyak, bila kena air hujan bentonit dapat berubah menjadi bubur dan bila kering akan
menimbulkan rekahan yang nyata. Sifat fisik lainnya berupa massa jenis 2,2-2,8 g/L; indeks bias
1,547-1,557; dan titik lebur 1330-1430 oC (Johnstone, 1961).

Struktur bangun lembaran bentonit terdiri dari 2 lapisan tetrahedral yang disusun unsur utama
Silika (O, OH) yang mengapit satu lapisan oktahedral yang disusun oleh unsur M (O,OH) (M = Al,
Mg, Fe) yang ditunjukkan pada Gambar 2. 1 yang disebut juga mineral tipe 2:1. Ruang dalam
lembaran ini dapat menyusun hampir 85 % dari bentonit (Ray, 2003, Utracki, 2004).

Struktur utama bentonit selalu bermuatan negatif walaupun pada lapisan oktahedral ada
kelebihan muatan positif yang akan dikompensasi oleh kekurangan muatan positif pada lapisan
oktahedral. Hal ini terjadi karena terjadinya substitusi isomorfik ion-ion, yaitu pada lapisan
tetrahedral terjadi substitusi ion Si 4+ oleh Al 3+ , sedangkan lapisan oktahedral terjadi substitusi ion
Al 3+ oleh Mg 2+ dan Fe 2+. Ruang dalam lapisan bentonit dapat mengembang dan diisi oleh
molekul-molekul air dan kation-kation lain (Alexandre dan Dubois, 2000).

Montmorilonit umumnya berukuran sangat halus, sedangkan komponenkomponen dalam


lapisan tidak terikat kuat. Jika mengadakan persentuhan dengan air, maka ruang di antara lapisan
mineral mengembang, menyebabkan volume clay dapat berlipat ganda. Terdapat tanda bahwa jarak
dasar (basal spacing) montmorilonit meningkat secara seragam jika terjadi penyerapan air. Beberapa
peneliti mencatat bahwa meningkatnya jarak dasar dapat berlangsung perlahan-lahan, yaitu pertanda
pembentukan kulit hidrasi di sekeliling kation-kation yang terdapat di antara lapisan. Tingginya daya
mengembang atau mengerut dari montmorilonit menjadi alasan kuat mengapa mineral ini dapat
menyerap dan memfiksasi ion-ion logam dan persenyawaan organik

Dari keanekaragaman jenis lempung, montmorilonit ditemukan dalam bentuk tanah


kebanyakan. Tingginya daya plastis, mengembang dan mengkerut, mineral ini menyebabkan tanah
menjadi plastis jika basah dan keras jika kering. Retakan-retakan pada permukaan tanah akan terlihat
jika permukaan tanah mongering

2.4 KEGUNAAN BENTONIT

Bentonit terutama digunakan dalam dalam pengecoran pasir, lumpur bor, pengecoran logam,
absorben, sebagai campuran berbagai komposit, bahan makanan untuk unggas dan hewan peliharaan,
penjernihan, pembuatan makanan, kosmetik dan obat-obatan. Bentonit telah digunakan untuk
penjernihan cairan (terutama anggur putih dan jus). Bentonit juga merupakan adsorben yang paling
banyak digunakan, juga berfungsi sebagai zat pemutih (bleaching) dan katalis. Sekitar 6 juta ton
bentonit diproduksi setiap tahunnya (Utracki, 2004).
BAB III

METODE PERCOBAAN

Pemanfaatan bentonit teknis sebagai adsorben zat warna dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu :

1. Variasi konsentrasi methylene blue terhadap kemampuan adsorpsi bentonit


Menimbang bentonit sebanyak 0,005 gram. Kemudian masing–masing ditambahkan 30 ml zat
warna methylene blue dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100, 120 mg/L. Larutan kemudian
diaduk dalam waktu 30 menit menggunakan shaker dengan kecepatan 120 rpm, lalu didiamkan 10
menit dan dipipet 15 ml kemudian disentrifuge dan filtratnya diambil untuk dianalisis
Spektrofotometer UV-Vis.
2. Variasi konsentrasi naftol terhadap kemampuan adsorpsi bentonit
Menimbang bentonit sebanyak 0,005 gram. Kemudian ditambahkan 30 ml zat warna naftol
dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100, 120 mg/L. Diaduk dalam waktu 30 menit menggunakan
shaker dengan kecepatan 120 rpm, lalu didiamkan 10 menit dan dipipet 15 ml kemudian
disentrifuge dan filtratnya diambil untuk dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.
3. Variasi konsentrasi campuran methylene blue dan naftol terhadap kemampuan adsorpsi
bentonit
Menimbang bentonit sebanyak 0,005 gram. Kemudian masing – masing ditambahkan 15 ml zat
warna naftol dan 15 ml zat warna methylene blue dengan perbandingan konsentrasi 1:1 yaitu 20,
40 dan 60 mg/L. Diaduk dalam waktu 30 menit menggunakan shaker dengan kecepatan 120 rpm,
lalu didiamkan 10 menit dan dipipet 15 ml kemudian disentrifuge dan filtratnya dianalisis
Spektrofotometer UV-Vis.
BAB IV

PEMBAHASAN

Bentonit adalah istilah untuk lempung yang terdiri atas mineral monmorilonit sebagai
kandungan utamanya. Kandungan monmorilonit pada bentonit berkisar antar 70-80%. Oleh karena
itu bentonit sering disebut sebagai nama dagang dari monmorilonit. Selain monmorilonit,
kandungan mineral lain dalam bentonit antara lain berupa mineral kaolinit, illit, kuarsa, plagioklas,
kristobalit, dan sebagainya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara,2005).

Bentonit merupakan lempung dari golongan smektit yang memiliki rumus kimia
(OH)4Si8Al4O20.xH2O. Struktur atom monmorilonit terdiri atas lapisan oktahedral dari alumina
yang diapit oleh lapisan tetrahedral silika. Pada lapisan tetrahedral, terjadi substistusi isomorfik
antara Si4+ dengan Al3+., sedangkan pada bagian oktahedral Al dapat disubstitusikan oleh Fe atau
Mg. Substitusi isomorfik yang terjadi pada lapisan tetrahedral maupun pada lapisan oktahedral
menyebabkan monmorilonit relatif bermuatan negatif dan muatan dari monmorilonit ini akan
distabilkan oleh kation yang terdapat di bagian interlayer (Díaz, 2001, Alemdar et al., 2005).

Gambar 4.1. Struktur Monmorilonit (Othmer, 2005)


Kation yang biasanya dipertukarkan pada permukaan monmorilonit khususnya
adalah Na+ dan Ca2+. Adanya kation yang dapat dipertukarkan ini memungkinkan bentonit
memisahkan logam berat dari air, juga memisahkan senyawa organik kationik melalui
mekanisme pertukaran ion. Reaksi pertukaran ion ini bersifat stoikiometri. Selain kation
anorganik, kation organik juga ternyata mampu dipertukarkan menggantikan kation
anorganik. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa adanya kation organik
menyebabkan kinerja bentonit meningkat terutama sebagai adsorben senyawa-senyawa
organik (Groisman et.al., 2002, Patimah, 2006, Aldiantono, 2009).

Berdasarkan kandungan aluminium silikat hidrat bentonit dibagi menjadi 2


golongan, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang
kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau
pembersih bahan wool dari lemak. Sedangkan berdasarkan tipenya,bentonit dibagi
menjadi dua, yaitu tipe Wyoming (Na-bentonit/Swelling bentonite) dan Mg atau Ca-
bentonit (non swelling bentonite).

Tipe Wyoming (Na-bentonit–Swelling bentonite) memi liki daya mengembang


hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa
waktu di dalam air. Dalam keadaan kering Na-bentonit berwarna putih atau cream, pada
keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal
Na-bentonit mempunyai pH: 8,5-9,8 dan tidak dapat diaktifkan, karena posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

Tipe yang kedua adalah Mg atau Ca-bentonit (non swelling bentonite). Tipe
bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi
di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap
yang baik. Suspensi koloidal Ca-bentonit memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih
banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat
rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit
dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu. Di Indonesia,
Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi untuk pengambilan bentonit
adalah di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Sedangkan indikasi
endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005).
Komposisi kimia bentonit secara umum ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi kimia bentonit

Senyawa %

SiO2 66,00

Al2O3 16,40

Fe2O3 9,26

CaO 1,44

MgO 2,72

TiO2 0,90

Na2O 2,34

Lain-lain 0,94

(Correa, Karen S.M. et al., 2007)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imam Fathoni dan Rusmini (2016) dalam
judul Pemanfaatan Bentonit Teknis Sebagai Adsorben Zat Warna menghasilkan data
sebagai berikut:
I. Variasi konsentrasi methylene blue terhadap kemampuan adsorpsi bentonit

Penentuan konsentrasi terbaik dikaji dengan cara 0,005 gram bentonit dengan
volume 30 ml larutan methylene blue secara teoritis yaitu 20, 40, 60, 80, 100 dan 120
mg/L. Filtrat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ
663,7 nm. Data hasil adsorpsi bentonit terhadap methylene blue pada berbagai variasi
ditunjukkan pada gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Hubungan variasi konsentrasi

methylene blue dengan konsentrasi teradsorpsi

Gambar 2. Hubungan variasi konsentrasi

methylene blue dengan daya adsorpsi

Berdasarkan pada gambar 1 dan 2, menunjukkan bahwa adsorpsi meningkat


dengan seiring kenaikan konsentrasi awal methylene blue. Tampak bahwa adanya
konsentrasi teradsorpsi yang cenderung konstan dengan adanya konsentrasi yang semakin
tinggi. Hal ini sesuai dengan persamaan Langmuir bahwa seiring bertambahnya
konsentrasi maka adsorben akan setimbang atau jenuh.
Adsorpsi oleh bentonit menunjukkan adsorpsi yang meningkat pada konsentrasi
20-80 mg/L sedangkan pada konsentrasi 100-120 mg/L adsorpsi cenderung setimbang
bahkan turun. Proses adsorpsi pada bentonit berlangsung dan mencapai daya serap
terbaik pada konsentrasi 80 mg/L dengan konsentrasi teradsorpsi sebesar 66,283 mg/L
dan daya adsorpsi sebesar 397,698 mg/g.

II. Variasi konsentrasi naftol terhadap kemampuan adsorpsi bentonit

Pada penentuan konsentrasi naftol terbaik dikaji dengan cara 0,005 gram bentonit
dengan volume 30 ml larutan naftol teoritis 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 mg/L. Filtrat
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 594,5 nm.
Data hasil adsorpsi bentonit terhadap naftol pada berbagai variasi ditunjukkan pada
gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Hubungan variasi konsentrasi naftol dengan konsentrasi teradsorpsi

Gambar 4. Hubungan variasi konsentrasi naftol dengan daya adsorpsi

Berdasarkan pada gambar 3 dan 4, menunjukkan bahwa adsorpsi meningkat


dengan seiring kenaikan konsentrasi awal naftol. Tampak bahwa adanya konsentrasi
teradsorpsi yang cenderung konstan dengan adanya konsentrasi yang semakin tinggi. Hal
ini sesuai dengan persamaan Langmuir bahwa seiring bertambahnya konsentrasi maka
adsorben akan setimbang atau jenuh.

Adsorpsi oleh bentonit menunjukkan adsorpsi meningkat pada konsentrasi 20-80


mg/L sedangkan pada konsentrasi 100-120 mg/L adsorpsi cenderung konstan bahkan
turun. Proses adsorpsi mencapai daya serap terbaik pada konsentrasi 80 mg/L dengan
konsentrasi teradsorpsi sebesar 62,071 mg/L dan daya adsorpsi sebesar 372,426 mg/g.

III. Variasi konsentrasi campuran methylene blue dan naftol terhadap kemampuan
adsorpsi bentonit

Penentuan konsentrasi campuran dikaji dengan cara 0,005 gram bentonit dengan
volume masing-masing larutan methylene blue dan naftol 15 ml dengan variasi
konsentrasi methylene blue dan naftol 20, 40, dan 60 mg/L. Filtrat selanjutnya diukur
absorbansinya dapat menggunakan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang methylene blue 663,7 nm dan naftol 594,5 nm. Hasil adsorpsi menggunakan
bentonit pada larutan campuran ditunjukkan pada gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Hubungan variasi konsentrasi MB dan naftol dengan konsentrasi teradsorpsi

Gambar 6. Hubungan variasi konsentrasi MB dan naftol dengan daya adsorpsi

Berdasarkan pada gambar 5 dan 6 adsorpsi oleh bentonit menunjukkan daya serap
semakin meningkat. Pada konsentrasi mula-mula 20-60 mg/L proses adsorpsi mencapai
daya serap terbaik pada konsentrasi 60 mg/L dengan konsentrasi teradsorpsi methylene
blue dan naftol masing-masing sebesar 56,119 mg/L dan 50,295 mg/L dengan daya
adsorpsi sebesar 336,716 mg/g dan 301,770 mg/g

Pada adsorpsi kompetitif larutan campuran dapat dilihat bahwa bentonit mampu
menyerap methylene blue lebih besar dibandingkan dengan naftol. Hal tersebut dapat
dilihat dari gambar 5 dan 6 bahwa semakin besar konsentrasi larutan campuran keduanya
maka semakin besar konsentrasi yang teradsorpsi. Terserapnya naftol lebih kecil
dibandingkan methylene blue karena larutan naftol lebih kompleks dibandingkan dengan
methylene blue.

Gambar 7. Reaksi Pembentukan Garam Naftolat

Gambar 8. Reaksi Pembentukan Naftol.


BAB V

KESIMPULAN

1. Konsentrasi teradsorpsi methylene blue dan naftol pada konsentrasi 20 mg/L


sampai 80 mg/L mengalami peningkatan sementara itu pada konsentrasi 100
mg/L sampai 120 mg/L mengalami kesetimbangan. Sedangkan konsentrasi
teradsorpsi campuran pada 20-60 mg/L mengalami kenaikan.

2. Konsentrasi teradsorpsi terbaik methylene blue oleh bentonit sebesar 66,283


mg/L dengan daya adsorpsi sebesar 397,698 mg/g. Konsentrasi teradsorpsi
terbaik naftol oleh bentonit sebesar 62,071 mg/L dengan daya adsorpsi
sebesar 372,426 mg/g. Konsentrasi teradsorpsi terbaik campuran oleh
bentonit pada tiga titik konsentrasi mula-mula 20-60 mg/L didapatkan untuk
methylene blue sebesar 56,119 mg/L dengan daya adsorpsi 336,714 mg/g
sedangkan pada naftol didapatkan 50,295 mg/L dengan daya adsorpsi
301,770 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan dan Bahan Tambahan


Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Suhernadi, A., Wardhani, S., dan Purwonugroho, D . 2014. Studi Pengaruh


Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2) Terhadap Degradasi Methylene
BlueMenggunakan Fotokatalis TiO2-Bentonit. Jurnal Kimia, Vol.2, hal. 569-575,
Universitas Brawijaya Malang.

S Bath, D., M Sireger, J., dan Lubis, M. 2012. Penggunaan Tanah Bentonit
Sebagai Adsorben Logam Cu. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.1 No.1.

Koestiari, T., Muji, H., Amirudin, P dan Effendy. 2012. Karakterisasi Bentonit
Teknis Sebagai Adsorben Indigo Biru. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 19,
No. 3, hal. 247-254.

Grim, R.E. 1968. Clay Mineralogy. New York, Toronto, London, Sydney.

Cheremisinoff, N. 2000. Adsorption, Handbook of Chemical Processing


Equipment. Butterworth-Heinemann Publisher, 276.

Wigati. 1998. Karakteristika Pertukaran Kation Fe(III) pada Bentonit. Skripsi.


Surabaya: Universitas Airlangga.

Farouq, F.A. 2009. Sintesis dan Karakterisasi ZnO-Bentonit Serta Aplikasinya


Sebagai Fotokatalis. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Rahma Wulan, R. 2012. Modifikasi Bentonit Terpilar Al Menggunakan Poli


(Dialildimetilamonium) dan Polistiren Sulfonat Sebagai Adsorben Ion Co(II)
Dalam Limbah Cair. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai