'Dokumen - Tips Produktivitas-Omax PDF
'Dokumen - Tips Produktivitas-Omax PDF
PENDAHULUAN
2
tidak langsung) dan modal atau kapital berupa mesin, lintasan produksi, peralatan kerja,
bahan baku, layout bangunan pabrik, dan lain-lain yang dikelola dengan suatu cara yang
terorganisir untuk mewujudkan barang atau jasa secara efektif, efisien dan berkualitas.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka kita akan selalu berusaha
memanfaatkan semua sumber daya tersebut untuk mewujudkan sesuatu secara
maksimal dengan memadukan sumber dan hasil yang optimal dan efisien. Di samping
modal dan sumber produksi lainnya, tenaga manusia adalah sumber daya yang harus
dimanfaatkan secara penuh dan terarah. Seorang tenaga kerja dianggap bekerja dengan
produktif dan efisien jika ia telah menunjukan output kerja yang setidaknya dapat
mencapai ketentuan minimal dan tidak mempunyai waktu mengangur yang besar.
Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara normal dan
diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula. Waktu kerja disini adalah suatu
ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian
mengenai perangcangan lintas perakitan yang efisien. Masukan yang berupa waktu ini
dapat diteliti dan diperoleh dengan cara melaksanakan studi mengenai tata cara dan
pengukuran waktu kerja atau pengukuran waktu baku. Untuk mendapatkan suatu
lintasan produksi yang efisien dapat dilihat dari efisiensi lintasan perakitan yang besar,
jumlah waktu menganggur operator yang sedikit dan selisih beban kerja operator yang
sedikit .
Pada kasus ini, peneliti mencoba memperbaiki lintasan lini perakitan transmisi
type SL 415 pada PT. X yang sudah ada dengan merancang suatu lintasan dan
perencanaan tenaga kerja yang baru yang lebih efisien dan optimal sehingga dapat
mengurangi waktu menganggur operator dan mengurangi beban kerja operator yang
berlebih.
3
1.2 Pokok Permasalahan
Dalam mencapai tingkat produktifitas yang tinggi dan memenuhi target produksi
di lini perakitan transmisi type SL 415 diperlukan adanya lintasan perakitan yang
efisien. Dalam hal ini peneliti mencoba memperbaiki lintasan perakitan yang sudah ada
dengan merancang lintasan perakitan yang baru yang lebih efisien sehingga dapat
mengurangi waktu menganggur operator dan mengurangi beban kerja operator yang
berlebih.
Menghitung waktu baku pada proses perakitan transmisi type SL 415 pada PT. X
Memperbaiki dan merancang lintasan perakitan transmisi type SL 415 yang baru
yang lebih efisien.
Ruang lingkup yang diamati hanya pada lintasan perakitan transmisi type SL 415.
4
1.5 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian dan analisis melalui
beberapa tahap yaitu :
Wawancara langsung dengan pimpinan lini perakitan transmisi type SL 415 dan
karyawan yang berhubungan dengan perhitungan dalam menentukan waktu baku
untuk setiap operasi yang ada.
Dengan mencari data yang bersifat teori kemudian membandingkannya dengan yang
ada dilapangan.
Pengamatan langsung sebagai data primer yang isinya berupa waktu perakitan
transmisi type SL 415.
5
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan
penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
7
Manfaat dari waktu standar adalah:
1. Untuk menetukan jadwal dan perencanaan kerja.
2. Untuk menetukan standar biaya dalam mempersiapkan anggaran.
3. Untuk memperkirakan biaya sebuah produk sebelum diproduksi, agar dapat
mempersiapkan penawaran dan menentukan harga jual.
4. Untuk menentukan pemanfaatan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan
seorang operator dan membantu dalam menyeimbangkan lintasan produksi.
5. Untuk menentukan standar waktu yang dapat dijadikan dasar dalam pemberian upah
perangsang bagi pekerja langsung dan tidak langsung.
6. Untuk menentukan standar waktu sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja.
2.1.2
Pengukuran Waktu
Teknik pengukuran waktu terbagi 2 macam, yaitu:
1. Cara Langsung
Pengukuran waktu ini dilakukan secara langsung ditempat kerja. Cara ini terbagi
lagi menjadi 2 metode, yaitu:
a. Metode jam henti
b. Metode sampling pekerjaan
8
Dalam hal ini, pembahasan akan dilakukan dengan teknik pengukuran waktu
secara langsung dengan menggunakan metode jam henti.
2.1.3
alat pengukur waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu aktivitas yang diamati
(actual time). Waktu yang berhenti diukur dan dicatat kemudian dimodifikasikan
dengan mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan
kelonggaran waktu (allowances time) Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
melakukan pengukuran waktu dengan jam henti adalah sebagai berikut :
3. Memilih operator
Operator yang akan diukur dalam melakukan pekerjaannya hendaknya seorang
yang berkemampuan normal. Jadi, operator yang dipilih adalah operator yang bekerja
secara wajar dan berkemampuan rata-rata.
9
4. Menguraikan pekerjaan berdasarkan elemen pekerjaan
Pekerjaan yang hendak diukur waktunya dibagi bagi menjadi elemen elemen
kerja dengan batas yang jelas. Penguraian ini dilakukan jika diperlukan dan tergantung
dari tujuan yang diinginkan sehingga waktu siklus pekerjaan adalah penjumlahan dari
waktu siklus elemen elemen kerjanya.
10
Langkah langkah dalam uji keseragaman data adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokkan data kedalam subgrup subgrup
Waktu penyelesaian
Subgrup
X1
1
2
3
X
X2
X3
X11 X12
X21 X22
X31 X32
X
X
X13
X23
X33
X
Xn
X1n
X2n
X3n
Xki
Jumlah
Xn
n
(X
N 1
x =
BKA = X + 3x
BKB = X 3x
11
g. Menghitung uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 10% dan keyakinan 95%.
Z N ( X 2 ) ( X )2
S
i i
'
N =
Xi
12
Ketidakwajaran harus diketahui oleh pengukuran dan juga pengukuran harus
mampu menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Penilaian perlu diadakan karena
berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan.
Biasanya penyelesaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata rata
atau waktu elemen rata rata dengan suatu harga p yang disebut dengan faktor
penyesuaian.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat),
maka harga p akan lebih besar dari 1 ( p > 1 ), tetapi bila operator dipandang bekerja
normal maka harga p sama dengan 1 ( p = 1 ).
Ada beberapa cara menentukan faktor penyesuaian, antara lain adalah :
1.
Presentase
Cara presentase ini merupakan cara paling awal digunakan dalam melakukan
penyesuain. Disini faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukuran,
pengukur tadi menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan
waktu normal. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan paling sederhana
dalam menentukan faktor penyesuaian namun segera terlihat adanya ketidak telitian
akibat dari kasarnya penelitian.
2. Shumard
Pada cara Shumard penyesuaian ditentukan dengan memberikan patokanpatokan penilaian melalui kelas performa kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai
sendiri-sendiri. Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performa kerja
operator menurut kelas-kelas seperti superfast-, fast+, fast, fast-, excellent dan
seterusnya.
13
3. Westinghouse
Pada penelitian ini digunakan cara Westinghouse karena pada cara ini faktor
penyesuaian lebih diarahkan pada empat faktor yang dianggap menentukan
kewajaran atau ketidak wajaran dalam bekerja. Keempat faktor ini adalah
keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Untuk penyesuaian maka dibagi
dalam enam kelas yaitu super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill
dan poor skill.
Angka angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor faktor diatas
diperhatikan pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1
Penyesuaian menurut Westinghouse
Faktor
Ketrampilan
Kelas
Superskil
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
Usaha
Excessive
Excelent
Good
Average
Fair
Poor
Kondisi Kerja
Ideal
Excellenty
Good
Average
Lambang
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
Penyesuaian
+0,15
+0,13
+0,11
+0,08
+0,06
+0,03
0,00
-0,05
-0,10
-0,16
-0,22
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
+0,13
+0,12
+0,10
+0,08
+0,05
+0,02
0,00
-0,04
-0,08
-0,12
-0,17
A
B
C
D
+0,06
+0,04
+0,02
0,00
14
Konsistensi
Fair
Poor
E
F
-0,03
-0,07
Perfect
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+0,04
+0,03
+0,01
0,00
-0,02
-0,04
2.2.2 Kelonggaran
Kelonggaran waktu (allowances time) merupakan sejumlah waktu yang harus
ditambahkan dalam waktu normal (normal time) untuk mengantisipasi terhadap
kebutuhan kebutuhan waktu guna melepaskan lelah ( fatique ), kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat pribadi (personal needs) dan kondisi kondisi menunggu/menganggur
baik yang bisa dihindarkan ataupun tidak bisa dihindarkan (avoidable or unavoidable
delay).
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang
15
selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya setelah
pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
karakteristik
sendiri-sendiri
dengan
tuntutan
yang
berbeda-beda.
Kelonggaran untuk kebutuhaan pribadi bagi wanita adalah 5% dan bagi pria 2,5%.
16
Tabel 2.2
Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh
Faktor
A. Tenaga yang dikeluarkan
1.Dapat diabaikan
2.Sangat ringan
3.Ringan
4.Sedang
5.Berat
6.Sangat berat
7. Luar biasa berat
B. Sikap kerja
1.Duduk
2.Berdiri diatas dua kaki
3.Berdiri diatas satu kaki
4.Berbaring
5.Membungkuk
C. Gerakan kerja
1.Normal
2.Agak terbatas
3.Sulit
4.Pada anggota badan terbatas
5.Seluruh anggota badan terbatas
D. Kelelahan mata
1.pandangan yang terputus-putus
2.Pandangan yang hampir terus
menerus
3.Pandangan yang terus menerus
dengan fokus berubah-ubah
4.Pandangan yang terus menerus
dengan fokus tetap
E. Keadaan temperatur
tempat kerja
1.Beku
2.Rendah
3.Sedang
4.Normal
5.Tinggi
6.Sangat tinggi
Kelonggaran
Pria
0,0-6,0
6,0-7,5
7,5-12,0
12,0-19,0
19,0-30,0
30,0-50,0
wanita
0,0-6,0
6,0-7,5
7,5-16,0
16,0-30,0
0,00-1,0
1,0-2,5
2,5-4,0
2,5-4,0
4,0-10
0
0-5
0-5
5-10
10-15
Pencahayaan
baik
0,0-6,0
6,0-7,5
Buruk
0,0-6,0
6,0-7,5
7,5-12,0
7,5-16,0
19,0-30,0
16,0-30,0
Temperatur
Dibawah 0
0-13
13-22
22-28
28-38
Diatas-38
Kelemahan
normal
diatas 10
10-0
5-0
0-5
5-40
diatas 40
Berlebihan
diatas 12
12-5
8-0
0-8
8-100
diatas 100
17
F. Keadaan atmosfer
1.Baik
2.Cukup
3.Kurang baik
4.Buruk
0
0-5
5-10
10-20
0
0-1
0-5
0-5
5-10
5-15
18
4. Menghitung faktor kelonggaran :
Faktor kelonggaran = k
5. Menghitung waktu standar (Wb):
Waktu standar = Waktu normal x ( 1 + kelonggaran)
Wb = Wn (1 + k )
Disini main assembly line akan disuplay dari sejumlah sub assembly line atau
part line.
Sub assembly line ini berada pada sisi sisi yang sama.
Gambar 2.1
Combination Assembly Line Pattern
Pada assembly line pattern, sub assembly line akan berada dua sisi dari main
assembly line.
Hal ini dirasakan cukup bermanfaat karena akan dapat diperkecil lintasan dari
main assembly line.
19
-
Gambar 2.2
Tree Assembly Line Pattern
Pola ini kelihatan lebih tidak teratur dibandingkan dengan combination atau tree
assembly line pattern.
Gambar 2.3
Dendretic assembly Line Pattern
Sebenarnya pola ini bukanlah merupakan suatu assembly line pattern, akan
tetapi lebih merupakan sejumlah pattern yang sama atau tidak sama yang
terletak pada tingkat /lantai yang berlainan.
20
Gambar 2.4
Overhead assembly Line Pattern
01
02
03
elemen.
3. Notasi waktu yaitu angka yang menunjukkan berapa lama elemen dikerjakan.
15
01
21
2.6 Keseimbangan Lini Perakitan
Keseimbangan lini perakitan adalah suatu keseimbangan dari lini perakitan
dimana terdapat pembebanan tugas yang sama pada tiap stasiun kerja. Keseimbangan
lini perakitan dapat dikatakan seimbang jika setiap stasiun kerja dapat memberikan
keluaran untuk stasiun kerja lainnya dalam kecepatan waktu yang relatif sama.
Persoalan dalam keseimbangan lintasan berawal dari lintasan proses produksi
massal, dimana tugas-tugas yang dibutuhkan dalam proses produksi harus dibagi kepada
seluruh pekerja agar usaha pekerja merata dan jumlah pekerja dapat diminimumkan
untuk mempertahankan laju produksi yang diharapkan.
Dengan demikian, masalah keseimbangan lintasan perakitan adalah bagaimana
agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan beban kerja yang sama pada setiap
stasiun kerja, sehingga menghasilkan keluaran yang sama persatuan waktu.
22
3. Stasiun kerja berjumlah minimum.
23
a. Metode Helgesson Birnie
Disebut juga metode rangked positional weight (metode peringkat bobot posisi).
b. Metode Region Approach
Dasarnya adalah opc yang ditransformasikan menjadi precedence diagram
c. Metode Largest Candidate Rules
Prinsip dasarnya adalah menghubungkan proses-proses atas dasar pengurutan
operasi dari waktu proses terbesar.
24
e. Pilihlah tugas dengan bobot terbesar dan tempatkan pada stasiun pertama.
f. Lanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang memiliki bobot
posisinya tertinggi hingga ke yang terendah ke dalam stasiun kerja.
g. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu dalam hal ini waktu
stasiun kerja melebihi waktu siklus, tukar atau ganti dengan elemen kerja yang
ada dalam stasiun kerja tersebut ke dalam stasiun kerja berikutnya selama tidak
menyalahi precedence diagram.
h. Ulangi langkah ke-f dan ke-g diatas sampai seluruh elemen pekerjaan sudah
ditempatkan ke dalam stasiun kerja .
2.7.2
perbaikan Helgesson-Birnie oleh Mansoor dimana dijamin memberikan hasil yang optimal.
Pendekatan ini melibatkan pertukaran antara pekerjaan setelah keseimbangan mula-mula
diperoleh. Pendekatan ini tidak layak untuk jaringan yang besar serta kombinasi pekerjaan
yang dapat dipertukarkan yang kaku.
Langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Buatlah precedence diagram dalam suatu kolom vertikal dimana setiap elemen tugas
dari urutan yang identik diletakkan dalam satu kolom.
b. Daftar elemen sesuai dengan urutan kolomnya, kolom I pada bagian atas daftar, jika
ada elemen yang dapat ditempatkan dalam lebih satu kolom, tulis semua kolom yang
mungkin ditempatinya dalam daftar.
c. Tempatkan elemen-elemen dalam stasiun kerja mulai dengan elemen-elemen kolom,
teruskan prosedur penempatan dalam urutan kolom sampai waktu siklus dicapai,
25
prosedur penempatan dilakukan sampai semua elemen di alokasikan ke dalam stasiunstasiun kerja.
Wi
x100%
WS
2. Efisiensi Lintasan
n
Efisiensi lintasan =
W
i 1
n Ws
x100%
26
3. Waktu Menganggur
Waktu menganggur = Ws Wi
4. Total Waktu Menganggur
n
Dimana : n
Ws
Wi
= 1,2,3,4,,n
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
yaitu dengan mengumpulkan data-data dan informasi berbagai sumber yang berkaitan,
dimana penelitian tugas akhir bertujuan untuk mendapatkan efesiensi lini perakitan yang
lebih efisien. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pada bab ini akan diuraikan
langkah-langkah metode penelitian antara lain :
1. Penelitian Pendahuluan
2. Studi Pustaka
3. Perumusan Masalah
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
6. Hasil dan Analisa
7. Kesimpulan dan Saran
27
28
pengamatan awal secara keseluruhan guna memdapatkan informasi tentang masalah
yang sering terjadi didalam perusahaan yang sedang diamati. Sebab-sebab terjadinya
masalah, bagian atau departemen-departemen mana saja yang berpengaruh besar dengan
masalah tersebut dengna teori yang didapat penulis dari bangku kuliah.
29
pernah diketahui sebelumnya maka harus diadakan pengukuran-pengukuran. Dengan
demikian diperoleh jawaban yang pasti, beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan antara lain :
a. Menetapkan tujuan pengukuran waktu
Hasil ini yaitu untuk mendapatkan waktu baku yang digunakan sebagai
dasar menentukan efisiensi lini perakitan dalam lintasan perakitan transmisi type
SL 415 pada PT. X. Dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%
yang digunakan dalam penelitian ini, dimana tingkat ketelitian menunjukan
penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu sebenarnya, sedangkan
tingkat keyakinan menunujukan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil
yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
b. Menyiapkan alat-alat pengukuran, antara lain:
Lembaran-lembaran pengamatan
Alat-alat tulis
30
31
3.5.2 Pengujian Kecukupan Data
Setelah data-data seragam, maka dilakukan pengujian kecukupan data dengan
menghitung nilai N yaitu jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan kemudian nilai
N ini dibandingkan dengan N, yaitu jumlah pengamatan yang telah dilakukan.
Dimana data dikatakan cukup jika hasil perbandingan menunjukan nilai N< N,
tetapi jika N> N, maka perlu diadakan pengukuran tahap kedua untuk mendapatkan
sejumlah data lagi. Kemudian kembali dilakukan pengujian keseragaman data dan
kecukupan data sampai didapat nilai N< N.
32
3.5.4 Perhitungan Efisiensi Stasiun Kerja Kondisi Awal Lintasan Perakitan
Setelah mendapatkan waktu baku untuk seluruh elemen pekerjaan maka langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan efisiensi lintasan pada kondisi awal.
Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan efisiensi ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung efisiensi per stasiun kerja.
2. Menghitung waktu menganggur per stasiun kerja.
3. Menghitung jumlah keseluruhan efisiensi dan waktu menganggur per stasiun
kerja.
33
3.6
3.7
Kesimpulan diperoleh dari bab sebelumnya dan dapat disarankan pula untuk perbaikan
perusahaan dalam meningkatkan efisiensi lintasan perakitannya.
Diagram penulisan (metodelogi penelitian) tugas akhir ini dapat dilhat pada
gambar 3.1 :
34
Perumusan
Masalah
Tujuan Penelitian
Studi Pendahuluan
Pemilihan operator
Pengamatan kondisi kerja
Persiapan penelitian
Studi Pustaka
Keseimbangan lini
Teknik tata cara kerja
Statistik
Tidak
Ya
Waktu baku
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
PT. A berlokasi di plant Pulo Gadung. Disini dirakit berbagai kendaraan roda
empat Merk XYZ. Berdiri di atas tanah seluas 39.555 m dan mampu menyerap
262 orang karyawan.
35
36
2.
3.
4.
PT. D berlokasi di plant Cakung II. Disini diproses dan di produksi berbagai parts
yang terbuat dari plastik. Berdiri di atas tanah seluas 28.690 m dan bangunan
seluas 10.700 m, dan mampu menyerap 311 orang karyawan.
5.
PT. E yang berlokasi di plant Tambun I dan Tambun II. Di Tambun I adalah
tempat proses, memproduksi, merakit berbagai komponen dan parts kendaraan
roda dua merk XYZ dengan tipe-tipe yang mutakhir. Berdiri di atas tanah seluas
233.650 m, dengan bangunan seluas 6000 m. Menyerap tenaga kerja sebanyak
1133 orang. Di plant Tambun II merupakan proyek pengelasan, pengecatan,
perakitan untuk kendaraan roda empat. Perusahaan ini berdiri di atas tanah seluas
130.000 m dan dengan luas bangunan 35.585 m. Plant Tambun II mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 549 orang karyawan.
PT. X ini merupakan perusahaan yang bersifat penanaman modal asing (PMA)
yaitu kerjasama antara Indonesia dengan Jepang. Karena status permodalannya PMA
maka pemilikan saham juga terbagi antara dua belah pihak, yaitu Indonesia 51%
dan Jepang 49% dengan perincian sebagai berikut :
1. PT. X
: 50 % (Indonesia)
2. PT. Y
: 1 % (Indonesia)
3. Z Corp.
: 49 % (Jepang)
37
Modal awal terdiri dari :
1. Autrhorized Capital sebesar US $ 31.000.000
2. Paid Up Capital sebesar US $ 20.000.000
38
dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Hubungan antara keduanya harus mutualistis
yaitu saling menguntungkan, dan setiap permasalahan yang timbul harus diusahakan
secara kekeluargaan.
PT. X juga berperan dalam pembangunan di Indonesia, antara lain :
a. Menyumbang dana sosial bagi kegiatan pemerintah.
b. Membantu panti-panti asuhan dalam bidang sandang dan pangan.
c. Turut serta membantu program pemerintah dalam menampung tenaga kerja
untuk menanggulangi pengangguran.
39
2. Presiden Direktur
Presiden direktur bertugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan kebijaksanaan dan program perusahaan untuk mendapatkan
operasi dan perkembangan-perkembangan yang efektif dan menguntungkan.
b. Mengkoordinasi dan melakukan pengawasan, memimpin dan memberikan
petunjuk-petunjuk kepada direktur masing-masing bidang.
3. Vice President Direktur
Berkewajiban mewakili presiden direktur apabila yang bersangkutan cuti atau
berhalangan dan bertanggung jawab kepada presiden direktur atas laju roda
kegiatan intern perusahaan sehari-hari. Dalam menjalankan tugasnya, vice president
direktur ini dibantu oleh 4 unit pembantu yaitu :
a. Direktur H.R.D & G.A, dibantu oleh General Manager Personalia dan Umum.
b. Direktur Keuangan, dibantu oleh General Manager Keuangan.
c. Direktur Marketing, dibantu oleh General Manager Pemasaran, General
Manager Penjualan, General Manager Purna Jual.
d. Direktur Produksi, dibantu oleh General Manager Produksi.
Keempat unit ini
40
HRD & GA
FINANCE &
ADMINISTRATION
FINANCE
ACCOUNTING
MARKETING 4W
SALES & MARKETING
MARKETING 2W
SPARE PARTS
PRODUCTION-2W
E
PRODUCTION
PRODUCTION-4W
E
PRODUCTION ENGINE &
TRANSMISI (Cakung)
C
U
T
I
PRECIDENT
V
E
VICE
PRECIDENT
QUALITY ASSURANCE
2W & 4W
PRODUCTION
ENGINEERING
PRODUCTION ENGINEERING
2W & 4W
B
O
A
PRODUCTION
CONTROL &
PROCUREMENT
R
D
CENTRAL CONTROL
BUSSINESS UNIT
MANAGEMENT
REPRESENTATIVE
PROJECT ISO-9002
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. X
41
4.1.1.3 Struktur Organisasi Pada Departemen Assembling Transmisi
Secara umum job description dari departemen assembling transmisi di PT. X
adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kelompok ( Kapok )
a. Menghadiri saat pengarahan meeting koordinasi yang dipimpin atasannya
sebelum atau sesudah akhir kerja.
b. Memimpin / melaksanakan meeting pagi dan senam pagi tepat waktu dan
tepat sasaran masing masing 5 menit.
c. Membagi keseimbangan tugas pekerjaan antara sesama karyawan.
d. Meminta bantuan Kasubnya jika keseimbangan kerja dan target tidak dapat
dicapai.
e. Membantu kerjasama dengan Kapok lain dalam menghadapi kesulitan
produksi.
f.
j.
2. Kasubsie
a. Mengontrol meeting pagi dan kehadiran para Kapok tepat waktu, tepat
sasaran.
42
b. Meminta laporan, memeriksa dan membantu kesiapan kerja para Kapoknya.
c. Melaporkan ke Kasie kesiapan kerja bagiannya dan pengatasan masalah
yang ada.
d. Mengganti posisi Kapok yang absen dalam hal :
-
43
KASIE
KASUBSIE
ASSY T/M
KAPOK
LINE I
ST 100, SJ
410
KAPOK
LINE II
SL 415
KASUBSIE
ASSY T/M
KAPOK
LINE III
YH 4
KAIZEN
KAPOK
LINE IV
YB 1, YD 2
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pada Departemen Assembling Transmisi
4.1.2 Kepegawaian
1. Tenaga Kerja
Dalam kaitannya dengan sistem produksi yang di maksud dengan tenaga adalah
orang-orang yang terlibat dalam proses produksi yang menggunakan tenaga dan
pikirannya untuk melakukan proses produksi. Tenaga kerja / man power merupakan
salah satu faktor produksi.
44
maupun latihan, karena hanya mengandalkan tenaga kasar mereka. Contoh :
Cleaning service, pekerja dikantin, tukang masak makanan karyawan.
a. Tenaga Perencana
Yaitu mereka yang karena keahliannya melakukan tugas menyusun dan
merumuskan perencanaan-perencanaan yang di perlukan perusahaan dalam
kaitannya dengan proses produksi.
b. Tenaga Pelaksana
Yaitu mereka yang langsung melaksanakan aktivitas-aktivitas yang sudah
direncanakan, baik dalam masalah produksi, pemasaran maupun administrasi.
c. Tenaga Pengawas
Yaitu mereka yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja
para tenaga pelaksana dan memberikan bantuan apabila diperlukan. Contoh :
Mandor, Satpam (security).
Jepang/ 5 S :
1. Persatuan / kesatuan
1. Seiri
= Pemilahan
2. Perbaikan / improvement
2. Seiton
= Penataan
3. Patuh / disiplin
3. Seiso
= Pembersihan
4. Perjuangan
4. Seiketsu
= Pemantapan
5. Penghematan
5. Seitsuke
= Pembiasaan
45
Selain itu untuk menjaga keefektifan dan keefisienan kerja perusahaan ini juga
telah menetapkan jadwal kerja antara lain :
Masuk Kerja
Istirahat
Break
Jumat
: 7.30-16.30 WIB
Makan
Sabtu
: 7.30-16.30 WIB
Snack
Operator 2
: Elemen kerja 4
Operator 3
Operator 4
: Elemen kerja 7
Operator 5
: Elemen kerja 8
Operator 6
: Elemen kerja 9
Operator 7
: Elemen kerja 10
Operator 8
: Elemen kerja 11
Operator 9
: Elemen kerja 12
Operator 10
: Elemen kerja 13
Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : (terdiri dari layout
dan precedence diagram).
49
CONVEYOR
MOTORING
10
WASHING MACHINE
11
12
OP.5
OP.6
13
OP.7
OP.8
OP.9
OP.10
5
1
4
7
OP.1
OP.2
OP.3
OP.4
Gambar 4.3
Lay Out Assembly Line II (Type SL 415)
46
49
01
02
08
04
09
03
10
05
11
06
12
13
07
Gambar 4.4
Precedence Diagram Perakitan Transmisi Type SL 415 Di PT. X
47
48
4.2.1 Klasifikasi Elemen Kerja di Lintasan Perakitan
Secara keseluruhan lintasan perakitan transmisi type SL 415 dikelompokkan
menjadi beberapa bagian yang terdiri dari :
1. Pencucian case extension, transmisi & intermediate
2. Sub assy case transmission & pemberian three bond sealant, yaitu bagian yang
memasang plug, punch case transmission dan pasang stud bolt pada case transmisi
2 pcs.
3. Sub assy shaft clutch release & housing clutch, yaitu memasang pin clutch release,
spring, bushing R, shaft release set, bushing L, bearing clutch dan punch housing.
4. Sub assy main shaft, yaitu bagian pemasangan bearing input shaft, circlip, shaft
transmisi main, bearing iedle, gear 2nd, ring syncrons low speed, sleeve low, hub
low, key 3 pcs, spring 2 pcs, sleeve set low, bushing bearing, bearing needle, gear
1st, ball 1 pcs, washer, bushing, dibalik kemudian pasang bearing 3rd, pasang gear
3rd dan ring syncrons, pasang sleeve high, hub high, key 3 pcs, spring 2 pcs, sleeve
set, circlip, ring cyncrons, bearing input needle, Joint input shaft ke main shaft,
pasang bearing no 1,2 dan pasang circlip.
5. Sub assy sleeve reverse, shaft high, low & reverse, yaitu bagian yang memasang
sleeve reverse, hub reverse, key 3 pcs, spring 2 pcs, roller, yoke low dan fork, pin,
yoke 5th / reverse dan pin.
6. Sub assy speedometer, yaitu memasang seal 1 pcs, O ring 2 pcs dan gear
speedometer driven.
7. Sub assy gear shift case, locating & retainer, shaft gear shift dan lever gear select
shaft, yaitu pemasangan oil seal shift, pin gear shift case 3 pcs, retainer, spring
reverse shaft yoke, yoke reverse shaft limit, washer reverse shaft limit retainer,
holder select retainer low, spring select retainer low, pin lever gear shift, lever gear
49
shift, holder reverse, spring select reverse, E ring holder stop, washer, seal, lever
gear select shaft set, lever gear select, nut, bolt shift lever shaft dan pemberian three
bond sealant pada gear shift case.
8. Pemasangan counter shaft & main shaft ke plate intermediate, yaitu operator yang
memasang ring counter bearing snap, ring main shaft, retainer transmisi bearing,
screw retainer 6 pcs, bearing pada main shaft, gear reverse pada main shaft, sleeve
set reverse, circlip, bearing 5th, ring cyncrons, gear 5 th, ball, washer, gear counter
reverse, gear counter 5th, bearing transmisi counter shaft, circlip, gear
speedometer, gear reverse idle set, plate stop dan pasang bolt 1 pcs.
9. Pemasangan high, low, reverse set & fork, yaitu pasang shaft high set dan fork, pin,
ball 2 pcs, shaft low set dan fork, pin, shaft reverse set dan fork, ball 3 pcs, spring 3
pcs, bolt 3 pcs, pengecekan gear shift, pasang plate gear shift stopper dan bolt 2 pcs.
10. Pasang oil seal, pasang pin plate intermediate dan joint case transmission ke plate
intermediate, yaitu operator yang memasang oil seal, pin plate intermediate 2 pcs,
Joint case transmission ke plate intermediate dan pasang C ring pada input shaft.
11. Bagian Sub Assy Retainer Input Shaft, Pemasangan Retainer ke Case Transmisi,
Joint Case Extension ke Plate Intemediate, Pasang Speedometer ke Case Extension
& Pengisian Oil, yaitu pasang oil seal, bolt retainer 7 pcs, dibalik kemudian pasang
bolt 7 pcs, hook, nut 2 pcs, bolt 1 pcs, plug oil drain, plug oil filter, plug / cap case
extension, switch back up lamp dan pengisian oil.
12. Bagian Joint Gear Shift Case Set ke Case Extension & Joint Clutch Housing ke
Case Transmisi, yaitu memasang bolt 1 pcs, bolt 3 pcs, bolt 2 pcs dan clamp, plug
breather, pin housing 2 pcs ke case transmission, pasang clutch 6 pcs, bolt 2 pcs,
stud bolt 2 pcs, bracket, bolt 3 pcs, bolt mounting 4 pcs, mounting engine, bolt 1
pcs, washer dan nut 1 pcs.
50
13. Bagian Motoring Test & Pengangkatan transmisi ke Rak, yaitu bagian pengecekan
gear 1,2,3,4,5,Reverse,oil,kebocoran,kelengkapan,noise dan penyimpanan di rak
transmisi.
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Waktu Siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
124,36 25,68 22,13 123,68 45,19 21,05 186,49 132,54 124,06 143,24 134,84 106,75 147,84
98,59 31,63 25,39 102,12 37,43 19,42 173,41 132,48 123,71 132,48 129,87 108,43 152,47
99,63 26,89 24,75 100,38 43,75 24,68 194,33 143,58 134,69 129,56 124,75 99,84 138,94
99,57 25,91 26,48 100,54 44,83 25,14 180,75 121,45 146,73 148,28 126,43 103,75 168,98
120,82 23,73 29,15 99,87 41,76 27,69 167,21 120,53 154,78 157,14 125,86 100,25 168,42
121,55 22,85 28,62 96,82 42,72 22,43 186,48 131,72 143,94 129,82 138,48 104,85 159,87
89,94 25,47 31,48 100,68 32,89 21,52 163,23 124,61 153,41 127,67 126,34 103,43 182,63
96,88 22,61 37,81 184,23 39,42 26,86 164,85 109,49 126,48 134,82 124,59 108,47 169,14
95,91 21,38 28,65 100,68 35,79 24,82 200,42 127,51 127,43 132,51 135,25 99,45 168,43
123,23 20,72 24,92 125,42 41,35 21,37 198,48 124,64 134,19 136,75 126,23 121,49 152,81
99,67 20,47 21,87 120,61 39,27 18,41 193,73 125,48 126,14 125,81 121,17 119,44 184,57
89,43 22,95 26,84 109,48 38,49 19,09 195,64 134,67 124,92 134,93 124,14 110,42 173,59
89,97 28,72 35,79 105,26 40,82 24,36 163,84 121,49 134,58 138,41 120,59 109,87 164,25
120,77 31,81 31,62 104,94 44,28 23,12 143,81 120,73 164,83 129,57 120,45 107,52 162,18
89,79 31,59 26,48 121,33 45,24 22,47 176,83 124,03 134,67 137,82 120,54 108,41 154,26
No
51
18 89,84 32,43 27,14 122,85 46,77 27,62 186,47 123,64 153,49 149,27 126,46 106,15 134,82
19 125,95 33,63 25,67 100,96 43,71 21,35 193,43 128,48 132,62 134,62 119,27 108,41 165,85
20 120,62 26,96 28,14 107,53 42,86 20,39 192,48 134,52 134,26 153,26 118,25 106,57 148,63
21 88,95 24,82 29,46 108,49 46,17 26,47 168,43 132,41 128,43 146,28 119,64 105,27 183,41
22 88,44 27,18 33,42 125,07 48,73 22,38 187,52 126,84 127,61 132,16 123,42 104,62 157,27
23 99,62 21,94 36,12 126,42 43,64 21,73 189,75 127,91 124,03 158,25 126,59 103,72 167,44
24 110,94 26,82 26,87 119,46 41,06 26,47 167,82 130,53 128,45 143,74 135,47 114,36 166,58
25 100,58 24,66 23,93 117,64 46,28 28,62 186,93 120,48 134,69 134,66 123,86 113,47 169,43
26 102,83 27,39 29,45 83,48 46,85 23,65 195,69 128,37 139,24 152,45 118,67 111,84 182,47
27 98,83 21,57 28,42 94,19 43,14 24,18 168,26 132,46 124,62 134,73 117,93 106,41 194,25
28 99,35 26,44 24,65 124,63 41,81 26,45 126,42 134,64 120,74 132,96 128,95 102,14 183,43
29 89,58 28,41 29,82 122,76 42,74 19,83 143,57 128,42 134,25 142,54 124,32 108,47 164,73
30 100,82 22,92 31,67 117,69 40,84 21,29 140,64 124,69 120,68 138,43 125,19 103,59 167,18
(Sumber : Data Perusahaan)
Keterangan :
0-1
0-2
0-3
0-4
0-5
0-6
0-7
: Sub assy gear shift case, locating & retainer, shaft gear shift dan lever gear
select shaft.
0-8
0-9
0-10 : Pasang oil seal, pasang pin plate intermediate dan joint case transmission ke
plate intermediate.
0-11 : Bagian Sub Assy Retainer Input Shaft, Pemasangan Retainer ke Case Transmisi,
Joint Case Extension ke Plate Intemediate, Pasang Speedometer ke Case
Extension & Pengisian Oil.
52
0-12 : Bagian Joint Gear Shift Case Set ke Case Extension & Joint Clutch Housing ke
Case Transmisi.
0-13
2.
Metode kerja yang ada cukup baik walaupun masih terlihat adanya material yang
menumpuk dan menunggu untuk proses selanjutnya.
3.
Lingkungan kerja pada area cukup tinggi dengan temperatur 280C 380C.
4.
5.
6.
Pemindahan bahan dari operator satu ke operator yang lainnya di line utama
menggunakan conveyor manual.
7.
8.
Disetiap elemen kerja terdapat kipas angin yang berfungsi untuk memberikan
kesejukan kepada operator yang sedang bekerja.
53
Pekerjaan dimulai dari jam : 07.30 16.30 WIB
Lembur 2 jam s/d 18.00 WIB & Lembur 4 jam s/d 20.00 WIB
Lembur dilakukan jika permintaan melebihi dari kapasitas produksi. Jadi jam
kerja yang tersedia adalah :
Senin Kamis
Jumat
: 7 jam
Sabtu
420 menit
Jadi jumlah jam kerja yang tersedia dalam satu bulan adalah 11480 menit
191,33 jam.
Tabel 4.2
Volume Produksi Transmisi Type SL 415 Periode Januari 2007 s/d Januari 2008
Bulan
Volume Produksi ( unit )
Januari 2007
2860
Februari
2415
Maret
2592
April
2650
Mei
2725
Juni
2750
Juli
2781
Agustus
2808
September
2575
Oktober
2912
November
2626
Desember
2438
Januari 2008
2782
Jumlah
34914
(Sumber : Data Perusahaan)
54
Ju
l
Ag i
us
tu
s
Se
pt
em
be
r
Ok
to
be
r
No
ve
m
be
r
De
se
m
be
Ja
r
nu
ar
i2
00
8
Ja
nu
a
Ju
ni
ei
2782
2725 2750 2781 2808 2575 2912 2626
2438
2415 2592 2650
2860
Ap
ril
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
ri
20
07
Fe
br
ua
ri
M
ar
et
Unit
Volume Produksi
Bulan
Gambar 4.5
Grafik Produksi Transmisi Type SL 415 Periode Januari 2007 s/d Januari 2008
120,51
121,57
124,36
98,59
99,63
99,57
Data ( detik )
120,82
99,67
125,95
121,55
89,43
120,62
89,94
89,97
88,95
96,88
120,77
88,44
95,91
89,79
99,62
123,23
89,84
110,94
Jumlah
100,58
102,83
98,83
99,35
89,58
100,82
55
X1 =
X =
(X
N 1
30 1
x =
13,16
6
= 13,16
= 5,37
Semua data rata-rata subgrup proses pencucian case extension, transmission &
intermediate berada didalam batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, maka data
tersebut dapat dikatakan seragam. Untuk pengujian keseragaman data pada operasi
yang lainnya dapat dilihat pada lampiran.
Setelah data seragam, maka selanjutnya menguji kecukupan data. Langkahlangkahnya sebagai berikut (contoh: proses pencucian case extension, transmission &
intermediate) :
56
- Tingkat keyakinan = 95% dengan nilai distribusi normal, Z =1,952 (dianggap 2).
- Tingkat ketelitian = 10% = 10
100
Z N ( X 2 ) ( X )2
S
i i
'
N =
Xi
= 1 = 0,10
10
2
2
30 120,512 + 120,82 2 + ... + 100,82 2 (120,51 + 120,82 + .... + 100,82)
0,1
=
(120,51 + 120,82 + 99,67 + 125,95 + ...... + 100,82)
= 6,196
Dari perhitungan diatas maka didapat nilai N < N atau 6,196 < 30 sehingga data
tersebut dikatakan cukup untuk dihitung waktu standarnya. Untuk pengujian kecukupan
data pada operasi yang lainnya dapat dilihat pada lampiran.
X
N
Untuk hasil perhitungan waktu siklus rata-rata pada masing-masing elemen kerja
yang lainnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
57
b. Menentukan Faktor Penyesuaian
Faktor penyesuaian dalam penelitian ini menggunakan metode Westinghouse,
dengan perhitungan faktor penyesuaian. Sebagai contoh pada waktu siklus rata-rata
untuk pencucian case extension, transmission dan intermediate adalah 103,95 detik
dan waktu ini dicapai dengan ketrampilan pekerjaan yang dinilai Average (D), usaha
Good (C2), kondisi kerja Average (D) dan konsistensi Good (C), maka tambahan
terhadap p = 1 adalah :
Ketrampilan
: Average
=D
= 0,00
Usaha
: Good
= C2 = 0,02
Kodisi Kerja
: Good
=C
= 0,02
Konsistensi
: Average
=D
= 0,00
Jumlah
0,04
Jadi P = (1+0,04) atau p =1,04
58
Tabel 4.3
Besarnya Faktor Penyesuaian Masing-Masing Elemen Kerja
Elemen
Keterampilan
Pekerjaan
Average (D)
0-1
0,00
Good (C2)
0-2
0,03
Good (C2)
0-3
0,03
Good (C2)
0-4
0,03
Good (C1)
0-5
0,06
Good (C2)
0-6
0,03
Exelent (B2)
0-7
0,08
Exelent (B2)
0-8
0,08
Good (C1)
0-9
0,06
Good (C2)
0-10
0,03
Exelent (B2)
0-11
0,08
Exelent (B2)
0-12
0,08
Good (C2)
0-13
0,03
Usaha
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Good (C1)
0,05
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Good (C1)
0,05
Good (C1)
0,05
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Good (C2)
0,02
Average
(D) 0,00
Kondisi
Kerja
Good (C )
0,02
Average
(D) 0,00
Average
(D) 0,00
Good (C )
0,02
Average
(D) 0,00
Good (C )
0,02
Good (C )
0,02
Average
(D) 0,00
Average
(D) 0,00
Average
(D) 0,00
Good (C )
0,02
Good (C )
0,02
Good (C )
0,02
Konsistensi
Average (D)
0,00
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Good (C )
0,01
Average (D)
0,00
Total (P=1+X)
P =1+0,04 =1,04
P =1+0,06 =1,06
P =1+0,09 =1,09
P =1+0,08 =1,08
P =1+0,09 =1,09
P =1+0,08 =1,08
P =1+0,13 =1,13
P =1+0,14 =1,14
P =1+0,12 =1,12
P =1+0,06=1,06
P =1+0,13 =1,13
P =1+0,13 =1,13
P =1+0,05 =1,05
59
d. Menentukan dan Menghitung Faktor Kelonggaran
kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa
lelah dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan. Ketiganya ini merupakan halhal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja yang selama pengukuran diamati,
diukur, dicatat ataupun dihitung.
2,5 %
6%
2%
0%
4%
8%
5%
4%
2,04 %
33,54 %
Jumlah
Untuk hasil pengamatan faktor krlonggaran pada operasi yang lainnya dapat dilihat
pada tabel 4.4.
5 (Agak
terbatas)
2,5 (Berdiri
diatas 2 kaki)
6 (Sangat
ringan)
2,5
(Pria)
0-13
5 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
10 (Ringan)
2,5 (Pria)
0-12
5 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
2,5 (Pria)
0-11
5 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
2,5 (Pria)
0-10
5 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
2,5 (Pria)
0-9
5 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
12 (Ringan)
12 (Ringan)
12 (Ringan)
12 (Ringan)
2,5 (Pria)
0-8
2 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
6 (Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-7
0 (Normal)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
6 (Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-6
0 (Normal)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
6 (Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-5
4 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
8 (Ringan)
2,5 (Pria)
0-4
4 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
7 ( Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-3
4 (Agak
terbatas)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
7 ( Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-2
0 (Normal)
2 (Berdiri diatas
2 kaki)
6 (Sangat
ringan)
2,5 (Pria)
0-1
Gerakan
kerja
Sikap kerja
Elemen
Pekerjaan Kebutuhan Tenaga yang
Pribadi
dikeluarkan
12 (Pandangan
fokus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
7 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
7 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
7 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
7 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
7 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
6 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
4 (Pandangan yang
hampir terus menerus)
Kelelahan mata
5 (Tinggi)
5 (Tinggi)
5 (Tinggi)
5 (Tinggi)
6 (Tinggi)
6 (Tinggi)
5 (Tinggi)
6 (Tinggi)
5 (Tinggi)
4 (Tinggi)
5 (Tinggi)
5 (Tinggi)
8 (Tinggi)
Keadaan
temperatur
tempat kerja
5
(Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
5 (Cukup)
Keadaan
atmosfer
Tabel 4.4
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
4 (Sangat bising)
Keadaan lingkungan
yang baik
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
2,04
Kelonggaran
hambatan tak
terhindarkan
44,04
41,54
44,54
44,54
45,54
45,54
35,54
31,54
30,54
37,54
37,54
37,54
33,54
Total (%)
60
61
e. Menghitung Waktu Standar
Waktu standar dapat dicari dengan menggunakan rumus waktu standar. Contoh :
proses pencucian case extension, transmission & intermediate :
Wb = Wn (1 + k ) = 108,11x (1 + 0,3354) = 144,37 detik
Untuk hasil perhitungan waktu standar pada masing-masing elemen kerja yang
lainnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Waktu Standar Perakitan Transmisi Type SL 415
No
Waktu Siklus
Faktor
Waktu
Faktor
Operasi Rata-rata (detik) Penyesuaian Normal (detik) Kelonggaran
0-1
0-2
0-3
0-4
0-5
0-6
0-7
0-8
0-9
0-10
0-11
0-12
0-13
103,95
25,70
28,64
112,75
42,53
23,19
176,67
127,74
133,92
138,86
125,81
107,11
163,70
1,04
108,11
1,06
27,24
1,09
31,22
1,08
121,77
1,09
46,36
1,08
25,05
1,13
199,64
1,14
145,62
1,12
149,99
1,06
147,19
1,13
142,17
1,13
121,03
1,05
171,89
Jumlah Waktu Standar
(Sumber : Pengolahan Data)
0,3354
0,3754
0,3754
0,3754
0,3054
0,3154
0,3554
0,4554
0,4554
0,4454
0,4454
0,4154
0,4404
Waktu Standar
(detik)
144,37
37,46
42,94
167,48
60,51
32,95
270,59
211,93
218,29
212,75
205,49
171,30
247,59
2023,65
Kondisi awal stasiun kerja pada perakitan transmisi SL 415 dapat dilihat sebagai
berikut :
62
Sta.1
01
02
04
Sta.2
08
03
09
10
05
06
Sta.3
11
12
13
10
07
Sta.4
Gambar 4.6
Stasiun Kerja Perakitan Transmisi Type SL 415 Di PT. X
4.3.5 Penugasan Waktu Operasi Stasiun Kerja dan Efeisiensi Pada Keadaan Awal
Penugasan waktu operasi stasiun kerja dan efeisiensi pada keadaan awal untuk
setiap stasiun kerja dapat dilihat pada tabel 4.6 (waktu siklus/CT adalah 270,59). Cara
perhitungannya adalah sebagai berikut (contoh: pada stasiun 1) :
Wi
224,77
x100% =
100% = 83,07%
WS
270,59
W
i =1
n Ws
100% =
2023,65
100% = 74,78%
10 270,59
63
Tabel 4.6
Penugasan Waktu Operasi Stasiun Kerja pada Keadaan Awal
Stasiun
No
Kerja operasi
0-1
0-2
0-3
Elemen Proses
0-4
Jumlah
Sub Assy Main Shaft
0-5
Jumlah
Sub Assy sleeve reverse,
shafthigh,low & reverse
0-6
0-7
0-8
0-9
0-10
224,77
167,48
167,48
0-11
32,95
61,89 %
103,11
34,54 %
177,13
100 %
78,32 %
58,66
80,67 %
52,30
78,62 %
57,84
75,94 %
65,10
211,93
218,29
218,29
212,75
212,75
205,49
45,82
60,51
93,46
Jumlah
Sub Assy Gear Shift Case,
Locating & Retainer, Shaft
270,59
Gear Shift & Lever Gear
Select Shaft
Jumlah
270,59
Pemasangan Counter Shaft
& Main Shaft ke Plate
211,93
Intermediate
Jumlah
Pemasangan High, Low,
Reverse Set dan Fork
Jumlah
Pasang oil seal, Pasang
Pin Plate Intermediate &
Joint Case Transmisi ke
Plate Intermediate
Jumlah
83,07 %
64
10
0-12
0-13
Speedometer ke Case
Extension & Pengisian Oil
205,49
Jumlah
Joint Gear Shift Case Set
ke Case Extension & Joint
171,30
Clutch Housing ke Case
Transmisi
Jumlah
171,30
Motoring Test &
Pengangkatan transmisi ke 247,59
Rak
247,59
Jumlah
63,30 %
99,29
91,50 %
23
74,78 %
682,25
Precedence diagram merupakan jaringan kerja yang dibuat berdasarkan lintasanlintasan dan urutan-urutan kegiatan dalam proses perakitan. Precedence diagram waktu
baku perakitan transmisi type SL 415 di PT. X ini dapat dilihat pada gambar 4.7.
65
144,37
01
211,93
218,29
08
167,48
04
09
37,46
42,94
02
03
212,75
171,30
205,49
10
11
60,51
32,95
05
06
12
247,59
13
270,59
07
Gambar 4.7
Precedence Diagram Waktu Baku di Perakitan Transmisi Type SL 415
Bobot posisi didapat dari menjumlahkan waktu standar dari operasi-operasi yang
mengikuti operasi tersebut dan ditambah dengan operasi itu sendiri. Untuk mengetahui
bobot posisi pada masing-masing operasi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Bobot Posisi dan Operasi Pendahuluan Dalam Urutan Bobot Posisi
Operasi
Bobot Posisi
(detik)
0-1
1411,72
0-2
874,59
0-3
461,83
0-4
1434,83
0-5
1115,93
0-6
657,33
0-7
689,48
0-8
1267,35
0-9
1055,42
0-10
837,13
0-11
624,38
0-12
418,89
0-13
247,59
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
Operasi yang
Didahulukan
0-1, 0-4
0-8, 0-5
0-1, 0-2, 0-9
0-1, 0-6, 0-10
0-3, 0-7, 0-11
0-12
66
Contoh perhitungan bobot posisi:
Dilihat dari precedence diagram operasi 0-1, kemungkinan operasi yang selanjutnya
adalah :
Maka bobot posisi dari operasi 0-1 adalah penjumlahan waktu standar mulai dari
operasi pertama sampai urutan terakhir operasi tersebut.
Sehingga yang merupakan bobot posisi untuk operasi 0-1 adalah penjumlahan yang
mempunyai waktu terlama, 1411,72 detik.
Tabel 4.8
Urutan Elemen Kerja Berdasarkan Bobot Posisi
Ranking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No Operasi
0-4
0-1
0-8
0-5
0-9
0-2
0-10
0-7
0-6
67
10
11
12
13
(Sumber : Pengolahan Data)
0-11
0-3
0-12
0-13
624,38
461,83
418,89
247,59
4.4.5 Efisiensi Lintasan dan Waktu Menganggur pada Setiap Stasiun Kerja
Setelah bobot posisi dari setiap elemen kerja diurutkan maka dilakukan
perhitungan efisiensi lintasan dan waktu menganggur untuk setiap stasiun kerja (contoh:
stasiun kerja 1). Secara lengkapnya mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9.
Wi
167,48
x100% =
100% = 61,89%
WS
270,59
i =1
n Ws
100% =
2023,65
100% = 83,09%
9 270,59
Tabel 4.9
Efisiensi Lintasan dengan Metode Peringkat Bobot Posisi
Stasiun
Kerja
No
Operasi
Waktu Standar
(detik)
Efisiensi Lintasan
Waktu Menganggur
(detik)
0-4
0-1
0-5
Jumlah
0-8
0-9
167,48
144,37
60,51
204,88
211,93
218,29
61,89 %
103,11
75,71 %
65,71
78,32 %
80,67 %
58,66
52,30
2
3
4
68
0-2
37,49
0-10
212,75
5
Jumlah
250,24
6
0-7
270,59
0-6
32,95
0-11
205,49
7
Jumlah
238,44
0-3
42,94
0-12
171,30
8
Jumlah
214,24
9
0-13
247,59
Efisiensi Lintasan
(Sumber: Pengolahan Data)
92,47 %
20,35
100 %
88,11 %
32,15
79,17 %
56,35
91,50 %
83,09 %
23
411,63
05
01
08
02
4
09
10
04
Sta.1
03
12
11
06
Sta.7
Sta.8
07
Sta.6
Gambar 4. 8
Usulan Perbaikan Stasiun Kerja Perakitan Transmisi Type SL 415
13
Sta.9
69
4.4.7 Kemungkinan Layout Setelah Perbaikan
Operator 1
Operator 2
: Elemen kerja 4
Operator 3
: -tidak diperlukan-
Operator 4
: Elemen kerja 7
Operator 5
: Elemen kerja 8
Operator 6
: Elemen kerja 9
Operator 7
Operator 8
Operator 9
Operator 10
: Elemen kerja 13
34914
Per min taan.Total
= 2685,69 unit
=
jumlah.Periode
13
Maka ini digunakan sebagai target permintaan produksi sejumlah 2686 unit
untuk setiap bulan berikutnya. Jadi jumlah produksi untuk bulan Februari 2008 adalah
sebesar 2686 unit.
70
Beban kerja dihasilkan dengan mengkalikan waktu standar setiap stasiun kerja
dengan rencana produksi perbulan dibagi dengan satu jam kerja. Contoh perhitungan
beban kerja dapat dilihat sebagai berikut :
1. Target produksi untuk bulan Februari 2008 adalah sebesar 2686 unit.
2. Beban kerja setiap stasiun kerja diperoleh dari perkalian antara waktu normal
dengan target jumlah produksi yang akan diproduksi. Contoh :
Tabel 4.10
Besarnya Beban Kerja Masing-Masing Elemen Kerja
Stasiun
Kerja
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
CONVEYOR
8
10
11
MOTORING
OP.10
12
13
OP.5
OP.6
OP.7
OP.8
OP.9
WASHING MACHINE
1
4
7
5
OP.1
OP.2
OP.4
Gambar 4. 9
71
BAB V
HASIL DAN ANALISIS
5.1 Hasil
Stasiun Kerja (lintasan perakitan) :
Sta.1
01
02
04
Sta.2
08
09
03
10
05
06
Sta.3
11
12
07
Sta.4
Gambar 5.1
Stasiun Kerja Perakitan Transmisi Type SL 415 Pada Kondisi Awal
72
13
10
73
Sta.2
05
01
08
02
4
09
03
10
04
Sta.1
12
11
06
Sta.7
Sta.8
07
Sta.6
Gambar 5.2
Usulan Perbaikan Stasiun Kerja Perakitan Transmisi Type SL 415
13
Sta.9
74
Waktu Menganggur :
Tabel 5.2
Waktu Menganggur Pada Kondisi Awal Dan Usulan Perbaikan
Waktu Menganggur (detik)
Kondisi Awal Usulan Perbaikan
1
45,82
103,47
2
103,11
59,88
3
177,13
57,39
4
0
49,45
5
58,66
15,91
6
52,30
0
7
57,84
26,58
8
65,10
54,11
9
99,29
21,43
10
23
Total
682,25
388,22
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
Stasiun Kerja
Tugas Operator
Kondisi Awal
Usulan Perbaikan
1
Elemen Kerja 1, 2 dan 3
2
Elemen Kerja 4
3
Elemen Kerja 5 dan 6
4
Elemen Kerja 7
5
Elemen Kerja 8
6
Elemen Kerja 9
7
Elemen Kerja 10
8
Elemen Kerja 11
9
Elemen Kerja 12
10
Elemen Kerja 13
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
75
Beban Kerja :
Tabel 5.4
Beban Kerja Pada Kondisi Awal Dan Usulan Perbaikan
Stasiun
Beban Kerja (Jam/bulan)
Kerja
10 Stasiun kerja 9 Stasiun kerja
1
167,70
124,95
2
124,95
152,86
3
69,73
158,12
4
201,89
162,86
5
158,12
186,70
6
162,86
201,89
7
158,73
177,90
8
153,31
159,84
9
127,80
184,72
10
184,72
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
5.2 Analisis
5.2.1
Elemen kerja 5 yaitu Sub assy sleeve reverse, shaft high, low & reverse pada
kondisi awal digabungkan ke elemen kerja 1 (Pencucian case extension,
transmission & intermediate) dan menjadi stasiun kerja kerja 2 untuk kondisi
akhir.
2.
Elemen kerja 2 yaitu Sub assy case transmission & pemberian three bond sealant
digabungkan ke elemen kerja 10 dan menjadi stasiun kerja 5, ini dapat membuat
beban waktu perakitan dapat merata.
76
3.
Kegiatan perakitan pada elemen kerja 6 yaitu Sub assy speedometer digabungkan
dengan elemen kerja 11 dan menjadi stasiun kerja 7, dengan maksud beban waktu
perakitan elemen kerja 11 di stasiun kerja dapat seimbang dengan stasiun kerja
yang lainnya.
4.
Elemen kerja 7 yaitu Sub assy gear shift case, locating & retainer, shaft gear shift
dan lever gear select shaft dijadikan stasiun kerja 6 untuk kondisi akhir karena
kegiatan proses perakitan tersebut mempunyai waktu siklus terlama.
5.
Kegiatan perakitan di elemen 3 yaitu Sub assy shaft clutch release & housing
clutch digabungkan dengan elemen kerja 12 dan menjadi stasiun kerja 8, agar
beban waktu perakitan di semua stasiun kerja seimbang.
5.2.2
tidak merata dimana waktu total proses perakitan terbesar terdapat pada stasiun kerja 4
sebesar 270,59 detik. Untuk efisiensi stasiun kerja pada masing-masing stasiun kerja
yang lainnya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Dari tabel tersebut dapat ditentukan bahwa efisiensi rata-rata lintasan perakitan
pada kondisi awal sebesar 74,78 %. Disini tampak sekali adanya ketidakseimbangan
pada masing-masing stasiun kerja, dengan tidakseimbangnya lintasan perakitan pada
stasiun kerja memungkinkan terjadinya penumpukan barang dan waktu menganggur
pada beberapa operator distasiun kerja lebih banyak terjadi, itu dapat dilihat dari jumlah
waktu menganggur yang cukup besar yaitu 682,25 detik/unit.
Dengan menggunakan metode peringkat bobot posisi maka penugasan operasi
pada masing-masing lintasan perakitan akan didapat waktu total proses terbesar adalah
77
270,59 detik. Untuk efisiensi stasiun kerja pada masing-masing stasiun kerja yang
lainnya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Dari tabel tersebut dapat ditentukan bahwa efisiensi rata-rata lintasan perakitan pada
usulan perbaikan sebesar 83,09 % dan dibandingkan dengan efisiensi awal maka akan
tampak ada kenaikan sebesar 8,31 %. Kenaikan efisiensi ini dimungkinkan karena
adanya penyeimbangan lintasan dengan menggabungkan beberapa elemen proses ke
dalam satu stasiun kerja, itu dapat dilihat dari jumlah waktu menganggur yang cukup
kecil yaitu 388,22 detik/unit dan nampaknya pengaturan proses operasi pada stasiun
kerja awal kurang berjalan dengan baik sehingga menimbulkan ketidakseimbangan pada
lintasan perakitan. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi perakitan
transmisi SL 415 sebesar 8,31 %.
5.2.3
adalah sebesar 682,25 detik. Sedangkan setelah dilakukan perbaikan total waktu
menganggur menjadi 388,22 dan berkurang sebesar 411,63 detik. Untuk mengetahui
jumlah waktu menganggur pada masing-masing stasiun kerja lainnya dapat dilihat pada
tabel 5.2. Maka terjadi penurunan waktu menganggur sebesar 270,62 atau 39,67 % dari
waktu menganggur pada kondisi awal. Sehingga perusahaan dapat mengurangi waktu
menganggur dilintasan perakitan transmisi SL 415 secara signifikan sebesar 39,67 %.
5.2.4
transmisi type SL 415 dapat dibuat perbandingannya, yaitu antara jumlah tenaga kerja
yang lama dengan jumlah tenaga kerja yang baru.
78
Dari pengolahan data pada bab sebelumnya maka tampak adanya penghematan
pemakaian tenaga kerja dari total semula 10 orang menjadi 9 orang dan terlihat pula
bahwa penghematan tenaga kerja secara keseluruhan dilakukan sebesar 10 %.
Disini terlihat perbedaan dalam hal jumlah pemakaian tenaga kerja dan
nampaknya pemakaian tenaga kerja pada kondisi awal kurang mampu untuk
menghasilkan produksi seperti yang diharapkan sehingga diperlukan tenaga kerja yang
tidak terlalu banyak namun benar-benar mempunyai kemampuan atau keterampilan
yang cukup tinggi. (layoutnya dapat dilihat pada hal. 46 (gambar 4.3) dan hal. 71
(gambar 4.9).
79
perusahaan harus mengadakan lembur kerja sebanyak 10,56 jam/bulan 1 jam/hari
untuk stasiun kerja tersebut.
5.2.6 Perbandingan Kondisi Lintasan Antara Kondisi Awal dan Usulan Perbaikan
Adapun perbandingan antara keadaan lintasan pada kondisi awal maupun usulan
perbaikan secara keseluruhannya dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Perbandingan Kondisi Lintasan antara Keadaan Awal dan Usulan.
No
Keadaan Awal
No
Keadaan Usulan
1. Jumlah stasiun kerja yang ada 10 1. Jumlah stasiun kerja yang ada
stasiun kerja yaitu:
hanya 9 stasiun kerja, yaitu:
1.Pencucian
Case
Extension,
1. Sub Assy Main Shaft.
2. Pencucian Case Extension,
Transmission & Intermediate ,
Sub Assy Case Transmission &
Transmission & Intermediate,
pemberian three bond sealant,
Sub Assy sleeve reverse,
Sub Assy Shaft Clutch Release
shafthigh, low & reverse.
3. Pemasangan Counter Shaft &
& housing clutch.
2. Sub Assy Main Shaft.
Main
Shaft
ke
Plate
3.Sub Assy sleeve reverse,
Intermediate.
4. Pemasangan
High,
Low,
shafthigh, low & reverse, Sub
Reverse Set dan Fork.
Assy Speedometer.
5. Sub Assy Case Transmission &
4.Sub Assy Gear Shift Case,
pemberian three bond sealant,
Locating & Retainer, Shaft
Pasang oil seal, Pasang Pin
Gear Shift & Lever Gear Select
Shaft.
Plate Intermediate & Joint Case
5. Pemasangan Counter Shaft &
Transmisi ke Plate Intermediate.
Main
Shaft
ke
Plate
6. Sub Assy Gear Shift Case,
Intermediate.
Locating & Retainer, Shaft Gear
6. Pemasangan
High,
Low,
Shift & Lever Gear Select Shaft.
Reverse Set & Fork.
7. Sub Assy Speedometer, Sub Assy
7. Pasang oil seal, Pasang Pin
Retainer
Input
Shaft,Pemasangan Retainer ke
Plate Intermediate & Joint Case
Transmisi ke Plate Intermediate.
Case Transmisi, Joint Case
8. Sub Assy Retainer Input
Extension
ke
Plate
Shaft,Pemasangan Retainer ke
Intemediate,Pasang
Case Transmisi, Joint Case
Speedometer ke Case Extension
& Pengisian Oil.
Extension
ke
Plate
Intemediate,Pasang
8. Sub Assy Shaft Clutch Release&
housing clutch, Joint Gear Shift
Speedometer ke Case Extension
& Pengisian Oil.
Case Set ke Case Extension &
80
9. Joint Gear Shift Case Set ke
Case Extension & Joint Clutch
Housing ke Case Transmission.
10.Motoring Test & Pengangkatan
transmisi ke Rak
2. Efisiensi pada lintasan perakitan
yaitu sebesar 74,78 %
3. Jumlah keseluruhan tenaga kerja
yang digunakan adalah 10 tenaga
kerja
4. Jumlah
waktu
menganggur
operator adalah 682,25 detik/unit
5. Selisih beban kerja terbesar
dengan 10 stasiun kerja adalah
132,16 jam/bulan
(Sumber:Pengolahan Data)
4.
5.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode
81
82
juga dengan jumlah stasiun kerja berkurang dari 10 menjadi 9, yang berarti ada
penghematan lokasi perakitan (stasiun kerja).
4. Berdasarkan target produksi sebesar 2686 unit/bulan, diperoleh beban kerja operator
tiap bulan dalam satu tahun lebih seimbang dengan 9 operator yaitu dengan
perbedaan jumlah beban kerja terbesar dengan terkecil adalah 76,94 jam/bulan
dibandingkan dengan 10 operator yang memiliki selisih jumlah beban kerja sebesar
132,16 jam/bulan.
5. Berdasarkan pengolahan dan analisis data dapat dikatakan bahwa usulan perbaikan
lintasan perakitan transmisi type SL 415 lebih efisien dibandingkan pada kondisi
awal perakitan tersebut.
6.2
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka saran yang diperlukan dalam
melaksanakan perubahan lintasan yang baru bagi pihak perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan dapat memanfatkan penurunan jumlah stasiun kerja ini sebagai bahan
evaluasi terhadap jumlah stasiun kerja yang ada agar dapat meningkatkan efisiensi
dan pemerataan beban kerja dan juga penghematan jumlah tenaga kerja.
2. Perlu diadakan pelatihan untuk semua operator terutama yang akan ditugaskan
dalam stasiun kerja baru agar operator tersebut dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan.