Bahwa menjadi tanggung jawab generasi penerus untuk menjunjung tinggi cita-cita perjuangan
bangsa Indonesia guna mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan
makmur berazaskan Pancasila. Tujuan Nasional perjuangan yag akan diwujudkan sesuai cita-cita itu
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan Bangsa dan serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana
tercantum didalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945.
Bahwa nilai-nilai itu menjadi landasan moral dalam mengangkat harkat kemanusian dan martabat
bangsa yang terangkum dalam cita, rasa, cipta dan karsa sebagai kekuatan kehidupan bersama untuk
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia dalam bingkai sesanti Bhineka Tunggal Ika dan
tidak diskriminasi. Segenap kekuatan bangsa Indonesia meliputi agama, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan harus diberi tempat berekspresi agar menjadi kekuatan
perjuangan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negera Republik Indonesia 1945.
Bahwa Pencak Silat Indonesia merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari
kekuatan kehidupan bangsa Indonesia yang didalamnya memiliki aspek mental-spritual, beladiri, seni
dan olahraga yang telah menjadi bagian budaya bangsa dan menjadi satu kesatuan seluruh jajaran
Pencak Silat Indonesia serta sebagai bagian integral dari ketahanan Nasional Indonesia.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang sadar, terencana, tertata dan
berkelanjutan, maka telah menjadi konsensus Nasional terbentuknya wadah organisasi Pencak Silat
Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia dengan susunan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, sebagaimana tersebut dibawah ini :
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
1.
1.
PB IPSI beralamat di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Jl. Taman Mini I, Jakarta Timur.
Pasal 2
Waktu
IPSI didirikan di Surakarta pada tanggal 18 Mei 1948 untuk waktu yang tidak ditentukan.
BAB II
AZAS, DASAR, SIFAT DAN STATUS
Pasal 3
Azas dan Dasar
1.
1.
1.
Pasal 4
Sifat
IPSI bersifat kekeluargaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dalam kerangka
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta tidak berafiliasi, berorientasi dan berfungsi politik.
Pasal 5
Status
IPSI berstatus sebagai satu-satunya wadah organisasi bagi seluruh jajaran Pencak Silat Indonesia.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Maksud
IPSI didirikan dengan maksud mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan kegiatan pencak silat
di dalam pelestarian, pengembangan dan peningkatan kualitas serta prestasi pencak silat secara
menyeluruh dan berkesinambungan.
Pasal 7
Tujuan
IPSI bertujuan mempersatukan, membina persaudaraan dan kesetiakawanan antar organisasi dan/atau
Perguruan Pencak Silat yang menjadi anggotanya dalam rangka meningkatkan peran serta pencak
silat dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta mengangkat harkat dan martabat
bangsa.
BAB IV
ORGANISASI
Pasal 8
Organisasi
1.
Ditingkat Pusat disebut IPSI PUSAT berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
1.
Ditingkat Propinsi / Daerah Khusus Ibukota / Daerah Istimewa dibentuk organisasi Ikatan
Pencak Silat Indonesia. disebut IPSI Provinsi.
1.
Ditingkat Kabupaten / Kota dibentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia, disebut IPSI
KABUPATEN / KOTA.
1.
Ditingkat Kecamatan dibentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia, disebut IPSI
KECAMATAN.
Pasal 9
Wilayah Kerja
1.
Wilayah kerja IPSI Pusat adalah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.
Wilayah kerja IPSI Provinsi adalah diseluruh wilayah hukum Provinsi / Daerah Khusus Ibukota /
Daerah Istimewa bersangkutan.
1.
Wilayah kerja IPSI Kabupaten/Kota adalah diseluruh wilayah hukum Kabupaten / Kota
bersangkutan.
1.
Wilayah kerja IPSI Kecamatan adalah diseluruh wilayah hukum Kecamatan bersangkutan.
Pasal 10
Kewenangan Organisasi
1.
1.
1.
1.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 11
Keanggotaan
1.
1.
Ketentuan mengenai keanggotaan IPSI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 12
Kepengurusan IPSI
1.
Kepengurusan IPSI Pusat disebut Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat
PB IPSI, dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan
Formatur terpilih dalam Musyawarah Nasional IPSI dan bertanggung jawab kepada
Musyawarah Nasional IPSI.
1.
Kepengurusan IPSI ditingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia
atau disingkat Pengprov IPSI, dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua terpilih bersama-sama
dengan Formatur terpilih dalam Musyawarah Provinsi IPSI dan bertanggung jawab kepada
Musyawarah Provinsi IPSI.
1.
Kepengurusan IPSI ditingkat Kabupaten/Kota disebut Pengurus Kabupaten / Kota Ikatan Pencak
Silat Indonesia atau disingkat Pengkab IPSI / Pengkot IPSI, dipilh, disusun, dan ditetapkan oleh
Ketua terpilih bersama-sama dengan Formatur terpilih dalam Musyawarah Kabupaten / Kota
IPSI dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Kabupaten/Kota IPSI.
1.
Kepengurusan IPSI ditingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan Ikatan Pencak Silat
Indonesia atau disingkat Pengcam IPSI dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua terpilih
dalam Musyawarah Kecamatan IPSI dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Kecamatan
IPSI.
Pasal 13
Periode Kepengurusan
Periode kepengurusan IPSI adalah 4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan, dapat dipilih
kembali.
Pasal 14
Susunan dan Wewenang Pengurus
Susunan dan kewenangan Pengurus IPSI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 15
Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan
Dalam susunan organisasi, IPSI mempunyai Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan yang tugas dan
kewenangannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 16
Majelis Pakar, Komisi Disiplin,
Lembaga Bela Negara dan Lembaga Sertifikasi Profesi
Dalam susunan organisasi, IPSI mempunyai Majelis Pakar, Komisi Disiplin, Lembaga Bela Negara dan
Lembaga Sertifikasi Profesi, yang tugas dan kewenangannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
IPSI.
BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 17
Musyawarah IPSI
1.
a.
b.
c.
d.
1.
1.
Dalam hal yang sangat mendesak dapat diadakan Musyawarah Istimewa IPSI.
1.
a.
b.
Memilih dan menetapkan Pengurus Besar IPSI, melalui Ketua Umum terpilih dan Formatur
terpilih.
c.
Merubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI.
d.
Menetapkan kebijakan-kebijakan pokok Program Kerja Pengurus Besar IPSI dan hal-hal lain
yang bersifat mendasar.
1.
a.
b.
Memilih dan menetapkan Pengurus Provinsi IPSI melalui Ketua terpilih dan Formatur terpilih
c.
1.
a.
b.
Memilih dan menetapkan Pengurus Kabupaten/Kota IPSI melalui Ketua terpilih dan Formatur
terpilih
c.
1.
a.
b.
Memilih dan menetapkan Pengurus Kecamatan IPSI melalui Ketua terpilih dan Formatur terpilih
c.
1.
Hal mengenai Musyawarah IPSI akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 18
Rapat Kerja
1.
a.
b.
c.
d.
1.
Rapat Kerja IPSI diadakan menurut kebutuhan untuk membahas, mengevaluasi dan
menetapkan hal-hal yang dianggap penting dalam peningkatan kegiatan bidang bersangkutan.
1.
Selain Rapat Kerja IPSI dapat diadakan pula rapat konsultasi dan rapat-rapat lainnya.
1.
Selain Rapat Kerja IPSI dan Rapat Konsultasi serta rapat-rapat lainnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga IPSI.
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 19
Atribut
1.
a.
Lambang
b.
Bendera
c.
d.
e.
Salam
f.
1.
Hal-hal yang menyangkut atributnya, khususnya Lambang, Bendera, dan Seragam ( bentuk,
makna, arti, ukuran dan tata cara penggunaannya ) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
IPSI.
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 20
Keuangan dan Kekayaan
1.
a.
b.
c.
d.
1.
1.
Keadaan Keuangan dan Kekayaan IPSI dilaporkan dalam Musyawarah IPSI atau sewaktu-waktu
jika diperlukan.
BAB X
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 21
Anggaran Rumah Tangga
1.
Anggaran Rumah Tangga IPSI adalah penjabaran lebih lanjut dan merupakan aturan
pelaksanaan dari Anggaran Dasar IPSI.
1.
Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar IPSI dapat diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga IPSI.
1.
Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar IPSI.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 22
Pembubaran
1.
Pembubaran IPSI hanya dapat dilakukan dengan keputusan Musyawarah Nasional IPSI yang
diadakan khusus untuk keperluan pembubaran.
1.
Munas IPSI dengan agenda khusus untuk pembubaran IPSI tersebut hanya dapat dilaksanakan
apabila diminta secara tertulis oleh sekurang-kurangnya dua per-tiga (2/3) Pengurus Provinsi,
dan anggota IPSI Pusat yang ada.
1.
Pembubaran IPSI tersebut dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua-pertiga (2/3) dari Utusan Pengurus Provinsi dan anggota Pengurus Besar IPSI yang hadir secara
sah.
1.
Apabila IPSI dibubarkan, hak miliknya harus diurus oleh suatu Komisi yang dibentuk khusus
oleh Munas IPSI yang membubarkan.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 23
Penutup
1.
Perubahan dan penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar ini dilaksanakan dalam Musyawarah
Nasional IPSI XIII pada tanggal 22 Februari 2012
1.
Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Munas IPSI XIII Tahun 2012 .
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Keanggotaan IPSI terdiri dari :
1.
Anggota Khusus
2.
Anggota Biasa
Pasal 2
1.
Anggota Khusus IPSI adalah keanggotaan yang dimiliki secara otomatis oleh Organisasi
dan/atau Perguruan Historis Pencak Silat yang ditinjau dari sejarah perkembangan IPSI,
mempunyai kedudukan khusus dan hanya berlaku di Tingkat Pusat.
1.
Organisasi dan/atau Perguruan Historis, Pencak Silat Anggota Khusus IPSI, adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Phashadja Mataram.
7.
8.
9.
Pasal 3
Anggota biasa IPSI adalah keanggotaan yang dapat dimiliki oleh Organisasi dan/atau Perguruan Pencak
Silat yang telah memenuhi syarat dan telah diterima sebagai anggota IPSI melalui tata cara
permohonan yang telah ditentukan.
Pasal 4
Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat Anggota biasa IPSI terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Pasal 5
Persyaratan bagi Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat menjadi Anggota biasa IPSI, yaitu :
1.
Untuk menjadi anggota IPSI Kecamatan, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan mempunyai anggota aktif sekurang-kurangnya 25 orang.
1.
Untuk menjadi anggota IPSI Kabupaten/Kota, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan mempunyai jumlah Kecamatan sekurang-kurangnya seper-empat (1/4) dari
jumlah IPSI Kecamatan yang terdapat diwilayah kerja IPSI Kabupaten/Kota bersangkutan.
Ketentuan ini tidak berlaku bagi Kabupaten/Kota yang belum mempnyai IPSI Kecamatan dan
hanya ada satu ( 1 ) Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat diwilayahnya, Organisasi dan /
atau Perguruan Pencak Silat bersangkutan dapat secara langsung mendaftar menjadi anggora
IPSI Kabupaten/Kota yang terkait.
1.
Untuk menjadi anggota IPSI Provinsi, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan harus mempunyai jumlah Cabang yang seluruhnya telah menjadi anggota IPSI
Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya setengah ( 1/2 ) dari jumlah IPSI Kabupaten/Kota yang
terdapat diwilayah kerja IPSI Provinsi bersangkutan.
1.
Untuk menjadi anggota IPSI Pusat, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan harus mempunyai jumlah Wilayah dan/atau cabang yang seluruhnya telah
menjadi anggota IPSI Provinsi sekurang-kurangnya setengah (1/2) + satu ( 1 ) IPSI Provinsi.
Pasal 6
Dalam memenuhi persyaratan untuk mendapatkan keanggotaan IPSI, Organisasi dan / atau Perguruan
Pencak Silat harus :
1.
Mengisi formulir yang dapat diperoleh dari pengurus IPSI setempat dan menyerahkan kembali
bersama dengan lampiran-lampiran lain, yaitu :
a.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi dan / atau Perguruan, yang
sejiwa dan selaras dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI.
b.
Penjelasan tentang sumber aliran dan sejarah berdirinya organisasi dan / atau
Perguruan Pencak Silat bersangkutan.
c.
d.
Surat Pernyataan kesanggupan menjunjung tinggi nama dan kehormatan IPSI dan
mendukung serta berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kebijakan dan program IPSI.
1.
Formulir yang telah diisi dan Lampiran-lampirannya sebagaimana disebut pada ayat 1 di atas,
diserahkan kepada Pengurus IPSI yang bersangkutan, yaitu :
a.
b.
c.
d.
1.
Pengurus IPSI yang bersangkutan melakukan penilaian terhadap kebenaran syarat-syarat dan
pengisian formulir keanggotaan IPSI dan lampiran-lampiran yang telah ditentukan.
1.
Apabila semua syarat, dan formulir keanggotaan IPSI beserta lampirannya dinilai cukup benar,
maka organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang bersangkutan diberi Sertifikat ( Surat
Keterangan ) keanggotaan IPSI. Duplikat sertifikat tersebut dikirim kepada Pengurus IPSI
setingkat di atasnya dan kepada PB IPSI.
1.
Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat Anggota Biasa yang sudah terdaftar dan disyahkan
ditingkat Pusat adalah :
1.
2.
3.
Persinas ASAD
4.
PSTD Indonesia
5.
6.
Pagar Nusa
Pasal 7
Status keanggotaan akan hilang apabila Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan :
1.
1.
1.
Dijatuhi sanksi oleh Pengurus IPSI yang berwenang yang mengakibatkan kehilangan
keanggotaannya karena dinilai melanggar ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IPSI.
BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 8
1.
Sesuai dengan tingkatannya, Pengurus IPSI dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah IPSI pada
tingkat yang bersangkutan.
1.
1.
1.
1.
1.
Atas persetujuan Pimpinan Pengurus IPSI yang berwenang melantik, pelantikan dapat
dilakukan oleh Pejabat Instansi atau Badan Pemerintah setempat.
1.
Pengukuhan Pengurus IPSI dilakukan oleh Pengurus IPSI setingkat diatasnya, diketahui oleh
KONI setempat, kecuali PB IPSI yang dipilih oleh Musyawarah Nasional, dan dikukuhkan oleh
KONI Pusat.
Pasal 9
1.
Masa bakti Pengurus IPSI adalah 4 (empat) tahun, terhitung mulai tanggal dikukuhkannya
Pengurus yang bersangkutan.
1.
Apabila setelah masa bakti 4 (empat) tahun belum dibentuk Pengurus IPSI yang baru, maka
pengurus IPSI yang bersangkutan terus melaksanakan tugasnya sampai dengan terbentuknya
kepengurusan yang baru.
1.
Apabila setelah melewati sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dari batas akhir masa bakti
belum dapat dibentuk dan ditetapkan pengurus IPSI yang baru, Pimpinan Pengurus IPSI
setingkat di atasnya mengambil prakarsa (dengan berkonsultasi bersama PB. IPSI dan
Pimpinan KONI diwilayah kepengurusan tersebut), untuk membentuk kepengurusan IPSI yang
baru, dengan menyelenggarakan Musyawarah IPSI yang kemudian memilih dan menetapkan
Pengurus IPSI yang baru.
BAB III
Pasal 10
Fungsionaris PB. IPSI dipilih dan ditetapkan sesuai dengan tata cara yang ditentukan oleh Musyawarah
Nasional IPSI. Fungsionaris Pengurus IPSI pada tingkat di bawahnya berpedoman padanya.
Pasal 11
1.
1.
Mengundurkan diri
b.
Meninggal dunia
c.
Dalam hal akan dilakukan pemberhentian sehubungan dengan alasan melakukan pelanggaran
terhadap Peraturan dan ketentuan AD. & ART. IPSI, fungsionaris yang bersangkutan diberi hak
untuk membela diri terhadap pengurus IPSI yang akan memberhentikan dan hak untuk naik
banding ke Pengurus IPSI setingkat di atasnya dapat dilakukan menurut tata cara dan tata
krama yang baik.
1.
Keputusan Pengurus IPSI yang akan memberhentikan dan keputusan banding dari pengurus
IPSI setingkat di atasnya dapat berupa :
a.
Membatalkan pemberhentian dan menempatkan kembali pada posisi semula fungsionaris yang
bersangkutan dalam Kepengurusan IPSI, dengan atau tanpa syarat tertentu.
b.
Pasal 12
Kekosongan Pengurus IPSI karena fungsionaris sebelumnya berhenti, segera diisi dengan fungsionaris
baru dan pengisian tersebut dilaporkan kepada Pimpinan Pengurus IPSI setingkat di atasnya dengan
surat keputusan pergantian antar waktu.
BAB IV
SUSUNAN PENGURUS IPSI
Pasal 13
1.
Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia ( PB. IPSI ), adalah Pimpinan Tertinggi Organisasi
yang melaksanakan Kepemimpinan dan bertanggungjawab kedalam maupun keluar.
1.
a.
Ketua Umum.
b.
Wakil Ketua sekurang-kurangnya 4 (empat) orang (salah satu dapat merangkap menjadi Ketua
Harian).
c.
d.
e.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lembaga Pelatih.
1.
Masing-masing Ketua Departemen dan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibantu
beberapa anggota yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
1.
Ketua Umum terpilih dan Formatur terpilih dalam Munas IPSI diberi mandat oleh Munas untuk
melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Besar IPSI sesuai dengan tuntutan pembinaan.
Pasal 14
1.
Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (Pengprov IPSI), adalah Pimpinan Provinsi di
wilayahnya yang melaksanakan Kepemimpinan dan mengkoordinir kegiatan Organisasi
didaerahnya.
1.
a.
Ketua
b.
Wakil Ketua sekurang-kurangnya 4 (empat) orang (salah satu dapat merangkap menjadi Ketua
Harian).
c.
d.
e.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lembaga Pelatih.
1.
Masing-masing Ketua Bidang dan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibantu
beberapa anggota yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
1.
2.
1.
Ketua terpilih dan Formatur terpilih dalam Musprov IPSI diberi mandat oleh Musprov untuk
melengkapi
pembinaan.
Pasal 15
1.
1.
a.
b.
c.
d.
1.
Bidang Organisasi.
2.
3.
4.
5.
Lembaga Pelatih.
1.
Ketua terpilih Formatur terpilih dalam Muskab/Muskot IPSI diberi mandat oleh Muskab/Muskot
untuk melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Kabupaten/Kota IPSI sesuai dengan tuntutan
pembinaan.
Pasal 16
1.
Pengurus Kecamatan Ikatan Pencak Silat Indonesia ( Pengran IPSI ), adalah Pimpinan
Kecamatan diwilayahnya yang melaksanakan Kepemimpinan dan mengkoordinir kegiatan
Organisasi didaerahnya.
1.
a.
b.
c.
1.
Susunan pegurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan susunan Pengurus
IPSI setingkat diatasnya dan/atau disesuaikan dengan kebutuhan.
1.
Ketua terpilih Formatur terpilih dalam Musran IPSI diberi mandat oleh Musran untuk
melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Kecamatan sesuai dengan tuntutan pembinaan.
BAB V
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
FUNGSIONARIS PENGURUS IPSI
Pasal 17
Ketua Umum dan/atau Ketua terpilih dan Formatur terpilih bersama-sama dalam Musyawarah IPSI
diberi mandat penuh menyusun pembidangan tugas dan tanggung jawab Fungsionaris Pengurus IPSI.
BAB VI
DEWAN PEMBINA, DEWAN PERTIMBANGAN, MAJELIS PAKAR, KOMISI DISIPLIN,
LEMBAGA BELA NEGARA DAN LEMBAGA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PROFESI
Pasal 18
1.
a.
Dewan pembina diadakan di IPSI Pusat, beranggotakan mantan ketua Umum/Ketua PB. IPSI
dan ketua-ketua Organisasi/Perguruan Pencak Silat.
b.
c.
d.
1.
Yang diangkat sebagai Pembina adalah seorang karena fungsi / jabatan dan menjadi
pengayom/penyantun masyarakat di setiap tingkat keberadaannya.
1.
Anggota Dewan Pembina terdiri atas Ketua Umum, Perguruan Historis secara exofficio yang
bertugas membina dan mengawasi langsung kepengurusan IPSI Pusat.
Pasal 19
1.
1.
Dewan Pertimbangan terdiri dari tokoh-tokoh Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat
anggota IPSI.
1.
Tugas Dewan Pertimbangan IPSI adalah memberikan nasehat dan saran / pertimbangan
kepada Pengurus IPSI dalam menentukan kebijakan pengembangan dan pembinaan Pencak
Silat di tingkatnya baik diminta maupun tidak.
Pasal 20
Majelis Pakar, terdiri dari beberapa orang pakar yang dengan kepakaran/keahliannya dapat
memberikan sumbangan pada pembinaan dan pengembangan kualitas Pencak Silat.
Pasal 21
Komisi Disiplin, terdiri dari beberapa orang yang diangkat oleh Pengurus IPSI sesuai dengan
tingkatannya dengan tugas dan kewenangan menegakkan disiplin organisasi.
Pasal 22
1.
Lembaga Bela Negara, terdiri dari beberapa orang yang diangkat oleh Ketua Umum PB. IPSI
dengan tugas dan wewenang penyelenggaraan bela negara.
1.
Lembaga Bela Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga yang berada
ditingkat pusat untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi pengabdian dan kemampuan
komunitas silat kepada negara dan bangsa.
1.
Formulasi pokok-pokok tugas dan kewajiban yang rinci akan dikeluarkan tersendiri.
Pasal 23
1.
Lembaga Akreditasi dan Sertifikasi Profesi (LASP), terdiri dari beberapa orang yang diangkat
oleh Ketua Umum PB. IPSI dengan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan akreditasi
dan sertifikasi profesi.
2.
Lembaga Akreditasi dan Sertifikasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berada
ditingkat pusat dan bersifat independen.
BAB VII
PESERTA DAN TATA LAKSANA
MUSYAWARAH IPSI
Pasal 24
1.
a.
Peserta
b.
Peninjau
1.
a.
1.
2.
3.
a.
Peninjau, adalah utusan Pengurus Provinsi dan Utusan Perguruan Silat yang diberi mandat.
b.
Jumlah Peserta dan Peninjau dari setiap utusan ditetapkan oleh PB IPSI.
1.
a.
1.
2.
3.
a.
Peninjau, adalah utusan Pengurus Kabupaten/Kota dan Utusan Perguruan Silat yang diberi
mandat.
b.
Jumlah Peserta dan Peninjau dari seiap utusan ditetapkan oleh Pengurus Provinsi IPSI yang
bersangkutan.
c.
1.
oleh:
1.
2.
3.
a.
Peninjau, adalah utusan Pengurus Kecamatan dan Utusan Perguruan Silat yang diberi mandat.
b.
Jumlah Peserta dan Peninjau dari setiap utusan ditetapkan oleh Pengurus Kabupaten/Kota IPSI
yang bersangkutan.
c.
1.
a.
Peninjau, adalah utusan Organisasi dan Perguruan Pencak Silat anggota IPSI Kecamatan. yang
diberi mandat
c.
Jumlah Peserta dan Peninjau dari setiap utusan ditetapkan oleh Pengurus Kecamatan IPSI yang
bersangkutan.
d.
1.
Utusan Pengurus IPSI mewakili aspirasi dan kepentingan seluruh jajaran Pencak Silat di
wilayahnya.
1.
Utusan PB IPSI mewakili aspirasi yang berkaitan dengan tujuan dan cita-cita pendirian IPSI.
Pasal 25
1.
Dalam Musyawarah IPSI setiap peserta mempunyai hak bicara dan satu ( 1 ) hak suara,
sedangkan Peninjau dapat menyampaikan pandangannya seijin Pimpinan Sidang atau bila
diminta dan tidak mempunyai hak suara.
1.
Pimpinan Musyawarah IPSI dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Paripurna dan/atau sidang
Pleno
1.
Sidang-sidang Musyawarah IPSI dipandang sah apabila dihadiri dan diikuti oleh sekurangkurangnya setengah () ditambah satu (1) jumlah Peserta yang diundang dan mengikuti
sidang.
1.
1.
Keputusan Musyawarah IPSI wajib ditaati dan dilaksanakan oleh jajaran IPSI di wilayah kerja
yang bersangkutan.
Pasal 26
1.
Musyawarah Istimewa IPSI, baru dapat diadakan apabila sekurang-kurangnya dua per-tiga
(2/3) dari jumlah anggota IPSI di wilayah kerja IPSI yang bersangkutan menghendakinya.
1.
Usulan tersebut diajukan kepada pengurus IPSI satu tingkat diatasnya dan mendapat
persetujuan.
1.
Untuk IPSI Pusat, usulan tersebut diajukan kepada KONI Pusat untuk mendapatkan
persetujuan/ rekomendasi.
BAB VIII
PESERTA DAN TATA LAKSANA
RAPAT-RAPAT IPSI
Pasal 27
Sesuai dengan tingkat kepengurusan IPSI dan lingkup wilayah kerjanya, Raker IPSI dihadiri dan diikuti
oleh :
a.
Pengurus IPSI
b.
Utusan dari Pengurus IPSI setingkat dibawahnya yang mendapat mandat dari Pengurus IPSI
dan Perguruan Pencak Silat anggota IPSI.
Pasal 28
1.
Raker IPSI dipimpin oleh Ketua Umum dan/atau Ketua Pengurus IPSI bersangkutan atau yang
ditunjuk oleh Ketua Umum.
1.
Keputusan Raker IPSI diambil berdasarkan azas musyawarah dan kesepakatan bersama.
1.
Keputusan Raker wajib ditaati dan dilaksanakan oleh Pengurus IPSI atau oleh Pengurus
Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat anggota IPSI.
Pasal 29
1.
Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI dihadiri dan diikuti oleh fungsionaris Pengurus IPSI
bersangkutan dengan maksud dan tujuan peserta rapat mendapat mandat penuh sebagai
peserta dari Pengurus IPSI atau Pengurus Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silta anggota
IPSI.
1.
Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI dipimpin oleh fungsionaris Pengurus IPSI yang
bersangkutan yang bertanggung jawab terhadap masalah teknis yang dibicarakan.
1.
Keputusan Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI diambil berdasarkan azas musyawarah dan
kesepakatan bersama.
1.
Keputusan Rakernis dan/atau Rapat konsultasi wajib ditaati dan dilaksanakan oleh fungsionaris
teknis Pengurus IPSI bersangkutan serta Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat anggota
IPSI.
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 30
1.
Atribut IPSI adalah tanda-tanda khusus yang dinyatakan dalam wujud serta bentuk, yaitu :
a.
Lambang.
b.
Bendera.
c.
d.
Lagu.
e.
Salam.
f.
g.
1.
Lambang IPSI digunakan pada Bendera, Kertas Kop Surat, Stempel, Plaket, Vandel, Badge dan
benda-benda lain yang membawa nama dan kehormatan serta kebanggan IPSI.
1.
Bendera IPSI adalah bendera berdasar warna hijau tua berlambang IPSI merupakan lambang
kehormatan dan kebanggaan IPSI.
1.
Prasetya Pesilat Indonesia, adalah janji setia setiap insan pesilat Indonesia.
1.
Lagu IPSI adalah hymne dan Mars yang menyatakan jatidiri dan perjuangan IPSI dalam bentuk
nada, irama dan lirik lagu.
1.
1.
Hal-hal yang menyangkut bentuk, warna, dan makna atribut IPSI diatur secara tersendiri dalam
Ketentuan dan/atau Peraturan Khusus IPSI.
BAB X
SUMBER KEUANGAN IPSI
Pasal 31
Sumber keuangan IPSI melalui berbagai usaha diatur secara tersendiri dalam Ketentuan dan/atau
Peraturan Khusus IPSI.
BAB XI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 32
Segala hal yang berlaku berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI, Keputusan
Musyawarah Nasional IPSI XII 2007 khususnya menyangkut Struktur Pengurus Provinsi /
Kabupaten/Kota dan Kecamatan masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan sesudah itu
harus disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI yang ditetapkan oleh
Musyawarah Nasional XIII tahun 2012.
BAB XII
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur tersendiri oleh PB IPSI sepanjang
tidak bertentangan atau menyimpang dari Anggaran Rumah Tangga ini.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 34
1.
Perubahan dan penyempurnaan terhadap Anggaran Rumah Tangga ini dilaksanakan sebanyak
12 (dua belas) kali dan disahkan dalam Musyawarah Nasional IPSI XIII pada tanggal 22 Februari
2012.
1.
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disahkan oleh Munas IPSI
XIII 22 Februari 2012.
Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 22 Februari 2012