Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah
umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik
kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif
setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang
menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung
perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar
information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya
metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang
diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi
dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran
Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi
bisa mendukung pembelajaran.
Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat
yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara
lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir,
mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa
untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide
temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa
yang lemah, juga menerima perbedaan ini.
Namun, sampai model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan
dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, melalui makalah
sederhana ini kami akan mencoba menghidupkan kembali tentang bagaimana
penerapan saling membantu satu sama lainnya melalui pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian dari Cooperatif Learning?


Apa saja karakteristik dari Cooperatif Learning?
Apa Tujuan dari Cooperatif Learning ini ?
Apa saja unsur unsur Cooperatif Learning ?
Apa saja model model Cooperatif Learning ?
Bagaimana strategi dan kebiasaan yang mendukung Cooperatif

Learning?
7. Apa saja Peran guru dalam Cooperatif Learning ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperatif Learning
Telah dikembangkan dan diteliti

berbagai

macam

pendekatan

pembelajaran kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja
bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan
melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang
mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang
menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda. Khas Cooperative Learning
yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif.

Sebelumnya

siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat
bekerja sama yang baik dalam hal:
a. Bagaimana menjadi pendengar yang baik
b. Bagaimana memberi penjelasan yang baik
c. Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lainlainnya.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator akan terlihat jelas. Kondisi ini peran dan
fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana
aktif dan pembelajaran terkesan demokratis. Masing-masing siswa punya peran
dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa
dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya


bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga membantu proses belajar
teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat mengembangkan
keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan mengadakan suatu
penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok, kemudian hasil
penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada seluruh kelas.
Model Cooperative Learning memberikan dampak yang positif bagi siswa
yang memiliki hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan belajar secara
individual. Pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning
dilandasi dengan Teori Kontruktivisme. Teori Kontruktivisme memandang bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Siswa harus mampu membangun
pengetahuan dan memberikan makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh
karena itu teori kontruktivisme lebih menekankan bagaimana siswa memproses
informasi dan kognitivisme yang menyatakan interaksi bisa mendukung
pembelajaran.
B. Karakteristik Cooperatif Learning
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada
dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk


mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina
hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,
mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran
untuk memperoleh kesimpulan.
Contoh teknik Cooperatif Learning :
Mencari Pasangan
o Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.
o Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
o Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
Bertukar Pasangan
o Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.
o Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
o Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.
o Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan
dan mengukuhkan jawaban.
o Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula.

C. Tujuan Cooperative Learning


Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi


oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a.

Hasil belajar akademik


Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting
lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di
samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b.

Penerimaan terhadap perbedaan individu


Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.

c.

Pengembangan keterampilan sosial


Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak
anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial

D. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif


Menurut Suprijono (2010:58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran


kooperatif akan dapat menubuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang
bercirikan (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti
fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)
pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompenten
menilai.
Roger dan David Johson dalam Suprijono (2010:58), mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajar harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah:
a. Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam dalam pembelajaran kooperatif ada
dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama: mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. kedua: menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:

Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam


kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai.

Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan


yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok


hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya,
mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan
perolehan tugas mereka menjadi satu.

Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung dan saling berhubung, saling melengkapi, dan saling terikat
dengan peserta didik lain dalam kelompok.

b. Tanggung Jawab Perseorangan


Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran
terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama artinya, setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah
(a) kelompok belajar jangan terlalu besar, (b) melakukan assesmen
terhadap setiap siswa, (c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih
secara random untuk mempersentasikan hasil kelompoknya kepada guru
maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, (d) mengamati
setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu
kelompok, (e) menguasai seorang peserta didik untuk berperan sebagai
pemeriksa dikelompoknya, (f) menugasi peserta didik mengajar
temannya.
c. Interaksi Promotif
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

saling membantu secara efektif dan efisien;

Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan;

Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien;

Saling mengingatkan;
8

Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi


serta menigkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi;

Saling percaya;

Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

d. Komunikasi Antar Anggota


Komunikasi antar anggota adalah keterampilan sosial, untuk
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan
peserta didik harus:

saling mengenal dan mempercayai;

Mampu berkomunikasi secara kurat dan tidak ambisius;

Saling menerima dan saling mendukung;

Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

e. Pemrosesan Kelompok
Pemrosesan mengandung nilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan
kelompok kelompok adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam
memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai
tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan
kelas secara keseluruhan.
E. Model Model cooperatif Learning
Dalam cooperatif learning terdapat beberapa fariasi model yang di terapkan di
antar lain :

1) jigsaw
Yaitu mendorong siswa aktifdan saling membatu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapaian prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya
di bentuk secara bertahap.
2) Group Invesgation
Pada model ini siswa di bagi ke dalam kelompok yang b eranggotakan 4-5
orang. Daln pada model ini siswa dapat memilh sub topic yang ingin mereka
pelajari atau di tentukan oleh guru.
3) Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru,
kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompok
mempunyai peran masing-masing.
F. Strategi dan Kebiasaan yang Mendukung Cooperatif Learning
Beberapa strategi dan kebiasaan yang mendukung terlaksananya
Cooperatif Learning diantaranya :
1. Pengaturan Ruangan
Jika akan menggunakan kelompok dalam waktu yang lama, aturlah
secara langsung pembagian kelompok tersebut tanpa meminta siswa
berpindah tempat. Ruang kelas dilengkapi dengan meja yang diatur
sedemikian rupa agar dapat bergerak bebas untuk memudahkan pengawasan
oleh guru. Perlu juga diingat bahwa semua anggota kelompok akan saling
berbicara saat menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, boleh juga disediakan tempat untuk meletakkan alat-alat
personal maupun kelompok agar tidak terjadi peminjaman oleh kelompok
lainnya sehingga proses pembelajaran tidak terganggu karena mengurangi
keharusan berkeliling ke tempat kelompok lain.
2. Prosedur Bicara dan Pergerakan

10

Para guru sering dibuat pusing oleh keributan muridnya ketika dalam
pembelajaran kelompok, baik oleh siswa yang melakukan kegiatan maupun
siswa yang hanya membuat kegaduhan tanpa melakukan kegiatan. Maka,
seorang guru sebaiknya mendiskusikan aturan berbincang (diskusi) dan
memberikan panduan pada para murid. Salah satu caranya yaitu; dengan
mengatur siswa agar berbicara dengan pelan sesuai kondisi kelompoknya
(cukup lingkup kelompok).
3. Tanda Perhatian Kelompok
Ketika para siswa sedang bekerja dan anda harus menghentikan
aktivitas mereka untuk memberikan arahan ataupun tambahan pemeblajaran,
maka perlu menghemat waktu agar tidak termakan oleh pengkondisian
maupun kegaduhan siswa.
Salah satu cara yang efisien adalah menggunakan tanda-tanda.
Contohnya :
Guru berkata : Satu, dua, tiga sambil tepuk tangan.
Siswa merespon : Lihat aku dan lihat Guru
Guru berkata : Jempol keatas jika kalian dapat mendengarku, Lipat
tangan jika kalian jika dapat mendengarku atau Bertepuk tanganlah jika
kalian dapat mendengarku.
Setiap tanda yang digunakan sebaiknya mudah untuk mengalihkan
perhatian siswa dan mengharuskan mereka mengubah perilaku, sehingga
efektif menghentikan aktivitas sebelumnya.
4. Mendorong Interdependensi dalam Kelompok
Interdependensi yang positif akan terjadi ketika produk dalam
kelompok dilakukan oleh tindakan para anggota kelompok. Selain untuk
meningkatkan kinerja, interdependensi juga dapat membangun kesatuan
kelompok dan membantu menciptakan aturan kelompok yang mendukung
proses pembelajaran. Para siswa pun merasa bertanggung jawab untuk
menyumbangkan ide dan pemikirannya kedalam kelompok .
5. Pertanggungjawaban Individual
Meskipun interdependensi itu penting, para siswa harus merasa
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. Hal ini tidak terlalu
bermasalah ketika tugasnya individu. Namun, jika tugasnya berbentuk
kelompok maka harus menetapkan pertanggungjawaban kelompok dan setiap
siswa diminta harus mempunyai tugas untuk memaparkan hasil kerja mereka.
Salah satunya yaitu melalui permintaan laporan secara lisan dari masingmasing individu.

11

G. Peran Guru dalam Cooperative Learning


Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk
melakukannya antara lain:
1. Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai
berikut:
a) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan
menjelaskan keinginan dan pembicaraannya.
c) Mmembatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang
bermanfaat bagi yang lainnya
e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya
dalam bertukar pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang
sedang di bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang
nyata di temukan di lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi,
membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlamgsung.

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperative
Learning adalah penting dan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran karena
teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar
cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka.
Cooperative Learning sendiri mempunyai beberapa unsur diantaranya:
siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama, siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri, siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, siswa haruslah
membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya,
siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, siswa berbagi kepemimpinan
dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok cooperative.
Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan penulis khususnya.
B. Saran
Dari pemaparan makalah diatas, pemakalah mengharapkan kesadaran dari
pembaca tentang pentingnya memahami model-model pembelajaran karena
nantinya bisa kita jadikan bekal dalam mendidik peserta didik kita, supaya
menjadi peserta didik yang berkualitas. Dari pemakalah sendiri minta maaf
banyak jika banyak kekurangan. Maka kami harapkan saran dan kritikannya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk

Guru Sekolah Dasar. 2011. Ed. 8 Cet.I. Jakarta : Kencana


http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif
http://safnowandi.wordpress.com/2012/02/27/model-pembelajarankooperatif/

14

Anda mungkin juga menyukai