Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BELAJAR

OLEH :

NAMA

NIM

ZULFAHMI LUTFI

1229542070

ZULKIFLI

1229542089

KELAS
PTIK 06

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas hidayah dan karuniaNya,penyusunan makalah BELAJAR ini dapat di rampungkan. Mudah-mudahan makalah ini
dapat memberi sumbangsih yang besar kepada pembaca dalam memperdalam pelajaran.
Saya

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

kesempurnaan makalah ini terutama kepada Dosen pembimbing mata kuliah belajar dan
pembelajaran yang telah telah memberikan bayak ilmu pengetahuan baru dan juga telah
membimbing kami.
Saya harap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya pribadi dan para pembaca. isi
menyadari bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saya mengharapkan
kritik yang membangun dan saran dari para pembaca agar makalah ini jadi lebih baik lagi.
Makassar,

Oktober 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya kemapuan untuk belajar dan menurunkan kemampuan belajar antar generasi
merupakan ciri penting manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya.
Kemampuan belajar telah memberikan banyak manfaat bagi perkembangan peradaban manusia
baik secara individual maupun kelompok (masyrakat).secara individual, kemampuan belajar
dapat mengantarkan seseorang pada perkembangan pribadi yang mengarah pada tebentuknya
pola kecakapan intelektual, kecakapan hidup, serta penguasaan keterampilan-keterampilan
tertentu. Berkaitan dengan hal ini, maka tidaklah mengherankan jika ada seorang dokter yang
menguasai keterampilan lain selain keterampilan profesinya, misalnya keterampilan dalam
memasak, mengajar, dan lainnya. Bagi masyarakat, kegiatan belajar memainkan peranan penting
dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya antar generasi. Hasil yang diperoleh dari proses
belajar baik berupa temuan-temuan ilmiah maupun hasil coba-coba yang berlangsung terus
menerus dari waktu ke waktu selalu terwariskan dan terus berkembang dari generasi ke generasi.
Hal inilah yang menjadikan masyrakat manusia selalu berkembang secara dinamis dari waktu ke
waktu atau dari generasi ke generasi berikutnya.
Proses belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Agar proses
pembelajaran dapat belangsung, maka mesti ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang
berperan sebagai perancang, penilai proses dan hasil pembelajaran. Belajar merupakan suatu
proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang
yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Selain itu, belajar sering juga
dimaknai

sebagai adanya perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan

perkembangan mutakhir yang didukung oleh hasil kajian neurofisiologi dan neuropsikologi
makna belajar lebih luas yakni melibatkan kemampuan memproses informasi, menalar, dan

mengembangkan pemahaman serta meningkatkan penguaasaan keterampilan dalam proses


pembelajaran.
B.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud belajar ?
Apa yang dimaksud dengan prinsip belajar ?
Apa saja prinsip-prinsip belajar yang terkait dengan proses belajar ?
Bagaimana proses belajar itu berlangsung ?
Apa saja teori teori tentang belajar ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja
untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja sebenarnya proses belajar
timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi
dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang
timbul karena adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi

merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan
menuntut ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat mereaksi dan melampaui (under
going).
Adapun Pengertian dari belajar menurut para ahli yaitu:
1) Witherington (1952) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam
kepribadianyang

dimanifestasikan

sebagai

pola-pola

respons

yang

baru

berbentukketerampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.


2) Wingkel, 1987 menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis
dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada
diri sendiri.Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu
untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil
interaksinyadengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Moh. Surya (1997) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi
dengan lingkungannya.
4) (Walra, rochmat, 1999:24) Belajar ialah Suatu aktifitas atau pengalaman yang
menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat
permanen.
Dari pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat diuraikan bahwa pada proses
belajar terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan
baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah
pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita
sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan
manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut
tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada

keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang
berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
B. PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR
Prinsip Belajar Menurut Gestalt Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan
peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang
dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi
permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah
diterimanya.
Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies adalah Suatu komunikasi terbuka antara
pendidik dengan peserta didik sehingga peserta didik termotivasi belajar yang bermanfaat
bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat
metode yang menyenangkan peserta didik.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan
berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
C. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES BELAJAR
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut
terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi peserta didik yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.
Secara umum prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada peserta
didik apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau
diperlukan

dalam

kehidupan

sehari-hari,

akan

membangkitkan

motivasi

untuk

mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka peserta didik perlu

dibangkitkan perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang


sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi
pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372). Motivation is the concept we use when we
describe the force action on or whitin an organism yo initiate and direct behavior
Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan
tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan
dalam mengajar. Guru berharap bahwa peserta didik tertarik dalam kegiatan intelektual dan
estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Peserta didik yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilainilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya,
bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat peserta didik
dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap peserta didik, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan
aktivitasnya. Peserta didik yang menyukai matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya
adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri peserta didik
terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik
adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh,
seorang peserta didik yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertaanya. Sebagai contoh, peserta didik belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas

atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan
belajar.
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin
terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya akan makin haik
pula. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha supaya perhatian peserta didik terpusat
pada pelajaran. Memunculkan perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh
dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya
umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain, atau yang
lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.
Dari uraian kedua hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa,
1. Belajar dengan pernah perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses
dan hasilnya akan lebih baik.
2. Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap
pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau
minat peserta didik.
b) Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya
penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat
belajar tidak terpaku hanya didalam kelas saja.
2) Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan
dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendri. Mon Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang

dari peserta didik sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916.
dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, peserta didik selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita
amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Seperti yang telah dibahas
di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional.
Bila ada peserta didik ) yang duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi
mental emosionainya tidak terlibat akif didalam situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya
peserta didik tersebut tidak ikut belajar. Oleh karena itu guru jangan sekali-kali
membiarkan ada peserta didik yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar
mengaktifkan peserta didik belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktifitas
belaiar tersebut.
Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas
belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode mengajar
lain. Sekali untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya meningkatkan kadar
aktivitas belajar peserta didik, coba anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah
satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda rancang kegiatan-kegiatan
belajar yang bagaimana yang harus peserta didik anda lakukan, supaya kadar aktivitas
belajair mereka relatif tinggi. Bila sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan
deingan guru lain disekolah anda atau guru sesama peserta program
3) Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh peserta
didik yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung peserta didik tidak

sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang
belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam
perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati
tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara
pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan leaming by doing-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh peserta didik secara aktif, baik individual maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan peserta didik di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik
semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam
penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga
pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4) Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh
teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal,
merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya
tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam,
maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi
atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu
hukum belajarnya law of exercise, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalamanpengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Seperti kata pepatah latihan menjadikan sempurna (Thomdike, 1931b:20. dari


Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya
pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul
bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya peserta didik
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika
lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan,
dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap
sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan
sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih dayadaya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan
membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar
adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat
dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar tetap diperlukan latihan/pengulangan.
Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip
pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).
5) Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelajari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam,
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar
peserta didik menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu
yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi,
artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan
baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi

hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
membuat peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu
dipecahkan membuat peserta didik tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang
memberi kesempatan pada peserta didik untuk menermakan konsep-konsep, prinsipprinsip, dan generalisasi akan menyebabkan peserta didik berusaha meneari dan
menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang
telah mendan saja kurang menarik bagi peserta didik.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan
bagi peserta didik untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif
maupun negatif juga akan menantang peserta didik dan menimbulkan motif untuk
memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6) Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan
oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning
yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat
adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law of effect nya Thomdike.
Peserta didik akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu
menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang
tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Peserta didik belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang
baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang
mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas,
karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan
dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah
yang disebut penguatan negatif. Di sini peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa

yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning,
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan
sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan. Balikan yang segera diperoleh peserta didik setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih
giat dan bersemangat.
D. Cara cara proses belajar berlangsung .
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran tentu mempunyai
urutan langkah langkah demi memperlancar dan mempermudah proses belajar sesuai
dengan perkembangan anak . Langkah langkah tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Belajar dan kematangan
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ organ yang mana telah
mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing masing dan ini terjadi
dari rangsangan dalam diri manusia secara sendirinya . Sedangkan belajar membutuhkan
kegiatan yang kita sadari yang ini terjadi karena rangsangan dari luar.
2.
Belajar dan penyesuaian diri
Dalam hal ini terdapat dua macam penyesuaian diri yaitu :
a.
Penyesuaian diri autoplastis , seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan
keadaan lingkungan / dunia luar .
b.
Penyesuaian diri alloplastis , mengubah lingkungan atau dunia luar disesuaikan dengan
kebutuhan dirinya Dari dua jenis penyesuaian ini sangat berhubungan erat dengan belajar
karena belajar memerlukan proses penyesuaian dan dalam penyesuaian juga dibutuhkan
sebuah latihan latihan yang eratkaitannya dengan proses belajar . Jadi , sama artinya
dengan adanya simbiosis mutualisme antar keduanya .
3.
Belajar dan pengalaman
Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar tapi tiap tiap kegiatan dari
belajar berarti juga mengalami . Contoh kegiatan yang bukan belajar adalah mengalami
sesuatu yang menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan kesedihan. Jadi , ketika kita
belajar sesuatu itu merupakan pengalaman yang sedang kita dapat dapatkan . Namun
ketika kita mengalami sesuatu belum tentu itu merupakan sebuah proses belajar . Di sini
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar tentu akan ada sebuah

pengalaman. Yang pengalaman pengalaman itu apabila dimanfaatkan dengan baik akan
memberikan efek positif pada proses belajar .
4.
Belajar dan bermain
Bermain dan belajar memiliki kesamaan yaitu sama sama merubah tingkah laku
dari seseorang. Antara keduanya terdapat pula perbedaan , menurut sifatnya yaitu jika
bermain hanya untuk kepuasan sesaat sedangkan belajar mempunyai tujuan untuk masa
depan.
5.

Belajar dan pengertian


Dalam proses belajar saat ini kebanyakan dari kita mengira bahwa jika kita
mengerti tentang sesuatu pasti kita akan berhasil dalam proses belajar padahal belum
tentu seperti itu .
Contohnya saja yang terjadi pada kucing ketika dia latihan menangkap mangsa ,
awalnya dia tidak tau hal apa yang dia lakukan dan untuk tujuan apa . Dia hanya selalu
melakukan hal itu secara terus menerus . Dan dia akan mengerti ketika dia semakin
tumbuh besar.

6.

Belajar dan menghafal


Menghafal dan mengingat ternyata bukan merupakan suatu proses menghafal hal
ini dikarenakan dalam menghafal dan mengingat saja tanpa kita mengerti apa maksud dan
tujuan dari menghafal tersebut maka kita akan mudah lupa dan tidak tau manfaat apa
yang akan kita dapat nantinya setelah kita hafal akan sesuatu tersebut . Karena dari suatu
proses belajar pula akan menimbulkan perubahan tingkah laku sehingga apabila kegiatan
menghafal dan mengingat itu tidak memberikan efek perubahan maka tidak disebut

7.

sebagai kegiatan belajar .


Belajar dan latihan
Persamaan dari dua hal ini adalah sama sama dapat merubah tingkah laku
seseorang namun dalam hal belajar belum tentu semuanya perlu latihan , misalnya anak
yang menyentuh api akan merasa panas dan sejak itu dia tau bahwa api itu panas hal ini
tidak perlu latihan untuk keberhasilan proses belajar hanya perlu pengertian saja

E. Macam-macam Teori Belajar


Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori

belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan
pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun
atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan


bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham
karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar merupakan sebuah proses yang mampu merubah tingkah laku
seseorang yang memerlukan sebuah proses secara terus menerus . Dalam
hal ini banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar
sehingga diperlukan banyak latihan dan konsentrasi . Kita juga perlu
mengetahui berbagai teori teori tentang belajar sehingga menambah
wawasan kita bagaimana cara belajar yang mampu membantu kita
mendapatkan hasil yang maksimal. Yang sangat diharapkan setelah kita
belajar tidaklah hanya menguasai teorinya saja, tetapi bisa kita aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuat kehidupan kita lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
http://visiuniversal.blogspot.com/2014/03/pengertian-belajar-dan-macam-macam.html
http://www.informasi-pendidikan.com/2014/01/prinsip-prinsip-pembelajaran.html
http://bimbingankonselingceria.blogspot.com/2013/01/bagaimana-proses-belajar-ituberlangsung.html
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/

Anda mungkin juga menyukai