Anda di halaman 1dari 10

DILEMA ETIK

SISTEM KARDIOVASKULER
Dosen pengampu : Priyanto, S.kep., M.kep., Ns.Sp.KMB

Di susun oleh :
Nanang Itsnaini Kafidhul Aziz
010112a065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia
harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Contoh sederhananya
adalah jika seseorang menemukan cincin berlian, ia harus memutuskan untuk
mencari pemilik cincin atau mengambil cincin tersebut.
B. Model Penyelesaian Masalah.
HUSTEDS FORMALETHICAL DECISION MAKING MODEL
Nurse/Patient Agreement

Autonomy
Veracity

Freedom

Beneficience

Privacy

Fidelity

Context
Situation

Knowledge

DECISION

C. Prinsip prinsip Etik Keperawatan


Kasus diatas adalah perilaku perawat yang tidak baik dan melanggar
prinsip-prinsip etik keperawatan yang seharusnya dimiliki dan diamalkan oleh
setiap perawat, prinsip-prinsip etik keperawatan :
1. Autonomy (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Prinsip otonomi merupakan respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan penungkatan olenh diri dan
orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
3. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan, dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang

lain

kemanusiaan.

yang

menjunjung

prinsip-prinsip

moral,

legal

dan

Nilai ini direfleksikan dalam praktekprofesional ketika perawat bekerja


untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Nonmaleficience (Tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.
Nilai

ini

diperlukan

oleh

pemberi

pelayanan

kesehatan

untuk

menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan dahwa


klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan dengan kemampuan
seseorang untuk menyampaikan kebenaran.
Informasi harus ada untuk menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjakani perawatan.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
6. Fidelity (Menepati janji)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setia pada komitmenya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien.

Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seorang untuk mempertahankan


komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, mengganbarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatajan bahwa tanggung jawab dasar perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan
dan meminimalkan penderitaan.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat pada dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
Diskudi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan setandar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

Kasus
Tn. C berusia 40 tahun. Seeorang yang menginginkan untuk dapat
mengakhiri hidupnya karena menderita PJK ( Penyakit Jantung Koroner)
Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena
sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit
tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong.
Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit
tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami
koma. Rumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak
meninggal klien tersebut.
Tiga

orang

perawat

mendiskusikan

kejadian

tersebut

dengan

memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas


legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah
sakit.
Perawat A mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih
untuk mati. Perawat B menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada
dirumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C
mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.
Untuk kasus yang diatas perawat manakah yang benar dan apa landasan
moralnya?

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIS


Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan
kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan
tiga orang perawat dengan pendapat yang berbeda yaitu perawat A, B dan C.
Tindakan yang diusulkan yaitu perawat A mendukung keputusan tuan C
memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan C, perawat B
tidak menyetujui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan
kebijakan rumah sakit. Dan perawat C mengatakan yang berhak memutuskan
adalah dokter.
Mengidentifikasi munculnya konflik
Penderitaan tuan C dengan kebutaan akibat diabetik, menjalani dialisis
dan dalam kondisi koma menyebabkan keluarga juga menyetujui permintaan
tuan C untuk dilakukan tindakan eutanasia. Konflik yang terjadi adalah pertama,
eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan
harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan
melanggar hak-hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya
perbedaan pendapat antara perawat A, B dan C.

Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan


Adapun tindakan alternatif yang direncanakan dari konsekuensi tindakan
eutanasia adalah
1. Setuju dengan perawat A untuk mendukung hak otonomi tuan C tetapi hal
inipun harus dipertimbangkan secara cermat konsekuensinya, sebab
dokter dan perawat tidak berhak menjadi pembunuh meskipun klien
memintanya. Konsekuensi dari tindakan ini: hak klien terpenuhi,
mempercepat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan
berkurangnya beban keluarga. Namun pihak rumah sakit menjadi tidak
konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat.
2. Setuju dengan perawat B karena sesuai dengan prinsip moral avoiding
killing. Konsekuensi dari tindakan ini: klien tetap menderita dan kecewa,
klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga
terutama biaya perawatan meningkat. Dengan demikian rumah sakit
konsisten dengan peraturan yang telah dibuat
3. Setuju dengan perawat C yang menyerahkan keputusannya pada tim
medis atau dokter. Namun konsekuensinya perawat tidak bertanggung
jawab dari tugasnya. Selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit
yang tidak berhak memutuskan kematian klien.

Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat


Pada kasus tuan C, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen
rumah sakit dan keluarga. Rumah sakit harus menjelaskan seluruh konsekuensi
dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga.
Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar klien.
Menjelaskan kewajiban perawat
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh tuan C adalah tetap
menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar
klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport
sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group.
Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan perawat. Perawat tetap
mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam
perawatan klien Tuan C.
Mengambil keputusan yang tepat
Pengambilan

keputusan

pada

kasus

ini

memiliki

resiko

dan

konsekuensinya kepada klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan


pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum
keputusan tersebut diambil perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu merawat
klien sesuai dengan kewenangan dan kewajiban perawat. Jika tindakan alternatif
ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh
pihak manajemen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent).

DAFTAR PUSTAKA
Gladys. L. Husted, James. H. Husted, (1991), Ethnical Decision Making In Nursing, USA
: Mosby Year Book, Inc
K. Bertens.--- Jakarta : Gramedia Jakarta Utama, 1993

Anda mungkin juga menyukai