Menurut data tahun 2008 di Indonesia, setiap ibu meninggal setiap jamnya akibat komplikasi
kehamilan. Dengan kata lain, lebih dari 9.500 ibu di Indonesia meninggal setiap tahun.
Sebagai perbandingan, kematian ibu di Filipina adalah sekitar 1.900, di Thailand sekitar 420,
dan di Malaysia hanya sekitar 240 setiap tahunnya.(Bopak,2004)
1.1.2
1.1.3
1.1.4
Hampir seperempat dari seluruh kelahiran (22.7%) di Indonesia tidak mendapat pertolongan
dari tenaga kesehatan terlatih 2.
1.1.5
Terdapat kesenjangan yang nyata antar propinsi, di mana hampir seluruh (97%) persalinan di
Propinsi DKI Jakarta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sementara hanya 33% persalinan
di propinsi Maluku yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih .
1.1.6
Keadaan Saat Ini dan Posisi Indonesia dalam Mencapai Millennium Development Goal 5
Angka Kematian Ibu adalah salah satu indikator keberhasilan MDG 5. Di Indonesia,
kecendrungan penurunan AKI dapat dilihat dari periode 1990-1994 dengan AKI 390/100.000
kelahiran hidup, yang kemudian turun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup pada survei
periode 1990-2000 dan menjadi 307 pada tahun 2003. Survei terakhir menunjukkan AKI di
Indonesia adalah 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, namun angka ini masih jauh dari
target MDG 5 untuk Indonesia yakni 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga, walaupun
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terus menurun, Indonesia diperkirakan tidak akan
mencapai target MDG 5 pada tahun 2015 1.
1.1.7
1.1.8
1.1.9.1.3
Rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, yang tidak hanya akan memperberat
komplikasi kehamilan tapi juga penyebab bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
1.1.10 Mengapa ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan?
Ibu hamil di daerah terpencil tidak memiliki akses yang baik ke fasilitas kesehatan.
Perbandingan jumlah penduduk dan tenaga kesehatan pun masih jauh di bawah standar. Yang
lebih penting adalah kualitas pelayanan yang diberikan, di mana sebagian besar kematian ibu
di propinsi-propinsi di pulau Jawa justru terjadi di rumah sakit rujukan.
Jadi, permasalahan kesehatan ibu tidak bisa dituntaskan dengan hanya memfokuskan usaha
kesehatan di satu hal tertentu, misalnya di pengadaan bidan desa saja, tapi seharusnya ke
usaha yang lebih holistik, termasuk fasilitas bersalin lanjutan (BAPPENAS: 2011).
1.2 Upaya upaya dalam peningkatan kesehatan ibu di Indonesia
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
1.2.1
1.2.1.1 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
1.2.1.2 Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
1.2.1.3 Pemantauan tumbuh kembang balita.
1.2.1.4 Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3
kalidan campak 1 kali pada bayi.
1.2.1.5 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
1.2.1.6 Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam
penyakit ringan.
1.2.1.7 Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta
bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
1.2.1.8 Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi
sertakader-kader kesehatan.
1.2.1.9 Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas:
(1) Sistem pencatatan-pemantauan
(2) Sistem transportasi-komunikasi
(3) Sistem pendanaan
(4) Sistem pendonor darah
(5) Sistem Informasi KB.
1.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi
masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses
fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
1.3.1
Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
1.3.2
1.3.3
Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong
perempuan saat hamil dan persalinan.
1.3.4
Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.4 Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-konsep berikut ini.
( (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)
1.4.1
1.4.2
Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan perempuan.
1.4.3
Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
1.4.4
1.4.5
1.4.6
kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan
masyarakat
menghadapi
masalah-masalah
kesehatan,
memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa
Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.
Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi.
1.4.7
1.4.8
Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
(2) Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan
memodifikasinya menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per desa serta dipergunakan
dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih
ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
2. Konsep Keperawatan Maternitas.
2.1
Pengertian (Reede,2002)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang
difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi /
kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada
pendekatan
keluarga
sebagai
sentra
pelayanan.(Reede,2002).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal,
intranatal, postnatal, dan masa interpartal.
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan,
masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.2 Falsafah Keperawatan Maternitas
1.2.1
1.2.4
Yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal , alamiah, partisipasi
aktif keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan bayi.
1.2.5
1.2.6
Sikap, nilai, dan perilaku sehat setiap individudipengaruhi latar belakang budaya, agama, dan
kepercayaan.
1.2.7
Keperawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk melindungi hak klien.
1.2.8
1.2.9
Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan merupakan faktor utama
daalam mempromosikan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
1.2.10 Yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan
mutu pelayanan maternitas
1.3 Perandan Ruang Lingkup Keperawatan Maternitas
1.4 Peran adalah suatu perilaku yang diharapkan.(BAPPENAS,2010)
Yang dikaitkan dengan standar, merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi
tertentu.
1.4.1
PELAKSANA / CAREGIVER
1.4.2
PENDIDIK / EDOCATOR
Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dan tenaga
kesehatan lainnya, bagi klien yang dalam keadaan tidak tahu menjadi tahu, tidak mau
menjadi mau dan tidak mampu menjadi mampu.
1.4.3
PENELITI / RESEARCHER :
2)
PEMBELA / ADVOCATOR
Suatu proses menjaga, melindungi, hadir di samping klien saat klien membutuhkan bantuan,
bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam pelayanan kesehatan melalui kemitraan
partnership dan memperlakukan pasien sama sebagai mana ia ingin diperlakukan.
1.4.5
KONSELOR
Proses interpersonal untuk membantu klien membuat keputusan yang akan meningkatkan
kesehatan secara menyeluruh, yang diberikan secara objektif dan lengkap secara sistematik
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2.3.6
2.3.6.1 Sosial
1) Perubahan struktur keluarga
2) Bertambahnya wanita pekerja
3) Peran wanita dalam pelayanan dalam kesehatan masyarakat
4) Pola hidup dan peningkatan kesehatan
2.3.6.2 Faktor resiko social
(1) Sosiodemografi
Usia Ibu : usia lanjut, remaja/dini.
(2) Sosio ekonomi
Pendapatan dan pendidikan, etnis.
(3) Behavioural
Perokok, drug, abuse, alcohol.
(4) Ketegangan
Perceraian, penyakit, kematian, kehilangan pekerjaan, kurangnya bantuan social, emosi,
sikap.
2.3.6.3 Teknologi, Perkembangan sederhana atau modern serta alamiah
1) Perkembangan IPTEK
2) Kemudahan berinteraksi
3) Fertility concern
4)
Invetro fertilition
Dilema etik
5)
Pencegahan kehamilan
sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang tua,
bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.
Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari
calon ibu sehingga ibu serta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang
diwarisi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan
(terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme,
keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Perawat memiliki
komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien
sesuai kode etik keperawatan
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien
dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji
masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat;
merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga
dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan
tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan
kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS;2010.
Laporan
Pencapaian
Tujuan
Pembangunan
Milenium
di
Indonesia. Jakarta:.
Bopak.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Calverton,
Maryland,
USA:
BPS
and
Macro
International;2008.
Demographic
Jakarta: EGC