Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Produksi Tanah Atas Dan Kaksa Menggunakan KK 21 Singkep 1


4.1.1 Jam Jalan KK 21 Singkep 1
Waktu kerja atau jam jalan sangat berpengaruh bagi efektifitas kerja alat
dan hasil yang diperoleh. Waktu kerja yang digunakan adalah waktu untuk
produksi, berarti ada kehilangan waktu yang disebabkan oleh adanya hambatan
hambatan selama jam kerja.
Berdasarkan data jam kerja Bulan Agustus (data terlampir), jam kerja
efektif Kapal Keruk 21 Singkep 1 dapat dihitung dengan :
Diketahui :
-

Rencana Kerja (RK)


= 550 jam
Jam Jalan Kapal (real)
= 559,30 jam
Waktu kerja yang tersedia = 24 jam x 31 hari = 744 Jam

Persentase Jam Jalan ( )=

559,03 jam
x 100
550 jam
= 101,6 %

Efisiensi Kerja=

Waktu kerja efektif


x 100
Waktu kerja yang tersedia

559,30 jam
x 100
744 jam
= 75,17 %
Tabel 4.1. Faktor efisiensi kerja operasi dan manajemen
(mengukur efisiensi kerja KK 21 Singkep1)

42

Kondisi Kerja
Baik Sekali
0,84
0,78
0,78
0,63

Baik Sekali
Baik
Sedang
Buruk

Kondisi Manajemen
Baik
Sedang
0,81
0,76
0,75
0,71
0,69
0,65
0,61
0,57

Buruk
0,70
0,65
0,60
0,52

Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis, Partanto, 1993

Kondisi pengelolaan operasi dan manajemen waktu kerja pada kapal keruk 21
Singkep 1 termasuk kedalam golongan kondisi pengelolaan manajemen baik
dengan kondisi kerja baik.
4.1.2

Laju Pemindahan Tanah (LPT)


Laju pemindahan tanah adalah besarnya volume tanah yang digali oleh

Kapal Keruk dalam periode waktu tertentu. Secara teoritis laju pemindahan
tanah yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
m3
LPT =Vol . bucket x 0,0283 3 x BPM x 60 menit / jam
ft
Dimana :
LPT = Laju Pemindahan Tanah
Vol. bucket = volume bucket dalam ft3
0,0283 m3/ft3 = konversi dari ft3 ke m3
BPM = jumlah putaran bucket per menit
Pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 mempunyai volume bucket 24 ft 3 dan
jumlah putaran bucketnya 24 bucket/menit, sehingga Laju Pemindahan Tanah
pada Kapal Keruk 21 Singkep 1 maksimum adalah sebagai berikut.

43

LPT =24 ft /bucket x 0,0283

m3
24 bucket /menit x 60 menit / jam
ft 3

0,6792 m3 /bucket x 24 bucket /meni t x 60 menit / jam

= 978,048 m3/jam
Untuk melakukan perhitungan laju pemindahan tanah dalam satu bulan
cukup dengan mendapatkan data jam jalan kapal dalam sebulan dan volume
digali dalam waktu sebulan. Berdasarkan data laju pemindahan tanah kapal
keruk 21 Singkep 1 pada Bulan Agustus diketahui (data terlampir) :
Diketahui :
Target LPT (rencana kerja) bulan Agustus 450 m3/jam
Volume tanah yang digali dalam 1 bulan 224025 m3
Target Pemindahan Tanah (rencana kerja) sebesar 247500 m3
Jam jalan kapal selama 1 bulan 559,30 jam

LPT dalam satu bulan=

Volume gali dalam satu bulan


Waktu jam jalan dalam satu bulan

224025 m3
559,30 jam
400,55 m3/jam

Persentase LPT ( ) =

400,55 m3 / jam
x 100
450 m3 / jam

= 89 %
3

Persentase PemindahanTanah ( )=

224025 m
x 100
3
247500 m
= 90,51 %

44

Berdasarkan perhitungan kapasitas maksimum pemindahan tanah yang


dimiliki Kapal Keruk 21 Singkep 1 dengan perhitungan real dilapangan pada
bulan Agustus masih belum tercapai maksimum, hanya terrealisasi 40,95%.
4.1.3

Persen Pengisian Ember / Bucket


Persen ember merupakan perbandingan antara LPT real yang didapat

dilapangan dengan LPT jika kapal mengeruk 100%. Untuk perhitungan persen
ember dalam satu bulan cukup dengan melihat LPT dalam satu bulandi bagi
dengan LPT 100% dan dikalikan 100%.
Perhitungan persen pengisian ember dalam satu bulan :
Persen dalam 1 bulan = (400,55 m3/jam / 978,048 m3/jam) x 100 %
= 40,95 %
4.1.4

Produksi Sn Kapal Keruk 21 Singkep 1


Berdasarkan data kinerja kapal keruk Unit Laut Bangka, rencana /

realisasi kerja kapal keruk Unit Laut Bangka periode bulan Agustus 2014 Kapal
Keruk 21 Singkep 1 memproduksi Sn yakni :
-

Produksi (RK)
Realisasi Produksi

Produksi Sn=

= 80 Ton Sn
= 50,8 Ton Sn

50,8Ton
x 100
80 Ton
= 63,5 %

45

4.1.5 Penggalian di Kapal Keruk 21 Singkep 1


a. Metode Penggalian
Metode penggalian yang diterapkan di Kapal Keruk 21 Singkep 1 ini
yaitu menggunakan metode short face. Yaitu metode penggalian dengan cara
membagi kolong kerja menjadi beberapa irisan. Dimana setiap irisan terdiri
dari 3 snee, 1 snee sama dengan 10 meter, jadi lebar setiap irisan sekitar 30
meter. Pola ini menggali secara bertahap sampai dengan lebar kolong kerja
yang direncanakan.

Gambar 4.1. Metode Short Face


Dalam kapal keruk 21 Singkep 1 tidak adanya indikator yang
menunjukan snee kolong kerja yang seharusnya di tempatkan pada ruang
komando, sehingga dalam operasional penggalian sangat menyulitkan
operator.

b. Sistem Penggalian

46

Sistem penggalian yang diterapkan pada Kapal Keruk 21 Singkep 1


merupakan sistem kombinasi yang merupakan gabungan dari sistem maju dan
sistem tekan. Untuk penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju
dengan cara menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan bertimah
(kaksa), selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan penggalian
lapisan tanah bertimah (kaksa) dengan sistem tekan hingga mencapai batas
kong (batuan dasar).

Penggalian Lapisan Tanah Atas


Tanah atas merupakan tanah penutup lapisan kaksa yang merupakan

lapisan bertimah, tanah atas sering juga disebut overburden sehingga harus di
kupas terlebih dahulu sebelum mencapai lapisan kaksa.
Untuk pengupasan lapisan tanah atas Kapal Keruk 21 Singkep 1
menggunakan sistem maju, yang dimaksud dengan sistem maju adalah Kapal
Keruk maju 3 trap (1 trap Kapal Keruk 21 Singkep 1 = 5 meter), untuk
menggali lapisan tanah atas sampai dengan kedalaman tetentu hingga
mencapai lapisan tanah bertimah. Jalan kapal saat penggalian dimulai dengan
menggali dari pingir kolong kerja sebelah kiri, ladder diturunkan sampai
mencapai permukaan tanah, kemudian lakukan penekanan ladder sesuai
dengan jenis lapisan tanah yang digali untuk memulai penggalian, kemudian
kapal keruk menggali ke kanan sampai batas pinggir kolong kerja. Setelah
sampai di pinggir kolong kerja sebelah kanan lakukan penekanan ladder,
kemudian Kapal Keruk menggali kearah berlawanan untuk menggali lapisan

47

berikutnya, demikian seterusnya hingga mencapai lapisan tanah bertimah


(kaksa).

Pengggalian Lapisan Tanah Bertimah / Kaksa


Kaksa merupakan lapisan yang mengandung bijih timah. Berdasarkan

data pemboran (profil bor), lapisan kaksa yang berada di wilayah rencana
kerja Kapal Keruk 21 Singkep 1 berada pada lapisan pasir kasar kerikil kasar.
Mekanisme penggalian kaksa hampir sama dengan penggalian tanah
atas. Cuma setelah kapal mengupas lapisan atas kapal akan mundur 1 trap
dan mulai menggali lapisan kaksa. Kapal keruk mulai menggali dari pinggir
kolong kerja sebelah kiri / kanan dengan melebihkan setengah snee untuk
membuat talud, setelah sampai dipinggir kolong kerja yang bersangkutan
lakukan penekanan ladder sesuai dengan jenis lapisan tanah yang digali
semakin keras tanah yang digali maka tegangan kawat haluan akan
meningkat, kemudian kapal keruk menggali kearah berlawanan untuk
menggali lapisan berikutnya, demikian seterusnya hingga mencapai batas
kong (batuan dasar).
4.2 Produksi Tanah Atas Dan Kaksa Menggunakan Bucket Wheel Dredge
4.2.1

(BWD) Kundur 1
Jam Jalan Kapal BWD Kundur 1
Jam jalan dalam pengoperasian setiap kapal selalu berbeda-beda karena

akan selalu ada hambatan dalam pengoperasian kapal BWD tersebut, yang
terencana maupun pemberhentian yang tak terduga, kebanyakan pemberhentian
terjadi karena banyak service, mulai service mingguan, bulanan.

48

Berdasarkan data bulan Agustus 2014 jam jalan kapal BWD Kundur 1
adalah :
-

Rencana Kerja (RK)


Real
Waktu kerja yang tersedia

Persentase Jam Jalan ( )=

= 550 jam
= 367 jam
= 24 jam x 31 hari = 744 jam

367 jam
x 100
550 jam
= 66,73 %

Efisiensi Kerja=

Waktu kerja efektif


x 100
Waktu kerja yang tersedia

367 jam
x 100
744 jam
= 49,33 %

Tabel 4.2. Faktor efisiensi kerja operasi dan manajemen


(mengukur efisiensi kerja BWD Kundur 1)
Kondisi Kerja
Kondisi Manajemen
Baik Sekali
Baik
Sedang
Baik Sekali
0,84
0,81
0,76
Baik
0,78
0,75
0,71
Sedang
0,78
0,69
0,65
Buruk
0,63
0,61
0,57

Buruk
0,70
0,65
0,60
0,52

Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis, Partanto, 1993

Kondisi pengelolaan operasi dan manajemen waktu kerja pada kapal Bucket
Wheel Dredge Kundur 1 termasuk kedalam golongan kondisi pengelolaan
manajemen buruk dengan kondisi kerja buruk juga.
4.2.2

Laju Pemindahan Tanah (LPT)

49

Data ini di dapat dengan cara perhitungan, setelah mendapatkan


perhitungan volume yang akan digali dan mendapatkan perhitungan jam jalan
kapal selama satu bulan maka kita dapat mendapatkan laju pemindahan tanah.
Laju pemindahan tanah ini menghitung beberapa kecepatan tanah yang masuk
dalam boil box dalam waktu 1 jam.
Untuk menghitung laju pemindahan tanah dalam satu bulan kapal BWD
cukup dengan mendapatkan data jam jalan kapal selama sebulan dan volume
yang digali dalam waktu satu bulan. Berdasarkan data didapat dalam satu bulan
Agustus diketahui :
-

RK (pemindahan tanah)
= 440000 m3
Volume pemindahan tanah (Real ) = 169083 m3
LPT (rencana kerja)
= 800 m3/jam
Jam Jalan Kapal (real)
= 367 jam
Volume gali dalam satu bulan
LPT dalam satu bulan=
Waktu jam jalan dalam satu bulan

169083 m3
367 jam
= 460,7 m3/jam

Persentase LPT ( ) =

460 m3 / jam
x 100
3
800 m / jam
= 57,59 %

Persentase PemindahanTanah ( )=

169083 m3
x 100
3
440000 m
= 38,43 %

50

Jadi laju pemindahan tanah (LPT) pada bulan Agustus menggunakan


kapal Bucket Wheel Dredge (BWD) hanya mencapai 460,7 m 3/jam, tentunya hal
ini masih sangat jauh yang seharusnya mampu dicapai oleh kapal BWD.
4.2.3

Produksi Sn Kapal Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur 1


Berdasarkan data kinerja kapal keruk Unit Laut Bangka, rencana /

realisasi kerja kapal keruk Unit Laut Bangka periode bulan Agustus 2014 Kapal
Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur 1 memproduksi Sn yakni :
-

Produksi (RK)
Realisasi Produksi

Produksi Sn=

= 80 Ton Sn
= 70,1 Ton Sn

70,1Ton
x 100
80Ton
= 87,6 %

4.2.4 Penggalian di Kapal Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur 1


a. Metode Penggalian
Pada dasarnya metode penggalian yang dapat diterapkan pada kapal
bucket wheel dredge sama dengan yang diterapkan pada metode penggalian
menggunakan kapal keruk yaitu metode long face dan metode short face.
Dalam hal ini metode yang diterapkan di kapal bucket wheel dredge yakni
metode long face, yang dimana metode long face adalah metode penggalian
selebar kolong kerja dari pingggir kiri kolong kerja sampai pinggir kanan
kolong kerja atau sebaliknya.

51

Yang menjadi perbedaan adalah lebar haglond dan bucket tidak sama,
haglond lebih lebar sehingga menyebabkan penggalian akan terjadi
penyempitan kolong kerja.
Untuk menanggulangi hal tersebut penggalian penekanan ladder
dilakukan bertahap dan harus dibuat talud (bench) pada kolong kerja terlihat
pada gambar 4.2 dibuat

bench

untuk melindungi

haglond

dengan

ketinggian bench 4 meter lebar 3-4 meter.

bench
4m
3-4 m

Gambar 4.2. Tampak depan kolong kerja BWD


b. Sistem Penggalian
Sistem penggalian yang diterapkan pada Kapal BWD adalah sistem
kombinasi sodok dan tekan. Untuk penggalian lapisan tanah atas dan tailing
menggunakan sistem sodok. Apa bila tailing dapat tekan ladder lebih dalam
maksimum 5 meter dinding penggalian. Dilakukan kemajuan dengan per
meter, setiap dipinggir kolong jika memungkinkan. Setelah itu tekan ladder
secara bertahap sampai kedalaman yang kita kehendaki pada penggalian
lapisan bertimah (kaksa).

52

4.2.5

Menentukan Batas Akhir Penggalian Yang Tidak Ekonomis BWD


Penggalian menggunakan bucket wheel dredge (BWD) memilki

kelemahan yakni kita dapat menentukan batas akhir lapisan bertimah atau sudah
mencapai bedrock/kong. Sehinga memungkinkan terjadi over kong atau tidak
bersih dalam penggalian.
Contoh perhitungan sederhana penggalian over kong BWD tidak ekonomis :
-

Laju pemindahan tanah LPT 460,7 m3/jam


Diketahui konsumsi BBM BWD dalam 8 jam adalah 6 ton BBM (dalam 1

jam = 0.75 ton)


Setiap kemajuan BWD dalam satu trap adalah 4 meter

Jika dalam penggalian BWD adalah 6 trap dengan lebar kolong kerja yang digali
40 meter maka :
6 trap x 4 meter = 24 m2
Lebar kolong 40 meter x 24 meter = 960 m3
960 m 3
Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan=
3
460,7 m / jam
-

= 2.08 jam
Dibulatkan menjadi 2 jam, jadi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan
tanah 960 m3 adalah 2 jam.
Dimana :
2 jam x 0.75 ton = 1.5 ton
Artinya konsumsi BBM untuk memindahkan tanah 960 m 3 adalah sebanyak 1.5
ton dan penggunaan BBM tersebut hanya memindahkan kong yang tidak
bertimah (memindahkan tanah sia-sia) atau bisa dikatakan over kong.

53

Untuk mengatasi terjadi over kong pada saat penggalian kaksa, maka halhal yang perlu di perhatikan oleh operator adalah :
1. Operator harus memahami profil bor, kedalaman berapa yang ekonomis
untuk ditambang.
2. Batas kedalaman kong atau bedrock.
3. Operator harus mengetahui perhitungan pemindahan tanah yang sia-sia,
apabila melakukan penggalian pada daerah tidak bertimah.
4. Operator jangan terpaku pada ketentuan tebal penggalian harus 4 meter per
trap (bisa saja lebih atau kurang).
4.3 Analisa Kinerja Kapal Keruk 21 Singkep 1 Dan Bucket Wheel
Dredge (BWD) Kundur 1
Untuk menganalisa kinerja Kapal Keruk 21 Singkep 1 dan Kapal Bucket
Wheel Dredge (BWD) Kundur 1 yakni dengan melihat jam jalan kapal, laju
pemindahan tanah (LPT), volume pemindahan tanah dan produksi konsentrat Sn
yang dihasilkan kedua kapal tersebut.

Tabel 4.3. Knerja KK 21 Singkep 1 dan BWD Kundur 1


Jam
Laju
Volume
Jalan
Pemindahan
Pemindahan
Tanah (LPT)
Tanah
KK 21 Singkep 1 101,6 %
89 %
90,51 %
BWD Kundur 1
66,73 %
57,59 %
38,43 %

Produksi
Sn
63,50 %
87,60 %

54

Grafik Kinerja KK 21 Singkep 1 dan


BWD Kundur 1
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%

102%

89%

66.73%

91%

87.60%
64%

57.59%
38.43%

KK 21 Singkep 1

BWD Kundur 1

Gambar 4.3. Grafik Kinerja KK 21 Singkep 1 dan BWD Kundur 1


Berdasarkan tabel dan grafik diatas menunjukan bahwa pada Bulan
Agustus jam jalan Kapal Keruk 21 Singkep 1 melebihi target yakni 101,60%
dengan laju pemindahan tanah sebesar 89% atau 400,55 m 3/jam (kapasitas
maksimum 978,048 m3/jam) dengan volume pemindahan tanah sebanyak
90,51% dari target rencana kerja sementara jam jalan, laju pemindahan tanah,
dan volume pemindahan tanah Kapal Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur 1
berada dibawah Kapal Keruk 21 Singkep 1 yakni jam jalan hanya tercapai
66,73% dari target rencana kerja sementara laju pemindahan tanah sebesar
57,59% atau 460,7 m3/jam (kapasitas maksimum lapisan kaksa 1000 m3/jam dan
1800 m3/jam lapisan overburden) dengan volume pemindahan tanah 38,43% dari
target yang telah ditentukan. Tetapi dalam hal produksi kasiterit (Sn) Kapal
BWD Kundur 1 lebih besar dari Kapal Keruk 21 Singkep 1 yaitu produksi BWD

55

Kundur 1 sebesar 70,1 ton atau 87,60% dari target produksi sedangkan Kapal
Keruk 21 Singkep 1 hanya 50,8 ton atau 63,50% dari target produksi pada Bulan
Agustus yang telah ditentukan.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan produksi antara
Kapal Keruk 21 Singkep 1 dan Bucket Wheel Dredge (BWD) Kundur 1 adalah :
1. Perbedaan alat angkut / alat transportasi material yang dimiliki oleh kedua
kapal yaitu kapal keruk 21 Singkep 1 menggunakan serangkaian mangkok
(bucket) untuk memindahkan material sedangkan BWD Kudur 1
menggunakan pompa isap dengan diameter pipa 24 inchi.
2. Tingkat losis pada saat pemindahan material di Kapal Keruk 21 Singkep 1
lebih besar dibandingkan dengan BWD Kundur 1.
3. Kualitas teknik pengerukan atau upaya pembersihan lapisan betimah
(kaksa).
4. Kekayaan lapangan kerja.
5. Kualitas di instalasi pencucian.

Anda mungkin juga menyukai