Anda di halaman 1dari 14

USULAN

PENELITIAN PERGURUAN TINGGI

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja


Pegawai
(Studi Pada Gaya Kepemimpinan Pemerintah Kota
Malang Jawa Timur)

Pengusul:
Gayatri Utami Olimpia Atalanta
145030100111023

Universitas Brawijaya
Oktober 2016

DAFTAR ISI
ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODE PENELITIAN

11

DAFTAR PUSTAKA

17

ABSTRAK
Intervensi otoritas negara melalui kebijakan publik penting untuk keadilan
distribusi dan pemanfaatan optimal sumber daya air. Namun pemerintah sebagai
representasi negara bisa kurang optimal dalam melaksanakannya. Fenomena
kurang optimal kebijakan manajemen air bersih di berbagai daerah mengharuskan
adanya evaluasi.
Penelitian ini mengevaluasi kebijakan manajemen air bersih dan membuat
model kebijakan air bersih. Penelitian dilakukan dengan tiga tahap: 1) Riset
kualitatif analisis dokumen kebijakan air bersih. 2) Riset kualitatif mengikuti
paradigma naturalistik yang menekankan pada pendekatan kualitatif melalui
grounded research. 3) Metode kualitatif untuk evaluasi kebijakan air bersih
dengan pembuatan model didasarkan cara berfikir sistem dan pemetaan kognitif
kebijakan menggunakan perangkat lunak Powersim Constructor.
Keywords: Evaluasi, Kebijakan, Publik, Air Bersih.

4
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan menjadi penting dalam menjalankan peran di suatu tempat.
Sifat kepemimpinan ini mampu memberikan dampak bagi lingkungan sekitar.
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan
kepribadian, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki pemimpin itu sendiri.
Namun setiap gaya kepemimpinan yang berbeda tersebut mampu memberikan
perubahan yang positif maupun negatif. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai
ragam cara serta kekuatan seseorang dalam mempengaruhi seseorang yang lain
(KBBI 2007).
Kota Malang
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh gaya
kepemimpinan Pemerintah Kota Malang terhadap kinerja pegawai?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
pemerintah Kota Malang terhadap kinerja pegawai.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1) kontribusi akademis
studi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, 2) pengembangan
kepemimpinan terhadap kinerja di organisasi publik.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Gaya Kepemimpinan
2.2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan,
dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan
salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi
kunci karena kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam
proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya (Abi Sujak 2007).
Menurut Stoner kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok

5
anggota yang saling berhubungan tugasnya (T. Hani Handoko 2008). Robert
Tannembaum,

Irving

R, Weschler, dan

Fred Massarik

mendefinisikan

kepemimpinan sebagai pengaruh perorangan dalam situasi tertentu secara


langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan-tujuan umum dan
khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh stogdill bahwa kepemimpinan atau
leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang
terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya (Kartono K
2002).
Selain itu definisi yang dikemukakan oleh Bennis tentang kepemimpinan
(leadership) adalah the prosses by which an agent induces a subordinate to
behave in a desired manner. Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang agen
menyebabkan seorang bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu
(Kartono K 2002). Segala kegiatan, tindakan atau keputusan yang dilakukan
pemimpin sangat berpengaruh terhadap kerja kelompok, artinya apapun tindakan
yang dilakukan dapat menurunkan atau menaikkan produktivitas serta kinerja dari
pegawai .
Menurut

Hersey

dan

Blanchard

mendefinisikan

pemimpin

adalah

leadership is the process of influencing the activities of an individual or group in


effort toward goal achievment in a given situation. Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau suatu kelompok dalam upaya mencapai
tujuan dalam situasi tertentu (Kartono K 2002). Gaya kepemimpinan merupakan
suatu cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan dapat pula diartikan sebagai
norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Hal ini melihat usaha
menselaraskan persepsi diantara orang yang akan memperngaruhi perilaku dengan
yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya (Thoha Miftah 2006).
Dari berbagai macam teori yang dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
mempengaruhi bawahan dengan berbagai macam cara atau teknik masing-masing
dan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan
seseorang atau kelompok ke arah yang lebih baik dan positif melalui suatu proses.

6
Apapun yang diucapkan maupun yang diperbuat oleh pemimpin sangat
berpengaruh terhadap kinerja dari pegawai maka dari itu seorang pemimpin harus
mahir dalam berkomunikasi sehingga mengetahui kelemahan ataupun kelebihan
bawahan. Selain itu pemimpin harus mempunyai moral dan etika yang baik
sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan
bawahan dengan demikin kemajuan organisasi akan tercapai sebagaimana yang
telah dicita-citakan bersama.
2.2.2 Model Kepemimpinan
Menurut Abu Sinn dalam memimpin perusahaan terdapat 3 model
kepemimpinan yang mempengaruhi perilaku individu dalam perusahaan
diantaranya adalah model demokrasi, autoritarian, dan laissez-faire:
a. Model

Demokrasi,

tipe

model

pemimpin

demokrasi

sangat

membutuhkan masukan-masukan tambahan dari pegawai

atau

kelompok dalam memutuskan serta memecahkan masalah dan sangat


terbuka terhadap ide atau pendapat baru. Tugasnya hanya memimpin
dalam rapat atau musyawarah dan anggota lain bebas untuk
mengungkapkan pendapatnya serta menampung semua pendapat dari
anggota kemudian meramunya untuk menemukan suatu solusi atau
gagasan yang baik.
b. Model Autotarian (Otoriter), dalam tipe model kepemimpinan ini
seorang pemimpin merasa bahwa ia memegang kekuasaan atau
wewenang penuh terhadap apa saja program yang dibuat juga ia tidak
memerlukan masukan atau usulan serta musyawarah terlebih dahulu
setelah itu anggota wajib mentaati serta mematuhi program yang telah
dibuat.
c. Model Laissez-faire (Liberal), dalam tipe model kepemimpinan seperti
ini pemimpin hanya memutuskan kebijakan penting serta memberikan
infomrasi dan fasilitas yang dibutuhkan pegawai . Pemimpin ini tidak
mengajarkan bagaimana cara mengerjakan pekerjaannya akibatnya
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki hasil
dari pekerjaan tinggi/baik ataupun bisa rendah/buruk (Thoha Miftah
2006).

7
Menurut Hersey dan Blanchard, model kepemimpinan dibagi kedalam
empat gaya diantaranya:
a. Direktif,

pemimpin

banyak

memberi

pengarahan

memberikan dukungan akibatnya kemampuan pegawai

dan

sedikit

tinggi dan

kemauannya dalam bekerja menjadi rendah. Kemampuan pegawai


tinggi dikarenakan pegawai

diberikan tekanan terhadap tugas

pekerjaannya yang mengakibarkan adanya unsur keterpaksaan bukan


dari kesadaran pribadi pegawai dalam menyelesaikan tugasnya itu.
b. Melatih, pemimpin banyak mengarahkan dan banyak juga mendukung
akibatnya kemampuan pegawai tinggi dan kemauannya dalam bekerja
menjadi tinggi. Artinya pemimpin memberikan pelatihan kepada
pegawai terlebih dahulu terhadap tugas-tugas yang harus diselesaikan
dan banyak memberikan petunjuk kepada pegawai

ketika pegawai

menemukan masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.


c. Supportif, pemimpin banyak mendukung tapi kurang memberikan
arahan akibatnya kemampuan rendah dan kemauan dalam bekerja
tinggi. Artinya pemimpin banyak memberikan masukan atau dukungan
moral. Akan tetapi tidak memberikan petunjuk pengerjaan agar tugastugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan cepat.
d. Mendelegasikan, pemimpin kurang memberi dukungan dan juga kurang
dalam hal memberikan pengarahan akibatnya kemampuan rendah dan
kemauannya dalam bekerja rendah. Artinya pemimpin tidak melakukan
kedua hal yang wajib diberikan kepada pegawai baik dukungan moral
maupun petunjuk pengerjaan tugas yang dampaknya pegawai menjadi
enggan untuk menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu (Hersey P
dan Blanchard K 2007).
Menurut Soewarno ada tiga tipe dasar pemimpin sebagai bentuk-bentuk
proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemimpin Otokratis
Pemimpin yang bersifat otokratis memperlihatkan ciri-ciri yang khusus,
seperti

perintah-perintahnya

kebijaksanaan

pegawai

harus
tanpa

selalu

diikuti,

sepengetahuan

menentukan

mereka,

tidak

8
memberikan penjelasan secara terperinci tentang rencana yang akan
datang, tetapi sekedar mengatakan kepada anggotanya tentang langkahlangkah yang dibuat bawahan atau pegawai wajib menjalankannya,
memberikan pujian kepada mereka yang selalu menurut kehendaknya
dan melontarkan kritik kepada mereka yang tidak mengikuti
kehendaknya, selalu menjaga jarak dengan anggota sehingga terlihat
kerenggangan hubungan antara pemimpin dengan anggota.
b. Pemimpin Demokratis
Pemimpin seperti ini sangat jarang menjunjung rasa kebersamaan
dengan anggota pegawai nya. Pemimpin hanya memberikan perintah
setelah mengadakan musyawarah dahulu dengan anggotanya dan
mengetahui bahwa anggota dapat menerima kebijkaan yang akan
dibuat. Pemimpin tidak akan meminta anggotanya mengerjakan sesuatu
pekerjaan tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencana yang akan
mereka lakukan dengan benar atau salah merupakan tanggung jawab
yang

diemban

bersama-sama.

Pada

pelaksanaannya

pemimpin

demokratis dapat menciptakan hubungan yang baik antara pemimpin


dengan anggota.
c. Pemimpin Liberal atau Laissez-Faire
Pemimpin liberal yaitu pemimpin yang memberikan kebebasan tanpa
pengendalian dalam kegiatan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini
tidak memimpin atau mengendalikan bawahan sepenuhnya dan tidak
pernah ikut serta dengan bawahannya ketika itu pemimpin hanya
memberikan pengawasan saja karena pemimpin dengan tipe ini
beranggapan antara keduanya mempunyai tugas dan kapasitasnya
masing-masing (Soewarno Handoyo N 2006).
Dari berbagai macam teori yang disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam memimpin suatu organisasi harus disesuaikan dengan karakter
organisasinya. Hal ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memahami
berbagai macam model kepemimpinan agar mampu mempengaruhi bawahannya
demi mencapai tujuan oganisasi. Gaya yang dimiliki setiap pemimpin dapat
diaplikasikan sesuai kebutuhan organisasi itu sendiri.

9
2.2.3 Sifat-Sifat Kepemimpinan
Menurut Burt Nanus membagi sifat-sifat kepemimpinan diantaranya:
1. Berpandangan jauh ke depan. Pemimpin mempunyai pandangan jauh ke
depan yaitu mempelajari kegiatan yang dibuat sekarang dan resiko apa
saja yang akan dihadapi maupun kegiatan yang akan dilakukan dalam
jangka waktu bulan atau tahun ke depan serta resiko atau masalah yang
akan dihadapi di masa yang akan datang.
2. Menguasai perubahan. Pemimpin mampu membuat suatu perubahan
terhadap kegiatan dalam kepemimpinannya. Selain itu, pemimpin harus
melakukan evaluasi kegiatan secara rutin agar mengetahui kinerja dari
anggotanya dan mampu memperbaiki sesuai dengan perkembangan
yang ada di organisasi tersebut.
3. Desain organisasi. Pemimpin harus mampu merancang organisasi yang
tepat dengan menempatkan posisi atau jabatan yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing anggota.
4. Akhlak terpuji. Pemimpin adalah seseorang yang adil, jujur, toleran,
terpercaya, peduli, terbuka, loyal, dan berkomitmen terhadap tradisi
masa lalu yang dianggap baik sehingga pegawai mampu menghargai
dan mengikuti sifat-sifat pemimpin seperti ini karena pemimpin
dijadikan panutan bagi orang yang mengikutinya (Khotib Pahlawan
Kayo 2006).
Menurut Keith Davis dalam Kartini Kartono (2004), mensyaratkan empat
macam sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah:
a. Intelegensi (kecerdasan) harus dimiliki oleh pemimpin dalam
pengambilan keputusan dan masalah-masalah yang akan dihadapi
pemimpin harus cerdas ketika organisasi mendapatkan masalah dengan
mencari solusi yang terbaik.
b. Kematangan dan keluasan pandangan sosial, pemimpin sangat matang
dari segi sikap maupun segala aktivitas-aktivitas sosial yang berada di
luar organisasi dengan begitu pemimpin tidak hanya ingin dihargai akan
tetapi juga menghargai seseorang.

10
c. Motivasi dari dalam untuk berprestasi, karena setiap pemimpin ingin
berprestasi maka ia akan selalu memotivasi diri untuk melakukan
pekerjaannya secara profesional.
d. Mempunyai kemauan untuk mengadakan hubungan antar manusia.
Pemimpin mempunyai sifat sosial yang tinggi sehingga pemimpin
berusaha menjalin hubungan antar relasi, pegawai maupun dari luar
organisasi.
Menurut Ordway Tead dalam Toha Miftah (2006), mengemukakan
pendapatnya tentang sifat-sifat pemimpin diantaranya:
a. Energi jasmani dan mental, pemimpin menyiapkan diri dengan fisik
jasmani dan mental yang kuat karena tugas memimpin sangat berat dan
merupakan pekerjaan yang melelahkan.
b. Kesadaran akan tujuan dan arah, pemimpin mempunyai keyakinan yang
teguh dan kegunaan dari semua perilaku yang digunakan serta sangat
paham arah yang akan dituju dan memberikan manfaat bagi organisasi.
c. Antusiasme, yaitu pekerjaan memberikan motivasi tersendiri bagi
pemimpin untuk selalu ingin tau dan bergerak maju.
d. Keramahan dan kecintaan, kasih sayang bisa menjadi dedikasi tenaga
penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyenangkan bagi semua pihak sedangkan keramahan memberikan
pengaruh pemimpin dalam mencapai tujuan.
e. Integritas, segala ketulusan hati dan kejujuran pemimpin memberikan
ketauladan agar ia dapat dipatuhi dan diikuti anggota organisasinya.
f. Ketegasan dalam mengambil keputusan yaitu memberikan keputusan
secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan
pengalamannya.
g. Kecerdasan yaitu kemampuan pemimpin untuk melihat dan mematuhi
dengan baik, mengetahui sebab dan akibat kejadian, menemukan halhal yang sangat genting dan cepat menyelesaikannya dalam waktu yang
singkat.
h. Kepercayaan, bahwa para anggota dipimpin dengan baik dipengaruhi
secara positif dan diarahkan pada sasaran yang benar.

11
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin memiliki
sifat-sifat kepemimpinan seperti memiliki intelegensi (kecerdasan), matang dalam
berpikir dan bertindak, prestatif dan berusaha membangun relasi (hubungan)
dengan baik kepada semua pihak. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa
dengan beragamnya sifat-sifat kepemimpinan namun Pemerintah Kota Malang
setidaknya memiliki sifat-sifat tersebut yang mampu memimpin Kota Malang
hingga masa kepemimpinannya.
2.3 Kinerja Pegawai
2.3.1 Definisi Kinerja
Kinerja atau prestasi kerja diberikan batasan oleh manajer sebagai
kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi
menurut Lawler dan Potter menyatakan bahwa kinerja adalah succesfull role
achievment yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Dari batasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Kinerja mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk
pekerjaan selutuh pegawai . Kinerja juga merefleksikan seberapa baik para
pegawai memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan yang sudah ditentukan oleh
perusahaan sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing (Henry, dkk 2004).
Menurut Veithzal Rivai, kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan pegawai sesuai
dengan perannya dalam organisasi, yang mana kinerja pegawai sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Veithzal Rivai 2004).
Menurut John Soe Prianto, kinerja adalah hasil kerja seseorang atau
kelompok selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan
misalnya standar, target atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
disepakati bersama (Umar Husain 2003).
Kinerja pegawai

muncul ketika mengukur keberhasilan seseorang atau

kelompok dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pada saat tersebut dapat menjadi


tolak ukur pemimpin ketika ingin menilai penyelesaian tugas yang dilakukan
pegawai .

12
2.3.2 Metode Penilaian Kinerja
Menurut T. Hani Handoko ada enam metode penilaian kinerja pegawai ,
yaitu (Anwar Prabu Mangkunegara 2004):
a. Rating Scale
Evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang membandingkan
hasil pekerjaan pegawai dengan kriteria yang dianggap penting bagi
pelaksanaan kerja.
b. Metode Rangking
Metode ini menggunakan penilaian dengan membandingkan pegawai
satu dengan yang lain. Kemudian mengurutkan tingkat pekerjaan
mereka dari kinerja yang paling bagus sampai yang paling buruk.
Dari metode-metode penilaian kinerja seperti ini dapat diambil kesimpulan
bahwa metode penilaian kinerja pegawai

sangat dibutuhkan oleh organisasi.

Ketika organisasi menilai atau mengukur melalui skala perbandingan kinerja pada
tahun lalu dan pada saat ini apakah kinerja pegawai mengalami peningkatan atau
sebaliknya mengalami penurunan. Metode penilaian kinerja merupakan salah satu
langkah yang diambil ketika organisasi ingin mempromosikan pegawai yang
mengalami peningkatan kinerjanya ataupun dampak yang lebih buruk adalah
memberhentikan pegawai pada saat kinerjanya menurun dan dianggap pegawai
tersebut sudah tidak lagi memberikan kontribusi dalam usaha memajukan
organisasi.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan, Waktu dan Lokasi
3.2 Tata Laksana Penelitian dan Rekayasa Model
3.3 Sumber Data
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Validasi Data
3.5 Analisis Data

13

3.6 Luaran Penelitian & Indikator Capaian


1) Luaran Wajib:
a. Publikasi pada jurnal ilmiah terindeks Scopus/Thomson Reuters/ bereputasi
internasional, dan
b. Proses/produk

IPTEKS-SOSBUD

berupa

metode,

blue

print,

prototipe, sistem, kebijakan atau model yang bersifat strategis dan berskala
nasional, atau
c. Bahan Ajar
2) Luaran Tambahan: Buku ber-ISBN sebagai bahan ajar/HKI.
Indikator utama capaian terukur penelitian ini adalah publikasi hasil
penelitian dalam jurnal internasional. Peneliti mengupayakan agar publikasi dalam
jurnal internasional yang terindeks Scopus dan/atau Thomson Reuters. Per tahun
diharapkan menghasilkan 1 (satu) jurnal internasional.
Indikator pendukung capaian penelitian ini adalah publikasi dalam buku ber
ISBN. Adapun desain model kebijakan sebagai hasil evaluasi kebijakan bisa
diajukan untuk paten. Roadmap penelitian ini adalah sebagai berikut;

Gambar 1. Roadmap Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 2002. Lingkungan
http://www.mediaindo.co.id. 03/06.

hidup

dan

otonomi

daerah.

14

Anda mungkin juga menyukai