Oleh
Yudho Hadi Prasetyo
NIM. 135030507111014
2 Siko Dian Sigit Wiyanto, Agar Dana Desa Terkawal, Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan RI, 2014, h. 2.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana realisasi pengawasan pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Munjul?
C. Deskripsi Kasus
Untuk mewujudkan sekaligus meningkatkan kemandirian suatu daerah terutama
desa, pemerintah memiliki suatu program bantuan keuangan yaitu melalui Alokasi Dana
Desa (ADD). Dana tersebut merupakan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang
disalurkan melalui pemerintah kabupaten/kota. Desa Munjul, Kecamatan Solear
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu desa yang menerima dana ADD. Namun,
dengan diterimanya dana tersebut tidak serta merta membawa dampak yang positif bagi
desa tersebut. Justru menimbulkan suatu permasalahan dalam pengelolaannya, terutama
dalam hal pengawasan. Permasalahan tersebut dipicu dari lemahnya pengawasan
penggunaan dana ADD oleh Pemerintah Kecamatan Solear. Dalam hal ini, Pemerintah
Kecamatan kurang maksimal dalam mengawal pelaksanaan program yang ada di Desa
Munjul tersebut.
Lemahnya pengawasan tersebut terindikasi dari ketidaktahuan Camat Solear
terhadap pencairan dana ADD. Pada tahun sebelumnya, pencairan dana ADD harus
melalui rekomendasi dari Camat Solear, tetapi pada tahun 2015 Camat Solear terkesan
telah kecolongan, yakni dana ADD telah cair dan diterima oleh Kepala Desa Munjul
melalui bank, padahal belum mendapat rekomendasi dari Camat Solear. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Pemerintah Kecamatan tidak melakukan pengawalan dengan baik
tentang penggunaan dana ADD oleh desa yang bersangkutan.
Di dalam sebuah informasi disampaikan bahwa setiap kali Pemerintah
Kecamatan Solear melakukan pemantauan ke desa, dapat dilihat beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh warga setempat. Namun, tidak diketahui dengan jelas termasuk dalam
kegiatan apa hal tersebut. Peran Camat Solear dalam hal pengawalan bantuan keuangan
di desa yang meliputi pengajuan dana, pencairan, pelaksanaan kegiatan maupun
pelaporan masih relatif lemah. Dalam hal ini, informasi dari sumber yang tersedia
mengungkapkan bahwa peran kecamatan masih dalam tahap fasilitator. Dengan kata lain,
kecamatan hanya berwenang memantau dan meberikan fasilitas kepada desa.
Pada dasarnya camat berperan untuk memberikan arahan tentang mekanisme
dan tata cara pencairan dana serta pembuatan laporan pertanggungjawaban. Selain itu,
camat juga memiliki peran untuk memberikan rekomendasi dalam setiap pengajuan
pencairan dana ADD, tetapi rekomendasi tersebut hanya untuk meyakinkan pihak bank
yang bersangkutan terhadap kesiapan desa dalam melaksanakan program yang sesuai
dengan APBDes. Telah diungkapkan pula oleh sumber bahwa bantuan keuangan desa
termasuk ADD hanya bisa dicairkan oleh kepala desa dan bendahara desa.
Terlepas dari persoalan pencairan dana, terdapat persoalan lain yaitu mengenai
penggunaan dana untuk pembangunan fisik di desa, seperti rehab kantor Desa Munjul
yang tidak sesuai dengan harapan. Pasalnya dengan dana yang cukup besar tetapi terlihat
hanya sedikit pembangunan yang dilakukan. Hal itu pula yang membuat warga menyesal
dan curiga terhadap Kepala Desa Munjul. Bahkan dari informasi sumber mengatakan
bahwa ada kemungkinan hal itu merupakan permainan antara kepala desa dengan pihak
bank. Persoalan penyimpangan dana tersebut disebabkan dari turunnya dana ADD
sebesar tujuh puluh persen, tetapi realisasi di lapangan dana tersebut tidak digunakan
sepenuhnya dan tidak dilaporkan secara transparan, sehingga menimbulkan pertanyaan
sekaligus kecurigaan warga setempat terhadap Kepala Desa Munjul.
Dengan adanya persoalan tersebut, pihak Kecamatan Solear mengatakan bahwa
mereka juga bingung menghadapinya. Hal itu disebabkan oleh belum adanya
rekomendasi dari Camat Solear tetapi dana ADD bisa cair dan bisa dipergunakan.
D. Teori
1. Teori Pengawasan
Menurut Henry Fayol, pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, berdasarkan suatu perintah instruksi
yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut dengan melaksanakannya bertujuan
secara timbal balik untuk melaksanakan perbaikan bila terdapat kekeliruan atau
penyimpangan sebelum menjadi lebih buruk dan sulit diperbaiki.
Secara umum, pengawasan dapat diartikan sebagai aktivitas untuk menemukan dan
mengoreksi penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang
direncanakan. Tujuannya untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
2. Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa yang kemudian disingkat ADD merupakan anggaran
keuangan yang diberikan kepada pemerintah desa. Dana tersebut bersumber dari dana
bagi hasil pajak daerah serta dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh kabupaten/kota. Dalam UU No. 6/2014 tentang Desa disebutkan bahwa
ADD merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota. Selain
itu, disebutkan pula bahwa besaran ADD adalah sebesar 10% dari dana perimbangan
yang diterima kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus (DAK)4. Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja
aparatur dan operasional desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan
masyarakat.
3. Mekanisme Pengawasan ADD
Dalam pelaksanaanya, ADD harus diawasi dengan baik agar tidak terjadi
penyimpangan dalam penggunaannya, baik penyimpangan yang disebabkan oleh
kesengajaan maupun ketidaksengajaan. Mekanisme pengawasan ADD telah ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37/2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, BAB X Pembinaan dan Pengawasan, Pasal 24 s/d 26.
Pasal 24
(1) Pemerintah Provinsi wajib mengkoordinir pemberian dan penyaluran Alokasi Dana
Desa dari Kabupaten/Kota kepada Desa;
(2) Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi pelaksa-
naan pengelolaan keuangan desa.
Pasal 25
Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten/kota (pasal 24) meliputi:
a. Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan ADD;
b. Memberikan bimbingan dan pelatihan dan penyelenggaraan keuangan desa yang
mencakup perencanaan dan penyusunan APBDesa, pelaksanaan dan pertanggung-
jawaban APBDesa;
c. Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset
desa;
d. Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan adminsitrasi keuangan desa.
E. Analisis
Pada tahun 2014, pemerintah beroptimis untuk membangun desa yang mandiri.
Mengingat bahwa di Indonesia terdapat banyak desa yang memiliki potensi, sehingga
pemerintah berasumsi bahwa desa mampu mengembangkan pembangunannya melalui
potensi yang dimiliki oleh masing-masing desa tersebut. Selain itu, desa dapat dimaknai
sebagai elemen pemerintahan yang paling dasar dan paling dekat dengan masyarakat 5.
Sehingga, pemerintah mendesain pembangunan nasional dimulai dari titik paling dasar
yaitu desa. Segala upaya telah dicanangkan oleh pemerintah, mulai dari pembinaan desa,
pemberdayaan masyarakat desa, hingga bantuan-bantuan berupa uang untuk pengelolaan
masing-masing desa itu sendiri. Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014, bahwa desa
berhak mengelola tujuh sumber pendapatan desa, salah satunya adalah Alokasi Dana
Desa (ADD), yaitu merupakan dana perimbangan pusat daerah yang dikelola oleh
kabupaten. Anggaran tersebut tentu saja digunakan untuk pembangunan desa. Oleh
karena itu, terdapat mekanisme yang harus diperhatikan mulai dari penyususnan hingga
pengawasan danpertanggungjawaban serta evaluasi. Dikarenakan ADD merupakan dana
dari kabupaten/kota, maka sangat rawan penggunaannya terutama oleh pemerintah desa
selaku penerima dan pengguna. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengawasan yang
baik. Selain itu, diperlukan juga pendamping yang bertugas mendampingi pemerintah
desa dalam mempergunakan dana tersebut. Hal itu dikarenakan masih sering terjadi
kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pengelolaan ADD, baik
penyaluran maupun penggunaannya oleh pemerintah desa.
Begitu pula salah satu desa di Kabupaten Tangerang, yaitu Desa Munjul,
Kecamatan Solear. Desa Munjul merupakan salah satu desa penerima sekaligus pengguna
ADD yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Akan tetapi, penerimaan
ADD tersebut bukan berarti tanpa masalah, terutama pada prosedur pencairan dana. Pada
informasi yang didapat, pemicu masalahnya yaitu masih lemahnya pengawasan
pemerintah kecamatan dalam mengawal pelaksanaan ADD di lapangan. Hal itu
terindikasi bahwa pencairan alokasi dana desa oleh Kepala Desa Munjul tidak melalui
mekanisme yang telah ditentukan. Selain itu, terjadinya ketidaktahuan pihak kecamatan
tentang pencairan dana ADD ke Desa Munjul. Terlepas dari pencairan yang dilakukan
oleh kepala desa, hal itu telah menunjukkan bahwa pihak kecamatan sangat lemah dari
sisi pengawasan. Walaupun pihak kecamatan beralasan bahwa dana tersebut tidak dapat
cair apabila tanpa disertai rekomendasi dari camat. Namun, realitanya dana tersebut dapat
cair. Sekaipun pihak kecamatan mengalihkan hal itu karena adanya kerjasama dengan
pihak bank, namun hal itu sulit dibuktikan, karena segala urusan keuangan bank pasti
terdokumentasi dan sulit untuk dipermainkan. Apalagi urusan yang menyangkut urusan
dalam skala desa.
Jika merujuk pada Permendagri No. 37/2007, Pasal 26, disebutkan bahwa camat
memiliki peran untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan ADD
F. Kesimpulan
Pengawasan pengelolaan di Desa Munjul masih sangat lemah. Pemerintah
Kecamatan Solear terkesan telah kecolongan dalam pencairan dana ADD oleh
Pemerintah Desa Munjul. Akan tetapi tidak bisa hal itu dilihat dari satu sisi, karena tidak
sepenuhnya hal itu kesalahan pihak desa. Pemerintah Kecamatan Solear juga terkesan
lambat serta tidak tanggap dalam menanggapi pencairan dana ADD. Sangat menjadi ironi
ketika pihak kecamatan tidak mengetahui pencairan dana ke desa tersebut. Oleh karena
itu, perlu ditingkatkan tentang pengawasan oleh Pemerintah Kecamatan Solear dalam
pengelolaan dana ADD. Bukan berarti bahwa pengawasan tersebut akan membatasi ruang
gerak kepala desa ataupun perangkat desa dalam mengelola dana ADD, tetapi
memberikan arahan bagaimana mekanisme yang benar tentang pengelolaan dana
tersebut. Sehingga tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya kesalahan, baik
kesalahn prosedur maupun administrasi.
G. Daftar Pustaka
Buku
Bratakusumah, Deddy Supriady. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wiyanto, Siko Dian Sigit. 2014. Agar Dana Desa Terkawal. Jakarta: Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan RI.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Bupati Tangerang No. 103/2014 tentang Tata Cara Pemberian Alokasi Dana
Desa, Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Kepada Desa, dan
Bantuan Keuangan yang Bersumber dari APBD kepada Desa.
Peraturan Menteri Dalam Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Website
http://warta7news.com/p.php?i=988
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2016)
http://www.academia.edu/11365850/Teori_Pengawasan
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2016)
https://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2010/10/konsep-pengawasan.html