Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh :
Nama

: Ridwan Arifudin

NIM

: 011400394

Prodi

: TeknoKimia Nuklir

Semester

: IV

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2016

RASUNA SAID

I.

RIWAYAT HIDUP
Rasuna Said (Hajjah Rangkayo Rasuna Said) lahir di Maninjau, Agam,

Sumatera Barat, 14 September 1910 meninggal di Jakarta, 2 November 1965


pada umur 55 tahun adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan
juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga
memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di
TMP Kalibata, Jakarta.
1.1. Kehidupan awal
H.R. Rasuna Said dilahirkan pada 15 September 1910, di Desa
Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia merupakan
keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang
saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.
Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said
remaja dikirimkan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-

Rasyidiyah. Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan. Ia dikenal


sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Rasuna Said kemudian
melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu dengan
Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan Thawalib. Gerakan Thawalib
adalah gerakan yang dibangun kaum reformis islam di Sumatera Barat. Banyak
pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran nasionalis-Islam Turki,
Mustafa Kemal Atatrk.
Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum
wanita, ia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru. Namun pada tahun
1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa
kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi
harus disertai perjuangan politik. Rasuna Said ingin memasukkan pendidikan
politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri, tapi ditolak. Rasuna Said
kemudian mendalami agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah
yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan
berfikir yang nantinya banyak mempengaruhi pandangan Rasuna Said.
Kontroversi poligami pernah ramai dan menjadi polemik di ranah Minang
tahun 1930-an. Ini berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai. Rasuna Said
menganggap, kelakuan ini bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.
I.2. Perjuangan politik
Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktifitas di
Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang. Rasuna Said kemudian juga
bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin
Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930. Rasuna Said juga ikut
mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI dan kemudian mendirikan
Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di
Bukittinggi. Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan
Belanda. Rasuna Said juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum

Speek Delict, yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun
dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.
Rasuna Said sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah
Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang. Setelah keluar dari penjara,
Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan KH
Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja.
I.3. Jurnalis
Rasuna Said dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun
1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya. Majalah ini
dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.
Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna dan
kawan-kawan. Sedangkan tokoh-tokoh PERMI yang diharapkan berdiri melawan
tindakan kolonial ini, justru tidak bisa berbuat apapun. Rasuna sangat kecewa. Ia
pun memilih pindah ke Medan, Sumatera Utara.
Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri. Untuk
menyebar-luaskan gagasan-gagasannya, ia membuat majalah mingguan bernama
Menara Poeteri. Slogan koran ini mirip dengan slogan Bung Karno, "Ini dadaku,
mana dadamu". Koran ini banyak berbicara soal perempuan. Meski begitu,
sasaran

pokoknya

adalah

memasukkan

kesadaran

pergerakan,

yaitu

antikolonialisme, di tengah-tengah kaum perempuan. Rasuna Said mengasuh


rubrik "Pojok". Ia sering menggunakan nama samaran: Seliguri, yang konon
kabarnya merupakan nama sebuah bunga. Tulisan-tulisan Rasuna dikenal tajam,
kupasannya mengena sasaran, dan selalu mengambil sikap lantang antikolonial.
Sebuah koran di Surabaya, Penyebar Semangat, pernah menulis perihal
Menara Poetri ini, "Di Medan ada sebuah surat kabar bernama Menara Poetri;
isinya dimaksudkan untuk jagad keputrian. Bahasanya bagus, dipimpin oleh
Rangkayo Rasuna Said, seorang putri yang pernah masuk penjara karena
berkorban untuk pergerakan nasional." Akan tetapi, koran Menara Poetri tidak

berumur panjang. Persoalannya, sebagian besar pelanggannya tidak membayar


tagihan korannya. Konon, hanya 10 persen pembaca Menara Poetri yang
membayar tagihan. Karena itu, Menara Poetri pun ditutup. Pada saat itu, memang
banyak majalah atau koran yang tutup karena persoalan pendanaan. Rasuna
memilih pulang ke kampung halaman, Sumatera Barat.
Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri
organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh
Pemerintah Jepang.
I.4. Setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan
Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam
Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah Sumatera Barat setelah Proklamasi
Kemerdekaan. Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan
Agung setelah Dekret Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya, 2 November
1965 di Jakarta. H.R. Rasuna Said meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya
Duski) dan 6 cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim,
Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).
Rasuna Said diangkat sebagai salah satu Pahlawan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.
Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di
kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, serta di daerah asalnya di Padang, Sumatera
Barat.
Sumber : Wikipedia

II.

HAL YANG PERLU DITELADANI & PENERAPANNYA DIMASA


KINI
Menurut saya beliau orang yang sangat keren. Dari riwayat hidupnya

banyak sekali hal yang bisa diteladani dari beliau. Saya sebagai mahasiswa bisa
mengambil teladan dan menerapkan semangatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Beliau mampu menginspirasi masyarakat Indonesia yang kini sudah
mampu menikmati manisnya kemerdekaan. Ia mengajarkan sisi semangatnya
untuk mencari ilmu,rela berkorban memperjuangkan hak-hak yang berhak untuk
ia dan rakyat Indonesia miliki,sifat patriotisme yang tinggi, keberanian,
ketabahannya,serta kesetiaannya kepada tuhan walau cobaan yang ia terima
sangatlah berat. Beberapa hal yang bisa diteladani dari beliau yaitu:
1. Sangat

memerhatikan

kemajuan

dan

pendidikan

kaum

wanita.

Menurutnya, kemajuan wanita tidak hanya ditunjang oleh dunia sekolah,


namun juga harus digerakkan dari dunia politik. Perjuangannya untuk
menyamakan hak antara pria dan wanita, patut diteladani.
2. Orator ulung. Beliau sangat pandai berpidato baik dengan kelantangan
suara, mimik, dan isi pidato yang bernas. Pidatonya berisi kecaman
terhadap pemerintahan Belanda di Indonesia. Karena pidatonya ini, beliau
terkena hukumSpeek Delict, yaitu dihukum karena berbicara menentang
Belanda. HR Rasuna Said merupakan wanita pertama yang terkena hukum
ini.
3. Pandai menulis. Tulisannya tajam dan bernas. Beliau menyebarkan
gagasan-gagasannya tentang pergerakan dan perjuangan kemerdekaan
Indonesia melalui tulisan.

4. Keberaniannya terjun ke dunia politik saat itu, dimana masih jarang


wanita yang berani berjuang lewat politik. Perjuangan, kepandaian dan
keberaniannya itu sangat menginspirasi saya.
Dari HR Rasuna Said, saya belajar bahwa wanita bisa ikut berjuang dan
bermanfaat bagi banyak orang, tanpa melupakan kodratnya. Perjuangan juga bisa
melalui media apa pun, tergantung dari kepandaian dan kemampuan yang kita
miliki.

Anda mungkin juga menyukai