Anda di halaman 1dari 4

Six Thinking Hats: Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah

Six Thinking Hats

. By Edward de Bono. Published by Back Bay Books. Revised and

updated edition, 1999. Paperback. 173 pages. ISBN 0-316-17831-4 (pb). First published in
hardcover by Little, Brown and Company, 1985.
The quality of our thinking will determine the quality of our future.Edward de Bono
Six Thinking Hats atau Enam Topi Berpikir diciptakan oleh Dr. Edward de Bono. Premis
yang digunakannya adalah bahwa otak manusia berpikir dalam beberapa cara berbeda yang
dapat diidentifikasi, dan dapat dengan mudah digunakan kapan saja, sehingga dapat disusun
sebuah cara terstruktur untuk mengembangkan strategi dalam berpikir.
Dr. de Bono mengidentifikasi ada 5 cara berpikir (sudut pandang) yang masing-masing
dilambangkannya dengan sebuah topi dengan warna berbeda. Mengapa topi? Sebuah sumber
mengatakan, menurut penemunya, hal tersebut terinspirasi dari perkataan orang-orang
Inggris: Pakai topi berpikirmu. Jadi, secara tradisi orang menghubungkan topi dengan
berpikir.
Ini adalah sebuah keterampilan dasar dalam menyelesaikan masalah yang menurut saya
sangat brilian. Saya sendiri heran, mengapa baru mengetahuinya. Tapi agaknya memang tidak
terlalu populer dibanding berbagai teori berpikir, manajemen, atau mind tools lainnya. Hasil
googling, lebih banyak situs publik berbahasa Melayu yang membahas hal ini, dibanding
situs berbahasa Indonesia. Secara pribadi, ini sangat membantu untuk memilah dan
menempatkan suatu persoalan secara objektif, mengevaluasi dan mencarikan solusi terbaik,
sekaligus mencari alternatif baru. Pendek kata, membuat setiap persoalan jadi lebih segar
dalam pencarian solusinya. (Hmm.. bahasanya. :D)
Six Thinking Hats bekerja berdasarkan prinsip parallel thinking process. Yaitu proses berpikir
yang menempatkan setiap sudut pandang atau pendapat seseorang, paralel (sejajar) dengan
sudut pandang atau pendapat yang lainnya. Parallel thinking adalah sebuah alternatif untuk
menghindari adu argumentasi yang tidak efektifdimana argumentasi selama ini menjadi

prosedur berpikir paling mendasar. Konon, ini juga merupakan perbedaan konsep berpikir
Barat dan Timur (Jepang).
Perhatikan analogi ini: Ada sebuah rumah besar dan indah. Satu orang berdiri di bagian depan
untuk mengamatinya. Seorang yang lain berdiri di bagian belakang. Dan dua orang lainnya
masing-masing di samping kanan dan kiri. Keempatnya melihat sisi yang berbeda dan saling
berargumen bahwa apa yang dilihatnya adalah yang benar.
Menggunakan parallel thinking, semua orang dibawa berjalan melihat bagian depan bersamasama, kemudian berjalan ke bagian samping, belakang, dan sisi satu lagi. Sehingga pada
setiap saat semua orang diajak melihat dari sisi yang sama. Sampai semua sisi bangunan
ditinjau secara utuh.
Seperti itulah parallel thinking yang kemudian diterjemahkan menjadi konsep Six Thinking
Hatsbekerja. Menyederhanakan proses berpikir dengan mengajak setiap orang untuk berpikir
hanya dari satu sudut pandang yang sama pada satu saat. Kemudian meletakkan pendapat
setiap orang sejajar dengan pendapat yang lainnyatidak peduli betapa saling
kontradiktifnya. Sampai semua sisi ditinjau secara utuh. Not to argue or respond to what the
last person has said. Simply add another idea in parallel. Till, the subject is fully explored
quickly.
Keenam topi berpikir masing-masing mewakili satu sudut pandang seperti akan diuraikan di
bawah.
Topi Putih (Informasi)
Putih adalah netral dan objektif. Bayangkan sebuah kertas putih kosong. Mengenakan topi
putih artinya kumpulkanlah informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Informasi bisa
berupa fakta dan data yang sifatnya netral dan objektif. Ingat, hanya informasi. Just the facts,
not opinion or interpretation. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan, peta persoalan
akan menjadi semakin jelas dengan sendirinya.
Atau untuk mudahnya, bayangkan sebuah komputer yang menyajikan semua data dan
informasi yang kita perlukan. Komputer bersifat netral dan objektif. Ia tidak memberikan
interpretasi atau opini apapun terhadap data dan informasi yang disajikannya. Ketika
mengenakan topi putih, kita diminta berlaku seperti si komputer ini.
Topi Merah (Emosi)

Merah melambangkan emosi dan perasaan. Mengenakan topi merah artinya kita diajak
memandang persoalan dari sudut pandang emosi dan perasaan, baik yang positif maupun
negatif fears, likes, dislikes, loves, and hates, etc., tanpa alasan atau logika apapun. Ini
adalah sesi dimana kita diberi kesempatan untuk mengatakan: This is how I feel about the
matter. Emosi juga menyangkut tipe perasaan yang lebih kompleks dan tinggi, yaitu naluri
(insting) dan intuisi. Gunakan juga naluri dan intuisi di bawah topi ini. Naluri dan intuisi
seringkali bisa memberi arah akan hal yang tidak bisa dibeberkan fakta dan informasi.
Topi Hitam (Masalah)
Topi hitam adalah lambang peringatan. Mengenakan topi hitam, kita diajak untuk menjadi
sangat berhati-hati. Menganalisa semua sisi negatif suatu persoalan, mencari semua faktor
resiko, bahaya, kesulitan, dan kelemahan suatu ide. Mempertanyakan berbagai kemungkinan
negatif. What can go wrong? What are the potential problems? Where things might be
wrong? Topi hitam juga mengajak untuk selalu berada di jalur yang benar dan
menguntungkan, tidak melanggar undang-undang, tidak melakukan hal bodoh dan tindakan
ilegal. Topi hitam mengajak untuk selalu bersikap logis.
Topi hitam memberi arah dan peran sangat penting, tapi jika berlebihan bisa sangat
mengganggu juga.
Topi Kuning (Optimisme)
Kuning melambangkan cahaya dan optimisme. Juga aura positif. Berlawanan dengan topi
hitam, di bawah topi kuning kita diarahkan untuk hanya berpikir hal yang positif, tetapi
tetaplogic and not based on fantasy. Topi kuning fokus pada hal-hal positif dan
menguntungkan, harapan and why something may work. Topi kuning juga digunakan untuk
berpikir konstruktif dan generatif, membuat segalanya bisa dilaksanakan. Topi kuning juga
bersifat spekulatif, mencari segala kemungkinan untuk menerjemahkan visi, impian dan
harapan.
Topi kuning mempunyai spektrum positif yang cukup lebar, terentang dari sisi logis dan
praktis pada satu sisi dan impian, visi serta harapan di sisi yang lain. But, overoptimistic can
lead foolishness.
Topi Hijau (Kreativitas)
Topi hijau melambangkan energi, pertumbuhan, produktivitas. Di bawah topi hijau kita
menumbuhkan kreativitas, mencari ide baru dan berbagai alternatif. Di bawah topi hijau kita
mengcounter kesulitan yang terdeteksi pada topi hitam. Tinggalkan ide lama dan beralihlah
kepada hal-hal dan perspektif baru. Topi hijau adalah perubahan.

Topi Biru (Pengamat)


Biru adalah warna angkasa, biru adalah sesuatu diatas segala. Topi biru adalah kontrol. Topi
biru digunakan untuk mengontrol proses berpikir dan penggunaan topi-topi berpikir lainnya.
Biasanya digunakan oleh yang ditunjuk sebagai fasilitator atau pimpinan pada awal
pertemuan untuk memberi arahan tentang situasi yang dihadapi, arah mana yang dituju, serta
tujuan dan capaian yang dikehendaki. Pada akhir pertemuan, topi biru juga biasanya meminta
hasil pertemuan yang bisa berupa kesimpulan, keputusan, summary, solusi atau apapun. Di
bawah topi biru juga ditentukan rencana atau langkah selanjutnya.
See..? Kita dapat mengubah topi berpikir yang digunakan setiap saat diperlukan. Kesemua
topi tidak harus digunakan berurutan, tetapi semua harus digunakan. Satu topi boleh
digunakan lebih dari satu kali. Jika pada akhirmya harus tetap dilakukan pilihan akan dua hal
berbeda, pilihan tetap dilakukan, tetapi tidak terjadi adu argumen pada setiap langkah.
Sebuah metode pengambilan keputusan yang kelewat simpel dan praktis, bukan? Mudah
dipraktekkan kapan dan di mana saja, oleh siapapun dan dalam situasi apapun. Tidak perlu
suasana formal, praktekkan saja dalam kehidupan dan masalah sehari-hari. Dan jangan lupa..
cari sensasi segar when you can beat the odds seperti saya kemukakan di atas tadi. :D
Nah, selamat mencoba dan rasakan bedanya. :)

Anda mungkin juga menyukai