Anda di halaman 1dari 150

STANDAR PROFESI SANITARIAN

1. 1. STANDAR PROFESI SANITARIAN D III KESEHATAN LINGKUNGAN 2013/2014


2. 2. 1. 2. 3. 4. 5. Amar Maruf Dina Merlynaningrum Erni Cahyani Putri Pepy Martha Agyani Pipit Ike Lestari
(P07133112001) (P07133112014) (P07133112017) (P07133112046) (P07133112047)
3. 3. Standar profesi sanitarian adalah suatu standar bagi profesi kesehatan lingkungan dalam menjalankan
tugas profesinya untuk berperan secara aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional.
4. 4. 1. Tujuan umum Sebagai acuan bagi para ahli kesehatan lingkungan dalam berperan aktif, terarah dan
terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional. 2. Tujuan khusus Sebagai pedoman bagi para ahli
kesehatan lingkungan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai tenaga kesehatan di bidang kesehatan
lingkungan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.
5. 5. Peran dan fungsi sanitarian profesional 1. Peran sebagai pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan.
Fungsi : a. Menentukan komponen lingkungan mempengaruhi kesehatan manusia. yang b. Melaksanakan
pemeriksaan dan pengukuran komponen lingkungan secara tepat berdasarkan prosedur yang telah
ditetapkan. c. Menginformasikan hasil pemeriksaan / pengukuran d. Menetapkan penyimpangan hasil
pemeriksaan terhadap standar baku mutu sanitasi bersih.
6. 6. Lanjutan. . . 2. Peran sebagai pengelola kesehatan lingkungan Fungsi: a. Menganalisis hasil pengukuran
komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan lingkungan. b. Menginterprestasikan hasil
pengukuran komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. c. Merancang dan merekayasa
penanggulangan masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. d. Mengorganisir
penanggulangan masalah kesehatan lingkungan. e. Mengevaluasi hasil penanggulangan.
7. 7. Lanjutan. . . 3. Peran Sebagai Pengajar, Pelatih, dan Pemberdayaan Masyarakat Fungsi : a.
Menginventarisasi pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang kesehatan lingkungan. b.
Menentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kesehatan lingkungan yang perlu diintervensi. c.
Merencanakan bentuk intervensi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kesehatan
lingkungan. d. Melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang tidak
sesuai dengan kaidah kehatan. e. Mengevaluasi hasil intervensi.
8. 8. Lanjutan. . . 4. Peran sebagai peneliti kesehatan lingkungan Fungsi: a. Menentukan masalah kesehatan
lingkungan b. Melaksanakan kegiatan penelitian teknologi tepat.
9. 9. Kompetensi Ahli Madya Kesehatan Lingkungan 1. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah
cair a. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair b. Melakukan
pengiriman sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas
fisik air dan limbah cair
10. 10. Lanjutan. . . 2. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair a. Melakukan pengambilan
sampel kualitas kimia air dan limbah cair. b. Melakukan pengiriman sampel kualitas kimia air dan limbah
cair. c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia air dan limbah cair.
11. 11. Lanjutan. . . 3. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air limbah cair a. Melakukan pengambilan
sampel mikrobiologi air limbah cair b. Melakukan pengiriman sampel mikrobiologi air limbah cair c.
Melakukan pemeriksaan sampel mikrobiologi air limbah cair dan dan dan dan
12. 12. Lanjutan. . . 4. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara / kebisingan / getaran / kelembaban udara /
kecepatan angin dan radiasi a. Melakukan pengambilan sampel kualitas fisik udara / kebisingan/ getaran /
kelembaban udara / kecepatan angin dan radiasi b. Melakukan pengiriman sampel kualitas fisik udara /
kebisingan / getaran / kelembaban udara / kecepatan angin dan radiasi c. Melakukan pemeriksaan sampel
kualitas fisik udara / kebisingan / getaran / kelembaban udara / kecepatan angin dan radiasi
13. 13. Lanjutan. . . 5. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara a. Melakukan pengambilan sampel
pemeriksaan kualitas kimia udara b. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas kimia udara c.
Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia udara
14. 14. Lanjutan. . . 6. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara a. Melakukan pengambilan sampel
pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara b. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas
mikrobiologi udara c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi udara
15. 15. Lanjutan. . . 7. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat a. Melakukan pengambilan
sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat b. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
kualitas fisik tanah dan limbah padat c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik tanah dan limbah
padat
16. 16. Lanjutan. . . 8. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat : a. Melakukan
pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat b. Melakukan pengiriman sampel
pemeriksaan-pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat c. Melakukan pemeriksaan sampel
pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat d. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia
tanah dan limbah padat
17. 17. Lanjutan. . . 9. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat a.
Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

b. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat
c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat kualitas
kimia tanah dan limbah padat.
18. Lanjutan. . . 10. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman : a.Melakukan
pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel
pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik makanan
dan minuman
19. Lanjutan. . . 11. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman : a.Melakukan
pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel
pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman c. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia
makanan dan minuman
20. Lanjutan. . . 12. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman :
a. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan
minuman b.Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan
minuman c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman
21. Lanjutan. . . 13. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi sampel usap alat
makanan minuman rectum : a.Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi
parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi parasiologi sampel usap alat makanan dan minuman c. Melakukan pemeriksaan
sampel kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman
22. Lanjutan. . . 14. Melakukan survai vector dan binatang pengganggu 15. Melakukan pengukuran
kuantitas (debit) air dan air limbah. 16. Mengidentifikasi makro dan miro bentos di badan air. a. Melakukan
pengambilan sampel makro dan mikro bentos di badan air.
23. Lanjutan. . . 17. Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring. a. Melakukan pengambilan
sampel toksikan dan biomonitoring. b. Melakukan pengiriman sampel toksikan dan biomonitoring. c.
Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring. 18. Melakukan analisis dampak kesehatan
lingkungan. 19.Mengelola program keselamatan kerja. hygiene industri, kesehatan, dan
24. Lanjutan. . . 20. Mengoperasikan alat pengeboran air tanah. 21.Melakukan pengeboran air tanah untuk
pembangunan sarana air bersih. 22. Melakukan pendugaan air tanah. 23. Mengoperasikan alat-alat aplikasi
pengendalian vektor. 24. Mengelola alat-alat pengambil sampel udara.
25. Lanjutan. . . 25. Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan (komunikasi) 26. Mengawasi sanitasi
pengelolaan linen. 27. Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai jenisnya. 28. Melakukan pengendalian
vektor dan pengganggu. 29. Melakukan pengelolaan pembuangan tinja. binatang
26. Lanjutan. . . 30. Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. 31. Melakukan
surveilence penyakit berbasis lingkungan. 32. Berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan
lingkungan. 33. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan.
27. Lanjutan. . . 34. Menilai kondisi kesehatan perumahaan (kepadatan hunian, lantai, dinding, atap,
ventilasi, jendela, dan penataan ruangan/bangunan). 35. Menerapkan prinsip sanitasi pengelolaan
makanan. 36. Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan, penyimpanan, pengangkutan &
penggunaan pestisida.
28. Lanjutan. . . 37.Mengawasi Sanitasi Tempat-tempat Umum, Industri, Pariwisata, Pemukiman dan Sarana
Transportasi. 38.Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. 39.Melakukan
intervensi administratif sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor
dan binatang pengganggu. 40.Melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara,
limbah makanan dan minuman, vektor, dan binatang pengganggu.
29. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) Pengertian: Hakli adalah organisasi profesi sebagai
wadah pemersatu dan pembina profesional kesehatan lingkungan yang secara khas beragam dan
berjenjang dari latar belakang pendidikan, lapangan kerja, posisi, peran dan jalur peminatan menjadi satu
kesatuan jejaring fungsional dengan keahlian kesehatan lingkungan. Dibentuk dan didirikan di Bandung
Jawa Barat pada tanggal 12 April 1980
30. Lanjutan. . . Tujuan: Meningkatkan daya dan hasil guna para anggotanya dalam mengabdikan
keprofesionalannya serta meningkatkan dan mengembangkan kesehatan lingkungan agar lebih berdaya
bagi peningkatan profesi dan pembangunan kesehatan lingkungan untuk kesejahteraan.
31. Keanggotaan Anggota terdiri dari para Ahli Kesehatan Lingkungan maupun sanitarian. Keanggotaan
organisasi terdiri dari tiga macam, yaitu anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota
kehormatanAnggaran Dasar HAKLI Keputusan Musyawarah Nasional V Himpunan Kesehatan Lingkungan
Tahun 2005 Nomor : 05 / Munas V / Hakli / 2005 Tentang Anggaran Dasar Himpunan Kesehatan
Lingkungan(hakli)
32. Susunan Dan Tata Kerja Organisasi, Kekuasaan Organisasi Tugas Dan Wewenang Pengurus Organisasi
Ditingkat Nasional dibentuk Pengurus Pusat HAKLI Ditingkat Provinsi dibentuk Pengurus Daerah HAKLI
Ditingkat Kabupaten / Kota dibentuk Pengurus Cabang HAKLILanjutan. . .

33. 33. KEKUASAAN ORGANISASI Kekuasaaan tertinggi di tingkat Nasional adalah Musyawarah Nasiomnal (
MUNAS ) yang diadakan setiap empat tahun Kekuasaan tertinggi di tingkat daerah adalah Musyawarah
daerah ( MUSDA ) yang diadakan setiap empat tahun sekali Kekuasaan tertinggi di tingkat cabang adalah
Musyawarah Cabang ( MUSCAB ) yang diadakan setiap empat tahunLanjutan. . .
34. 34. TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS ORGANISASI Pengurus Pusat menentukan arah , kebijakan
dan strategi organisasi serta pokok pokok program secara Nasional Pengurus Pusat membentuk
Lembaga lembaga dan unit unit strategi, sesuai dengan tantangan peluang dn kebutuhan organisasi
Lembaga atau Unit strategi dapat di bentuk sekalian dengan kebutuhan untuk Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK dan keprofesian Kesehatan LingkunganLanjutan. . .
35. 35. Lanjutan. . . Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang kesehatan Lingkungan Pengembangan
kewirausahaan dan penggalangan kemitraan Pengurus daerah dan cabang menyusun dan melaksanakan
program kerja dan kegiatan berdasarkan arah, kebijakan dan strategi serta program Nasional yang
disesuaikan dengan karakteristik dan masalah spesifik setempat.
36. 36. PENGAMBILAN KEPUTUSAN Keputusan diambil dengan Musyawarah untuk mufakat Apabila tidak
dapat dicapai secara mufakat keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.Lanjutan. . .
37. 37. KEANGGOTAAN Keanggotaan terdiri dari : 1. Anggota biasa para ahli di bidang kesehatan lingkungan
atau sanitarian, warga Negara Indonesia yang berpendidikan tinggi dan atau bekerja / menekuni di bidang
kesehatan lingkungan atau saitarian 2. Anggaran luar biasa mereka yang bekerja di bidang kesehatn
lingkungan atau sanitasi yang di tetapka oleh pengurus 3. Anggota kehormatan mereka yang diangkat
pengurusAnggaran Rumah Tangga Keputusan Musyawarah Nasional V Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia Tahun 2005 Nomor : 06/ Munas V / Hakli/ 2005 Tentang Anggaran Rumah Tangga
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia ( Hakli )
38. 38. Lanjutan. . . Anggota biasa memiliki hak : Mempunyai hak satu suara Mempunyai hak memilih dan
dipilih Mempunyai hak membela diri Anggota biasa mempunyai kewajiban: Wajib membayar iuran Wajib
membina hubungan baik dan jiwa korps di antara para anggota Wajib mentaati keputusan organisasi dan
melaksanakan usaha usaha untuk mencapai tujuan organisasi
39. 39. Lanjutan. . . Anggota luar biasa dan anggota kehormatan memiliki hak dan kewajiban Anggota Luar
biasa dan kehormatan memiliki hak bicara Anggota luar biasa dan kehormatan wajib mendukung usaha
usaha untuk mencapai tujuan organisasi
40. 40. Lanjutan. . . KRITERIA PENGURUS Para Fungsionair Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang harus
minimal memenuhi kriteria sebagai berikut : Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Jujur dan
mempunyai integritas tinggi Sehat Jasmani dan Rohani Sekurang kurangnya telah 3 (tiga) tahun
menjadi anggota HAKLI Belum pernah tercela selama bekerja baik politis maupun administrative Anggota
biasa HAKLI
41. 41. Lanjutan. . . Ketentuan Musyawarah Nasional 1. Peserta musyawarah Nasional adalah: a. Seluruh
Pengurus Pusat b. Seluruh Dewan pertimbangan Organisasi c. Seluruh pengurus daerah dengan sebanyak
banyaknya 4 (empat) pengurus Daerah d. Seluruh Pengurus Cabang dengan sebanyak banyaknya 2
(dua) orang pengurus Cabang e. Peninjau
42. 42. Lanjutan. . . 2. MUNAS dianggap sah apabila dihadiri sekurang kurangnya setyengah ditambah satu
daru jumlah peserta MUNAS. Apabila jumlah tersebut tidak tercapai maka munas ditunda selama 1 (satu)
jam, apabila setelah waktu penundaan tersebut jumlah peserta masih belum tercapai maka dengan
persetujuan forum yang ada MUNAS dapat dianggap sah untuk dilaksanakan.
43. 43. Lanjutan. . . PENGELOLAAN IURAN ANGGOTA 1. Untuk Kelancaran program organisasi besarnya
iuran di tetapkan sebagai berikut : a. Uang pangkal sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk setiap
anggota 25% untuk pengurus Pusat dan 75% untuk Pengurus Daerah b. Uang Iuran ditentukan oleh masing
masing pengurus daerah dan Cabang 25 % untuk Pengurus daerah dan 75% untuk pengurus cabang 2.
Pengiriman uang iuran ditujukan kepada Bendahara Pengurus yang lebih tinggi selambat lambatnya 10
bulan berikutnya
44. 44. Anonim.2010.Hakli.http://www.webhakli.com/index.php?option=com_content Kepmenkes RI No.
373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian Nurjanah, Anita Dwi.2012.Kompetensi Ahli
Madya Kesehatan.http://anitadwinurjanah.blogspot.com/2012/01/kompetensi-ahlimadyakesehatan.html.Diunduh tanggal 19 Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA &view=article&id=52&
Anonim.2011.Fungsional Sanitarian.http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2011/04/fungsio
nal-sanitarian/.Diunduh tanggal 19 Oktober 2013 Anonim.2009.Mengenal Lebih Dekat
Hakli.http://hakliindonesia.blogspot.com/2009/10/mengenal-lebih-dekathakli.html.Diunduh tanggal 19
Oktober 2013 Itemid=103.Diund uh tanggal 19 Oktober 2013

PPSDM
KESEHATAN
24
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-4 PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
MATERI
DASAR.
SANITARIAN

I.
DESKRIPSI
SINGKAT
Ilmu Sanitasi adalah
keilmuan/science dibidang
sanitasi, upaya pencegahan
penyakit dengan cara
menghilangkan atau
mengatur factor-faktor
lingkungan

yang berkaitan dengan


rantai perpindahan
penyakit. Teknologi Sanitasi
adalah penerapan ilmu
sanitasi terhadap
permasalahan praktis
sanitasi yang
sudah menggabungkan unsur
seni (art) dan rekayasa
(Engineering). Sanitarian
adalah orang yang terusmenerus melakukan
pekerjaan sanitasi.
(Beberapa
pengertian terkait dengan
kata Sanitasi dan
Sanitarian dapat dilihat
pada
Kotak 1).
Pada dewasa ini
permasalahan kesehatan

lingkungan semakin
komplek,
sementara permasalahan
sanitasi tradisional (jamban,
perumahan, air minum,
vektor penyakit, dll) belum
terselesaikan manusia
dihadapkan pada
permasalahan kesehatan
lingkungan kehidupan
modern (pencemaran,
radiasi,
pemanasan global, dll).
Sehingga yang dihadapi
manusia terkait dengan
kesehatan lingkungan pada
saat ini bukan hanya
tradisional risk tapi juga
modern risk.
Perkembangan ilmu dan
teknologi berpengaruh pada
terjadinya perubahan

pada kehidupan manusia


sehingga hubungan manusia
dengan lingkungannya
ikut berubah. Pengaruh
perubahan tersebut
mengakibatkan konsep
kesehatan
lingkungan dan sanitasi juga
semakin berkembang.
Profesionalisme Sanitarian
dituntut untuk mampu
memahami IPTEK,
merancang, membangun
dan
memelihara teknologi
sanitasi serta melakukan
manajemen sanitasi untuk
sebesar-besar kepentingan
umat manusia.
II.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Umum

Setelah mengikuti materi


ini, peserta mampu
memahami profesi dan
etika sanitarian
Khusus mengikuti materi ini,
Setelah
peserta mampu menjelaskan:
1. Profesi Sanitarian
2. Standar Kompetensi
Sanitarian
3. Kode Etik Sanitarian

PPSDM
KESEHATAN
25
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
III. POKOK
BAHASAN

Dalam modul ini akan


dibahas pokok bahasan dan
sub pokok bahasan
sebagai berikut:
Sanitarian
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Sejarah Profesi Sanitarian
c. Perkembangan Sanitasi
d. Batasan
Kompetensi
Sub
Pokok Bahasan:
Sanitarian
a. Peran Sanitarian
b. Fungsi Sanitarian
c. Unit Kompetensi
d. Surat Tanda Registrasi
Sanitarian
Sanitarian
Sub
Pokok Bahasan:
a. Etika Umum Sanitarian
b. Etika Terhadap
Masyarakat, Sejawat, dan Diri
Sendiri
c. Pelanggaran dan Sanksi
IV.
METODE
CTJ
Diskusi
Curah
pendapat
kelompok

V.
MEDIAboard
DAN
ALAT BANTU
Laptop
LCD
Flipchart
White
Panduan
Spidol(ATK)
diskusi

PPSDM
KESEHATAN
26
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan
langkah-langkah kegiatan
dalam proses pembelajaran
materi ini.
1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator mengucapkan
salam, menyapa peserta
dengan ramah dan
hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi
di kelas, mulailah
dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja,
materi yang akan
disampaikan.
2) Sampaikan tujuan
pembelajaran materi ini dan
pokok bahasan yang akan

disampaikan, sebaiknya
dengan menggunakan bahan
tayang.
Materi
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator
menyelenggarakan curah
pendapat, untuk menggali
wawasan
dan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh peserta
terkait dengan profesi
dan kompetensi
Sanitarian/Kesehatan
Lingkungan.
2) Fasilitator menyampaikan
paparan materi pokok
bahasan dan sub pokok
bahasan Profesi Sanitarian
dan Standar kompetensi
Sanitarian dengan
menggunakan bahan
tayang. Fasilitator

menyampaikan materi
dengan
metode ceramah dan tanya
jawab.
3) Fasilitator
menyelenggarakan curah
pendapat, untuk menggali
wawasan
dan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh peserta
terkait dengan etika
profesi Sanitarian.
4) Fasilitator menyampaikan
paparan materi pokok
bahasan dan sub pokok
bahasan Etika Profesi
Sanitarian dengan
menggunakan bahan
tayang.
Fasilitator menyampaikan
materi dengan metode
ceramah dan tanya

jawab.
Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan
evaluasi untuk mengetahui
penyerapan peserta
terhadap materi yang
disampaikan dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
2) Fasilitator merangkum
poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
3) Fasilitator membuat
kesimpulan.

PPSDM
KESEHATAN
27
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
VII.Pendahuluan
URAIAN
MATERI
Pokok
Bahasan
1.
PROFESI
SANITARIAN
a.

Dalam era globalisasi,


tuntutan mutu pelayanan
kesehatan lingkungan
tidak dapat dielakkan lagi.
Peraturan perundangundangan sudah mulai
diarahkan kepada kesiapan
seluruh profesi kesehatan
dalam menyongsong
era pasar bebas tersebut.
Sanitarian/ahli kesehatan
lingkungan harus
mampu bersaing dengan
profesi sanitarian/ahli
kesehatan lingkungan dari
negara lain. Untuk itu
diperlukan adanya standar
profesi sanitarian/ahli
kesehatan lingkungan
sebagai pedoman
standarisasi bagi profesi

sanitarian/ahli kesehatan
lingkungan.
Sanitarian/Ahli Kesehatan
Lingkungan adalah tenaga
profesional di
bidang kesehatan lingkungan
yang memberikan perhatian
terhadap aspek
kesehatan lingkungan air,
udara, tanah, makanan dan
vector penyakit
pada kawasan perumahan,
tempat-tempat umum,
tempat kerja, industri,
transportasi dan matra.
Organisasi Profesi adalah
wadah masyarakat ilmiah
dalam suatu disiplin
ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan.
Profesionalisme tenaga

sanitarian/ kesehatan
lingkungan ditunjukkan
dengan perilaku tenaga
sanitarian/kesehatan
lingkungan yang
memberikan pelayanan
kesehatan berdasarkan
standar pelayanan, mandiri,
bertanggung jawab dan
bertanggung gugat, serta
senantiasa mengembangkan
kemampuannya sesuai
dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesehatan
Lingkungan
Ilmu kesehatan
lingkungan
tidak terlepas dari disiplin
ilmu lainnya.
Menurut Odom Fanning
dalam bukunya Opportunities
in Environtmental

PPSDM
KESEHATAN
28
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Carrers
menyatakan
ada 13

disiplin ilmu yang


membangun ilmu
lingkungan, yaitu :
a) Fisika
b) Biologi
c) Kimia
d) Matematika
e) Ekologi
f) Ekonomi
g) Teknik sipil
h) Kesehatan Masyarakat
i) Oceanografi
j) Sosial
k) Arsitektur
l) Agronomi
m) Geosciences
Dari sini nampak jelas
adanya kekhususan
kesehatan lingkungan
sebagai

ilmu. Kekhususan yang


dimiliki oleh ilmu kesehatan
lingkungan ini
menjadi semakin nyata
dengan aplikasi teknologi
sanitasi, mulai dari
IPTEK, rancang bangun,
pelaksanaan, pemeliharaan
dan pengelolaannya.
Sering orang
mempertanyakan
penggunaan istilah-istilah
seperti: sehat,
kesehatan, kesehatan
lingkungan, sanitasi dan
sanitarian.
Lulusan pendidikan
kesehatan lingkungan,
mempunyai organisasi
profesi

yang dihimpun ke dalam


suatu wadah yang
namanya Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan
Indonesia (HAKLI).
Organisasi profesi
kesehatan
lingkungan ini pada
awalnya bernama Ikatan
Kontroler Kesehatan
Indonesia (IKKI) sesuai
dengan nama institusinya
pada waktu itu yaitu
Akademi Kontroler Kesehatan
(1954).
Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1996
tentang tenaga kesehatan,
menggolongkan lulusan
pendidikan kesehatan
lingkungan menjadi

Sanitarian atau tenaga


kesehatan masyarakat,
bersama dengan
epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan,
penyuluh kesehatan dan
administrator kesehatan.
Selanjutnya Pemerintah
memberikan penghargaan
kepada tenaga kesehatan
lingkungan dalam
wujud jabatan fungsional
Sanitarian (2004).
Batasan pengertian
nomenklatur tersebut dapat
dilihat pada Kotak 1 dan
Kotak 2.

PPSDM
29
MODUL
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Kotak KESEHATAN
1PELATIHAN
Pengertian
sanitasi

dan Sanitarian

Sanitasi ialah pencegahan


penyakit dengan
menghilangkan atau
mengendalikan
faktor-faktor lingkungan yang
membentuk mata dalam rantai
penularan penyakit

(WHO, 1952)
Sanitasi adalah pengendalian
semua faktor lingkungan
dalam lingkungan fisik
manusia yang dapat
menimbulkan dampak buruk
terhadap perkembangan fisik,
kesehatan dan daya hidup
manusia.(WHO)
Sanitasi adalah usaha
pemutusan mata rantai untuk
pencegahan penularan
penyakit, pencemaran,
kecelakaan (Hadi Susanto, dkk.
Sanitation generally refers to
the provision of facilities and
services for the safe
disposal of human urine and
faeces. Inadequate sanitation is
a major cause of
disease world-wide and
improving sanitation is known to
have a significant

beneficial impact on health both


in households and across
communities. The
word 'sanitation' also refers to
the maintenance of hygienic
conditions, through
services such as garbage
collection and wastewater
disposal (WHO).
The term "sanitation" can be
applied to a specific aspect,
concept, location, or
strategy, such as:
management
of humanisfeces
the
level.
household
This terminology
the at
indicator used to describe the
target of the
Millennium Development Goal
on sanitation.
collection
waste
is done
and
where
treatment
it
is of
deposited.
Examples
are
the
use of pit latrines, septic tanks,
and imhoff tanks.
hygienic
measures
for ensuring
food
safety.
control
that
form
environmental
factors
links
in of
disease
transmission.
Subsets of this category are
solid waste

management, water and


wastewater treatment,
industrial waste treatment and
noise and pollution control.
concept and
anhuman
approach
recycling
nutrients
from
to nature
theandof
animal wastes.
Pengertian sanitarian antara
lain:
profesional atau
practitioner
dari
hygiene
technical
masyarakat
yang
aktivitasnya
terkonsentrasi pada aspekaspek hygiene
lingkungan. Dalam pengertian
ini sanitarian bisa tenaga
paramedis maupun
medis yang telah mendapat
tambahan keahlian sebagai
sanitarian
(Sanitarians
hand
book).
Negeri
tanggung
Sipil
jawab,
yang
diberi
tugas,
wewenang
dan
hak
secara
penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk
melakukan kegiatan
pengamatan, pengawasan,
dan pemberdayaan

masyarakat dalam rangka


perbaikan kualitas kesehatan
lingkungan untuk
dapat memelihara, melindungi
dan meningkatkan cara-cara
hidup bersih dan
sehat (SK Menpan nomor:
19/KEP/M.PAN/11/2000).
Lingkunganlingkungan
adalah
tenaga
profesional
kesehatan
di
bidang
yang
memberikan perhatiaan
terhadap aspek kesehatan
lingkungan air, udara, tanah,
makanan dan vektor penyakit
pada kawasan
perumahan, tempat-tempat
umum, tempat kerja, industri,
transportasi dan
matra (SK Menkes
nomor:373/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar
Profesi Sanitarian).

PPSDM
KESEHATAN
30
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Lingkungan
lain:
meliputi
antara
1)
Penyediaan
Air

2) Limbah
3) Pembuangan kotoran
manusia tanpa air
4) Saluran air limbah
5) Pengumpulan dan
pembuangan sampah padat
6) Pengendalian serangga
( nyamuk, lalat, lainnya)
7) Pengendalian rodent
(tikus)
8) Sanitasi Makanan (Susu,
Daging, Makanan lainnya
9) Pengolahan makanan dan
usaha penanganan makanan
10) Perpipaan
11) Pencegahan pencemaran
udara
12) Pemanasan,
pengudaraan dan air
conditioning
13) Pencahayaan

14) Perumahan
15) Sanitasi gedung dan
tempat-tempat bagi umum
16) Kesehatan kerja
17) Sanitasi kolam renang
dan tempat berenang
18) Pengendalian gangguan
19) Perlindungan radiasi
20) Pencegahan kecelakaan
Kotak 2: Pengertian Sehat,
Kesehatan dan Kesehatan
Lingkungan

Sehat ialah suatu keadaan


sejahtera secara fisik, mental
dan sosial, dan tidak sematamata keadaan bebas dari
penyakit atau cedera (WHO
constitution, Pembukaan)

Kesehatan adalah keadaan


sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif dan
ekonomis. (Undang-Undang
Nomor: 36 tahun 2009, Tentang
Kesehatanan.)
Kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara
manusia dan lingkungannya
agar dapat terjamin keadaan
sehat dari manusia (WHO).
Kesehatan lingkungan adalah
ilmu yang mempelajari tentang
komponen lingkungan
akibat adanya perubahanperubahan yang terjadi
dengan kelompok individu
atau
masyarakat luas serta
memperhatikan akibat yang

ditimbulkan hubungan
interaktif
tersebut dan mencari alternatif
upaya pencegahannya (Umar
Fahmi Achmadi, 1991)
Kesehatan lingkungan adalah
kondisi lingkungan yang
mampu menopang
keseimbangan ekologis yang
dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung
tercapainya realitas hidup
manusia yang sehat, sejahtera
dan bahagia (HAKLI)

PPSDM
31
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
DasarKESEHATAN
hukum
yang
menjadi

acuan perlunya legislasi


adalah ada dalam :
1) Berdasar pada UndangUndang RI Nomor 36
Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, yang dimaksud
dengan Kesehatan
Lingkungan Pasal 162
dan Pasal 163 , Ayat (1), (2),
(3) dan (4) adalah sebagai
berikut:
Pasal 162
Upaya kesehatan lingkungan
ditutujukan untuk
mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik
fisik maupun sosial yang
memungkinkan
setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Pasal 163
(1) Pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat
menjamin
ketersediaan lingkungan
yang sehat dan tidak
mempunyai risiko
buruk bagi kesehatan.
(2) Lingkungan sehat
sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1)
mencakup lingkungan
pemukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas
umum.
(3) Lingkungan sehat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bebas dari
unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain :

(a) Limbah cair.


(b) Limbah padat.
(c) Limbah gas
(d) Sampah yang tidak
diproses sesuai dengan
persyaratan yang
telah ditetapkan oleh
pemerintah.
(e) Binatang pembawa
penyakit
(f) Zat kimia berbahaya.
(g) Kebisingan yang melebihi
ambang batas
(h) Radiasi sinar pengion dan
non pengion
(i) Air yang tercemar
(j) Udara yang tercemar
(k) Makanan yang
terkontaminasi.
(4) Ketentuan mengenai
standart baku mutu
kesehatan lingkungan dan

proses pengolahan limbah


sebagaimana dimaksud
pada ayat (2),
dan ayat (3), ditetapkan
dengan Peraturan
Pemerintah.
2) Pasal 24
(1) Perlindungan hukum
diberikan kepada tenaga
kesehatan yang
melakukan tugasnya sesuai
dengan standar profesi
tenaga
kesehatan.

PPSDM
KESEHATAN
32
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Perangkat
hukum
yang

keberadaannya kian
mendesak bagi tenaga
sanitarian adalah adanya :
1) Standar profesi
sanitarian (Sesuai
Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor:
373/MENKES/SK/III/2007),
tanggal 27 Maret 2007
2) Sertifikasi dan Registrasi
untuk pengaturan
kompetensi (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor:
1796/MENKES/PER/VIII/2011,
Tentang
Registrasi Tenaga
Kesehatan).
3) Lisensi untuk
pengaturan kewenangan

tiap jenis tenaga dan


praktek
profesi sanitarian.
4) Etika profesi/kode etik
profesi dan sumpah profesi
5) Standar pendidikan
(minimal dan berkelanjutan)
Dalam penataan organisasi
profesi, dan untuk
pengaturan serta
pengendalian mutu para
anggotanya, HAKLI telah
menyusun perangkat
legislasi tenaga sanitarian di
Indonesia yang saat ini
sedang dalam proses.
Buku pedoman
pengembangan perangkat
legislasi sanitarian di
Indonesia

ini merupakan acuan dan


selalu akan dikaji dan
ditinjau secara terus
menerus sehingga dapat
merupakan pedoman yang
sesuai bagi organisasi
profesi HAKLI.

PPSDM
KESEHATAN
33
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Hubungan
manusia
dengan

lingkungan
a. Sistem lingkungan terdiri
dari 4 (empat) komponen
b. Sumber daya alam berupa
energi, mineral, tanah, air,
tumbuhan
, hewan
c. Aktivitas manusia
d. Bahan buangan
e. Faktor-faktor lingkungan
yang berbahaya
(Environmental
hazard)
skema : Sistem lingkungan
Manusia melakukan
berbagai aktivitas untuk
kesejahteraannya dengan
cara menggali dan
memanfaatkan sumber
daya alam yang akan

menghasilkan barang dan


jasa, serta bahan buangan
( sampah ). Aktivitas
manusia dan sampah inilah
penyebab timbulnya faktorfaktor lingkungan
yang berbahaya dan yang
lambat laun akan terjadi
akumulasi bahanbahan berbahaya dan
akhirnya menimbulkan
pencemaran lingkungan.
1. Sumber daya
alam
3. Bahan buangan/
sampah

2. Aktivitas
manusia

4. Faktor lingkungan yang


berbahaya

PPSDM
KESEHATAN
34
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Lingkungan
penyebab
timbulnya
di Indonesia
dan
1)
masalah
Masalah
air
bersih

2) Masalah air limbah


3) Kualitas udara
4) Pestisida
5) Radiasi
6) Sanitasi makanan dan
minuman
7) Pembuangan sampah
8) Serangga penular
penyakit
9) Perumahan
Kotak 3.

Konsep sehat menurut JOHN


GORDON
Sehat pada dasarnya adalah
gambaran keadaan keseimbangan
dari berbagai faktor.
Penyakit yang timbul bila terjadi
gangguan dari keseimbangan
tersebut yang disebabkan

oleh adanya perubahan dari satu


faktor atau lebih. Faktor-faktor
yang berperan
umumnya dibagi menjadi 3(tiga)
faktor yaitu: Agent (penyebab
penyakit), Host
(penjamu), Environtment
( lingkungan).
Untuk menggambarkan interaksi
antara faktor-faktor agent (A),
host (H), dan
environtment (E), John Gordon
menganalogikan sebagai
timbangan dengan lingkungan
sebagai titik tumpu.
Pada dasarnya selalu terjadi
hubungan dan pengaruh timbal
balik antara faktor-faktor
host, agent dan environtment yang
berusaha mencapai keseimbangan.
Perubahan dari keseimbangan
dapat dilihat dari gambar berikut:
E
A
H

Keadaan I
Terjadi keseimbangan antara
agent, host dan

environment. Hal ini


menggambarkan suatu
kondisi yang sehat.
E
A
H

Keadaan II
Menggambarkan peningkatan dari
kemampuan
agent untuk menginfeksi serta
menyebabkan
penyakit pada manusia Contoh,
adanya perubahan
sifat (strain) dari virus dapat
mengakibatkan
kekebalan host sebelumnya
menjadi tidak efektif
lagi
A
E
H

Keadaan III
Menggambarkan bahwa
perubahan lingkungan
dapat pula menyebabkan
perubahan fisik tumpu,
sehingga menyebabkan
penyebaran agent. Contoh
adanya perkembangan daerah
industri yang pesat
menyebabkan konsentrasi zat
pencemar di udara

meningkat. Hal ini akan


menyebabkan kerentanan
pada manusia sehingga mudah
terserang penyakit.

PPSDM
KESEHATAN
35
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011

Penyebab timbulnya masalah


kesehatan lingkungan di
Indonesia
1) Pertambahan penduduk
dan urbanisasi yang
mengakibatkan
kepadatan penduduk
semakin meningkat
khususnya di kota besar
yang mengakibatkan fasilitas
sanitasi yang tidak memadai
2) Keanekaragaman sosial
budaya dan adat istiadat,
masih rendahnya
tingkat ekonomi dan
pendidikan sebagian besar
penduduk, kurangnya

kesadaran hukum dan


peraturan perundangan
yang ada merupakan
hambatan peningkatan
kesehatan lingkungan
3) Keterbatasan sumber
biaya tenaga, biaya serta
sarana yang dapat
menghambat pelaksanaan
program khususnya
peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan
4) Perkembangan industri
yang dapat mempengaruhi
kualitas lingkungan
Lingkungan
keilmuan
Menurut WHO ada 17 usaha
pokok kesehatan lingkungan
yaitu :
Konsep
sehat
menurut
model
pengendalian
pencemaran
tanah
udara
Penyediaan
Air
Bersih
Pengolahan
Pengelolaan
Sampah
Buangan
Padat
Pengendalian
Vektor
Hygiene
makanan
radiasi
Kesehatan
kerja
HOLISTIK (HENDRIK L. BLUM)
Menurut Hendrik L. Blum
kondisi sehat seseorang

dipengaruhi oleh 4 (empat)


faktor
utama, yaitu : Lingkungan,
tingkah laku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan.
Lingkungan mempunyai
pengaruh yang relatif paling
besar dalam peranan sebagai
salah
satu faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat pada skema
yang dikemukakan oleh Hendrik
L. Blum berikut:
SEHAT
PELAYANAN
KESEHATAN

PERILAKU

LINGKUNGAN
KET
URU
NAN

Keempat faktor tersebut


saling terkait dengan

beberapa faktor lain yaitu ;


sumber alam, keseimbangan
ekologi, kesehatan mental,
sistem budaya dan populasi
sebagai satu kesatuan.

PPSDM
KESEHATAN
36
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-kebisingan
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
permukiman
perkotaan
lingkungan
transportasi
udara,
laut
dankecelakaan
darat
pariwisata
yang
berhubungan
dengan
keadaan
bencana
alam,
epidemi,
perpindahan
Pengendalian
Pencegahan

penduduk, dan keadaan


darurat
diperlukan
lingkungan
untuk
menjamin
dalam
1)
Penyehatan
program
Lingkungan
Kesehatan
Mencakup upaya-upaya yang
ditujukan terhadap
2)
Penyehatan
Air
dan
Dampak
Pengamanan
kualitas
pestisida
udara
Radiasi
Sanitasi (PAS)
Mencakup upaya-upaya yang
ditujukan terhadap
makanan
Makanan
danmakanan
kesehatan
Tenaga
c. Kontaminasi
Sejarah
Profesi
Sanitarian
kesehatan
harus
membentuk organisasi
profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan
dan/atau mengembangkan
pengetahuan dan
keterampilan, martabat dan
etika profesi tenaga
kesehatan.
Setiap jenis tenaga
kesehatan hanya dapat

membentuk 1 (satu)
Organisasi
profesi. Pembentukan
organisasi profesi
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Organisasi Profesi
dilengkapi
dengan AD ART, Akte
Notaris Pendirian
Organisasi, Pengesahan
oleh
Menkumham, dan Tercatat di
Kemendagri.
Semula ada 2 organisasi
profesi yang bergerak
dalam bidang kesehatan
lingkungan, yaitu ISI (Ikatan
Sanitarian Indoesia) dan
IKKI (Ikatan

Kontrolir Kesehatan
Indonesia. Pada tahun 19..
pada konggres bersama
antara ke-2 Organisani
Profesi tersebut di
Bandung, disepakati
penggabungan keduanya
dan menggunakan nama
kesepakatan HAKLI
(Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia)
sampai sekarang.
d. Standar Profesinomor
Sanitarian
Undang-undang
36
tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan
pada Pasal 23 ayat (1)
Tenaga kesehatan
berwenang untuk

PPSDM
KESEHATAN
37
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
menyelenggarakan

pelayanan kesehatan. Ayat


(2) Kewenangan untuk
menyelenggarakan
pelayanankesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) dilakukan sesuai dengan
bidang keahlian yang
dimiliki. Dan ayat (3)
Dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari
pemerintah.
Pada Pasal 24 ayat (1)
mengamanatkan Tenaga
kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23
harus memenuhi ketentuan
kode etik, standar

profesi, hak pengguna


pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan
standar prosedur
operasional. Selanjutnya
pada ayat (2) Ketentuan
mengenai kode etik dan
standar profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh organisasi
profesi.
Standar profesi adalah
batasan kemampuan
(knowledge, skill, and
professional attitude)
minimal yang harus dikuasai
oleh seorang individu
untuk dapat melakukan
kegiatan profesionalnya
pada masyarakat secara
mandiri yang dibuat oleh
organisasi profesi.

Standar Profesi
Sanitarian/Ahli kesehatan
lingkungan telah
dirumuskan
dalam Musyawarah nasional
HAKLI ke V di Surabaya tahun
2005, melalui
Ketetapan HAKLI Nomor
03/MUNAS/V/2005 tentang
Standar Profesi
Sanitarian/Ahli kesehatan
lingkungan. Ketetapan
Munas tersebut
kemudian disyahkan oleh
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, melalui
Keputusan nomor:
373/Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi
Sanitarian

Standar profesi sanitarian


disusun dengan tujuan:
Tujuan Umum: Sebagai acuan
bagi para ahli kesehatan
lingkungan dalam
berperan aktif dan terarah
dan terpadu dalam
pembangunan kesehatan
nasional.
Tujuan Khusus: Sebagai
pedoman bagi para ahli
kesehatan lingkungan
dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai
tenaga
kesehatan dibidang
kesehatan lingkungan
sesuai dengan
tugas, fungsi dan
kewenangannya.

PPSDM
KESEHATAN
38
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Sebutan
keprofesian:

Level
KKNI
Sebutan keprofesian
Program Pendidikan
Akademik
Vokasi
Profesi
9
Sanitarian Spesialis
S3
S3T
Spesialis
8
Sanitarian Ahli
S2
S2T
7
Sanitarian
Profesi
6

Teknisi Sanitarian Utama


S1
S1T/D4
5
Teknisi Sanitarian Madya
D3
3
Teknisi Sanitarian Pratama
D1
2
Operator Sanitarian
SMK
Catatan:
D1,D2,D3,D4: Diploma
1,2,3,4
S1: SKL/SKM peminatan
KL/Tekling/Teksan/Tekim
S2: Magister KL/.................
S3: Doktor KL/................

S1T: Sarjana Terapan


S2T: Magister Terapan
S3T: Doktor Terapan
Sanitasi/Kesehatan
Lingkungan
Tercatat dalam sejarah
antara 3000-1500 sebelum
masehi praktek
kebersihan perorangan dan
kesehatan lingkungan
pernah dilakukan oleh
bangsa Minoa, Kreta, Mesir
dan Yahudi. Bangsa Yahudi
menulis semua
peraturan tentang kesehatan
lingkungan ini dalam buku
LEVITIKUS
Sebelum abad 17 masalah
kesehatan lingkungan yang
ada lebih nayak
disebabkan secara alamiah.
Pada abad 17 sebagai
akibat dari revolusi

industri masalah kesehatan


lingkungan muncul sebagai
akibat pencemaran
lingkungan dari buangan
industri.
Beberapa kasus yang
terjadi mulai abad 17
yaitu, Scorbut mengganas
di
Eropa, malaria di Italia,
typus exenthematicus
merajalela di Paris dan
Jerman, pes di Milan dan
Venesia. Abad 19 terjadi
wabah kolera di Eropa.
Pada abad 20 terjadi kasus
asap tebal di Costarica
Mexico dengan menelan
korban 25 jiwa. Awan
hitam juga melanda Meuse
Valley Belgia dengan

membawa korban 65
orang. Di Donora
Pensylvania (1948) terjadi
kabut
tebal yang menelan korban
22 orang. Pada tahun 1952 di
London terdapat
penderita sebanyak 4000
jiwa sebagai akibat dengan
adanya Smog.
Di Jepang muncul penyakit
Minamata (1973) sebagai
akibat dari adanya
pencemaran mercury di teluk

PPSDM
KESEHATAN
39
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
minamata,
sebagai
akibat

dari buangan limbah pabrik


pipa plastik yang
mengandung mercury (Hg).
Kebocoran reaktor nuklir di
Bhopal India
(1984) menelan korban
sebanyak 2000 jiwa,
kemudian disusul dengan
reaktor nuklir Chernobil Uni
Sovyet.
Perkembangan
Usaha
kesehatan
di Indonesia
lingkungan di Indonesia
telah dirintis sejak tahun
1892
dengan keluarnya UndangUndang tentang Hygiene
dalam bahasa
Belanda. Tahun 1924
Rockefeler Foundation
mendatangkan Dr. J. L.

Hydrik, konsultan bangsa


Amerika mendirikan Usaha
Kesehatan
Masyarakat untuk daerah
pedesaan (Rural Hygiene
Work) dengan
mengutamakan penyuluhan
kepada masyarakat di
Banyuwangi dan
Kebumen. Tahun 1956 usaha
sanitasi/kesehatan
lingkungan digalakkan di
Bekasi dengan integrasi
usaha kesehatan lingkungan
dengan pengobatan
yang dikemudian hari
menghasilkan konsep
Puskesmas. Mulai saat itu
sekaligus Lemahabang,
Bekasi dijadikan Training
Center dengan tokoh nya

dr.Sulianti Saroso (Saat ini


disebut sebagai Bapelkes
Nasional
Lemahabang). Tahun 1958
program kesehatan
lingkungan terintegrasi
dalam kegiatan kesehatan
Puskesmas.
Tahun 1956 s/d tahun 1959
Prof. Moechtar mempelopori
usaha sanitasi
kesehatan lingkungan di
Pasar Minggu Jakarta. Pada
tahun 1959
dicanangkan program
pembasmian malaria
sebagai program kesehatan
lingkungan yang
dilaksanakan secara
nasional di tanah air. Hari

dicanangkannya program
pembasmian malaria secara
nasional tersebut,
tepatnya pada tanggal 12
Nopember 1959 sampai
saat ini diperingati
sebagai HARI KESEHATAN
NASIONAL.
Untuk selanjutnya programprogram kesehatan
lingkungan merupakan
salah satu program
Kementrian Kesehatan yang
diimplementasikan
melalui program-program
Direktorat Jenderal P3M,
atau P2M, atau
P2MPLP, atau P2MPL.
Lingkungan
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan pada
kehidupan manusia
sehingga terjadi
perubahan pula hubungan
manusia dengan
lingkungannya. Pengaruh
perubahan tersebut
mengakibatkan konsep
kesehatan lingkungan juga
semakin berkembang.
Masalah kesehatan telah
mengalami perubahanperubahan yakni,
terjadinya perubahan pola
kesakitan dan kematian
sebagai dampak dari
terjadinya perubahan
kondisi lingkungan hidup
kita. Perubahan-

PPSDM
KESEHATAN
40
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
perubahan
tersebut

menyebabkan perubahan
pola kesakitan dan kematian,
antara lain dengan
meningkatnya penyakitpenyakit tidak menular dan
penyakit-penyakit lain yang
diakibatkan oleh faktor
lingkungan.
Permasalahan kesehatan
lingkungan semakin
kompleks, namun disamping
itu permasalahn yang
tradisional juga belum
terselesaikan, sehingga yang
dihadapi saat ini bukan
hanya Traditional Risk tetapi
juga Modern Risk.
Dari permasalahan tersebut
di atas maka dinamika
perubahan lingkungan

menurut Prof. DR. Umar


Fahmi Achmadi dapat
digambarkan ke dalam
simpul- simpul Sumber,
Ambient, Manusia Dan
Dampak Kesehatan.
Secara rinci jangkauan
dinamika perubahan
lingkungan tersebut dapat
dipilih menjadi simpulsimpul pengamatan/
pengukuran, penyelidikan
studi dan sekaligus
pengendaliannya.
Keterangan:
studi komponen
pada
lingkungan
sumbernya.
Misalnya
:
Prevalensi penderita DHF
- pabrik yang memiliki
limbah
- jumlah kendaraan bermotor
pengukuran
pada ambient
atau
lingkungan

Misalnya monitoring tingkat


pencemaran air
Residu pestisida dalam
makanan, dll
Mempelajari setelah
epidemiologi
komponen lingkungan masuk
ke dalam tubuh
manusia. Misalnya adanya
kandungan Pb dalam darah

PPSDM
KESEHATAN
41
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
menunjukkan
tinggi

rendahnya tingkat
pencemaran terhadap bahan
pencemar
studi gejala penyakit.
Misalnya
pengumpulan
prevalensi
penyakit ISPA di sekitar
pabrik
Pokok
Bahasan
2.
SANITARIAN
Kompetensi
adalah
kemampuan yang dimiliki
seseorang (tenaga
kesehatan)
berdasarkan ilmu
pengetahuan, keterampilan
dan sikap profesional untuk
dapat menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan
profesinya. Untuk menjamin
mutu pelayanan profesi,
sanitarian harus memiliki
kompetensi sesuai Standar

Kompetensi Sanitarian, yang


diukur melalui uji
kompetensi.
Sertifikat kompetensi
adalah surat tanda
pengakuan terhadap
kompetensi
tenaga kesehatan untuk
dapat menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan
profesinya di seluruh
Indonesia setelah lulus uji
kompetensi. Sedangkan
standar pelayanan profesi
adalah pedoman yang
harus diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
Standar Kompetensi
Sanitarian disusun

berdasarkan Peran, Fungsi


dan
Kompetensi yang harus
dimiliki oleh Sanitarian, yaitu:
kompetensi
sanitarian
Kegiatan
Kesehatan
Lingkungan
Fungsi
Menentukan komponen
lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan
manusia
Kompetensi
Fungsi
kesehatan
lingkungan
Menganalisis hasil
pengukuran komponen
lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan
lingkungan,
Menginterprestasikan hasil
pengukuran komponen
lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan
manusia, Merancang dan

PPSDM
KESEHATAN
42
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
merekayasa

Penanggulangan masalah
Lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan
manusia, Mengorganisir
Penanggulangan
masalah kesehatan
lingkungan dan Mengevaluasi
hasil
Kompetensi
Mampu mengidentifikasi
komponen-komponen yang
mempengaruhi
kesehatan manusia.
Pelatih dan Pemberdayaan
Masyarakat,
Fungsi
Kompetensi
Kesehatan Lingkungan
Fungsi
Kompetensi
b. Unit Kompetensi

Dalam menjalankan peran,


fungsi dan kompetensinya,
tenaga sanitarian
harus memiliki kompetensi
sesuai dengan standar
kompetensi. Secara rinci
kompetensi sanitarian terdiri
dari 46 unit kompetensi,
meliputi:
1) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik air dan
limbah cair: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
2) Melakukan pemeriksaan
kualitas kimia air dan
limbah cair: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan

sampel
3) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi air
dan limbah cair:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
4) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik udara/kebisingan/getaran/
kelembaban udara/kecepatan
angin & radi-asi: meliputi
pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
5) Melakukan pemeriksaan
kualitas kimia udara:
meliputi pengambilan,

pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
6) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi udara:
meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
7) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik tanah dan
limbah padat:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel

PPSDM
KESEHATAN
43
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
8) Melakukan
pemeriksaan

kualitas kimia tanah dan


limbah padat:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
9) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan
parasitologi tanah
dan limbah padat: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
10) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik makanan dan
minuman:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel

11) Melakukan pemeriksaan


kualitas kimia makanan
dan minuman:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
12) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan
parasitologi
makanan dan minuman:
meliputi pengambilan,
pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan sampel
13) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan
parasitologi sampel
usap alat makanan dan
minuman dan rectum:
meliputi pengambilan,

pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
14) Melakukan Survai Vektor
dan Binatang Pengganggu,
termasuk analisis
hasil Survai
15) Melakukan pengukuran
kuantitas (debit) air dan air
limbah, termasuk
analisis hasil
16) Mengidentifikasi makro
dan mikro bentos di badan
air: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
17) Melakukan pemeriksaan
sampel toksikan dan
hiomonitoring: meliputi

pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
18) Melakukan analisis
dampak kesehatan
lingkungan,
19) Mengelola program
hygiene industri, kesehatan
dan ke-selamatan
kerja,
20) Merancang,
mengoperasikan, dan
memelihara peralatan
pengelolaan
sampah,
21) Mengoperasikan alat
pengeboran air tanah.,
22) Melakukan pengeboran
air tanah untuk
pembangunan sarana air
bersih,

23) Melakukan pendugaan air


tanah,
24) Mengkalibrasi dan
memelihara peralatan
pengujian,
25) Mengoperasikan alat alat
aplikasi pengendalian vektor,
26) Mengelola alat-alat
pengambil sampel udara,
27) Melakukan kegiatan
penyuluhan dan pelatihan
(komunikasi),
28) Mengawasi sanitasi
pengelolaan linen,
29) Melakukan pengelolaan
limbah padat sesuai jenisnya,
30) Melakukan Pengendalian
Vektor dan Binatang
Pengganggu,

PPSDM
KESEHATAN
44
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
31) Melakukan
pengelolaan

pembuangan tinja,
32) Mengawasi sanitasi
pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun
(B3),
33) Melakukan surveilance
penyakit berbasis
lingkungan,
34) Berwirausaha di bidang
kesehatan pelayanan
kesehatan lingkungan,
35) Melakukan
pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
lingkungan,
36) Menilai kondisi
kesehatan perumahan
(kepadatan hunian, lantai,
dinding, atap, ventilasi,
jendela dan pena-taan
ruangan/bangunan),

37) Menerapkan prinsip


sanitasi pengelolaan
makanan,
38) Menerapkan HACCP
dalam pengelolaan makanan
dan minuman,
39) Mengawasi sanitasi
tempat pembuatan,
penjualan, penyimpanan,
pengangkutan & penggunaan
pestisida,
40) Mengawasi Sanitasi
Tempat-tempat Umum,
Industri, Pa-risata,
Permukiman dan Sarana
Transportasi,
41) Melaksanakan penelitian
yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan,
42) Merancang teknologi
tepat guna dan ramah
lingkungan,

43) Melakukan intervensi


administratif sesuai hasil
analisis sampel air,
tanah, udara, limbah
makanan dan minuman,
vektor dan binatang
pengganggu,
44) Melakukan intervensi
teknis sesuai hasil analisis
sampel air, tanah,
udara, limbah makanan
dan minuman, vektor dan
binatang
pengganggu,
45) melakukan intervensi
sosial sesuai hasil analisis
sampel air, tanah,
udara, limbah makanan
dan minuman, vektor dan
binatang
pengganggu,
46) Mengelola klinik sanitasi.
(STR) Sanitarian

Registrasi adalah
pencatatan resmi terhadap
tenaga kesehatan yang
telah
memiliki sertifikat
kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi
tertentu
lainnya serta diakui secara
hukum untuk menjalankan
praktik dan/atau
pekerjaan profesinya.
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, menyebutkan
pada Pasal 2 ayat (1)
Setiap tenaga kesehatan
yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib

memiliki STR. STR adalah


bukti tertulis yang
diberikan oleh Mejelis
(Konsil) Tenaga Kesehatan
Indonesia kepada tenaga
kesehatan yang telah
diregistrasi. STR diberikan
berdasarkan Sertifikat
Kompetensi yang
dimiliki oleh tenaga
kesehatan. Pada pasal 4 ayat
(3) Sertifikat kompetensi
dipergunakan sebagai dasar
untuk memperoleh STR.

PPSDM
KESEHATAN
45
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Sertifikat
Kompetensi
adalah

dokumen tertulis yang


menunjukkan seorang
tenaga kesehatan kompeten
melaksanakan suatu profesi
tertentu atau telah
lulus uji kompetensi.
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, menyebutkan
pada Pasal 2 ayat Ayat
(2) Untuk memperoleh STR
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tenaga
kesehatan harus memiliki
ijazah dan sertifikat
kompetensi. Pada ayat (3)
Ijazah dan sertifikat
kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)

diberikan kepada peserta


didik setelah dinyatakan
lulus ujian program
pendidikan dan uji
kompetensi.
Sertifikat Kompetensi
diterbitkan oleh Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI). Sebagaimana
disebutkan dalam
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan pada
pasal 3 ayat (2) Sertifikat
kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2) dikeluarkan oleh
MTKI. Selanjutnya juga
dijelaskan pada Pasal

4 ayat (1) Sertifikat


kompetensi berlaku selama 5
(lima) tahun dan dapat
diperpanjang setiap 5 (lima)
tahun. Ayat (2) Untuk
pertama kali sertifikat
kompetensi diberikan selama
jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak
tanggal kelahiran tenaga
kesehatan yang
bersangkutan.
Apabila Sertifikat
Kompetensi sudah habis
masa berlakunya maka
harus
diperpanjang untuk masa 5
tahun berikutnya.
Dianjurkan agar
perpanjangan dilaksanakan
sebelum deadline.
Perpanjangan bisa

dilakukan dengan 2 cara,


yaitu:
a) Porto folio, mengusulkan
perpanjangan kepada MTKI
berdasarkan
angka kredit profesi yang
diperoleh selama 5 tahun
(kurang dari 5
tahun), dengan
melampirkan dokumen
autentiknya. Sebagaimana
disebutkan dalam
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan pada Pasal 5
ayat (1) Sertifikat
kompetensi yang telah
habis masa berlakunya
dapat diperpanjang

melalui partisipasi tenaga


kesehatan dalam kegiatan
pendidikan
dan/atau pelatihan, serta
kegiatan ilmiah lainnya
sesuai dengan bidang
tugasnya atau profesinya.
Pada ayat (3) Satuan
Kredit Profesi
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selama 5
(lima) tahun harus
mencapai minimal 25 (dua
puluh lima) Satuan Kredit
Profesi.
b) Uji Kompetensi,
mendaftarkan diri untuk
mengikuti uji kompetensi ke
Perguruan Tinggi yang
memiliki fakultas/program
studi/jurusan

Kesehatan Lingkungan yang


terakreditasi oleh BANPT
(Badan
Akreditasi Nasional
Pendidikan Tinggi) minimal
B. Sebagaimana
disebutkan dalam
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan pada Pasal 6 ayat
(1) Pelaksanaan
uji kompetensi dilakukan oleh
perguruan tinggi bidang
kesehatan yang
telah terakreditasi dari
badan yang berwenang,
bersamaan dengan
pelaksanaan ujian akhir.

PPSDM
KESEHATAN
46
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-Kesehatan
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Majelis
Tenaga

Indonesia yang selanjutnya


disingkat MTKI,
adalah lembaga
nonstruktural yang bersifat
independen dalam
melaksanakan tugasnya.
Surat Izin Praktik yang
selanjutnya disingkat SIP,
adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada tenaga kesehatan
yang akan menjalankan
praktik mandiri.
Surat Izin Kerja yang
selanjutnya disingkat SIK,
adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota kepada
tenaga kesehatan yang

akan menjalankan
pekerjaan profesinya di
suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
Standar prosedur
operasional adalah suatu
perangkat instruksi/langkahlangkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses
kerja rutin tertentu
dengan memberikan
langkah yang benar dan
terbaik berdasarkan
konsensus bersama untuk
melaksanakan berbagai
kegiatan dan fungsi
pelayanan yang dibuat oleh
fasilitas pelayanan
kesehatan berdasarkan
standar profesi.
Pokok Bahasan
3.
KESEHATAN
LINGKUNGAN

Pokok Bahasan 1 telah


menyebutkan bahwa didalam
Undang-undang nomor
36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan
pada Pasal 23 ayat (1)
Tenaga kesehatan
berwenang untuk
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan. Ayat (2)
Kewenangan untuk
menyelenggarakan
pelayanankesehatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan
sesuai
dengan bidang keahlian
yang dimiliki. Dan ayat
(3) Dalam
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan,

tenaga kesehatan wajib


memiliki
izin dari pemerintah.
Selanjutnya pada Pasal 24
ayat (1) mengamanatkan
Tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode
etik,
standar profesi, hak
pengguna pelayanan
kesehatan, standar
pelayanan, dan
standar prosedur
operasional. Dan pada ayat
(2) Ketentuan mengenai
kode
sebagaimana
pada
ayat profesi.
(1)ilmu
dimaksud
diatur
oleh
organisasi
Etika adalah
yang
mempelajari tentang
moralitas, yaitu baik-buruk

suatu perbuatan dan benarsalah suatu perbuatan


dilihat dari segi moral.
Etika adalah pengetahuan
tentang moralitas, menilai
baik buruknya sesuatu
perbuatan ditinjau dari sisi
moral. Etika dapat
mengandung norma
kesusilaan

PPSDM
47
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- norma
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
(sikapKESEHATAN
pribadi),

kesopanan (perilaku antar


manusia), tetapi dapat
dipengaruhi oleh norma
agama dan norma hukum.
Ketentuan tersebut
memberikan kekuatan
kepada HAKLI dalam
penerapan
Ketetapan Munas ke-V tahun
2005 di Surabaya yang telah
merumuskan Kode
Etik Sanitarian. Kode Etik
(Code of Ethical Conduct)
Sanitarian merupakan
rumusan sikap tindak
yang menurut profesi
sanitarian baik khususnya
bagi masyarakat dan
lingkungan yang disusun
berdasarkan kajian dan

prinsip Etik. Kode etik harus


dipatuhi, dan bila dilanggar
akan diberi sanksi.
Dalam Ketetapan tersebut
dinyatakan kewajiban
sanitarian, yaitu:
a.
Kewajiban
Sanitarian
1)
Seorang Umum
sanitarian
harus
Kewajiban
(11) (20)
menjunjung tinggi,
menghayati dan
mengamalkan profesi
sanitasi dengan sebaikbaiknya.
2) Seorang sanitarian harus
senantiasa berupaya
melaksanakan
profesinya sesuai dengan
standar profesi yang
tertinggi.
3) Dalam melakukan
pekerjaan atau praktek
profesi sanitasi, seorang

sanitarian tidak boleh


dipengaruhi sesuatu yang
mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4) Seorang sanitarian harus
menghindarkan diri dari
perbuatan yang
bersifat memuji diri sendiri.
5) Seorang sanitarian
senantiasa berhati-hati
dalam menerapkan setiap
penemuan teknik atau cara
baru yang belum teruji
kehandalannya
dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan
masyarakat
6) Seorang sanitarian hanya
memberi saran atau
rekomendasi yang telah

melalui suatu proses analisis


secara komprehensif.
7) Seorang sanitarian dalam
menjalankan profesinya,
harus memberikan
pelayanan yang sebaikbaiknya dengan menjunjung
tinggi kesehatan
dan keselamatan manusia
serta kelestarian lingkungan.
8) Seorang sanitarian harus
bersikap jujur dalam
berhubungan dengan
klien atau masyarakat dan
teman seprofesinya, dan
berupaya untuk
mengingatkan teman
seprofesinya yang dia
ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau
yang melakukan

penipuan atau kebohongan


dalam menangani masalah
klien atau
masyarakat.
9) Seorang sanitarian harus
menghormati hak-hak klien
atau
masyarakat, hak-hak teman
seprofesi, dan hak tenaga
kesehatan
lainnya, dan harusa menjaga
kepercayaan klien atau
masyarakat.
10) Dalam melakukan
pekerjaannya seorang
sanitarian harus
memperhatikan kepentingan
masyarakat dan
memperhatikan seluruh
aspek kesehatan lingkungan
secara menyeluruh, baik
fisik, biologi

maupun sosial, serta


berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi
masyarakat yang sebenarbenarnya.

PPSDM
KESEHATAN
48
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
11) Seorang
sanitarian
dalam

bekerjasama dengan para


pejabat dibidang
kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat,
harus saling
menghormati.
(5) Seorang sanitarian wajib
1)
bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan
segala ilmu dan
ketrampilannya untuk
kepentingan penyelesaian
masalah klien atau
masyarakat. Dalam hal ia
tidak mampu
menyelesaikan suatu
pemeriksaan atau
penyelesaian suatu masalah,
maka ia wajib berkonsultasi,
bekerjasama dan atau
merujuk pekerjaan

tersebut kepada sanitarian


lain yang mempunyai
keahlian dalam
menyelesaikan masalah
tersebut.
2) Seorang sanitarian wajib
melaksanakan profesinya
secara
bertanggung jawab.
3) Seorang sanitarian wajib
melakukan penyelesaian
masalah sanitasi
secara tuntas dan
keseluruhan.
4) Seorang sanitarian wajib
memberikan informasi
kepada kliennya atas
pelayanan yang
diberikannya.
5) Seorang sanitarian wajib
mendapatkan perlindungan
atas praktek

pemberian pelayanan.
(2) Seorang sanitarian
1)
memperlakukan teman
seprofesinya sebagai
bagian dari penyelesaian
masalah.
2) Seorang sanitarian tidak
boleh saling menganbil alih
pekerjaan dari
teman seprofesi, kecuali
dengan persetujuan, atau
berdasarkan
prosedur yang ada.
1)
SeorangDiri
sanitarian
Terhadap
Sendiri harus
(2)
memperhatikan dan
mempraktekkan hidup
bersih dan sehat supaya
dapat bekerja dengan baik.
2) Seorang sanitarian harus
senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi


kesehatan lingkungan,
kesehatan dan
bidang-bidang lain yang
terkait.
dan Sanksi
Pembinaan:
Agar
tidak terjadi
pelanggaran terhadap kode
etik, maka dilakukan
pembinaan. Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
bekerjasama dengan
organisasi profesi (HAKLI)
membina dan mengawasi
tenaga kesehatan termasuk
Sanitarian yang
diarahkan untuk:

PPSDM
KESEHATAN
49
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
pelayanan
diberikan
tenaga
kesehatan
yang
kesehatan;

masyarakat
atas tindakan
yang dilakukan
tenaga
kesehatan;
dan
hukum
dan
tenaga
bagi masyarakat
kesehatan.
Melaksanakan tugas profesi
dengan berpegang pada
Kode Etik Profesi dan
tekad untuk selalu
meningkatkan kualitas diri
perlu untuk selalu
dipelihara. Kerja sama
dengan profesi kesehatan
lain perlu dieratkan
dengan kejelasan dalam
wewenang dan fungsinya.
Oleh karena tanpa
mengindahkan hal-hal
disebutkan tadi, maka
konsekuensi hukum akan
muncul tatkala terjadi
penyimpangan kewenangan
atau karena kelalaian.

Ketentuan hukum (Pidana)


tidak masuk dalam ranah
Pelanggaran Etik
Profesi.
Dimaksud dengan
Pelanggaran:
pelanggaran adalah
perbuatan yang nyata-nyata
melakukan penyimpangan
terhadap Kode Etik Profesi
Sanitarian, antara
lain:
yang
seharusnya
tidak
boleh
seorang
diperbuat
tenaga
kesehatan,
oleh
melalaikan
kewajiban;
baik mengingat sumpah
jabatannya maupun
mengingat sumpah sebagai
tenaga kesehatan;
yang tenaga
oleh
seharusnya dilakukan
kesehatan;
ketentuan
menurut
berdasarkan
undang-undang.
berupa
lain
yang
gelar
atau
bentuk
menimbulkan
kesanatau
bagi
masyarakat seolah-olah
yang bersangkutan

adalah tenaga kesehatan


yang kompeten dan
berwenang.
metode,memberikan
dalam
atau
tata cara lain
pelayanan
kesehatan
perorangan kepada
masyarakat yang
menimbulkan kesan seolaholah yang bersangkutan
adalah tenaga
kesehatan yang kompeten
dan berwenang.
Sanksi:
Untuk mengantisipasi
kejadian seperti yang
diuraikan di atas, maka
Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang
Kesehatan pada Pasal 27
ayat (1) menetapkan
bahwa: Tenaga kesehatan
berhak mendapatkan

imbalan dan pelindungan


hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
Dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23
Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan pada Pasal 24
ayat (1), yang
dimaksud dengan
perlindungan hukum
adalah bentuk-bentuk

PPSDM
KESEHATAN
50
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
perlindungan
yang
antara

lain berupa: rasa aman


dalam melaksanakan
tugas profesinya,
perlindungan terhadap
keadaan membahayakan
yang
dapat mengancam
keselamatan fisik atau jiwa,
baik karena alam maupun
perbuatan manusia.
Perlindungan hukum akan
senantiasa diberikan
kepada pelaku profesi
sanitarian sepanjang yang
bersangkutan bekerja
dengan mengikuti standar
prosedur sebagaimana
tuntutan bidang ilmu,
sesuai dengan etika serta
moral yang hidup dan
berlaku dalam

masyarakat.
Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah
daerah
kabupaten/kota dapat
mengambil tindakan
administratif terhadap
tenaga
kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan yang
melakukan
pelanggaran. Tindakan
administratif dilaksanakan
sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dan
dapat berupa:
izin.
Permenkes
teguran tertulis;
lisan;
dan/atau
1796 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
pasal 22 ayat (3)

Komite dalam MTKI terdiri


dari: a. komite disiplin tenaga
kesehatan; dan
b. komite lain yang
dianggap perlu yang
dibentuk secara ad hoc.
Pada
pasal 20 ayat (4)
menyebutkan Komite
Disiplin Tenaga Kesehatan
mempunyai tugas:
a) meneliti dan
menentukan ada atau tidak
adanya kesalahan atau
kelalaian dalam
menerapkan standar profesi
yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan
kesehatan;

b) memanggil atau
meminta keterangan dari
tenaga kesehatan yang
diadukan, penerima
pelayanan kesehatan yang
merasa dirugikan, dan
saksi;
c) melakukan pemeriksaan
di lapangan atau hal lain
yang dianggap
perlu;
d) melakukan kerjasama
dengan pemangku
kepentingan terkait dalam
rangka uji kompetensi,
sertifikasi, registrasi dan
lisensi bagi tenaga
kesehatan; dan
e) melakukan penilaian
terhadap kemampuan
tenaga kesehatan dan

tindakan administratif bagi


tenaga kesehatan yang tidak
menjalankan
praktik atau pekerjaannya
sesuai ketentuan.
PENUTUP
Etik
bukanlah
common
dan
diamalkan
diulang
dapat
melekat
setiap
saat
kedalam
agarsense
diri
Sanitarian
(internalisasi).

PPSDM
KESEHATAN
53
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011

PPSDM
KESEHATAN
54
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
Lampiran
2APARATUR-2011

KELOMPOK
PERKEMBANGAN
KESLING
TUJUAN UMUM:
Peserta
mampu menyusun
Tupoksi dan program
Kesling sesuai Jabatan
Fungsional Sanitarian Ahli
jnjang Pertama dan
mengkaji butir Unit dan
Sub
Unit dalam Standar
Kompetensi Sanitarian
kelompok D4/S1
1. Mampu
TUJUAN
KHUSUS:
menyusun
Tupoksi Sanitarian Ahli di
Wilayah kerja Kabupaten,
Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas.
2. Mampu menyusun
program/Kegiatan Kesling di
Wilayah kerja
Kabupaten, Kota, Puskesmas.

3. Mampu menyusun
program Kesling di Rumah
Sakit.
4. Mampu menyusun hasil
kajian butir Unit dan Sub
Unit dalam Standar
Kompetensi Sanitarian,
sesuai Tupoksi Sanitarian.
5. Mampu menyajikan hasil
diskusi Kelompok.
INPUT:
1. Persiapan Pelaksanaan
Program/Kegiatan Kesling
2. Pemantaun
Program/Kegiatan Kesling
3. Pengawasan
Program/Kegiatan Kesling
4. Sanitarian dan
Perkembangan Kesling
5. Pemberdayaan
Masyarakat.

6. Standar Kompetensi
Sanitarian sesuai Standar
Profesi Sanitarian/Ahli
Kesehatan Lingkungan
Kepmenkes: Nomor:
373/Menkes/sk/III/2007
Tanggal 27 Maret 2007.
7. Peraturan Per Undang2an
Jabatan Fungsional
Sanitarian Ahli tingkat
OUTPUT:
1. Tersusunnya Tupoksi
Sanitarian Ahli di
Kabupaten /Kota, Puskesmas
dan
Rumah Sakit.
2. Tersusunnya Program
Kesling di Kabupaten/Kota,
Puskesmas dan Rumah
Sakit.
3. Tersusunnya kajian
butir2 Unit dan Sub Unit
dalam Unit Kompetensi

untuk Sanitarian Ahli


(D4/S1).
4. Penyajian Hasil Diskusi
Kelompok
MEKANISME.
1. Kelompok dibagi menjadi
4 kelompok (7,7,8,8)
peserta dengan model
pengelompokan terdiri dari
gabungan peserta
Kabupaten/Kota dan
Puskesmas agar masingmasing individu dapat
saling mengisi dalam
proses diskusi kelompok.

AMDAL Latar Belakang, Tujuan, Kegunaan, dan Dasar


Pelaksanaannya.
Kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah, pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan atas tanggungjawab negara, asas pembangunan
berkelanjutan, dan asas manfaat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, yaitu terciptanya keselarasan,
keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan, antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, manusia dengan
manusia; terjaminnya kepentingan generasi saat ini dan akan datang; tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.
Berdasarkan kebijaksanaan tersebut, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), merupakan salah satu instrumen
kebijaksanaan pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan AMDAL terhadap sesuatu rencana usaha atau kegiatan dimaksudkan untuk
mengetahui dampak besar dan penting, dan menetapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
Sesuai UU No. 23 tahun 1997 tersebut, dinyatakan bahwa kegiatan yang diprakirakan dapat menimbulkan suatu dampak besar dan
penting pada lingkungan dan sekitarnya diwajibkan melakukan studi tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Peraturan pelaksanaa dari Undang-Undang ini dituangkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Tujuan dilaksanakannya Studi ANDAL

1.

Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup.

2.

Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting

3.

Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.

4.

Merumuskan RKL dan RPL.

Kegunaan dilaksanakannya Studi ANDAL


Bagi Pemerintah :

1.

Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan pengelolaan lingkungan dalam hal
pengendalian dampak negatif dan mengembangkan dampak positif yang meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat.

2.

Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci pada suatu kegiatan Pembangunan.

3.

Sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada suatu kegiatan Pembangunan.

Bagi Pemrakarsa :

1.

Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang akan


datang dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai akibat
adanya kegiatan suatu pembangunan.

2.

Sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

3.

Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari kegiatan pengelolaan dan


pemantauan lingkungan untuk kemudian mengetahui kekurangannya.

Bagi Masyarakat

1.

Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas rencana kegiatan suatu pembangunan.

2.

Memberikan informasi mengenai kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat mempersiapkan dan menyesuaikan diri
agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.

3.

Memberi informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindarkan dampak negatif.

4.

Sebagai bahan pertimbangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.

Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa komponen dan parameter lingkungan yang harus dijadikan sebagai sasaran studi,
antara lain :

1.

Komponen Geo-Fisik-Kimia antra lain : Iklim dan Kualitas Udara, Fisiografi, Geologi, Ruang, Lahan dan Tanah, Kualitas Air
Permukaan,

2.

Komponen Biotis antara lain : Flora, Fauna, Biota Sungai, Biota Air Laut

3.

Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya antara lain : Sosial Ekonomi , Sosial Budaya

4.

Komponen Kesehatan Masyarakat antara lain Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat

Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :

1.

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok -pokok Agraria.

2.

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara RI
Tahun 1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan Lembaran Negara No 3419).

3.

Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

4.

Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5.

Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115,
Tambahan Lembaran Negara No 3501).

6.

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Conventation On Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati

7.

Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997
No. 68 Tambahan Lembaran Negara No. 3699).

8.

Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

9.

Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

10. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran
serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk Penggantian.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59 Tambahan Lembaran Negara No.3838).
16. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Pembangunan
18. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
19. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
20. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
21. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
22. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan
23. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH /7/1992 tentang Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan
Kerangka Acuan ANDAL.

25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
26. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
27. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana AMDAL Bidang Pekerjaan Umum.
28. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan
Umum.
29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH /3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/ 10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/ 11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/ 11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH /11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH /1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan
Industri.
36. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
37. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.
38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air.
39. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
40. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
41. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
42. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
43. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
44. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan
serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
45. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
47. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
48. Peraturan Daerah terkait yang relevan lainnya dengan studi ini.
Peraturan peraturan tersebut tergantung / menyesuaikan juga pada jenis kegiatan yang dilaksanakan/direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai