18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
b. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat
c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat kualitas
kimia tanah dan limbah padat.
18. Lanjutan. . . 10. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman : a.Melakukan
pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel
pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik makanan
dan minuman
19. Lanjutan. . . 11. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman : a.Melakukan
pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel
pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman c. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia
makanan dan minuman
20. Lanjutan. . . 12. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman :
a. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan
minuman b.Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan
minuman c. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman
21. Lanjutan. . . 13. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi sampel usap alat
makanan minuman rectum : a.Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi
parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman b.Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi parasiologi sampel usap alat makanan dan minuman c. Melakukan pemeriksaan
sampel kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman
22. Lanjutan. . . 14. Melakukan survai vector dan binatang pengganggu 15. Melakukan pengukuran
kuantitas (debit) air dan air limbah. 16. Mengidentifikasi makro dan miro bentos di badan air. a. Melakukan
pengambilan sampel makro dan mikro bentos di badan air.
23. Lanjutan. . . 17. Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring. a. Melakukan pengambilan
sampel toksikan dan biomonitoring. b. Melakukan pengiriman sampel toksikan dan biomonitoring. c.
Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring. 18. Melakukan analisis dampak kesehatan
lingkungan. 19.Mengelola program keselamatan kerja. hygiene industri, kesehatan, dan
24. Lanjutan. . . 20. Mengoperasikan alat pengeboran air tanah. 21.Melakukan pengeboran air tanah untuk
pembangunan sarana air bersih. 22. Melakukan pendugaan air tanah. 23. Mengoperasikan alat-alat aplikasi
pengendalian vektor. 24. Mengelola alat-alat pengambil sampel udara.
25. Lanjutan. . . 25. Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan (komunikasi) 26. Mengawasi sanitasi
pengelolaan linen. 27. Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai jenisnya. 28. Melakukan pengendalian
vektor dan pengganggu. 29. Melakukan pengelolaan pembuangan tinja. binatang
26. Lanjutan. . . 30. Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. 31. Melakukan
surveilence penyakit berbasis lingkungan. 32. Berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan
lingkungan. 33. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan.
27. Lanjutan. . . 34. Menilai kondisi kesehatan perumahaan (kepadatan hunian, lantai, dinding, atap,
ventilasi, jendela, dan penataan ruangan/bangunan). 35. Menerapkan prinsip sanitasi pengelolaan
makanan. 36. Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan, penyimpanan, pengangkutan &
penggunaan pestisida.
28. Lanjutan. . . 37.Mengawasi Sanitasi Tempat-tempat Umum, Industri, Pariwisata, Pemukiman dan Sarana
Transportasi. 38.Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. 39.Melakukan
intervensi administratif sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor
dan binatang pengganggu. 40.Melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara,
limbah makanan dan minuman, vektor, dan binatang pengganggu.
29. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) Pengertian: Hakli adalah organisasi profesi sebagai
wadah pemersatu dan pembina profesional kesehatan lingkungan yang secara khas beragam dan
berjenjang dari latar belakang pendidikan, lapangan kerja, posisi, peran dan jalur peminatan menjadi satu
kesatuan jejaring fungsional dengan keahlian kesehatan lingkungan. Dibentuk dan didirikan di Bandung
Jawa Barat pada tanggal 12 April 1980
30. Lanjutan. . . Tujuan: Meningkatkan daya dan hasil guna para anggotanya dalam mengabdikan
keprofesionalannya serta meningkatkan dan mengembangkan kesehatan lingkungan agar lebih berdaya
bagi peningkatan profesi dan pembangunan kesehatan lingkungan untuk kesejahteraan.
31. Keanggotaan Anggota terdiri dari para Ahli Kesehatan Lingkungan maupun sanitarian. Keanggotaan
organisasi terdiri dari tiga macam, yaitu anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota
kehormatanAnggaran Dasar HAKLI Keputusan Musyawarah Nasional V Himpunan Kesehatan Lingkungan
Tahun 2005 Nomor : 05 / Munas V / Hakli / 2005 Tentang Anggaran Dasar Himpunan Kesehatan
Lingkungan(hakli)
32. Susunan Dan Tata Kerja Organisasi, Kekuasaan Organisasi Tugas Dan Wewenang Pengurus Organisasi
Ditingkat Nasional dibentuk Pengurus Pusat HAKLI Ditingkat Provinsi dibentuk Pengurus Daerah HAKLI
Ditingkat Kabupaten / Kota dibentuk Pengurus Cabang HAKLILanjutan. . .
33. 33. KEKUASAAN ORGANISASI Kekuasaaan tertinggi di tingkat Nasional adalah Musyawarah Nasiomnal (
MUNAS ) yang diadakan setiap empat tahun Kekuasaan tertinggi di tingkat daerah adalah Musyawarah
daerah ( MUSDA ) yang diadakan setiap empat tahun sekali Kekuasaan tertinggi di tingkat cabang adalah
Musyawarah Cabang ( MUSCAB ) yang diadakan setiap empat tahunLanjutan. . .
34. 34. TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS ORGANISASI Pengurus Pusat menentukan arah , kebijakan
dan strategi organisasi serta pokok pokok program secara Nasional Pengurus Pusat membentuk
Lembaga lembaga dan unit unit strategi, sesuai dengan tantangan peluang dn kebutuhan organisasi
Lembaga atau Unit strategi dapat di bentuk sekalian dengan kebutuhan untuk Pengkajian dan
Pengembangan IPTEK dan keprofesian Kesehatan LingkunganLanjutan. . .
35. 35. Lanjutan. . . Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang kesehatan Lingkungan Pengembangan
kewirausahaan dan penggalangan kemitraan Pengurus daerah dan cabang menyusun dan melaksanakan
program kerja dan kegiatan berdasarkan arah, kebijakan dan strategi serta program Nasional yang
disesuaikan dengan karakteristik dan masalah spesifik setempat.
36. 36. PENGAMBILAN KEPUTUSAN Keputusan diambil dengan Musyawarah untuk mufakat Apabila tidak
dapat dicapai secara mufakat keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.Lanjutan. . .
37. 37. KEANGGOTAAN Keanggotaan terdiri dari : 1. Anggota biasa para ahli di bidang kesehatan lingkungan
atau sanitarian, warga Negara Indonesia yang berpendidikan tinggi dan atau bekerja / menekuni di bidang
kesehatan lingkungan atau saitarian 2. Anggaran luar biasa mereka yang bekerja di bidang kesehatn
lingkungan atau sanitasi yang di tetapka oleh pengurus 3. Anggota kehormatan mereka yang diangkat
pengurusAnggaran Rumah Tangga Keputusan Musyawarah Nasional V Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia Tahun 2005 Nomor : 06/ Munas V / Hakli/ 2005 Tentang Anggaran Rumah Tangga
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia ( Hakli )
38. 38. Lanjutan. . . Anggota biasa memiliki hak : Mempunyai hak satu suara Mempunyai hak memilih dan
dipilih Mempunyai hak membela diri Anggota biasa mempunyai kewajiban: Wajib membayar iuran Wajib
membina hubungan baik dan jiwa korps di antara para anggota Wajib mentaati keputusan organisasi dan
melaksanakan usaha usaha untuk mencapai tujuan organisasi
39. 39. Lanjutan. . . Anggota luar biasa dan anggota kehormatan memiliki hak dan kewajiban Anggota Luar
biasa dan kehormatan memiliki hak bicara Anggota luar biasa dan kehormatan wajib mendukung usaha
usaha untuk mencapai tujuan organisasi
40. 40. Lanjutan. . . KRITERIA PENGURUS Para Fungsionair Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang harus
minimal memenuhi kriteria sebagai berikut : Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Jujur dan
mempunyai integritas tinggi Sehat Jasmani dan Rohani Sekurang kurangnya telah 3 (tiga) tahun
menjadi anggota HAKLI Belum pernah tercela selama bekerja baik politis maupun administrative Anggota
biasa HAKLI
41. 41. Lanjutan. . . Ketentuan Musyawarah Nasional 1. Peserta musyawarah Nasional adalah: a. Seluruh
Pengurus Pusat b. Seluruh Dewan pertimbangan Organisasi c. Seluruh pengurus daerah dengan sebanyak
banyaknya 4 (empat) pengurus Daerah d. Seluruh Pengurus Cabang dengan sebanyak banyaknya 2
(dua) orang pengurus Cabang e. Peninjau
42. 42. Lanjutan. . . 2. MUNAS dianggap sah apabila dihadiri sekurang kurangnya setyengah ditambah satu
daru jumlah peserta MUNAS. Apabila jumlah tersebut tidak tercapai maka munas ditunda selama 1 (satu)
jam, apabila setelah waktu penundaan tersebut jumlah peserta masih belum tercapai maka dengan
persetujuan forum yang ada MUNAS dapat dianggap sah untuk dilaksanakan.
43. 43. Lanjutan. . . PENGELOLAAN IURAN ANGGOTA 1. Untuk Kelancaran program organisasi besarnya
iuran di tetapkan sebagai berikut : a. Uang pangkal sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk setiap
anggota 25% untuk pengurus Pusat dan 75% untuk Pengurus Daerah b. Uang Iuran ditentukan oleh masing
masing pengurus daerah dan Cabang 25 % untuk Pengurus daerah dan 75% untuk pengurus cabang 2.
Pengiriman uang iuran ditujukan kepada Bendahara Pengurus yang lebih tinggi selambat lambatnya 10
bulan berikutnya
44. 44. Anonim.2010.Hakli.http://www.webhakli.com/index.php?option=com_content Kepmenkes RI No.
373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian Nurjanah, Anita Dwi.2012.Kompetensi Ahli
Madya Kesehatan.http://anitadwinurjanah.blogspot.com/2012/01/kompetensi-ahlimadyakesehatan.html.Diunduh tanggal 19 Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA &view=article&id=52&
Anonim.2011.Fungsional Sanitarian.http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2011/04/fungsio
nal-sanitarian/.Diunduh tanggal 19 Oktober 2013 Anonim.2009.Mengenal Lebih Dekat
Hakli.http://hakliindonesia.blogspot.com/2009/10/mengenal-lebih-dekathakli.html.Diunduh tanggal 19
Oktober 2013 Itemid=103.Diund uh tanggal 19 Oktober 2013
PPSDM
KESEHATAN
24
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-4 PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
MATERI
DASAR.
SANITARIAN
I.
DESKRIPSI
SINGKAT
Ilmu Sanitasi adalah
keilmuan/science dibidang
sanitasi, upaya pencegahan
penyakit dengan cara
menghilangkan atau
mengatur factor-faktor
lingkungan
lingkungan semakin
komplek,
sementara permasalahan
sanitasi tradisional (jamban,
perumahan, air minum,
vektor penyakit, dll) belum
terselesaikan manusia
dihadapkan pada
permasalahan kesehatan
lingkungan kehidupan
modern (pencemaran,
radiasi,
pemanasan global, dll).
Sehingga yang dihadapi
manusia terkait dengan
kesehatan lingkungan pada
saat ini bukan hanya
tradisional risk tapi juga
modern risk.
Perkembangan ilmu dan
teknologi berpengaruh pada
terjadinya perubahan
PPSDM
KESEHATAN
25
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
III. POKOK
BAHASAN
V.
MEDIAboard
DAN
ALAT BANTU
Laptop
LCD
Flipchart
White
Panduan
Spidol(ATK)
diskusi
PPSDM
KESEHATAN
26
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan
langkah-langkah kegiatan
dalam proses pembelajaran
materi ini.
1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator mengucapkan
salam, menyapa peserta
dengan ramah dan
hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi
di kelas, mulailah
dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja,
materi yang akan
disampaikan.
2) Sampaikan tujuan
pembelajaran materi ini dan
pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya
dengan menggunakan bahan
tayang.
Materi
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator
menyelenggarakan curah
pendapat, untuk menggali
wawasan
dan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh peserta
terkait dengan profesi
dan kompetensi
Sanitarian/Kesehatan
Lingkungan.
2) Fasilitator menyampaikan
paparan materi pokok
bahasan dan sub pokok
bahasan Profesi Sanitarian
dan Standar kompetensi
Sanitarian dengan
menggunakan bahan
tayang. Fasilitator
menyampaikan materi
dengan
metode ceramah dan tanya
jawab.
3) Fasilitator
menyelenggarakan curah
pendapat, untuk menggali
wawasan
dan pengetahuan yang
telah dimiliki oleh peserta
terkait dengan etika
profesi Sanitarian.
4) Fasilitator menyampaikan
paparan materi pokok
bahasan dan sub pokok
bahasan Etika Profesi
Sanitarian dengan
menggunakan bahan
tayang.
Fasilitator menyampaikan
materi dengan metode
ceramah dan tanya
jawab.
Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan
evaluasi untuk mengetahui
penyerapan peserta
terhadap materi yang
disampaikan dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
2) Fasilitator merangkum
poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
3) Fasilitator membuat
kesimpulan.
PPSDM
KESEHATAN
27
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
VII.Pendahuluan
URAIAN
MATERI
Pokok
Bahasan
1.
PROFESI
SANITARIAN
a.
sanitarian/ahli kesehatan
lingkungan.
Sanitarian/Ahli Kesehatan
Lingkungan adalah tenaga
profesional di
bidang kesehatan lingkungan
yang memberikan perhatian
terhadap aspek
kesehatan lingkungan air,
udara, tanah, makanan dan
vector penyakit
pada kawasan perumahan,
tempat-tempat umum,
tempat kerja, industri,
transportasi dan matra.
Organisasi Profesi adalah
wadah masyarakat ilmiah
dalam suatu disiplin
ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan.
Profesionalisme tenaga
sanitarian/ kesehatan
lingkungan ditunjukkan
dengan perilaku tenaga
sanitarian/kesehatan
lingkungan yang
memberikan pelayanan
kesehatan berdasarkan
standar pelayanan, mandiri,
bertanggung jawab dan
bertanggung gugat, serta
senantiasa mengembangkan
kemampuannya sesuai
dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesehatan
Lingkungan
Ilmu kesehatan
lingkungan
tidak terlepas dari disiplin
ilmu lainnya.
Menurut Odom Fanning
dalam bukunya Opportunities
in Environtmental
PPSDM
KESEHATAN
28
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Carrers
menyatakan
ada 13
PPSDM
29
MODUL
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Kotak KESEHATAN
1PELATIHAN
Pengertian
sanitasi
dan Sanitarian
(WHO, 1952)
Sanitasi adalah pengendalian
semua faktor lingkungan
dalam lingkungan fisik
manusia yang dapat
menimbulkan dampak buruk
terhadap perkembangan fisik,
kesehatan dan daya hidup
manusia.(WHO)
Sanitasi adalah usaha
pemutusan mata rantai untuk
pencegahan penularan
penyakit, pencemaran,
kecelakaan (Hadi Susanto, dkk.
Sanitation generally refers to
the provision of facilities and
services for the safe
disposal of human urine and
faeces. Inadequate sanitation is
a major cause of
disease world-wide and
improving sanitation is known to
have a significant
PPSDM
KESEHATAN
30
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Lingkungan
lain:
meliputi
antara
1)
Penyediaan
Air
2) Limbah
3) Pembuangan kotoran
manusia tanpa air
4) Saluran air limbah
5) Pengumpulan dan
pembuangan sampah padat
6) Pengendalian serangga
( nyamuk, lalat, lainnya)
7) Pengendalian rodent
(tikus)
8) Sanitasi Makanan (Susu,
Daging, Makanan lainnya
9) Pengolahan makanan dan
usaha penanganan makanan
10) Perpipaan
11) Pencegahan pencemaran
udara
12) Pemanasan,
pengudaraan dan air
conditioning
13) Pencahayaan
14) Perumahan
15) Sanitasi gedung dan
tempat-tempat bagi umum
16) Kesehatan kerja
17) Sanitasi kolam renang
dan tempat berenang
18) Pengendalian gangguan
19) Perlindungan radiasi
20) Pencegahan kecelakaan
Kotak 2: Pengertian Sehat,
Kesehatan dan Kesehatan
Lingkungan
ditimbulkan hubungan
interaktif
tersebut dan mencari alternatif
upaya pencegahannya (Umar
Fahmi Achmadi, 1991)
Kesehatan lingkungan adalah
kondisi lingkungan yang
mampu menopang
keseimbangan ekologis yang
dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung
tercapainya realitas hidup
manusia yang sehat, sejahtera
dan bahagia (HAKLI)
PPSDM
31
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
DasarKESEHATAN
hukum
yang
menjadi
Pasal 163
(1) Pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat
menjamin
ketersediaan lingkungan
yang sehat dan tidak
mempunyai risiko
buruk bagi kesehatan.
(2) Lingkungan sehat
sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1)
mencakup lingkungan
pemukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas
umum.
(3) Lingkungan sehat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bebas dari
unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan
kesehatan, antara lain :
PPSDM
KESEHATAN
32
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Perangkat
hukum
yang
keberadaannya kian
mendesak bagi tenaga
sanitarian adalah adanya :
1) Standar profesi
sanitarian (Sesuai
Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor:
373/MENKES/SK/III/2007),
tanggal 27 Maret 2007
2) Sertifikasi dan Registrasi
untuk pengaturan
kompetensi (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor:
1796/MENKES/PER/VIII/2011,
Tentang
Registrasi Tenaga
Kesehatan).
3) Lisensi untuk
pengaturan kewenangan
PPSDM
KESEHATAN
33
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Hubungan
manusia
dengan
lingkungan
a. Sistem lingkungan terdiri
dari 4 (empat) komponen
b. Sumber daya alam berupa
energi, mineral, tanah, air,
tumbuhan
, hewan
c. Aktivitas manusia
d. Bahan buangan
e. Faktor-faktor lingkungan
yang berbahaya
(Environmental
hazard)
skema : Sistem lingkungan
Manusia melakukan
berbagai aktivitas untuk
kesejahteraannya dengan
cara menggali dan
memanfaatkan sumber
daya alam yang akan
2. Aktivitas
manusia
PPSDM
KESEHATAN
34
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Lingkungan
penyebab
timbulnya
di Indonesia
dan
1)
masalah
Masalah
air
bersih
Keadaan I
Terjadi keseimbangan antara
agent, host dan
Keadaan II
Menggambarkan peningkatan dari
kemampuan
agent untuk menginfeksi serta
menyebabkan
penyakit pada manusia Contoh,
adanya perubahan
sifat (strain) dari virus dapat
mengakibatkan
kekebalan host sebelumnya
menjadi tidak efektif
lagi
A
E
H
Keadaan III
Menggambarkan bahwa
perubahan lingkungan
dapat pula menyebabkan
perubahan fisik tumpu,
sehingga menyebabkan
penyebaran agent. Contoh
adanya perkembangan daerah
industri yang pesat
menyebabkan konsentrasi zat
pencemar di udara
PPSDM
KESEHATAN
35
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
PERILAKU
LINGKUNGAN
KET
URU
NAN
PPSDM
KESEHATAN
36
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-kebisingan
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
permukiman
perkotaan
lingkungan
transportasi
udara,
laut
dankecelakaan
darat
pariwisata
yang
berhubungan
dengan
keadaan
bencana
alam,
epidemi,
perpindahan
Pengendalian
Pencegahan
membentuk 1 (satu)
Organisasi
profesi. Pembentukan
organisasi profesi
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Organisasi Profesi
dilengkapi
dengan AD ART, Akte
Notaris Pendirian
Organisasi, Pengesahan
oleh
Menkumham, dan Tercatat di
Kemendagri.
Semula ada 2 organisasi
profesi yang bergerak
dalam bidang kesehatan
lingkungan, yaitu ISI (Ikatan
Sanitarian Indoesia) dan
IKKI (Ikatan
Kontrolir Kesehatan
Indonesia. Pada tahun 19..
pada konggres bersama
antara ke-2 Organisani
Profesi tersebut di
Bandung, disepakati
penggabungan keduanya
dan menggunakan nama
kesepakatan HAKLI
(Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia)
sampai sekarang.
d. Standar Profesinomor
Sanitarian
Undang-undang
36
tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan
pada Pasal 23 ayat (1)
Tenaga kesehatan
berwenang untuk
PPSDM
KESEHATAN
37
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
menyelenggarakan
Standar Profesi
Sanitarian/Ahli kesehatan
lingkungan telah
dirumuskan
dalam Musyawarah nasional
HAKLI ke V di Surabaya tahun
2005, melalui
Ketetapan HAKLI Nomor
03/MUNAS/V/2005 tentang
Standar Profesi
Sanitarian/Ahli kesehatan
lingkungan. Ketetapan
Munas tersebut
kemudian disyahkan oleh
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, melalui
Keputusan nomor:
373/Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi
Sanitarian
PPSDM
KESEHATAN
38
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Sebutan
keprofesian:
Level
KKNI
Sebutan keprofesian
Program Pendidikan
Akademik
Vokasi
Profesi
9
Sanitarian Spesialis
S3
S3T
Spesialis
8
Sanitarian Ahli
S2
S2T
7
Sanitarian
Profesi
6
membawa korban 65
orang. Di Donora
Pensylvania (1948) terjadi
kabut
tebal yang menelan korban
22 orang. Pada tahun 1952 di
London terdapat
penderita sebanyak 4000
jiwa sebagai akibat dengan
adanya Smog.
Di Jepang muncul penyakit
Minamata (1973) sebagai
akibat dari adanya
pencemaran mercury di teluk
PPSDM
KESEHATAN
39
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
minamata,
sebagai
akibat
dicanangkannya program
pembasmian malaria secara
nasional tersebut,
tepatnya pada tanggal 12
Nopember 1959 sampai
saat ini diperingati
sebagai HARI KESEHATAN
NASIONAL.
Untuk selanjutnya programprogram kesehatan
lingkungan merupakan
salah satu program
Kementrian Kesehatan yang
diimplementasikan
melalui program-program
Direktorat Jenderal P3M,
atau P2M, atau
P2MPLP, atau P2MPL.
Lingkungan
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada
kehidupan manusia
sehingga terjadi
perubahan pula hubungan
manusia dengan
lingkungannya. Pengaruh
perubahan tersebut
mengakibatkan konsep
kesehatan lingkungan juga
semakin berkembang.
Masalah kesehatan telah
mengalami perubahanperubahan yakni,
terjadinya perubahan pola
kesakitan dan kematian
sebagai dampak dari
terjadinya perubahan
kondisi lingkungan hidup
kita. Perubahan-
PPSDM
KESEHATAN
40
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
perubahan
tersebut
menyebabkan perubahan
pola kesakitan dan kematian,
antara lain dengan
meningkatnya penyakitpenyakit tidak menular dan
penyakit-penyakit lain yang
diakibatkan oleh faktor
lingkungan.
Permasalahan kesehatan
lingkungan semakin
kompleks, namun disamping
itu permasalahn yang
tradisional juga belum
terselesaikan, sehingga yang
dihadapi saat ini bukan
hanya Traditional Risk tetapi
juga Modern Risk.
Dari permasalahan tersebut
di atas maka dinamika
perubahan lingkungan
PPSDM
KESEHATAN
41
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
menunjukkan
tinggi
rendahnya tingkat
pencemaran terhadap bahan
pencemar
studi gejala penyakit.
Misalnya
pengumpulan
prevalensi
penyakit ISPA di sekitar
pabrik
Pokok
Bahasan
2.
SANITARIAN
Kompetensi
adalah
kemampuan yang dimiliki
seseorang (tenaga
kesehatan)
berdasarkan ilmu
pengetahuan, keterampilan
dan sikap profesional untuk
dapat menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan
profesinya. Untuk menjamin
mutu pelayanan profesi,
sanitarian harus memiliki
kompetensi sesuai Standar
PPSDM
KESEHATAN
42
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
merekayasa
Penanggulangan masalah
Lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan
manusia, Mengorganisir
Penanggulangan
masalah kesehatan
lingkungan dan Mengevaluasi
hasil
Kompetensi
Mampu mengidentifikasi
komponen-komponen yang
mempengaruhi
kesehatan manusia.
Pelatih dan Pemberdayaan
Masyarakat,
Fungsi
Kompetensi
Kesehatan Lingkungan
Fungsi
Kompetensi
b. Unit Kompetensi
sampel
3) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi air
dan limbah cair:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
4) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik udara/kebisingan/getaran/
kelembaban udara/kecepatan
angin & radi-asi: meliputi
pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
5) Melakukan pemeriksaan
kualitas kimia udara:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
6) Melakukan pemeriksaan
kualitas mikrobiologi udara:
meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
7) Melakukan pemeriksaan
kualitas fisik tanah dan
limbah padat:
meliputi pengambilan,
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
PPSDM
KESEHATAN
43
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
8) Melakukan
pemeriksaan
pengiriman, pemeriksaan
dan analisis hasil
pemeriksaan sampel
14) Melakukan Survai Vektor
dan Binatang Pengganggu,
termasuk analisis
hasil Survai
15) Melakukan pengukuran
kuantitas (debit) air dan air
limbah, termasuk
analisis hasil
16) Mengidentifikasi makro
dan mikro bentos di badan
air: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
17) Melakukan pemeriksaan
sampel toksikan dan
hiomonitoring: meliputi
pengambilan, pengiriman,
pemeriksaan dan analisis
hasil pemeriksaan
sampel
18) Melakukan analisis
dampak kesehatan
lingkungan,
19) Mengelola program
hygiene industri, kesehatan
dan ke-selamatan
kerja,
20) Merancang,
mengoperasikan, dan
memelihara peralatan
pengelolaan
sampah,
21) Mengoperasikan alat
pengeboran air tanah.,
22) Melakukan pengeboran
air tanah untuk
pembangunan sarana air
bersih,
PPSDM
KESEHATAN
44
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
31) Melakukan
pengelolaan
pembuangan tinja,
32) Mengawasi sanitasi
pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun
(B3),
33) Melakukan surveilance
penyakit berbasis
lingkungan,
34) Berwirausaha di bidang
kesehatan pelayanan
kesehatan lingkungan,
35) Melakukan
pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
lingkungan,
36) Menilai kondisi
kesehatan perumahan
(kepadatan hunian, lantai,
dinding, atap, ventilasi,
jendela dan pena-taan
ruangan/bangunan),
Registrasi adalah
pencatatan resmi terhadap
tenaga kesehatan yang
telah
memiliki sertifikat
kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi
tertentu
lainnya serta diakui secara
hukum untuk menjalankan
praktik dan/atau
pekerjaan profesinya.
Permenkes nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, menyebutkan
pada Pasal 2 ayat (1)
Setiap tenaga kesehatan
yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib
PPSDM
KESEHATAN
45
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Sertifikat
Kompetensi
adalah
PPSDM
KESEHATAN
46
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
-Kesehatan
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
Majelis
Tenaga
akan menjalankan
pekerjaan profesinya di
suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
Standar prosedur
operasional adalah suatu
perangkat instruksi/langkahlangkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses
kerja rutin tertentu
dengan memberikan
langkah yang benar dan
terbaik berdasarkan
konsensus bersama untuk
melaksanakan berbagai
kegiatan dan fungsi
pelayanan yang dibuat oleh
fasilitas pelayanan
kesehatan berdasarkan
standar profesi.
Pokok Bahasan
3.
KESEHATAN
LINGKUNGAN
PPSDM
47
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- norma
PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
(sikapKESEHATAN
pribadi),
PPSDM
KESEHATAN
48
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
11) Seorang
sanitarian
dalam
pemberian pelayanan.
(2) Seorang sanitarian
1)
memperlakukan teman
seprofesinya sebagai
bagian dari penyelesaian
masalah.
2) Seorang sanitarian tidak
boleh saling menganbil alih
pekerjaan dari
teman seprofesi, kecuali
dengan persetujuan, atau
berdasarkan
prosedur yang ada.
1)
SeorangDiri
sanitarian
Terhadap
Sendiri harus
(2)
memperhatikan dan
mempraktekkan hidup
bersih dan sehat supaya
dapat bekerja dengan baik.
2) Seorang sanitarian harus
senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu
PPSDM
KESEHATAN
49
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
pelayanan
diberikan
tenaga
kesehatan
yang
kesehatan;
masyarakat
atas tindakan
yang dilakukan
tenaga
kesehatan;
dan
hukum
dan
tenaga
bagi masyarakat
kesehatan.
Melaksanakan tugas profesi
dengan berpegang pada
Kode Etik Profesi dan
tekad untuk selalu
meningkatkan kualitas diri
perlu untuk selalu
dipelihara. Kerja sama
dengan profesi kesehatan
lain perlu dieratkan
dengan kejelasan dalam
wewenang dan fungsinya.
Oleh karena tanpa
mengindahkan hal-hal
disebutkan tadi, maka
konsekuensi hukum akan
muncul tatkala terjadi
penyimpangan kewenangan
atau karena kelalaian.
PPSDM
KESEHATAN
50
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
perlindungan
yang
antara
masyarakat.
Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah
daerah
kabupaten/kota dapat
mengambil tindakan
administratif terhadap
tenaga
kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan yang
melakukan
pelanggaran. Tindakan
administratif dilaksanakan
sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dan
dapat berupa:
izin.
Permenkes
teguran tertulis;
lisan;
dan/atau
1796 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
pasal 22 ayat (3)
b) memanggil atau
meminta keterangan dari
tenaga kesehatan yang
diadukan, penerima
pelayanan kesehatan yang
merasa dirugikan, dan
saksi;
c) melakukan pemeriksaan
di lapangan atau hal lain
yang dianggap
perlu;
d) melakukan kerjasama
dengan pemangku
kepentingan terkait dalam
rangka uji kompetensi,
sertifikasi, registrasi dan
lisensi bagi tenaga
kesehatan; dan
e) melakukan penilaian
terhadap kemampuan
tenaga kesehatan dan
PPSDM
KESEHATAN
53
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
APARATUR-2011
PPSDM
KESEHATAN
54
MODUL
PELATIHAN
JENJANG
TERAMPIL
- PELAKSANA
PUSDIKLAT
Lampiran
2APARATUR-2011
KELOMPOK
PERKEMBANGAN
KESLING
TUJUAN UMUM:
Peserta
mampu menyusun
Tupoksi dan program
Kesling sesuai Jabatan
Fungsional Sanitarian Ahli
jnjang Pertama dan
mengkaji butir Unit dan
Sub
Unit dalam Standar
Kompetensi Sanitarian
kelompok D4/S1
1. Mampu
TUJUAN
KHUSUS:
menyusun
Tupoksi Sanitarian Ahli di
Wilayah kerja Kabupaten,
Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas.
2. Mampu menyusun
program/Kegiatan Kesling di
Wilayah kerja
Kabupaten, Kota, Puskesmas.
3. Mampu menyusun
program Kesling di Rumah
Sakit.
4. Mampu menyusun hasil
kajian butir Unit dan Sub
Unit dalam Standar
Kompetensi Sanitarian,
sesuai Tupoksi Sanitarian.
5. Mampu menyajikan hasil
diskusi Kelompok.
INPUT:
1. Persiapan Pelaksanaan
Program/Kegiatan Kesling
2. Pemantaun
Program/Kegiatan Kesling
3. Pengawasan
Program/Kegiatan Kesling
4. Sanitarian dan
Perkembangan Kesling
5. Pemberdayaan
Masyarakat.
6. Standar Kompetensi
Sanitarian sesuai Standar
Profesi Sanitarian/Ahli
Kesehatan Lingkungan
Kepmenkes: Nomor:
373/Menkes/sk/III/2007
Tanggal 27 Maret 2007.
7. Peraturan Per Undang2an
Jabatan Fungsional
Sanitarian Ahli tingkat
OUTPUT:
1. Tersusunnya Tupoksi
Sanitarian Ahli di
Kabupaten /Kota, Puskesmas
dan
Rumah Sakit.
2. Tersusunnya Program
Kesling di Kabupaten/Kota,
Puskesmas dan Rumah
Sakit.
3. Tersusunnya kajian
butir2 Unit dan Sub Unit
dalam Unit Kompetensi
1.
Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
2.
Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting
3.
Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup.
4.
1.
Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan dan pengelolaan lingkungan dalam hal
pengendalian dampak negatif dan mengembangkan dampak positif yang meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat.
2.
Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci pada suatu kegiatan Pembangunan.
3.
Sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada suatu kegiatan Pembangunan.
Bagi Pemrakarsa :
1.
2.
3.
Bagi Masyarakat
1.
Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas rencana kegiatan suatu pembangunan.
2.
Memberikan informasi mengenai kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat mempersiapkan dan menyesuaikan diri
agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.
3.
Memberi informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindarkan dampak negatif.
4.
Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa komponen dan parameter lingkungan yang harus dijadikan sebagai sasaran studi,
antara lain :
1.
Komponen Geo-Fisik-Kimia antra lain : Iklim dan Kualitas Udara, Fisiografi, Geologi, Ruang, Lahan dan Tanah, Kualitas Air
Permukaan,
2.
Komponen Biotis antara lain : Flora, Fauna, Biota Sungai, Biota Air Laut
3.
Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya antara lain : Sosial Ekonomi , Sosial Budaya
4.
Komponen Kesehatan Masyarakat antara lain Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1.
2.
Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara RI
Tahun 1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan Lembaran Negara No 3419).
3.
4.
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5.
Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115,
Tambahan Lembaran Negara No 3501).
6.
Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Conventation On Biological Diversity (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati
7.
Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997
No. 68 Tambahan Lembaran Negara No. 3699).
8.
9.
10. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran
serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk Penggantian.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59 Tambahan Lembaran Negara No.3838).
16. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Pembangunan
18. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
19. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
20. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
21. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
22. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan
23. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH /7/1992 tentang Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan
Kerangka Acuan ANDAL.
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
26. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
27. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana AMDAL Bidang Pekerjaan Umum.
28. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKL dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan
Umum.
29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH /3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/ 10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/ 11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/ 11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.
33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH /11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.
35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH /1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan
Industri.
36. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
37. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.
38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air.
39. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
40. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
41. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
42. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
43. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
44. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107/BAPEDAL/2/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan
serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
45. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
47. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
48. Peraturan Daerah terkait yang relevan lainnya dengan studi ini.
Peraturan peraturan tersebut tergantung / menyesuaikan juga pada jenis kegiatan yang dilaksanakan/direncanakan.