Anda di halaman 1dari 8

Definisi

Trauma kepala atau Head trauma digambarkan sebagai trauma yang


mengenai otak yang dapat mengakibatkan perubahan pada fisik, intelektual,
emosional, sosial, atau vokasional (Fritzell et al, 2001)
Cidera otak merupakan kerusakan akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial
(Smeltzer,2000)
Anatomi Fisiologi

Patofisiologi

Cidera Kepala

TIK - Oedem
- Hematom
Respon Biologi

Hypoxemia

Kelainan Metabolisme
Cidera Otak Primer

Cidera Otak Sekunder

Kontusio
Laserasi

Kerusakan Sel Otak

Gangguan Autoregulasi

Rangsangan Simpatis

Stress

Aliran Darah Keotak

Tahanan Vaskuler

Katekolamin

Sistemik & TD

O2 Ggan Metabolisme

Sekresi Asam Lambung

Tek. Pemb.Darah

Mual, Muntah

Pulmonal

Asam Laktat

Tek. Hidrostatik

Asupan Nutrisi Kurang

Oedem Otak

Kebocoran Cairan Kapiler

Ggan Perfusi Jaringan

Oedema Paru Cardiac Out Put

Cerebral
Difusi O2 Terhambat

Ggan Perfusi Jaringan

Gangguan Pola Napas Hipoksemia, Hiperkapnea

Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan terapeutik pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut
1; Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2; Pemberian oksigenisasi
3; Awasi tekanan darah
4; Kenali tanda-tanda syok akibat hipovolemik atau neurogetik
5; Observasi 24 jam
6; Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu
7; Berikan terapi intravena bila ada indikasi
8; Anak diistirahatkan atau tirah baring
9; Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi
10; Pemberian obat-obat analgetik
11; Pembedahan bila ada indikasi
12; Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
13; Pemberian oksigenisasi

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

Pengkajian :
1; Pengkajian subyektif.

Identitas klien dan keluarga ( penanngungjawab ) : nama, umur, jenis


kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat golongan darah,
penghasilan, hubungan klien dengan penanggungjawab.
Riwayat kesehatan.
Tingkat di kepala, paralise, akumulasi secret pada saluran pernapasan, adanya
liquor dari hidung dan telinga serta kejang.kesadaran / GCS < 15, convulsi,
muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di
kepala, paralise, akumulasi sekret, pada saluran pernafasan, adanya liquor
pada hidung, dan telinga serta kejang.
A ( airway) pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga
diyakini tidak ada cedera.
B ( breathing ) penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteri.
C ( circulation ) penilaian kemungkinan kehilangan darah, secara rutin
tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV line
D ( dysfunction of CNS / kelainan fungsi tubuh CNS )
penilaian GCS secara rutin.
E ( exposure ) identifikasi seluruh cedera.

2; Pengkajian Objektif

Aktifitas
Gejala :Merasa lemah, lelah, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran,letargi,hemiparese quadreplegia, ataksia, cara berjalan tak
tegap. Masalah dalam keseimbangan cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot
spastik.

Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi).
Perubahan frekwensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia).

Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
Eliminasi
Gejala :

Inkontinentia kandungan kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.

Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil). Gangguan menelan (batuk, air liur keluar disfagia)
Neurosensori
Gejala :

Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo, sinkope,

tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstremitas. Perubahan dalam


penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.
Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma.
Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri) deviasi pada mata, ketidakmampuan
mengikuti.Kehilangan penginderaan seperti pengecapan, penciuman dan pendengaran.Wajah
tidak simetri.Genggaman lemah, tidak seimbang.Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah.
Apraksia, hemiparise, quedreplegia. Postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitif
terhadap sentuhan dan gerakan. Kehilangan sensasi sebagian tubuh.

Diagnosa Keperawatan.
1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak,
kerusakan neorovaskular. .
2. perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan TIK.

3. Kecemasan keluarga berhubungan dengan keadaan yang kritis pada pasien.


Intervensi Keperawatan.
Dx. 1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak,
kerusakan neorovaskular. .
Tujuan : mempertahankan pola pernapasan normal/efektif, bebas sianosis dengan GDA
dalam batas normal pasien
Intervensi :
a.

Pantau frekwensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidak teraturan

pernapasan.
R/ : Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal (umumnya
mengikuti cedera otak) atau menandakan lokasi /luasnya keterlibatan otak. Pernapasan
lambat, periode apnea dapat menandakan perlunya ventilasi mekanis.
b.

Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
R/ : Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru dan menurunkan

kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.


c.

Kolaborasi :

Pantau atau gambarkan analisa gas darah, tekanan oksimetri


R/ : Menentukan kecukupan pernapasan. Keseimbangan asam basa dan kebutuhan

akan terapi
Dx. 2. perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan TIK.
Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi
motorik/sesnsorik.
Kriteria : Tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi :
a.

Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang

menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.


R/ : menentukkan pilihan intervensi, penurunan tanda gwjala neurologis atau
kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal mungkin menunjukan bahwa
pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif untuk memantau TIK dan atau
pembedahan
b.

Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar

(misalnya Skala Coms Glascow)

R/ : Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial


peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan
perkembangan kerusakan SSP.
c.

Pantau TD

R/ : Normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada


saat ada fluktasi tekanan darah sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti
kerusakakan vaskularisasi serebral lokal atau menyebar. Peningkatan tekanan darah
sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastole merupakan tanda
terjadinya peningkatan TIK,jika diikuti oleh penurunan tingkat kesadaran.
Hipovolemia/hipertensi dapat juga mengakibatkan kerusakan/iskemia serebral.
Kolaborasi :
d.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

R/ : menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan


volume darah serebral yang meningkatkan TIK.
Dx. 3. Kecemasan keluarga berhubungan dengan keadaan yang sedang dihadapi pasien.
Tujuan : keluarga dapat mengekspresikan perasaan dengan bebas dan tepat serta mampu
mengidentifikasi sumber-sumber internal dan eksternal untuk menghadapi situasi.
Intervensi :
a.

Anjurkan keluarga untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi perhatiannya.

R/ pengungkapan tentang rasa takut secara terbuka dapat menurunkan ansietas dan
meningkatkan koping terhadap realitas.
b.

Kaji kekuatan yang dimiliki keluarga mengenai masalah pendanaan.

R/ mungkin memerlukan bantuan untuk memfokuskan kekuatan agar menjadi efektif.

Anda mungkin juga menyukai