Design Research Kuantitatif Kualitatif Dan Mixed Creswell (Halaman 207) PDF
Design Research Kuantitatif Kualitatif Dan Mixed Creswell (Halaman 207) PDF
Buku ini tidak akan bisa terbit tanpa gagasan dan dorongan dari ratusan mahasiswa doktoral
pada mata kuliah Pengembangan Proposal yang saya ampu di University of Nebraska-Lincoln selama
beberapa tahun ini. Sejumlah mahasiswa sebelumnya dan para editor yang menjadi partner dalam proses
penulisan buku ini: Dr. Sharon Hudson, Dr. Leon Cantrell, Nette Nelson (aim.), Dr. De Tonack, Dr. Ray
Ostrander, dan Diane Greenlee. Sejak edisi pertama, saya juga banyak berutang budi kepada para
mahasiswa di kelas Metode Penelitian Dasar dan orang-orang yang telah berpartisipasi dalam
seminar metode campuran yang pernah saya pimpin. Kuliah-kuliah ini, semuanya, menjadi
laboratorium pribadi saya dalam menyam-paikan gagasan, memperoleh ide-ide segar, dan membagibagikan pengalaman saya sebagai penulis dan peneliti. Kepada para staf dan rekan-rekan di Kantor
Penelitian Kualitatif dan Metode Campuran di University of Nebraska-Lincoln yang sudah banyak
membantu penulisan buku ini, saya ucapkan terima kasih. Saya juga mendapat-kan banyak kontribusi
dari kajian-kajian akademis Dr. Vicki Piano Clark, Dr. Ron Shope, Dr. Kim Gait, Dr. Yun Lu,
Sherry Wang, Amanda Garrett, dan Alex Morales.
Saya juga mengucapkan terima kasih atas saran-saran yang men-cerahkan dari para pereview buku
ini. Saya tidak bisa menghasilkan buku ini tanpa dukungan dan dorongan dari rekan-rekan saya di
Penerbit Sage. Sage merupakan dan masih menjadi salah satu publishing-house dengan rating yang
cukup tinggi. Secara khusus, saya juga berutang banyak kepada pembimbing sekaligus editor saya
sebelumnya, C. Deborah Laughton (sekarang di Guilford Press), dan lisa Cuevas-Shaw, Vicki Knight,
dan Stephanie Adams. Selama hampir 20 tahvin bekerja sama'dengan Sage, kami telah berusaha
mengembangkan metode-metode penelitian.
Dalam kesempatan ini, saya ingin memberikan penghargaan sebesar-besarnya atas
kontribusi para pereview berikut ini: Mahasweta M. Banerjee, University of Kansas; Miriam W.
Boeri, Kennesaw State University; Sharon Anderson Dannels, The George S. Georgakopoulos, Nova
Southeastern University; Mary Enzman Hagedorn, University of Colorado di Colorado Springs;
Richard D. Howard, Montana State University; Drew Ishii, Whittier College; Marilyn Lockhart,
Montana State University; Carmen McCrink, Barry University; Barbara Safford, University of Northern
Iowa; Stephen A. Sivo, University of Central Florida; Gayle Sulik, Vassar College; dan Elizabeth
Thrower, University of Montevallo
Tentang Penulis
John W. Creswell adalah Profesor Psikologi Pendidikan sekaligus penulis dan
pengajar mata kuliah metodologi kualitatif dan penelitian metode campuran. Dia mengajar
di University of Nebraska-Lincoln selama 30 tahun dan telah menulis setidak-tidak-nya 11
buku, sebagian besar tentang rancangan penelitian, penelitian kualitatif, dan penelitian metode
campuran. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalamberbagai bahasa dan digunakan di
seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai co-director di Kantor Penelitian Kualitatif dan
Metode Campuran di Nebraska yang bertugas me-nyediakan dukungan bagi para sarjana
yang ingin mengajukan penelitian kualitatif dan metode campuran pada lembaga-lembaga
pendanaan. Dia juga tercatat sebagai co-editor utama untuk jurnal Sage, Journal of Mixed
Methods Research, dan sebagai Asisten Profesor untuk bidang Kedokteran di University of
Michigan. Cresswell juga sering diminta menjadi asisten peneliti bidang-bidang kesehatan.
Baru-baru ini, dia terpilih menjadi Senior Fulbright Scholar dan bertugas di Afrika Selatan sejak
Oktober 2008 untuk berbagi ilmu tentang penelitian metode campuran denganpara ilmuwan
sosial dan doku-mentator isu-isu AIDS. Dia hobi bermain piano, menulis sajak, dan
berolahraga. Kunjungi websitenya di www.johnwcreswell.com.
Pendahuluan vii
Daftar Isi
Penghargaan xvii
Tentang Penulis xix
Daftar Isi xx
BAGIAN SATU: PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN AWAL I
Bab Satu: Memilih Rancangan Penelitian 3
Tlga Jenis Rancangan 3
liga Komponen Penting dalam Rancangan Penelitian 6
Beberapa Pandangan-Dunia Filosofis 6
Pandangan-Dunia Post-positivisme 8
Pandangan-Dunia Konstruktivisme Sosial 11
Pandangan-Dunia Advokasi dan Partisipatoris 13
Pandangan-Dunia Pragmatik 15
Strategi-Strategi Penelitian 17
Strategi-Strategi Kuantitatif 18
Strategi-Strategi Kualitatif 19
Strategi-Strategi Metode Campuran 21
Metode-Metode Penelitian 23
Rancangan Penelitian Sebagai Pandangan-dunia, Strategi,
dan Metode 25
Kriteria dalam Memilih Rancangan Penelitian 29
Masalah Penelitian 29
Pengalaman-Pengalaman Pribadi 30
Pembaca 31
Ringkasan 32
Latihan Menulis 32
Bacaan Tambahan 32
Bab Dua: Tinjauan Pustaka 36
Topik Penelitian 36 Tinjauan Pustaka 40
Pemanfaatan Pustaka/Iiteratur 40
Teknik-Teknik Tinjauan Pustaka 46
Langkah-Langkah Melakukan Tinjauan Pustaka 46
Database Terkomputerisasi 48
Prioritas dalam Memilih Literatur 52
Peta Literatur Penelitian 54
Mengabstraksikan Literatur 57
PetunjukGaya 61
Definisi Istilah 63
Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran 69
Kesimpulan 71
Latihan Menulis 72
Bacaan Tambahan 73
Bab Tiga: Penerapan Teori 75
Teori dalam Penelitian Kuantitatif 76
Variabel-Variabel dalam Penelitian Kuantitatif 76
Definisi Teori 78
Bentuk-Bentuk Teori 81
Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif 84
Menulis Perspektif Teoretis Kuantitatif 86
Teori dalam Penelitian Kualitatif 93
Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif 93
Menempatkan Teori dalam Penelitian Kualitatif 98
Teori dalam Penelitian Metode Campuran 99
Ringkasan 104
Latihan Menulis 106
Bacaan Tambahan 107
Instrumentasi 221
Variabel-Variabel dalam Penelitian 224
Analisis Data dan Interpretasi 225
Komponen-komponendalam Metode Penelitian Eksperimen 229
Partisipan 229
Variabel-Variabel 236
Instrumentasi dan Materi 237
Prosedur-ProsedurEksperimentasi 237
Ancaman-Ancaman terhadap Validitas 240
Prosedur 247
AnalisisData 249
Interpretasi Hasil '-=- 250
Ringkasan 251
Latihan Menulis 254 Bacaan Tambahan 255
Bab Sembilan: Prosedur-prosedur Kualitatif 258
Karakteristik-karakteristik Penelitian Kualitatif 259
Strategi-strategi Penelitian 263
Peran Peneliti 264
Prosedur-prosedur Pengumpulan Data 266
Prosedur-Prosedur Perekaman Data 271
Analisis dan Interpretasi Data 274
Reliabilitas, Validitas, dan Generalisabilitas 284
Menulis Kualitatif 290
Ringkasan 291
Latihan Menulis 302
Bacaan Tambahan 302
Bagian Satu
Pertimbangan-Pertimbangan Awal
B abl
Bab Satu
Memilih RancanganPenelitian
Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi: dari
asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam pengumpulan dan analisis data.
Rancangantersebut melibatkan sejumlah keputusan yang, dalam buku ini, sudahsaya sajikan
meski tidak secara runtut dalam pengertian yang lazim.Yang jeias, secara keseluruharr,
keputusan ini melibatkan rancanganseperti apa yang seharusnya digunakan untuk meneliti topik
tertentu.
Misalnya, dalam (proposal) penelitian, para peneliti perlu mengambil keputusan terkait
dengan asumsi-asumsi filoSofis yang mendasari penelitian mereka, prosedur-prosedur (yang juga
sering di-sebut sebagai strategi -strategi) penelitian, dan metode-metode spesifik yang akan
mereka gunakan dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data; Pemilihan atas satu
rancangan penelitian juga perlu didasarkan pada masalah/isu yang ingin diteliti, pengalaman
pribadisi peneliti, dan target atau sasaran pembacanya.
TIGA JENIS RANCANGAN
Dalam buku ini, ada tiga jenis penelitian yang akan disajikan:penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran. Padahakikatnya, tiga pendekatan ini tidaklah terpisah satu
sama lainseperti ketika pertama kali muncul. Pendekatan kualitatif dankuantitatif seharusnya
tidak dipandang sebagai antitesis ataudikotomi yang saling bertentangan; keduanya hanya
merepresentasikan hasil akhir yang berbeda, namun tetap dalam satu continuum(Newman &
Benz, LggS). Suatu penelitianhanya akan lebih kualitatifketimbang kuantitatif, atau sebaliknya.
Adapun penelitian metode campuran berada di tengah continuumtersebut karena penelitian
inimelibatkan unsur-unsur dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sering kalidijelaskan berdasarkan
bentuk-bentuknya yang menggunakan kata-kata (kualitatif) dan yang menggudakan angka-angla
(kuantitatif), atauberdasarkan pertanyaan-pertanyaan ycng tertutup (hipotesiskuantitatif) dan
yang terbuka (hipotesis kualitatif). Padahal, gradasiperbedaan antar keduanya sebenamya terletak
pada asumsi filosofisdasar yang dibawa oleh peneliti ke dalam penetitiannya, jenis-jenis strategi
penelitian yang digunakan peneliti sepanjang
penelitiannya(seperti,strategieksperimenkuantitatifataustrategistudilapangankualitatif), dari
metode-metode spesifk yang diterapkan peneliti untukmelaksanakan strategi-strategi ini (seperti,
pengumpulan data secarakuantitatif dalambentuk instrumen versus Pengumpulan data
secarakualitatif melalui observasi lapangan).
Lagi pula, ada perkembangan historis yang dapat membedakankedua pendekatan
tersebut. Misalnya saja, pendekatan kuantitatifbanyak mendominasi bentuk-bentuk penelitian
dalam ilmu-ilmu sosialsejakawalabadXIX hinggapertengahanabadXX. Namun,sejak
awalpertengahan abad XX, muncul minat yang tinggi
terhadappenelitiankualitatif,danbersamaandenganituberkembangpulapenelitianmetodecampuran(
lihatCreswell,2008,untuksejarahyang lebih lengkap). Latar belakang historis ini setidak-tidaknya
dapatdijadikan salah satu landasan untuk mencari definisi "rigid" atastiga istilah kunci tersebut,
yang untuk selanjutnya akan digunakandalambuku ini:
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami
makna yang olehsejumlah individuatau sekelompok orang dianggapberasal dari
masalah sosialatau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-uPaya
penting, sepei'ti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumPulkan data yang spesifik daripara partisipan, menganalisis data secara induktif
mulai daritema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkanmakna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki strukturatau kerangka yang fleksibel. Siapa
pun yang terlibat dalambentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang
penelitianyangbergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, danmenerjemahkan
kompleksitas suatu persoalan (diadaptasi dari Creswell,2007).
Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk mengujiteori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.Variabel-variabel ini diukur -biasanya
dmgan instrumen-instrumen penelitian- sehingga data yang terdiri dari angka-angkadapat
dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporanakhir untuk penelitian ini pada
umumnya memiliki struktur yangketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan
pustaka,landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
(Creswell,2008). Seperti halnya para peneliti kualitatif,siapa pun yang terlibat di dalam
penelitian kuantitatif juga perlurnemiliki asumsi-asumsi untuk menguji teori secara
deduktif, mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan alternatif,
dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-penemuannya.
Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitianyang mengombinasikan
atau mengasosiasikan bentuk kualitatif danbentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan
asumsi-asumsi filosofis., aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
danpencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalamsatu penelitian. Pendekatan
ini lebih kompleks dari sekadarmengumpulkandanmenganalisis dua jenis data; ia juga
melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektifsehingga
kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besarketimbang penelitian kualitatif dan
kuantiiatif (Creswell & PlanoClark,2007).
Seperti yang kita lihat, masing-masing definisi di atas memilikititik tekannya tersendiri.
Untuk itulah, dalam buku ini, saya akanmenjelaskantigadefinisitersebutsecaradetailagarAndabisa
mengetahui masing-masing maknanya dengan jelas.
TIGA KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENELITIAN
Ada dua titik tekan dalam setiap definisi tadi yaitu: bahwa suatu pendekatan penelitian
selalu melibatkan asumsi-asumsi filosofis danmetode-metode atau prosedur-prosedur yang
berbeda-beda. Rancangan penelitian, yang saya sebut sebagai rencana atau propasal untuk
RancanganRancangan Penelitian
Kualitatif
Kuantitatif
Metode Campuran
Metode-metode Campuran
Pertanyaan-pertanyaan
Pengumpulan data
Analisis data
Interpretasi
Laporan tertulis
Validasi
Gambar 1.1 Kerangka Kerja Rancangan Penelitian Relasiantara Pandangan Dunia, StartegiStrategi Penelitian, dan Metode-Metode Penelitian
Post-positivisme
Determinasi
Reduksionisme
Observasi dan Pengujian empiris
Verifikasi teori
Advokasi/Partisipatoris
Bersifat politis
Berorientasi pada isu pemberdayaan
Kolaboratif
Berorientasi pada perubahan
Konstruktivisme
Pemahaman
Makna yang beragarn dari partisipan
Konstruksisosiai dan historis
Penciptaan teori
Pragmatisme
Efek-efek tindakan
Berpusat Pada masalah
Bersifat Pluralistik
Berorientasi pada praktik dunia-nyata
Pandangan-Dunia Post-positivisme
Asumsi-asumsipost-positivismerepresentasikanbentuktradisional penelitian, yang
kebenarannya lebih sering disematkanuntuk penelitian kuantitatif ketimbang penelitian kualitatif.
Pandangan-dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik atau penelitian sains. Ada pula
yang menyebutnya sebagai penelitianpositivis/post-positivis,sains empiris,dan post-positivisme.
Istilah terakhirdisebut post-positivisme karena ia merepresentasikan pemikiranpost-positivisme,
yang menentang gagasan tradisional tentangkebenaran absolut ilmu pengetahuan (Phillips &
Burbules, 2000), danmengakui bahwa kita tidak bisa terus menjadi "orang yangyakin/positif"
pada klaim-klaim kita tentang pengetahuan ketika kitamengkaji perilaku dan tindakan manusia.
Dalam perkembanganhistorisnya, tradisi post-positivis ini lahir dari penulis-penulis abad XIX,
seperti Comte, Mill, Dukheim, Newton, dan Locke (Smith,1983), dan belakangan dikembangkan
lebih lanjut oleh penulis-penulis seperti Phillips dan Burbules (2000).
Kaum Post-positivis mempertahankan filsafat deterministikbahwa sebab-sebab (faktorfakior kausatif) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir. Untuk itulah, problemproblem yangdikaji oleh kaum post-positivis mencerminkan adanya kebutuhanuntuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab y ang memengaruhihasil akhir, sebagaimana yang
banyak kita jumpai dalam penelitian eksperimen kuantitatif. Filsafat kaum post-positivis juga
cenderungreduksionistis yang orientasinya adalah mereduksi gagasan-gagasanbesar menjadi
gagasan-gagasan terpisah yang lebih kecil untuk diujilebih lanjut, seperti halnya variabelvariabel yang umumnya terdiridari sejumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis selalu didasarkan
pada observasi dan pengujian yang sangatcermatterhadap realitas objektif yang muncul di dunia
"luar sana." Untuk itulah, melakukan observasi dan meneliti perilaku individu-individu dengan
berlandaskan pada ukuran angka-angka dianggapsebagai aktivitas yang amat penting bagi kaum
post-positivis. Akibatnya, muncul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur dunia,yang
menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut. agar dunia ini
dapat dipahami oleh manusia. Untukitulah, dalam metode saintifik,salah satu pendekatan
penelitian "yangtelah disepakati" oleh kaum post-positivis, seorang peneliti harusmengawali
penelitiannya dengan menguji teori tertentu, lalu mengumpulkan data baik yang mendukung
maupun yang membantah teori tersebut, baru kemudian membuat perbaikan-perbaikan lanjutan
sebelum dilakukan pengujian ulang.
Membaca buku Phillips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
1. Pengetahuanbersifatkonjektural/terkaan (dan antifondasional/ddak berlandasan apa pun) bahwa kita tidak akan pernahmendapatkan kebenaran absolut. untuk itulah, bukti yang
dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula,
banyak peneliti yang berujar bahwamereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan,
tak jarang rnereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
2. Penelitianmerupakanproses membuatklaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim
tersebut meniadi "klaim-klaim lain"yang kebenarannya jauh lebih kuat. sebagian besar
penelitian kuantitatif, rnisalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatuteori.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data,bukti, danPertimbang-pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen
Pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan observasi
mendalam di lokasi penelitian.
makna-makna yang dimiliki orang laintentang dunia ini. Ketimbang mengawali penelitiannya
dengan suatuteori (seperti dalam post-positivisme), peneliti sebaiknya membuat atau
mengembangkan suatu teori atau pola makna tertentu secarainduktif.
Terkaitdengankonstruktivismeini,Crotty(1995) memperkenalkan sejumlah asumsi:
1. Maknamaknadikonstruksiolehmanusiaagarmerekabisatertibatdenganduniayangtengahmerekatafsirka
n.Para peneliti kualititif cenderung menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar
partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.
2. Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka dan
berusahamemahaminyaberdasarkanperspektifhistorisdansosialmereka sendiri kitasemua
dilahirkan ke dunia makna (world of meaning)yang dianugerahkan oleh kebudayaan di
sekelilingkita. Untut itulah, para peneliti kualitatif harus memahamikonteks atau latar
belakang partisipan mereka dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan mengumpulkan
sendiri informasi yang dibutuhkan. Mereka juga harus menafsirkan apa yangmereka cari:
sebuah penafsiran yang dibentuk oleh pengalamandan latar belakang mereka sendiri.
3. Yangmenciptakanmaknapadadasarnyaadalahlingkungansosial,yangmunculdidalamdandiluari
nteraksidengan komunitasmanusia.Prosespenelitiankualitatifbersifatinduktifdimana di
dalamnya peneliti menciptakan makna dari data-data lapangan yang dikumpulkan.
Pandangan-Dunia Advohasi dan Partisipatoris
Terdapat kelompok lain yang memiliki asumsi-asumsi filosofisberdasarkan pada
pendekatan advokasi/partisipatoris. Pendekatanini muncul sejak 1980-an hingga 1990-an dari
sejumlah kalangan yangmerasa bahwa asumsi-asumsi post-positivis telah rnembebankanhukumhukum dan teori-teori struktural yang sering kali tidak sesuaidengan/tidakmenyertakanindividuindividuyangterpinggirkandalam masyarakat kita atau isu-isu keadilan sosial yang memang perlu
dimunculkan. Pandangan-dunia ini tampaknya memang cocok dengan penelitian kualitatif,
namun ia juga bisa menjadi dasar untukpenelitian kuantitatif .
Dalamsejarahnya,pembahasantentangadvokasi/partisipatoris(atau emansipatoris) dapat
kita jumpai dalam kajian-kajian yangdilakukan oleh penulis-penulis seperti Marx,
Adorno,Marcuse,Habermas, dan Freire (Neuman,2000). Adapun Fay (1987), Herondan Reason
(1997, serta Kemmis dan Wilkinson (1998) merupakansederet penulis masa kini yang aktif
mengkaji perspektif advokasidan partisipatoris ini. Yang ielas, mereka semua merasa bahwa
sikapkonstruktivis tidak memadai dalam menganjurkan (mengadvokasi)program aksi untuk
membantu orang-orangyang termarjinalkan.
Pandangan-duniaadvokasi/partisipatorisberasumsibahwa
penelitianharusdihubungkandenganpolitikdanagendapolitis.Untuk itulah, penelitian ini pada
umumnya memiiiki agenda aksidemi reformasi yang diharapkan dapat mengubah kehidupan
parapartisipan, institusi-institusi di mana mereka hidup dan bekerja, dan kehidupan para peneliti
sendiri. Di samping itu, pandangan-duniaini menyutakan bahwa ada isu-isu tertentu yang perlu
mendapatperhatian lebih, utamanya isu-isu menyangkut kehidupan sosial dewasa ini, seperti
Metode Campuran
Sekuensial
Konkuren
Transformatif
Strategi-strategi Kuantitatif
Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategipenelitian yang berkaitan
dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-positivis. Strategi-strategi
ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-eksperimen yangkurang rigid yang sering
disebut dengan kuasi-eksperimen dan penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963), dan
eksperimen-eksperimen single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman
&McCormick,1995).
Namun, dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen
yang lebih kompleks dengan semuavariabei dan treatment-nya (seperti rancangan faktorial dan
rancanganrepeated measure). Strategi-strategi kuantitatif juga meliputi model-model persamaan
struktural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode-metode kausalitas dan
identifikasi kekuatan variabel-variabel ganda. Dalam buku ini, saya hanya fokus pada duastrategi
penelitian kuantitatif, yakni survei dan eksperimen.
Penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini
dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitianini
meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi
populasiberdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990).
Penelitian eksperimenberusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil
sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilaidengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu
kelompok(sering disebut kelompok treatment, penj.) dantidak menerapkannyapada kelompok
yang lain (sering disebut kelompok kontrol, Penj.), Ialu menentukan bagaimana dua
kelompok tersebut menentukanhasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual
denganpenugasan acak (random assignmenf) atas subjek-subjek yang di-treatment dalam
kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi-eksperimendengan prosedur-prosedur non-acak (Keepel
1991). Termasukdalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subiect.
Strategi-Strategi Kualitatif
Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulaibermunculan sepanjang tahun
1990-an dan memasuki abad XX. Tidaksedikit buku yang telah membahas strategi kualitatif ini
(seperti 19strategi yang diperkenalkan oleh Wolcott, 2001). Bahkan, pendekatan-pendekatan di
dalam penelitian kualitatif tertentu sudah memilikiprosedur-prosedur yang lengkap dan jelas.
Misalnya, Clandinin danConnelly (2000) telah membuat deskripsi komprehensif tentang apa
yangharus dilakukan oleh seorangpeneliti naratif. Moustakas (1994)juga telah membahas
doktrin-doktrin filosofis dan prosedur-prosedurdalam metode fenomenologi, sedangkan Strauss
dan Corbin (1990,1998) memperkenalkan prosedur-prosedur untuk peneliti groundedtheory.
Wolcott (1999) menjabarkan prosedur-prosedur etnografis,dan Stake (1995) merekomendasikan
sejumlah proses yang harusdilakukan dalam penelitian studi kasus.
terlebih dahulu denganmenguji suatu teori atau konsep tertentu, kemudian diikuti
denganmetode kualitatif dengan mengeksplorasi sejumlah kasus danindividu.
Strategi metode campuran konkuren/satu waktu (concurrentmixed metlnds) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti mempertemukan atau menyatukan data
kuantitatifdan data kualitatif untuk memperoleh analisis kornprehensif atas masalah
penelitian. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan dua jenis data tersebutpada satu waktu,
kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan.
Jika tidak, dalam strategi ini peneliti dapat memasukkan satujenis data yang lebih kecil ke
dalam sekumpulan data yang lebih besar untuk menganalisis jenis-jenis pertanyaan yang
berbeda-beda (misalnya, jika metode kualitatif diterapkan untuk melaksanakan penelitian,
metode kuantitatif dapat diterapkan untukmengetahui hasil akhir).
Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixedmethods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnyapeneliti menggunakan kacamata teoretis (lihat Bab 3)
sebagaiperspektif overaching yang di dalamnya terdiri dari data kuantitatifdan data kualitatif.
Perspektif inilah yang akan menyediakankerangka kerja untuk topik penelitian, metodemetode untuk pengumpulan data, dan hasil-hasil atau perubahan-perubahan yangdiharapkan.
Bahkan, perspektif ini bisa digunakan peneliti sebagaimetode pengumpulan data secara
sekuensial ataupun konkuren.
Metode-Metode Penelitian
Komponen ketiga dalam kerangka kerja penelitian adalahmetode-metode penelitian spesifik
yang berkaitan dengan strategi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.3, peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah metode pengumpulan
data dan mengatumya secara sisternatis, misalnya berdasarkan level metode tersebut atas sifat
objek penelitian, fungsi metode tersebut saat peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan fokus metode tersebut pada analisis datayangnumerikatau non-numerik.Metodemetodeiniakandijelaskan lebih lanjut dalam Bab 8 hingga 10.
Tabel 1.3 Metode Kuantitafif, Metode Campuran, dan Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif Metode Campuran Metode Kualitatif
Bersifat Pre-determined
(sudah ditentukan
sebelumnya)
Perianyaan-Pertanyaan
Yang didasarkan Pada
instrumen penelitian
Data Performa, data
sikap, data observasi, dan
data sensus
Analisis statistik
Lnterpretasi statistik
Bersifat Pre-determined
dan berkembang dinamis
Pertanyaan-pertanyaan
Terbuka dan pertanyaanpertanyaan tertutup
Bentuk-bentuk data berganda Yang tebuka Pada
Kemungkinankemungkinan lain
Analisis statistik dan
analisis tekstual
Berkembang dinamis
Pertanyaan-pertanyaan
terbuka
Data wawancara, data
observasi, data
dokumentasi, dan data
audio-visual
Analisis tekstual dan
gambar
Lnterpretasi tema-tema,
pola-pola
Lintas-interpretasi
database
Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan instrumen atautes (seperti, pertanyaanpertanyaan tentang harga diri) atau mengumpulan informasidengan
bantuanchecklistperilaku(seperti, observasi atas seorang pekerja yang terlibat dalam
keterampilan yang kompleks). Di sisi lain, pengumpulan data juga bisa melibatkan peneliti untuk
mengunjungi secara langsung tempat penelitian danmengobservasi perilakuindividu-individu di
dalamnya tanpa ada pertanyaan yang disediakan sebelumnya atau melakukan wawan cara secara
aktif atas individu-individu tersebut agar dapat mengungkapkan gagasannya tentang topik
penelitian, tanpa harus menyediakan pertanyaan-pertariyaan yang spesifik.
Pemilihan metode ini pada akhirnya haruslah disesuaikandengan maksud peneliti; apakah
peneliti bermaksud untuk menggali informasi yang diinginkan atau membiarkannya muncul
begitu saja dari para partisipan. Atau, apakah peneliti ingin menganalisis jenisdata berupa
informasi numerik yang dikumpulkan dari instrumenpenelitian atauinformasi teksyang
dikumpulkan dari rekaman hasilpembicaraan dengan partisipan. Atau, apakah peneliti ingin
menafsirkan, hasil-hasil statistik atau mereka ingin menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
atau pola-pola umum yang muncul dari datapenelitian.
Dalam sejumlah penelitian, data kuantitaiif dan kualitatif bisasaja dikumpulkan,
dianalisis, dan ditafsirkan secara bersama-sama. Data instrumen dapat dilengkapi dengan
observasi-terbuka, ataudata sensus dapat diikuti dengan wawancara mendalam. Akan
tetapi,dalam kasus metode campuran, peneliti membuat inferensi/kesimpulan antara data
kuantitatif dan data kualitatif.
RANCANGANPENELITIANSEBAGAIPANDANGAN-DUNIA,STRATEGI, DAN
METODE
Pandangan-dunia, strategi, dan metode, semuanya turut menentukan apakah suatu rancangan
penelitian akan cenderung kuantitatif,kualitatif, atau campuran. Tabel 1.4 menyajikan perbedaanperbedaan yang mungkin berguna bagi para peneliti dalam memilih suatu pendekatan penelitian. Tabel
ini juga menyertakan praktik-praktikdari tiga pendekatan yang akan dijelaskan secara lebih rinci
dalambab-bab selanjutnya di buku ini.
Berikutini,akandigambarkanbagaimanaketigaelemenini(pandangan-dunia, strategi, dan metode)
berkombinasi dalam satuskenario penelitian:
Tabel 1.4Pendekatan-PendekatanKualitatif,Kuantitatif,danMetode Campuran
Pendekatan
Pendekatan
Pendekatan Metode
Kecenderungan
Kualitatif
Kuantitatif
Campuran
Menggunakan
asumsi-asumsi
filosofis ini
Klaim-klaim
Pengetahuan
konstruktivis/advok
asi/ Partisipatoris
Menerapkan
Fenomenologi,
strategi-strategi
grounded theory,
penelitian ini
etnografi, studi
kasus, dan naratif
Menerapkan
Pertanyaanmetode-metode ini
Pertanyaan lerbuka,
pendekatanPendekatan yang
berkembang
dinamis
(fleksibel/emerging
), data tekstual dan
gambar
Menerapkan
praktik-praktik
penelitian ini
Posisi-posisi dia
Klaim-klaim
pengetahuan Postpositivis
Klaim-klaim
pengetahuan
pragmatis
Survei dan
eksprimen
Sekuensial,
konkuren, dan
transformatif
Pertanyaanpertanyaa
yang terbuka dan
tertutup,
pendekatan pendekatan yang
berkembang
dinamis
(emerging) dan
sudah ditentukan
sebelumnya
(predetermined),
analisis data
kuantitatif dandata
kualitatif
Mengumpulkan
data kuantitatif
dan data kualitatif
Membuat
rasinalisasi atas
dicampurnya dua
data
Menggabungkan
data pada tahaptahap penelitian
yang berbeda
Menyajikan
gambaran visual
tentang prosedurprosedur
Menerapkan
praktik-praktik
kuantitatif dan
kualitatif
PertanyaanPertanyaan
terbuka,
pendekatanpendekatan yang
predetermined
(sudah ditentukan
sebelumnya),
databerupa angkaangka
Menguji atau
memverifikasi
teori atau
Penjelasan
Mengumpulkan
makna dari para
Mengidentifikasi
partisipan
variabel-variabel
yang akan diteliti
Fokus pada satu
konsep atau
Menghubungkan
fenomenon
variabel-variabel
dalam rumusan
Membawa nilaimasalah dan
nilai pribadi ke
hipotesis
dalam penelitian
penelitian
Meneliti konteks
Menggunakan
atau setting
standar-standar
partisipan
validitas dan
Menvalidasi akurasi
reliabilitas
penemuan Mengobservasi
penemuan
dan mengukur
Menginterpretasi
informasi secara
data
numerik (angka Membuat agenda
angka)
perubahan atau
Menerapkan
reformasi
Berkolaborasi
dengan partisipan
pendekatanpendekatan yang
bebas-bias
Menerapkan
prosedur-prosedur
statistik
RINGKASAN
Dalam merencanakan suatu proyek penelitian, peneliti perlu
menentukanapakahmerekaakanmenggunakanrancangankualitatif, kuantitatif, atau metode
campuran. Rancangan ini dipilih berdasarkan pandangan-dniia atau asumsi-asumsi filosofis
tentang suatu penelitian,strategi-strategi penelitian,dan metode-metodepenelitian.Pilihanatas
suatu rancangan penelitian biasanya dipengaruhi oleh masalah penelitianyang akan diteliti,
pengalaman-pengalaman pribadi dari sipeneliti, dan target pembaca yang diharapkan akan
membaca hasilpenelitian tersebut.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Cariiah rumusan masalah penelitian dalam sebuahartikel jurnal dan jelaskan
rancangan apa yang terbaikuntuk meneliti pertanyaan tersebut, berikut alasanalasannya.
2. Pikirkanlah satu topik yang ingin Anda teliti; dan dengan menggunakan
pandangan-dunia, strategi penelitian, dan metodepenelitian seperti yang
terterapada, Gambar 1.1, buatlah satuproyek penelitian yang berbasis pada satu
pandangan-dunia, strategi, dan metode yang telah Anda pilih. Lalu, tentukanlah
apakahproyek tersebut akan didesain menjadi penelitian kuantitatif, kualitatif, atau
metode campuran.
3. Apa yang membedakan penelitian kuantitatif dari pnelitian kualitatif? Jelaskan
(minimal) tiga karakteristik pembedanya!
BACAAN TAMBAHAN
Crotty, M. (1998). TheFoundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. Thousand Oaks, CA: Sage.
Michael Crotty menawarkan kerangka penting unttrk mengikatsecara bersama isu-isu
epistemologis, perspektif-perspektif teoretis,metodologi, dan metode-metode penelitian sosial.
Crotty ,menghubungkan empat komponen ini dalam suatu proses penelitian, laluia menampilkan
sebuah tabel berisi metode representatif pengambilan sampel (sampling) atas topik-topik yang
ada dalam setiap komponen tersebut. Crotty lalu beralih menjelaskan enam perbedaan orientasi
teoretis dalam penelitian-penelitian sosial, seperti post-modernisme, feminisme, penelitian kritis,
interpretativisme, konstruktivisme, dan positivisme.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). "Participatory Action Researchand The Study of Practice."
dalam B. Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks (ed.). Action Research in Practice: Partnerships
for social Justice in Education.New York: Routledge. (hlm. 21-36).
Stephen Kemmis dan Mervyn Wilkinson menyajikan saturingkasan apik tentang
penelitian partisipatoris. Singkatnya, merekamenjelaskan enam keunggulan utama penelitian aksi
partisipatoris(participatory action research),lalu menjabarkan bagaimana penelitianini
dipraktikkan dalam ranah individu, sosial, dan kedua-duanya.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). "Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging
Confluences." dalam N.K. Denzin &Y.S. Lincoln, The Sage Handbooko f Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (hlm.191-215).
YvonnaLincoln andEgonGuba menjelaskanprinsip-prinsipdasar dari lima paradigma
penelitian ilmu sosial: positivisme/Post-positivisme, teori kritis, konstruktivisme, dan
partisipatoris. Penielasan ini memperluas kembali analisis yang sudah disajikan dalam edisi
pertama dan kedua Handbook tersebut. Masing-masing paradigma disajikan secara ontologis
(seperti, substansi realitas), epistemologis (seperti, bagaimana kita mengenali pengetahuan kita),
danmetodologis(seperti, proses penelitian).Paradigma partisipatoris menjadi paradigma alternatif
tambahan yang kehadirannyabaru muncul pada edisi kedua buku ini. Setelah menjelaskan
limapendekatan ini, mereka kemudian membedakannya berdasarkantujuh isu utama, seperti sifat
pengetahuan bagaimana pengetahuanbertambah, dan kelayakan atau kriteria mutu.
Neuman,W.L.(2000). Social Research Methods:Qualitativeand Quantitative Approaches.
Boston: Allyn & Bacon.
Lawrence Neuman menulis buku pengantar komprehensiftentangmetode penelitianuntukilmuilmusosial.Yangsecarakhususberguna bagi pemahaman kita tentang makna-makna metodologiterdapat
pada Bab 4, berjudul "The Meanings of Methodology."Dalambabini,Nuemanmembedakantiga
metodologi ilmusosialpositivis, ilmu ilmu sosial interpretif, dan ilmu sosial kritisberdasarkandelapan
pertanyaan (misalnya, apa saja yang turut membentuk penjelasan atau teori realitas sosial? epa kira-kira
manfaat dari bukti atau informasi faktual?).
Bab Dua
Tinjauan Pustaka
Selain memilih rancangan kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran, seorang peneliti juga perlu
melakukan tinjauan pustaka terkait dengan topik penelitiannya. Tinjauan pustaka ini membantu peneliti
untuk menentukan apakah topik tersebut layak diteliti ataukah tidak. Tinjauan pustaka juga akan
memberikan pengetahuan luas bagi peneliti dalam membatasi ruang lingkup penelitiannya.
Bab ini masih tetap membahas hal-hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh peneliti
sebelum meluncurkan (proposal) penelitian. Pertama-tama, saya akan membahas bagaimana memilih
dan menulis suatu topik yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini, penting juga dipertimbangkan
apakah topik tersebut dapat dan perlu diteliti. Selanjutnya, saya akan menjabarkan langkah-langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, tujuan-tujuan utama dilakukannya tinjauan pustaka dalam penelltian,
dan prinsip-prinsip penting dalam merancang tinjauan pustaka untuk penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran.
TOPIK PENELITIAN
Sebelum mempertirnbangkan pustaka/literatur apa yang akan ditinjau dalam proyek penelitian,
pertama-tama identifikasilah dahulu satu topik yang akan diteliti, lalu pertimbangkan apakah topik
tersebut bermanfaat secara praktis atau tidak. Topik adalah subjek atau materi subjek penelitian, seperti
"pengajaran sekolah," "kreativitas organisasi," atau "tekanan psikologis." Buatlah abstraksi tentang topik
tersebut dalam beberapa paragraf. Topik inilah yang nantinya akan menjadi gagasan utama yang harus
dipelajari dan dieksplorasi oleh peneliti.
Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik
penelitian (dengan asumsi bahwa topik ini harus dipilih sendiri oleh si peneliti dan bukan oleh
pembimbing). Salah satunya adalah dengan menulis judul yang jelas dalam proposal penelitian.
Saya terkejut ketika menjumpai banyak peneliti yang sering kali gagal merancang judul awal
untuk proyek penelitian mereka. Menurut saya, judul yang baik dan terencana akan menjadi jalan
utama untuk masuk ke dalam penelitianinilah gagasan nyata yang harus dimiliki peneliti agar
tetap fokus pada proyek penelitiannya (lihat Glesne & Peshkin, 1992). Ketika saya melakukan
penelitian, topik akan menuntun dan memberikan saya petunjuk atas apa yang harus saya teliti,
serta petunjuk yang akan saya gunakan untuk menyampaikan gagasan penelitian saya kepada
orang lain. Saat para mahasiswa pertama kali memberikan prospektus penelitian mereka pada
saya, saya sering meminta mereka agar terlebih dahulu merancang judul yang baik sebelum
menulis penelitiannya.
Bagaimana menulis judulyang baik? Coba lengkapi kalimat ini, Penelitian saya akan
membahas.... Jawabannya bisa jadi Penelitian saya akan membahas siswa-siswa nakal di
SMA, atau Penelitian saya akan membahas bagaimana memfasilitasi mahasiswa menjadi
peneliti yang kompeten. Pada tahap in, buatlah kerangka jawaban atas pertanyaan tersebut
sehingga orang lain mudah menangkap maksud/tujuan proyek penelitian anda. Kesalahan umum
para peneliti pemula adalah bahwa mereka sering kali membuat kerangka penelitiannya dengan
bahasa yang rumit dan kompleks. Kesalahan ini mungkin saja disebabkan terlalu seringnya
mereka membaca artikel-artikel ilmiah yang telah mengalami revisi berkali-kali sebelum
diterbitkan. Akan tetapi terlepas dari itu, proyek penelitian yang baik biasanya dilandasi dengan
pemikiran-pemikiran yang jelas dan tidak rumit, mudah dibaca dan dipahami. Coba renungkan
artikel yang anda baca baru-baru ini. Jika artikel tersebut mudah dibaca dan dipahami, dipastikan
artikel ini ditulis dalam bahasa vang sederhana sehingga anda (pembaca) dapat dengan mudah
memahaminya, selain konseptualisasi dan rancangan keseluruhan artikel yang memang ditulis
dalam bentuk yang lugas dan sederhana.
Wilkinson (1991) pernah memberikan saran yang bagus dalam membuat judul: Buatlah
sejelas mungkin dan hindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Hilangkan kata-kata yang
tidak penting, seperti Suatu Pendekatan..., Sebuah Studi..., dan seterusnya. Gunakan judul
tunggal atau ganda. Contoh judul ganda bisa seperti "Etnografi: Memahami Persepsi Anak-anak
tentang Perang." Selain saran-saran Wilkinson di atas, cobalah membuat judul yang tidak lebih
dari 12 kata, hilangkan kata sandang dan preposisi yang berlebihan, dan pastikan bahwa judul
tersebut sudah mencakup topik utama penelitian.
Strategi lain untuk mengembangkan topik adalah menuliskannya dalam bentuk
pertanyaan. Pertanyaan seperti apa yang harus dijawab dalam penelitian? Buatah pertanyaan,
seperti Ancaman apa yang paling membahayakan bagi penderita depresi? Apa makna
menjadi orang Arab dalam masyarakat Amerika saat ini? Faktor-faktor apa saja yang membuat
orang ingin berkunjung ke Midwest? Ketika merancang pertanyaan-pertanyaan seperti di atas,
fokuslah anda pada topik inti dalam penelitian. Pikirkan apakah pertanyaan tersebut akan
terjawab dalam penelitian Anda ataukah tidak (lihat Bab 6 dan 7 tentang tujuan, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian).
Pertimbangkan alasan-alasan utama mengapa topik penelitian tersebut benar-benar dapat
dan perlu diteliti. Suatu topik dapat diteliti jika peneliti memiliki target partisipan yang bersedia
membantunya dalam melakukan penelitian dan memiliki perangkat-perangkat yang memadai
dalam mengumpulkan dan menganalisis data dalam jangka waktu yang ditentukan, seperti
program komputer atau perangkat-perangkat lain.
Selain
kemungkinan
suatu
topik
yang
dapat
diteliti,
peneliti
juga
perlu
mempertimbangkan apakah topik tersebut memang perlu diteliti. Masalahnya, untuk menentukan
topik yang layak diteliti bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak faktor yang
melatarbelakangi kemungkinan ini. Setidak-tidaknya, hal terpenting yang harus dipertimbangkan
adalah apakah topik tersebut hanya sekadar menambah pengetahuan yang sudah ada, atau
sekadar menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, atau justru berusaha menyuarakan
kembali hak-hak kelompok atau individu yang terpinggirkan, atau membantu keadilan sosial,
atau justru berusaha mentransformasi gagasan-gagasan para peneliti sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah itu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memanfaatkan sebanyak mungkin waktu di perpustakaan untuk membaca berbagai literatur
tentang topik yang akan diteliti (tentang strategi-strategi efektif memanfaatkan perpustakaan dan
sumber-sumber pustaka dapat dibaca pada subbab selanjutnya). Langkah ini harus menjadi
pertimbangan utama. Para peneliti pemula mungkin saja sudah melangkah jauh dalam penelitian,
seperti merancang rumusan masalah, melengkapi data penelitian, dan melakukan analisis
statistik. Akan tetapi bukan tidak mungkin mereka kurang didukung oleh pihak fakultas atau
perencana seminar karena penelitian mereka tidak memberikan sesuatu yang baru. Tanyakan
pada diri Anda, Bagaimana proyek saya ini memiliki kontribusi pada literatur? Pertimbangkan
pula apakah proyek penelitian anda akan membahas suatu topik yang belum diteliti, ataukah
akan memperluas pembahasan literatur/penelitian sebelumnya dengan menyertakan elemen
elemen baru, ataukan akan menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, namun dengan
partisipan-partisipan baru dan dalam situasi-situasi yang berbeda pula.
Mengenai apakah topik itu memang perlu diteliti atau tidak, pada hakikatnya juga
berhubungan dengan apakah ada orang lain di luar lembaga peneliti yang akan tertarik pada topik
tersebut. Jika ada pilihan antara topik yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan topik yang
berkaitan dengan kepentingan nasional, saya akan memilih opsi yang terakhir karena topik
tersebut memiliki daya tarik yang lebih besar bagi pembaca umum. Editor jurnal, pihak
universitas, panitia serninar, dan agen pendanaan, semuanya akan mengapresiasi penelitianpenelitian yang dapat menjangkau pembaca umum. Akhirnya, isu kelayakan iniapakah suatu
topik layak diteliti atau tidakjuga berhubungan dengan cita-cita peneliti itu sendiri.
Pertimbangkanlah waktu yang harus dihabiskan untuk merampungkan proyek anda, merevisinya,
dan menyebarkan hasil-hasil penelitian anda. Para peneliti seharusnya merenungkan betapa
penelitian dan komitmen besarnya suatu saat akan mendukung cita-cita karier mereka, baik citacita ini berhubungan dengan dedikasi mereka untuk melakukan banyak penelitian, memperoleh
kedudukan di masa depan, atau menaikkan pangkat/jabatan.
Sebelum membuat proposal atau melakukan penelitian, para peneliti sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan meminta orang lain memberikan respons kritis pada
topik penelitiannya. Mintalah respons-respons dari teman-teman, orang-orang yang kompeten
dalam bidang tersebut, para pembimbing akadernik, dan para pengurus fakultas.
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah mengidentifikasi satu topik yang dapat dan perlu diteliti barulah peneliti bisa
melakukan tinjauan pustaka atas topik tersebut.Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan
utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada,
dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 1984; Marshall &
Rossman, 2006). Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk
mempertegas pentingnya penelitian tersebut, seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan
penemuan-penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitianya (lihat Miller, 1991 untuk
pembahasan lebih jelas mengenai tujuan-tujuan menggunakan literatur dalam penelitian).
Pemanfaatan Pustaka/Literatur
Persoalan lain yang juga penting dipertimbangkan dalam menulis tinjauan pustaka adalah
bagaimana menggunakan pustaka/ literatur tersebut dalam proposal penelitian. Terkait hal ini,
ada banyak cara yang bisa diterapkan. Saya menyarankan anda agar meminta pendapat dari
pembimbing atau pihak fakultas tentang keinginan mereka terkait dengan penyajian tinjauan
pustaka ini. Menurut saya, tinjauan pustaka sebaiknya disajikan secara jelas dan dapat meringkas
berbagai literatur yang relevan dengan masalah penelitian; namun, tinjauan pustaka ini jangan
sampai terlalu rumit dan komprehensif karena pihak fakultas sangat mungkin akan meminta
perubahan-perubahan besar ketika proposal penelitian diajukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga
jangan terlalu panjangkatakanlah maksimal 20 halamannamun mampu menunjukkan kepada
pembaca bahwa anda benarbenar memahami literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian. Pendekatan lain dalam menulis tinjauan pustaka adalah dengan membuat ringkasan
detail tentang topik penelitian dan referensi-referensi yang terkait dengan topik ini untuk
nantinya dikembangkan kembali dalam bab khusus biasanya dalam bab dua, Tinjauan Pustaka,
yang mungkin saja membutuhkan 20 hingga 60 halaman lebih.
Tidak seperti dalam disertasi dan tesis, tinjauan pustaka dalam artikel jurnal pada
umumnya ditulis secara rngkas. Tinjauan itu biasanya disajikan dalam bagian khusus bertajuk
"Bacaan Terkait" setelah Pendahuluan. Ini sudah menjadi pola umum untuk artikel-artikel
penelitian kuantitatif dalam jurnal-jurnal ilmiah. Akan tetapi untuk artikel penelitian kualitatif,
tinjauan pustaka bisa jadi ditulis secara terpisah, namun tetap berada dalam bagian pendahuluan,
atau justru disajikan secara intrinsik di sepanjang penelitian. Singkatnya, bagaimanapun tinjauan
pustaka ini ditulis, yang jelas hal ini akan sangat bergantung pada jenis penelitian yang hendak
dilakukan, apakah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan literatur secara konsisten berdasarkan
asumsi-asumsi yang berasal dari para partisipan, tidak memberi ruang bagi pandangan pribadi
peneliti. Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertimbangkan bahwa penelitian
tersebut haruslah eksploratif. Hal ini berarti bahwa peneliti tidak boleh terlalu banyak menulis
tentang topik atau populasi yang tengah diteliti. Sebaliknya, peneliti harus berusaha
mendengarkan opini partisipan dan membangun pemahaman berdasarkan pada apa yang ia
dengar.
Namun demikian, penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan beragam cara. Untuk penelitian yang berorientasi teoretis, seperti etnografi atau etnografi
kritis, literatur-literatur tentang konsep kebudayaan atau teori kritis diperkenalkan terlebih
dahulu dalam laporan atau proposal sebagai kerangka kerja orientasi. Namun, untuk penelitian
grounded theory, studi kasus, dan fenomenologi, literatur-literatur jarang sekali digunakan untuk
membangun tahap-tahap penelitian secara keseluruhan.
Untuk pendekatan kualitatif yang didasarkan pada opini partisipan, ada beberapa model
tinjauan pustaka yang bisa anda pertimbangkan. Saya menawarkan tiga model penempatan, yang
berarti tinjauan pustaka bisa anda letakkan dalam ketiga lokasi ini. Model pertama, seperti yang
tampak pada Tabel 2.1, peneliti bisa saja memasukkan tinjauan pustaka dalam pendahuluan.
Artinya, dengan posisi ini, pustaka/literatur berfungsi untuk menjelaskan latar belakang
"teoretis" atas masalah penelitian, seperti siapa saja yang telah menulis mengenai masalah ini,
siapa saja yang telah menelitinya, dan siapa saja yang telah menunjukkan upaya-upaya penelitian
ke arah itu. Penyajian latar belakang teoretis ini, tentu saja, sangat bergantung pada literaturliteratur atau penelitian-penelitian yang tersedia. Peneliti dapat mencari model seperti ini di
berbagai penelitian kualitatif yang menerapkan jenis strategi penelitian yang berbeda-beda.
Model kedua adalah dengan menempatkan tinjauan pustaka di bagian terpisah. Model ini
biasanya diterapkan dalam penelitian kuantitatif atau dalam jurnal-jurnal yang berorientasi
kuantitatif. Meski demikian, dalam penelitian kualitatif yang berorientasi pada teori seperti
etnografi, teori kritis, dan advokasi atau emansipatoris, peneliti juga dapat menempatkan tinjauan
pustaka di bagian terpisah.
Model ketiga, peneliti menyertakan bagian khusus, seperti Bacaan/Literatur Terkait, di
akhir penelitian. Penempatan ini dimaksudkan untuk membandingkan dan membedakan hasilhasil atau kategori-kategori yang muncul dalam penelitian dengan hasil-hasil atau kategorikategori yang terdapat dalam literatur. Model ini banyak dijumpai dalam penelitian grounded
theory, dan saya merekomendasikan model ketiga ini karena penelitian grounded theory pada
umumnya mengguakan literatur secara induktif.
Penelitian kuantitatif, di sisi lain, menyertakan sejumlah besar literatur utama di awal
penelitian untuk memberikan arahan/petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis-hipotesis
penelitian. Penelitian kuantitatif juga menggunakan literatur untuk mennperkenalkan masalah
atau menggambarkan secara detail literatur-literatur sebelumnya dalam bagian khusus berjudul
Literatur Terkait atau "Tinjauan Pustaka, atau judul-judul yang sejenis. Selain itu, tinjauan
pustaka dalam penelitian kuantitatif dapat ditulis untuk memperkenalkan suatu teori suatu
penjelasan atas hubungan-hubungan yang diinginkan (lihat Bab 3), menggambarkan teori yang
akan digunakan, dan menjelaskan mengapa teori tersebut penting untuk dikaji. Pada akhir
penelitian, peneliti meninjau kembali literatur yang ada dan membuat perbandingan antara hasil
penelitian dengan penemuan-penemuan yang terdapat dalam literatur. Dalam hal ini, peneliti
kuantitatif menggunakan literatur secara deduktif sebagai kerangka kerja untuk merancang
rumusan masalah dan hipotesis-hipotesis penelitian.
pertimbangan ini. Ingatlah opsi-opsi berikut: meletakkan tinjauan pustaka diawal tulisan
untuk membantu membangun kerangka masalah penelitian; meletakkan tinjauan pustaka di
bagian terpisah atau meletakkan tinjauan pustaka di akhir penelitian untuk membandingkan
dan membedakannya dengan hasil penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur secara deduktif, sebagai dasar untuk
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Masih dalam proposal penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur untuk memperkenalkan
penelitian, dan sajikanlah literatur tersebut (tinjauan pustaka) dalam bagian terpisah untuk
membandingkan hasil penelitian dengan konsep-konsep yang terdapat dalam literatur.
Jika tinjauan pustaka diletakkan dalam bagian terpisah, pertimbangkan apakah tinjauan
tersebut akan ditulis secara integratif, teoretis, atau metodologis. Praktik yang biasa
diterapkan dalam penulisan disertasi pada umumnya adalah tinjauan pustaka secara integratif.
Dalam penelitian metode campuran, gunakanlah literatur dalam satu pola yang konsisten
dengan jenis strategi yang dipilih dan sesuai dengan bobot yang diberikan pada pendekatan
kualitatif atau kuantitatif.
Apa pun jenis penelitiannya, ada beberapa proses yang harus dilalui dalam melakukan tinjauan
pustaka.
1. Mulailah dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian. Langkah ini
utamanya pent.ng ketika Anda ingin mencari materi-materi, referensi-referensi, dan
bahanbahan pustaka di perpustakaan universitas. Kata kunci ini bisa saja Anda peroleh ketika
Anda tengah mengidentifikasi topik penelitian atau bisa jadi berasal dari hasil pembacaan
beberapa buku.
2. Setelah kata kunci diperoleh, selanjutnya kunjungi perpustakaan dan mulailah-mencari
katalog untuk materi-materi referensi (seperti, jurnal-jurnal dan buku-buku). Namun,
kebanyakan perpustakaan saat ini sudah memiliki database terkomputerisasi, dan saya
menyarankan Anda fokus terlebih dahulu pada jurnal-jurnal dan buku-buku yang relevan
dengan topik penelitian anda. Selain itu, cobalah untuk mencari database-database
terkomputerisasi yang telah direview dan direkomendasikan oleh para peneliti ilmu sosial,
seperti ERIC, PsycINFO, Sociofile, Social Science Citation Index, Google Schoolar,
ProQuest, dan sebagainya. Database-database ini sudah bisa diakses secara online, bahkan
beberapa di antaranya sudah tersedia dalam bentuk CD-ROM.
3. Pertama-tama, cobalah menemukan sedikitnya 50 laporan penelitian, seperti artikel-artikel
atau buku~uku, yang berhubungan dengan topik penelitian anda. Prioritaskan pencarian pada
artikel-artikel jurnal dan buku-buku karena sumber-sumber seperti ini sangat mudah
diperoieh. Pastikan apakah artikel-artikel danbuku-buku tersebut tersedia diperpustakaan
akademik anda, atau apakah anda perlu meminta bantuan dari pustakawan untuk
mengirimkannya, atau apakah Anda harus membelinya di toko buku.
4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel atau bab-bab dalam buku, lalu salinlah/gandakanlah babbab atau artikel-artikel yang memang relevan dengan topik anda. Dalam proses ini, pastikan
apakah artikel ataubab tersebut akan cukup memberi kontribu.si yang memadai untuk tinjauan
pustaka Anda
5. Ketika Anda mengidentifikasi beberapa literatur, mulaiIah merancang peta literatur (yang
akan dibahas lebih detail pada subbab khusus). Peta literatur (literature map) merupakan
sejenis gambar visual yang menampilkan pengelompokan literatur berdasarkan topik
penelitian. Peta inilah yang nantinya akan menggambarkan bagaimana penelitian Anda
memberikan kontribusi pada literatur-literatur yang ada.
6. Setelah mernbuat peta literatur, buatlah ringkasan dari beberapa artikel yang paling relevan.
Ringkasan-ringkasan inilah yang nantinya akan dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka anda.
Database Terkomputerisasi
merupakan istilah yang digunakan oleh indexer dalam mengategorisasi artikel atau dokumendokumen lain. Anda bisa mencari deskriptor ini melalui Thesaurus of ERIC Descriptors
(Educational Resources Information, Center, 1975) atau melalui thesaurus online lain. Untuk
memperoleh hasil maksimal dari program ERIC, saya merekomendaskan agar anda mencari
artikel-artikel ilmiah dan dokumen-dokumen terkini yang berhubungan dengan topik ~^r^lda.
Kemudian, lihatlah dengan cermat deskriptor-deskriptor yang digunakan dalam artkel dan
dokumen tersebut, lalu lakukan pencarian lain dengan menggunakan islah-istilah yang baru anda
temukan ini. Tips ini akan memaksimalkan kemungkinan diperolehnya beberapa artikel yang
layak untuk tinjauan pustaka.
Database gratis lain adalah Google Scholar. Database ini memungkinkan anda mencari
materi-materi dari berbagai sumber dan disiplin pengetahuan, seperti makalah peer-reviewed,
tesis, buku, abstraksi, dan artikel-artikel dari penerbit akademik, kelompok profesional,
universitas, dan organisasi-organisasi intelektual yang lain. Artikel-artikel yang terdaftar dalam
Google Schoolar pada umumnya dilengkapi dengan link-link yang terhubung dengan abstraksi,
artikel-artikel relevan, versi artikel elektronik yang berafiliasi dengan perpustakaan tertentu,
website-website relevan, dan sumber-sumber untuk membeli full-fext artikel tersebut.
Selain Google Schoolar, Anda juga bisa memperoleh abstraksi materi ilmu-ilmu
kesehatan mealui database PubMed gratis. Database ini merupakan layanan Perpustakaan
Nasional Kesehatan AS, yang memiliki lebih dari 17 juta kutipan dari MEDLINE; dan jurnaljurnal
life
science
yang
menerbitkan
artikel-artikel
biomedis
sejak
1950-an
Perpustakaan
Nasional
Kesehatan
AS,
untuk
mengindeks
artikel-artikel
di
berbeda-beda. Situs ini, konon, merupakan salah satu tempat penyimpanan konten onine terbesar
di dunia. Misalnya, anda bisa mencari ERIC, PsycInfo, Dissertation Abstracts, Periodicals Index,
Health and Medical Complete, dan berbagai database spesifik lain (seperti International Index to
Black Periodicals), hanya dengan mengakses situs ini. Karena memasukkan berbagai database
yang berbeda-beda, tentu saja situs ini bisa menjadi salah satu perangkat pencarian yang dapat
anda gunakan sebelum memanfaatkan database-database yang lain.
Database komersial lain yang berlisensi yang sudah banyak dimiliki oleh berbagai
perpustakaan akademik adalah Sociological Abstracts (Cambridge Scientific Abstracts,
http://www.csa.com). Database ini mengindeks lebih dari 2000 jurnal, makalah seminar, disertasi
resensi buku, dan buku-buku terpilih dalam sosiologi, kajian sosial, dan disiplin-disiplin lain
yang relevan. Untuk literatur dalam bidang psikologi dan bidang-bidang yang terkait, anda bisa
mengakses database komersial psikologi, PsyclNFO (http:// www.apa.org). Database ini
mengindeks 2.150 judul jurnal, buku, disertasi dari berbagai negara. Database ini mencakup
bidang psikologi serta aspek-aspek psikologis dari disiplin-disiplin yang relevan, seperti
kedokteran, psikiater, keperawatan, sosiologi, pendidikan, farmasologi, fisiologi, linguistik,
antropologi, bisnis, dan hukum. Database ini memilild Thesaurus of Psychological Index Terms
yang dapat dirnanfaatkan untuk mencari istiaah-istiaah penting dalam literatur psikologi.
Database komersial terakhir yang banyak tersedia di perpustakaan adalah Social Sciences
Citation Index (SSCI, Web of Knowledge, Thomson Scientific [http://isiwebofknowledge.com]).
Database ini mengindeks sekitar 1.700 jurnal yang meliputi 50 disiplin dan juga mengindeks
item-item relevan dari lebih 3300 jurnal sains dan teknik. Database ini dapat digunakan untuk
mencari artikel-artikel dan pengarang-pengarang yang telah melakukan penelitian mengenai
topik tertentu. Database ini terutama berguna ketika anda ingin mencari satu penelitian kunci
yang dijadikan awal mula rujukan oleh penelitian-penelitian lain. Dengan demikian, anda bisa
membuat daftar referensi secara kronologis yang mendokumentasikan evolusi historis dari suatu
gagasan atau penelitian tertentu. Daftar kronologis tersebut bisa jadi sangat membantu dalam
melacak perkembangan gagasan-gagasan tentang topik tinjauan pustaka Anda.
Ringkasnya, ada beberapa tips yang saya rekomendasikan jika Anda ingin memanfaatkan
database terkomputerisasi ini:
Gunakanlah database literatur online gratis serta database-database gratis lain yang tersedia di
perpustakaan akadernik anda.
Carilah beberapa database yang berbeda, misalnya Anda harus tetap menggunakan database
ERIC meskipun topik penelitian anda tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan, atau anda
menggunakan PsycINFO meskipun anda merasa topik anda tidak terlalu berkaitan dengan
psikologi. Baik ERIC maupun PsycINFO sama-sama memandang pendidikan dan psikologi
sebagai istilah umum yang bisa diteliti dengan berbagai topik yang berbeda
Gunakanlah panduan istilah-istilah untuk mencari artikel yang anda inginkan, seperti
thesaurus --jika tersedia.
Carilah satu artikel yang sangat berkaitan dengan topik anda, lalu lihatlah istilah-istilah
penting yang digunakan dalam artikel tersebut, kemudian gunakan istilah-istilah itu untuk
men-search literatur lain yang relevan.
Gunakanlah database-database yang menyediakan akses, link, atau informasi tentang gandaan
full-text dari artikel-artikel yang anda inginkan (baik di perpustakaan atau di toko buku) agar
anda bisa menghemat lebih banyak waktu untuk mencari gandaan artikel-artikel lni.
Saya sangat merekomendasikan agar Anda membuat satu prioritas ketika mencari
literatur. Jenis-jenis literatur apa saja yang ingin Anda masukkan dalam tinjauan pustaka?
Pertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1. Jika Anda ingin meneliti topik tertentu, namun belum tahu bagaimana harus melakukannya,
cobalah memulainya dengan mempelajari sintesis-sintesis umum dari literatur yang ada.
Misalnya, Anda mencari ringkasan-ringkasan literatur yang terkait dengan topik Anda di
beberapa ensiklopedia (misalnya, Aikin, 1992; Keeves, 1988), atau anda bisa mencarinya
dalam artikel-artikel jurnal atau abstraksi-abstraksi ilmiah (rnisalnya, dalam Annual Review
of Psychology, 1950).
2. Selanjutnya, beralihlah pada artikel-artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal-jurnal
nasional/internasional kenamaan, khususnya jurnal-jurnal yang menampilkan laporan
penelitian. Para penulis di jurnal-jurnal seperti ini biasanya mengekspos rurnusan masalah
atau hipotesis penelitian mereka. Dari sini, cobalah Anda menjawab rumusan masalah dan
hipotesis tersebut. Ada beberapa jurnal yang bisa Anda pelajari dalam bidang Anda, dan
biasanya jurnal-jurnal tersebut diterbitkan oleh dewan editorial dan para penulis profesional
dari belahan Amerika Serikat dan dunia. Di halaman-halaman pertama jurnal ini, Anda bisa
melihat apakah ada dewan editorialnya dan apakah artikel-artikel di dalamnya ditulis oleh
individu-individu dari berbagai belahan dunia. Mulailah dengan isu-isu terkini dalam jurnaljurnal tersebut dan carilah artikel-artikel penelitian yang terkait dengan topik Anda, begitu
seterusnya. Tindaklanjuti referensi referensi di akhir artikel untuk memperoleh sumbersumber lain yang mendukung.
3. Setelah artikel, Anda bisa mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik Anda. Mulailah
dengan naskah-naskah penelitian yang merujuk pada berbagai literatur penting. Kemudian,
pertimbangkan beberapa buku yang berhubungan dengan satu topik yang ditulis oleh seorang
pengarang atau sekelompok pengarang, atau buku-buku yang berisi bab-bab yang ditulis oleh
pengarang yang berbeda-beda.
4. Lanjutkan usaha Anda di atas dengan melacak makalah-makalah seminar terkini. Hadirilah
seminar-seminar nasional, lalu dapatkan makalah-makalah yang disampaikan oleh penyaji.
Jika tidak, Anda bisa mencarinya melalui database. Sebagian besar seminar, ada yang
membutuhkan. dan ada pula yang meminta para penyaji untuk mencantumkan makalahnya
dalam database-database terkomputensasi. Dari database inilah Anda bisa menghubungi para
penyaji yang telah menulis makalah yang relevan dengan topik Anda. Kirimlah email atau
teleponlah mereka, lalu tanyakan apakah mereka mengetahui penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan topik Anda. Tanyakan juga apakah mereka memiliki sebuah instrumen
yang mungkinbisa digunakan atau dimodifikasi untuk penelitian anda.
5. Jika memungkinkan, periksalah entri-entri dalam Dissertation Abstracts (University
Microfilms, l938). Akan tetapi Anda perlu berhati-hati karena setiap disertasi memiliki
kualitas yang berbeda-beda, dan Anda perlu selektif dalam memilih disertasi-disertasi tersebut
untuk disertakan dalam tinjauan pustaka. Mencari dalam Dissertation Abstracts mungkin saja
menghasilkan satu atau dua disertasi yang relevan, dan Anda bisa meminta gandaan disertasi
ini melalui pustakawan atau University of Michigar. Microfilm Library.
6. Website juga menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk tinjauan pustaka. Kemudahan
mengakses dan kemampuannya untuk memposting beragam artikel membuatnya lebih
atraktif. Namun, pelajarilah terlebih dahulu artikel-artikel ini dengan hati-hati agar Anda
memperoleh artikel yang benar-benar berkualitas. Perhatikan, apakah artikel-artikel ini
memang mencerminkan sejenis penelitian yang rigid, berkualitas, dan sistematis, yang layak
dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka Anda, atau hanya menampilkan gagasan-gagasan yang
kurang bermutu. Jurnal-jurnal online, di sisi lain, sering kali juga menyertakan artikel-artikel
yang telah diperiksa secara cermat oleh dewan editor. Meski demikian, Anda terlebih dahulu
harus mencari tahu apakah jurnal-jurnal tersebut benar-benar memiliki dewan editor
profesional dan menetapkan standar-standar untuk menerima naskah-naskah yang masuk,
ataukah tidak.
Saya meletakkan artikel-artikel jurnal di urutan teratas karena artikel-artikel semacam ini
sangat mudah dicari dan digandakan. Artikel tersebut juga tak jarang merepresentasikan suatu
penelitian tentang topik tertentu. Disertasi diletakkan dalam daftar prioritas yang lebih rendah
karena disertasi pada umumnya memiliki kualitas yang berbeda-beda dan karenanya sangat sulit
dicari, apalagi pada umumnya disertasi merupakan materi yang sangat sulit dipahami. Selain itu,
berhati-hatilah dalam memilih artikel-artikel ilmiah di website kecuali jika artikel-artikel tersebut
berasal dari salah satu artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnaljumal tertentu.
top-down, yang pada bagian paling bawah diisi oleh peneilitian yang diajukan. Struktur lain bisa
saja dibuat menyerupai flowchart, di mana pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya
suatu hamparan (unfolding) yang membentang dari kiri-kekanan, dengan sisi-kanan paling akhir
diisi oleh penelitian yang diajukan. Model ketiga bisa berbentuk lingkaran-lingkaran di mana
setiap lingkaran mencerminkan satu literatur dan titik potong lingkaran-lingkaran yang
mengindikasikan penelitian selanjutnya. Saya pernah melihat contoh-contoh dari ketiga struktur
ini, dan semuanya ternyata efektif.
Keadian Prosedural
dalam Organisasi*
Terbentuknya
Persepsi tentang
Keadian
Motif-motif
(Tyler, 1994)
Iklim
(Nauman dan
Bennett, 2000)
Efek-efek Keadilan
Pengetahuan
(Schappe, 1996)
Struktur-struktur
Organisasi (Schminke,
Ambrose, dan
Cropanzona, 2000)
Pendapat/Suara
(Bies dan Shapiro, 1998, Hunton,
Hall, dan Price, 1998; Lind, Kanfer,
dan Early, 1990)
Outcome-outcome
(Masterson, Lewis,
Goldman, dan
Taylor, 2000)
Perilaku-perilaku
Kewarganegaraan
Organisasi
Moorman, 1991)
Kepercayaan
(Konovsky dan
Pugh, 1994)
Dukungan
Organisasi
(Moorman, Blakely,
dan Niehoff, 1998)
Keadian dalam
Perubahan Organisasi*
Penjelasan-penjelasan
Divestasi (Gopinath
dan Becker, 2000)
Kredit Macet
(Shaubroeck, May, dan
Brown, 1994)
Kemimpinan
(Wiensenfeld,
Brockner, dan Thibalt,
2000)
Pengambilan
Keputusan strategis
(Kim dan Mauborgne,
19980
Mengabstraksikan Literatur
Ketika peneliti menulis tinjauan pustaka untuk penelitiannya, dia perlu mencari
literatur-literatur, lalu membuat abstraksi atas literatur-literatur tersebut. Abstraksi ini harus
mewakili isi dari setiap literatur, utamanya yang terkait dengan topik penelitian. Abstraksi
merupakan tinjauan singkat atas literatur (biasanya dalam bentuk paragraf pendek) yang
meringkas elemen-elemen utama agar pembaca dapat memahami keunggulan-keunggulan
dasar dari setiap literatur. Untuk membuat abstraksi, peneliti perlu mempertimbangkan materi
apa yang akan diringkas dari literatur yang ada. Abstraksi menjadi informasi penting
manakala peneliti ingin meninjau puluhan atau bahkan ratusan literatur. Dalam jurnal-jurnal
ilmiah, kita dapat melihat ada banyak contoh abstraksi ini. Biasanya, abstraksi yang baik
mencakup beberapa poin berikut:
Menyatakan masalah yang tengah dibahas.
Menyatakan tujuan atau fokus utama penelitian.
Menyatakan secara singkat informasi tentang sampel, populasi atau data.
Membahas hasil-hasil inti yang berhubungan dengan penelitian yang diajukan.
Jika tinjauan pustakanya bersifat metodologis (Cooper, 1984), tunjukkan kekurangan
teknis dari metodologis dalam literatur/ penelitian tersebut.
Dalam jurnal ilmiah, abstraksi pada umumnya ditulis di bagian awal penelitian. Namun,
dalam penelitian-penelitian akademik, seperti disertasi atau tesis, abstraksi tidak hanya ditulis
di bagian awal penelitian, tetapi juga bisa ditulis dalam bagian tinjauan pustaka, yang
biasanya ditujukan untuk mendeskripsikan materi literatur-literatur atau penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian yang diajukan (penj.).
Untuk mengabstraksikan penelitian-penelitian relevan lain yang sudah dilakukan
sebelumnya, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Jika penelitian tersebut berbentuk
karya tulis ilmiah, carilah masalah dan tujuan penelitiannya (biasanya terdapat dalam
pendahuluan). Informasi tentang sampel, populasi atau data penelitian, carilah di pertengahan
(biasanya dalam bagian metode/ prosedur penelitian), sedangkan hasil penelitian sering kali
disampaikan di akhir karya tulis (biasanya dalam penutup/kesimpulan). Khusus di bagian
akhir ini, carilah pernyataan-pernyataan si penulis yang menunjukkan jawaban singkat atas
rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya. Hal yang sama juga
dilakukan jika penelitiannya berbentuk buku. Perhatikan contoh berikut :
Contoh 2.1
Tinjauan Pustaka dalam Penelitian Kuantitatif
Berikut ini, ringkasan satu paragraf atas komponen-komponen utama dalam peneitian
kuantitatif (Creswel, Seagren, & Henry, 1979), sangat mirip dengan paragraf yang
muncul dalam tinjauan pustaka yang biasanya terdapat dalam disertasi atau artikel
jurnal. Dalam kutipan ini, saya telah memiih komponen-komponen kunci untuk
diabstraksikan.
Creswell, Seagren, dan Henry (1979) menguji mode Biglan, model tiga-dimensi
yang mengelompokkan 36 bidang akademik ke dalam bidang0bidang yang sulit
atau mudah, murni atau aplikasi, dan kehidupan atau nono-kehidupan,
sebagai prediktor atas kebutuhn pengembangan profesional seorang pemimpin.
Delapan ketua jurusan yang bertugas di empat perguruan tinggi dan satu
universitas negeri Midwestern menjadi partisipan dalam penelitian ini. Hasinya
menunjukkan bahwa para ketua jurusan dalam bidang akademik yang berbeda
memiliki kebutuhan pengembangan profesional yang berbeda-beda pua.
Berdasarkan penemuan ini, Creswell dkk. Merekomendasikan agar para
ketua/pimpinan yang mengembangkan program-program inservice perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan antarbidang yang dipimpinnya.
Pada contoh di atas, kami menulis abstraksi penelitian berdasarkan referensi in-text
dengan format APA (2001). Dalam abstraksi ini, kami meringkas tujuan inti penelitian, yang
diikuti dengan informasi tentang pengumpulan data dan diakhiri dengan pernyataan tentang
hasil-hasil utama dan implikasi-implikasi praktis dari hasi-hasil tersebut.
Lalu, bagaimana mengabstraksilcan esai, opini, tipologi, dan sintesis dari penelitian
sebelumnya, padahal tulisan tulisan seperti ini tidak termasuk dalam studi penelitian? Untuk
tulisan-tulisan yang berbasis penelitian non-empiris seperti di atas, abstraksinya dapat dibuat
dengan cara berikut:
Sebutkan masalah yang dibahas oleh tulisan tersebut.
Identifikasilah tema utama tulisan tersebut.
Nyatakan kesimpulan utama yang berhubungan dengan tema itu.
Jika jenis tinjauan pustakanya bersifat metodologis, jelaskan kekurangan-kekurangan
tulisan tersebut dalam hal penalaran, logika, kekuatan argumentasi, dan seterusnya.
Berikut ini, salah satu contoh abstraksi yang mengilustrasikan karakteristikkarakteristik di atas.
Contoh 2.2
Tinjauan Pustaka dalam Studi Tipologi
Sudduth (1992) menyelesaikan disertasi kuantitatifnya dalam bidang poitik tentang
adaptasi strategis di beberapa rumah sakit pedesaan. Dia melakukan tinjauan pustaka di awal
penelitian. Dalam hal ini. Sudduth meringkas tiga ha, yakni masalah, tema, dan tipologi
Ginter, Duncan, Richardson, dan Swayne (1991) mengangap bahwa lingkungan
eksternal berdampak pada mekampuan rumah sakit untuk beradaptasi dengan
perubahan. Meraka kemudian menyarankan suatu proses yang dikenal dengan analisis
lingkungan (environmental anaysis) yang memungkinkan suatu organisasi dapat
merespons secara strategis perubahan-perubahan muncu di lingkungan, ternyata tidak
ada satu pun skema konseptual atau model komputer yang komprehensif yang berhasil
dikembangkan untuk menganalisis isu-isu lingkungan (Ginter et al., 1991). Meraka lalu
menyimpulkan bahwa perubahan yang paling strategis adalah perubahan yang bertumpu
pada proses evaluasi yang non-quantifiable dan non-judgemental. Untuk membantu
pengelola rumah sakit mengevaluasi lingkungan ekternal, Ginter et al. (1991) lalu
mengembangkan suatu tipologi, seperti yang terdapat dalam Gambar 2.1
Petunjuk Gaya
Pada dua contoh sebelumnya, saya telah memperkenakan gagasan tentang bagaimana
menggunakan gaya APA untuk mereview artikel di bagian awal abstraksi. Petunjuk gaya
(style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti untuk menulis penelitian
bergava akademis, seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi membuat judul,
menyajikan tabel dan gambar, dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan
utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan
konsisten di sepanjang tulisan. Ketika mendapatkan dokumen yang sekiranya penting dan
relevan, jadikanlah dokumen tersebut sebagai referensi dengan menggunakan gaya yang
sesuai. Untuk proposal disertasi, mahasiswa pascasarjana seharusnya meminta arahan dari
pihak fakultas, dewan pertimbangan disertasi, staf jurusan atau universitas tentang gaya
seperti apa yang seharusnya digunakan dalam mengutip referensi.
variasi
gaya
mereka
sendiri.
Saya
merekomendasikan
Anda
mengidentifikasi satu gaya yang dapat diterima oleh para pembaca dan segera
mengadopsinya dalam proyek penelitian Anda.
Style manual pada umumnya mempertimbangkan beberapa format penting, seperti intext, end-of- text, judul, dan penggunaan gambar dan tabel. Berikut ini adalah beberapa
rekomendasi saya terkait dengan bagaimana menggunakan petunjuk gaya untuk keperluan
tulisan akademik:
Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat untuk jenis-jenis referensi
dan kutipan ganda.
Ketika menulis referensi end-of-text, perhatikan juga apakah petunjuk gaya yang Anda
gunakan mengharuskan referensi ini ditulis secara alfabetis atau numerik. Selain itu,
pastikan pula bahwa setiap referensi in-text sudah masuk dalam daftar end-text.
Dalarn makalah/karya tulis akademik, judul (heading) biasanya disusun dalam bentuk
tingkatan-tingkatan. Pertama-tama, perhatikan seberapa banyak tingkatan judul yang akan
Anda tulis dalam penelitian Anda. Kemudian, bukalah petunjuk gaya untuk mendapatkan
format yang sesuai untuk setiap tingkatan tersebut. Biasanya, laporan penelitian berisi
sekitar dua hingga empat tingkatan judul.
Jika menggunakan catatan kaki (footnote), perhatikan petunjuk gaya untuk mengetahui
bagaimana menulis footnote yang sesuai. Footnote saat ini jarang sekali digunakan dalam
makalah/karya tulis akademik dibandingkan beberapa tahun lalu. Jika Anda menyertakan
footnote, perhatikan apakah footnote tersebut berada di bagian bawah setiap halaman, di
akhir setiap bab, atau di akhir makalah.
Tabel (table) dan gambar (figure) memiliki format-formatnya tersendiri dalam setiap
petunjuk gaya. Perhatikan aspek-aspek penting, seperti garis yang harus dicetak tebal
(bold), judul, dan spasi, pada contoh-contoh yang disajikan.
Ringkasnya, aspek terpenting dalam penggunaan petunjuk gaya adalah konsistensi di
sepanjang tulisan.
Definisi Istilah
Topik lain yang berhubungan dengan tinjauan pustaka adalah identifikasi dan definisi
istilah-istilah yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan.
Bagian defnisi istilah bisa saja ditulis secara terpisah dari tinjauan pustaka, bisa pula masuk
dalam tinjauan pustaka, atau justru diletakkan di bagian lain dalam proposal penelitian.
Saran saya, definisikan istilah-istilah vang kemungkinan tidak dimengerti oleh orangorang di luar bidang penelitian Anda, atau istilah-istilah yang terdengar asing (Locke,
Spirduso, & Silverman, 2007). Pentingnya sejumlah istilah untuk didefinisikan memang
hanya persoalan judgment saja, namun saya tetap merekomendasikan Anda untuk
mendefinisikan istilah-istilah tertentu y ang kemungkinan tidak dipahami oleh sebagian besar
pembaca. Selain itu, definisikan istilah-istilah ketika muncul pertama kali agar pembaca tidak
perlu kembali lagi membaca di bagian awal ketika mereka menemukan istilah-istilah tersebut
dibagian akhir atau pertengahan. Sebagai mana pendapat Wilkinson (1991), "para ilmuwan
harus mendefinisikan istilah-istilah yang dapat menjelaskan penelitian mereka secara tepat
dan dapat mengomunikasikan penemuan-penemuan dan gagasan-gagasan mereka secara
akurat" (hlm. 22). Mendefinisikan istilah juga dapat menambah keakuratan suatu penelitian,
seperti diungkapkan oleh Firestone (1987) berikut ini:
Bahasa sehari-hari memiliki makna yang sangat kaya dan beragam. Sepert halnya
simbol, kekuatan bahasa berasal dari kombinasi antara makna dengan konteks
tertentu.
Bahasa
ilmu
saat
ini
tampaknya
terlalu
sering
mengabaikan
keanekaragaman makna ini, utamanya dalam hal keakuratan. Inilah alasan mengapa
istilah-istilah umum atau bahasa-bahasa sehari-hari pun bisa saja memiliki "maknamakna teknis" jika digunakan untuk tujuan keilmuan (hlm. 17).
Judul penelitian
Masalah penelitian
Tujuan penelitian
Pertanyaan atau hipotesis penelitiar
Tinjauan pustaka
Landasan teori
Metode penelitian.
Definisi istilah bisa saja ditulis untuk semua jerus penelitian, baik kualitatif, kuantitatif,
ataupun metode campuran.
Dalampenelitian
kualitatif,
karena
bersifat
induktif
dan
melibatkan
rancangan
yang digunakan seperti strategi konkuren atau sekuensial, dan istilah tertentu untuk
strategi tersebut (seperti rancangan triangulasi konkuren, seperti yang akan dibahas pada
Bab 10).
Tidak ada satu pun pendekatan yang dianggap paling baik untuk mendefinisikan
istilah-istilah dalam penelitian. Meski demikian, ada beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan (lihat juga Locke et al., 2007):
Definisikan suatu istilah ketika ia muncul pertama kali dalam proposal Anda. Dalam
pendahuluan, misalnya, suatu istilah bisa saja menuntut adanya definisi untuk membantu
pembaca memahami masalah penelitian, rumusan masalah, atau hipotesis penelitian
tersebut.
Tulislah definisi dalam tingkatan operasional tertentu. Definisi operasional ditulis dalam
bahasa tertentu, tidak dalam bahasa konseptual yang abstrak. Karena peneliti memiliki
ruang untuk menspesifikasikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitiannya maka
lebih baik digunakan definisi operasional saja.
Jangan mendefinisikan istilah-istilah dan bahasa sehari-hari. Alhasil, gunakanlah bahasabahasa "teknis" yang sudah ada dalam literatur. Dalam hal ini, istilah-istilah harus
didasarkan pada literatur dan tidak boleh Anda buat sendiri (Locke et al., 2007). Meski
demikian, sangat mungkin definisi yang tepat atas suatu istilah tidak tersedia dalam
literatur, dan bahasa sehari-hari pun bisa jadi digunakan. Jika demikian ihwalnya,
sajikanlah definisi yang tepat dan gunakanlah istilah-istilahnya secara konsisten di
sepanjang proposal penelitian (Wilkinson, 1991).
Definisi istilah bisa ditulis dengan karakteristik yang berbeda-beda. Definisi dapat
mendeskripsikan istilah sehari-hari (seperti, organisasi). Definisi juga bisa disandingkan
dengan batasan tertentu, seperti, "Kurikulum ini dibatasi hanya pada kurikulum School
Disctrict Manual untuk siswa SMP" (Locke et al., 2007, hlm. 130). Definisi juga bisa
terdiri dari kriteria yang digunakan dalam penelitian, seperti, "Rata-rata IP mahasiswa
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
GPA
kumulatif
3,7
atau
di
atasnya,berdasarkan skala 4,0." Definisi juga bisa menjelaskan istilah secara operasional,
seperti, "Penguatan (reinforcement) dalam penelitian ini merujuk usaha-usaha untuk
mendaftarkan semua anggota klub pada buletin sekolah, menyediakan ruangan khusus
bagi anggota, dan mendaftarkan keanggotaan klub pada transkip nilai sekolah" (Locke et
al., 2007, hlm. 130).
Meskipun tidak ada satu format yang dianggap paling tepat, sebagian besar definisi istilah
diletakkan di bagian khusus penelitian, yang sering kali bertajuk "Definisi Istilah," dan
memasangkan istilah-istilah dengan definisi-definisinya dengan cara meng-highlight
istilah tersebut, yang menunjukkan bahwa istilah itu memiliki makna tertentu (Locke et
al., 2007). Biasanya, bagian yang terpisah ini tidak lebih dari dua atau tiga paragraf saja.
Dua contoh berikut menggambarkan susunan definisi istilah yang berbeda-beda dalam
penelitian:
Contoh 2.3.
Staf Kemahasiswaan
Staf memiliki banyak definisi. Baskett dan Marsick mendeskripsikan staf sebagai
seorang individu yang memiliki pangkat tertentu dari kebebasan untuk memberikan
judgment dengan tetap didasarkan pada gagasan, perspektif, informasi, norma dan kebiasaan
kolektif (dan seorang individu yang terlibat dalam persoalan-persoalan professional)
(Baskett & Marsick, 1992:3). Staf kemahasiswaan setidak-tidaknya memiliki karakteristikkarakteristik di atas dalam melayani mahasiswa di lingkungan universitas yang salah satu
fungsinya adalah mendukung keberhasilan akademik dan kurikulum.
(VanHorn-Grassmeyer, 1998:11-12)
Contoh 2.4
KESIMPULAN
Sebelum mencari literatur, identifikasilah topik Anda, misalnya dengan merancang
iudul yang jelas atau menyatakan rumusan masalah utama. Selain itu, pertimbangkan apakah
topik Anda dapat dan perlu diteliti dengan cara mencari tahu adakah akses kepada para
partisipan dan sumber-sumber lain, dan apakah topik tersebut akan memberikan konkibusi
pada literatur yangada, akan diminati oleh orang lain, dan konsisten dengan tujuan-tu;uan
utamanya.
Dalam tinjauan pustaka, peneliti seyogianya menggunakan literatur-literatur
akadernik
untuk
menyajikan
hasil-hasil
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
lebih banyak literatur di bagian akhir ketimbang di bagian awal. Dalam pen elTtian
kuantitatif,
literatur
tidak
hanya
membantu
memverifikasi
masalah,
tetapi
juga
Latihan Menulis
1. Buatlah peta literatur untukliteratur-literatur yang Anda peroleh. Masukkan
penelitian Anda ke dalarn peta tersebut dan gambarlah garis-garis Cari penelitian
LATIHAN MENULIS
petunjuk-petunjuk
yang
sudah
dijelaskan
dalambab
ini
BACAAN TAMBAHAN
Locke, L.F., Spirduso, W.W, & Silverman, SJ. (2007). Proposals that Work A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals (5'h Edition). Thousand Oaks. CA: Sage.
Lawrence Locke, Waneen Spirduso, dan Stephen Silverman mendeskripsikan tiga
tahapan dalam melakukan tiniauan pustaka, antara lain: mengembangkan konsep-konseP
yang menjelaskan alasan/logika penelitian, mengembangkan subtopik-subtopik untuk setiap
konsep utama, dan menambah referensi-referensi terpenting yang mendukung konsep-konsep
tersebut. Mereka juga menjelaskan enam aturan dalam mendefinisikan istilahistilah: jangan
membuat kata-kata sendiri, sajikan definisi-definisi di bagian utama proposal, jangan
Merriam, S.B. (1998). Qualitatit:e Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.
Sharan Merriam menyajikan pembahasan menarik tentang penggunaan literatur dalam
penelitian kualitatif . Dia mernperkenalkan langkah-langkah dalam melakukan tinjauan
pustaka dan memberikan kriteria penting dalam memilih literatur. Langkah-langkah ini
mencakup usaha peneliti untuk memeriksa apakah Pengarang literatur tersebut sudah
kompeten dengan topik yang diangkat, kapan terakhir kali literatur tersebut diterbi&an,
apakah literature tersebut relevan dengan topik penelitian yang diajukan, dan apakah literatur
tersebut berkualitas. Merriam lebih jauh menjelaskan bahwa tinjauan pustaka bukanlah
sekadar proses linear dari membaca literatur, lalu mengidentifikasi kerangka teoretis,
kemudian menulis masalah peelitian. Lebih dari itu, tinjauan pustaka justru melibatkan proses
yang lebih interaktif, yakni melakukan langkah-langkah ini secara bersama-bersama.
Punch, K.F. (2005) .Introduclion to social Research: Quantitatiae and Qualitatioe Approaches
(2'd edition). London: Sage
Keith Punch membahas tentang penelitian ilmu-ilmu sosial yang biasanya
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan. Konseptualisasi Funch
atas isu-isu penting yang membedakan dua pendekatan ini semakin memperjelas mengapa
kedua pendekatan tersebut berbeda. Punch juga. mencatat bahwa ketika menulis proposal
atau laporan penelitian, fokus kita dalam menulis tinjauan pustaka sering kaliberbeda-beda.
Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut biasanyi meliputi gaya penelitian,
keseluruhan strategi penelitian, dan seberapa ketat penelitian tersebut akan mengikuti arahanarahan yang terdapat dalam literature.
BAB TIGA
PENERAPAN TEORI
Salah satu komponen penting dalam melakukan penelitian adalah menentukan teori
apakah yang akan digunakan untuk mengeksplorasi rumusan masalah. Dalam penelitian
kuantitatif,peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab rumusan masalahnya.
Dalam proposal disertasi kuantitatif, semua bagian di dalamnya bisa saja dirancang untuk
rnenyaji kategori yang akan diteliti. Dalam penelitian kuatitatif, penggunaan teori lebih
bervaridsi lagi. Bahkan, peneliii kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil
penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitian misalnya dalam
penelitian grounded theory. Dalam penelitian kualitatif, teori bisa juga muncul di awal
penelitian sebagai .perspektif yang nantinya dapat membentuk.apa yang dilihat Can rumusan
masalah apa yang diajukan, seperti dalam penelitian etnografi atau advokasi. Dalam
penelitian metode campuran' peneliti bisa saja menguji atau justru membuat suatu teori'
Bahkan, penelitian dengan metode carnpuran bisa didasarkan pada satu perspektif teoretis,
seperti fokus pada isu-isu feminis, ras, atau kelas, yang nantinya dapat menuntun keseluruhan
tahap penelitian.
Saya mengawali bab inidengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian
kuantitatit. Saya juga akan menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan variabelvariabel dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian
kuantitatif. Selanjutnya, saya akan membahas prcsedur-prosedur dalam mengidentlfikasi
teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian,
pembahasan akan beralih pada penggunaan teoridalam penelitian kualitatif. Para peneliti
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, sepe rti pota-pola,
kacamata teoretis' atau generalisasi naturalistik, untuk mendeskripsikan sudut pandang
mereka dalam penelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori
kualitatif. Di bagian arnir,uau ini akan berarih pada penggunaan teori dalam penelitian
metode campuran, dan penerapan perspektif transformatif yang populer dalam pendekatan
ini.
66
67
Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti
dengan cara rnengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk
mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap = kualitas hidup), Variabelvariabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
Dua jenis variabel lain adalah variabel control dan variabel confounding. Variabel
control memainkan peran penting dalam penelitian kuantitatif. variabel ini merupakan
variabel bebas jenis khusus karena variabel ini secara potmsial juga dapat memengaruhi
variabel terikat. peneliti menggunakan prosedur-prosedur statistik (seperti analisis
covariance) untuk mengontrol variabel-variabel ini. variabel tersebut bisa saja
merupakan variabel demografis atau persbnal (seperti umur atau gender) yang memang
perlu dikontrol sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variaber terikat benar-ben.r
dapat diidentifikasi. Jenis variabel lain, variabel confounding (atau spurious), sebenarnya
tidak diukur atau diobservasi dalam penelitian. Vuriabel ini meman ada, tetapi
pengaruhnya tidak dapat dilacak secara langsung. Peneliti mernberikan komentar tentang
pengaruh variabel confounding setelaah penelitiannya selesai karena variabel-variabel
ini dapat beroperasi untuk menjelaskan relasi antara variabel bebas dan variabel
terikat,tetapi variabel ini tidak atau tidak bisa dinilai (misalnya, sikap-sikap
diskriminatif).
68
antara anak-anak remaja?") atau untuk memuat prediksi tentang hasil apakah yang ingin
diharapkan. Prediksi-prediksi sering kali dikenal dengan istilah hipotesis (seperti, "Harga
diri yang positif dapat rneningkatkan hubungan pertemanan di antara anak-anak remaja")'
Definisi Teori
Dengan berbekal pemahaman tentang variabel' kita dapat melanjutkan pembahasan
tentang Penggunaan teori kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, ada beberapa preseden
historis untuk memandang teori sebagai prediksi atau penjelasan saintifik (lihat G.Thomas,
1997, mengenai cara-cara mengkonseptualisasikan teori dan bagaimana teori dapat
mempersempit ruang lingkup penelitian), Misalnya, definisi Kerlinger tentang teori masih
berlaku hingga saat ini, Dia berpendapat bahwa teori merupakan seperangkat konstruk
(variabel-variabel), definisi-definisi, dan proposisi-proposisi yang saling berhubungan yang
mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan
antar variabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah (hlm.64).
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang
saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci
hubungan antar variabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori
dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori
biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.
Labovitz dan Hagedorn (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan tentang
theoretical rationale, yang dimaknai sebagai "usaha mengetahui bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan-Pernyataan relasional saling berhubungan satu sama lain"
(hlm. 17). Mengapa variabel bebas, X, berpengaruh atau berefek pada variabel terikat, Y?
Dalam hal ini, teori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi atas
keterhubungan ini. Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka
atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoretis, atau perspektif teoretis,
meskipun saya lebih suka dengan istilah perspektif teoretis karena istilah ini lebih banyak
digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalarn proposal penelitian, utamanya
dalam makalah yang disajikan di seminar American Educational Research Association
Metafora pelangi (metaphor of a rainbow) mungkin dapat membantu kita
memvisualisasikan bagaimana Suatu teori beroperasi. Dalam hal ini, pelangi mrnjembotani
variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersarrra
variabel-variabel tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana
dan mengapri seseorang harus berharap pada variabel t'rebas untuk menjeiaskan atau
69
70
Bentuk-Bentuk Teori
Dalam proposal peneli tian, peneliti menegaskan teorinya dalambeberapa bentuk,
seperti hipotesis, pernyataan logika "jika-maka", atau benfuk visual. Pertama,peneliti
menegaskan teori dalam bentukhipotesis-hipotesis yang saling berhubungan. Contoh,
Hopkins (1964)menegaskan teorinya tentang ?roses-Prosespenganh dalam 15 hipotesis.
Sebagian hipotesis ini dapat dilihat sebagai berikut (hipotesis-hipotesis ini sudah dimodifikasi
dengan menghilangkan pronornina-pronomina yang me3ujuk pada gender tertentu):
1. Semakin tinggi pangkat seseorang, semakin kuat sentralitasnya.
2. Semakin kuat sentralitas seseorang, semakinbesar observabilitasnya.
3. Semakin tinggi pangkat seseorang, semakinbesar observabilitasnya,
4. Semakin kuat sentralitas seseorang, semakin besar konformitasnya.
5. Semakin tinggi pangkat seseorang,semakin besar konformitasnya,
6. Semakin besar observabilitas seseorang, semakin besar konforrnitasnya.
7. Semakin besar konformitas seseorang, semakin besar observabilitasnya (htm. 51).
Kedua, peneliti menyatakan teori dalam bentuk pemyataan Jika-maka" yang
menunjukkan mengapa seseorang harus berharap variabel bebas dapat mempengaruhi
variabel terikat. Misalnya, Homans (1950) menjelaskan teori tentang internksi:
Jika frekuensi interaksi antara dua atau lebih individu meningkat, tingkat kesukaan
antarkeduanya juga akan meningkat, dan seterusnya... Individu-individu yang
senitmentil dalam berinteraksi dengan individu-individu lain akan mengungkapkan
perasaan sentimennya dalam aktivitas-aktivitas yang sering kali melampaui aktivitasaktivitas sistem eksternal, dan alctivitas-aktivitas ini bisa saja sernakin memperkuat
perasaan sentimen tersebut' Semakin sering individu berinteraksi dlngan individu lain,
aktivitas-aktivitas dan sentimen-sentimen mereka, dalam beberapa keadaan, akan
semakin mirip (hlm 112,118,120).
Ketiga,peneliti dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini penting untuk
meneterjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual. Blalock (1969, 1985, 1991)
rnenampilkan causal modeling dengan membentuk teori-teori verbal menjadi model-model
kausal sehingga pembaca dapat menvisualisasi hubungan antarvariabel. Ada dua contoh
sederhana yang dapat disajikan di sini. Seperti yang tampak pada Gambar 3.1, tiga variabel
71
bebas mempengaruhi satu variabel terikat, yang juga dimediasi oleh pengaruh dari dua
variabel intervening. Diagram semacam ini menunjukkan adanya rangkaian kausalitas antar
variabel yang menuntun modeling melewati suatu analisis dart analisis-analisis lain yang
lebih rumit dengan menggunakan sistem pengalian antarvariabel, seperti yang terdapat
dalam model ekuasi siruktural (lihat Kline ,1998). Pada level preliminer, Duncan (1985)
memberikan saran penting untuk membuat diagrarn-diagram kausal seperti ini:
Posisikan variabel-variabel bebas di bagian kanan diagram dan variabel-variabel terikat di
bagian kiri.
Gunakan anak panah satu-arah yang menuntun setiap variabel utama (variabei bebas)
menuju variabel-variabel lain (variabel terikat dan variabel futercating / control)yang
bergantung padanya.
Tunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel dengan menyisipkan simbol-sirnbol valensi
dalam setiap anak panah.
Gunakan valensi positif atau negatif untuk mempostulasi atau menyimpulkan hubunganhubungan antarvariabel.
Gunakan anak panah two-headed yangterhubung satu sama lain untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dianalisis diantara variabel-variabel yang tidak terkait dengan
hubungan-hubungan lain.
X1
+
Y1
X2
+
Y2
- Variabel-variabel
X3
Z1
Variabel-variabel
Bebas
Intevening
Variabel-variabel
Terikat
Gambar 3.1 Tiga Variabel Bebas Memengaruhi Satu Variabel Terikat Yang Dimensiasi Oleh
Dua Variabel Intervening.
72
Diagram klausal yang lebih rumit dapat dibuat dengan notasi-notasi tambahan. Contoh
diatas merupakan contoh dasar yang mengunakan variabel-variabel yang terbatas, seperti
yang sering terdapat dalam penelitian metode survei.
Variasi atas model diatas bisa dilakukan dengan menambahkan kelompok kontrol dan
kelompok
eksperimen
segala
variabel-variabel
yang
dikomparasikan
berdasarkan
pengaruhnya terhadap hasil akhir (variabel terikat). Seperti yang tanpak pada gambar 3.2, dua
kelompok dalam variabel X dikomparasikan berdasarkan pengaruh terhadap Y, variabel
terikat. Rancangan seperti ini sering diterapkan untuk penelitian eksperimen antar kelompok
(lihat Bab 8). Mengenai aturan-aturan notasi, sama seperti yang dijelaskan pada contoh
sebelumnya.
Saya mwenunjukkan dua contoh ini hanya untuk memperkenalkan kemungkinankemungkinan menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat agar teori yang dapat
terpakai dapat terbangun secara utuh. Ada juga model-model yang lebih rumit, biasanya
dengan mengunakan sistem pengalian antara variabel bebas dan variabel terikat dalam bentuk
model kausal yang sangat rinci (blalock, 1969, 1985).
Variabel X
Kelompok Eksperimen
Y1
Variabel Y
Kelompok Kontrol
Eksogen
(+/-)
Variabel-variabel
Demografis
(+)
Standart-standart
Ikatan Dinas
(Lenure Institusi)
(-)
Jarak waktu
Pengangkatan
jabatan
(-)
Pusat study
Universitas
(-)
(+)
(+) (+)
(+)
(-)
(+)
(-)
Persepsi diri
Sebagai peneliti
Tekanan untuk
melakukan penelitian
Kolaborasi
Sumber daya
(+)
Dukungan & Rekanrekan
(+)
(+)
Performa akademik:
Presentasi (non riset)
Presentasi (riset)
Artikel-artikel Jurnal (Tidak
diminta)
Artikel-artikel Jurnal
(diminta/risert)
Kontributor tulisan dibuku-buku
Buku-buku
Hibah pemerintah (disetujui)
Hibah pemerintah (didanai)
Hibah swasta
kontrak
(+)
(+)
(-)
Training penelitian
sebelumnya
Pengangkatan (kepala
sekolah
vs guru)
(+/-)
Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan penelitian yang nantinya berfungsi
mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian serta prosedur pengumpulan data.
Model berfikir deduktif yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif tanpak pada gambar 3.4
peneliti memverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan masalah atau hipotesis-hiotesis
74
yang berasal dari teori ini. Hipotesis atau rumusan tersebut berisi variabel-variabel
(Konstruk-konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan
definisi-definisi yang terdapat dalam literatur. Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu
instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para partisipan.
Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari instrumen ini
mengonfirmasi atau mengonfirmasi teori tersebut.Para hakikatnya, pendekatan deduktif yang
diterapkan dalam penelitian kuantitatif juga turut mempengaruhi peletakan teori di dalamnya
(lihat Tabel 3.1). Petunjuk umumnya adalah memperkenalkan teori diawal proposal
penelitian: dalam pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan
masalah (sebagai resionalisasi atas hubungan antar variabel), atau dalam bab/ subbab khusus.
Masing-masing penempatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Tips penelitian: Anda sebaiknya menulis teori pada bagian terpisah dalam proposal
penelitian sehingga pembaca dxapat mudah mengidentifikasi teori tersebut dari komponenkomponen lain. Dengan meletakkan teori di bagian khusus, anda dapat memberikan
penjelasan yang memadai tentang teori tesebut, fungsinya, dan hubunganya dengan
penelitian.
Menulis Perspektif Teoretis kuantitatif
Berdasarkan opsi-opsi yang sudah disajikan sebelumnya, berikut ini saya akan
menunjukkan satu contoh penulisan persepektif
Peneliti menguji atau memverifikasi
suatu teori
Teoretis dalam penelitian kuantitatif. Anggap saja, tugas anda saat ini adalah
mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Periksalah literatur-literatur yang kemungkinan membahas teori ini. Jika unit analisis
untuk variabel-variabel penelitian adalah seorang individu, periksalah dalam literatur
psikologi. Jika unit analisisnya adalah kelompok-kelopmok atau organisasi, lihatlah
dalam literatur sosiologi. Jika penelitianya hendak menguji individu-individu dan
kelompok-kelompok atau organisasi, lihatlah dalam literatur sosial-psikologi. Jika
penelitianya hendak menguji individu-individu dan kelompok-kelompok,
pertimbangkanlah literatur sosial-psikologi. Tentu saja, teori-teori dari disiplin lain
bisa saja berguna (misalnya, untuk meneliti isu ekonomi).
2. Periksa pula penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau yang sangat
berkaitan dengan topik anda. Teori-teori apa ketimbang mengembangkanya maka
peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji
teori tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut
berdasarkan hasil yang diperoleh. Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan
penelitian yang nantinya berfungsi mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis
penelitian serta prosedur pengumpulan data. Model berfikir deduktif yang diterapkan
dalam penelitian kuantitatif tanpak pada Gambar 3.4 peneliti memverifikasi suatu
teori yang menguji rumusan masalah atau hipotesis-hipotesis yang berasal dari teori
ini. Hipotesis atau rumusan masalah tersebut berisi variabel-variabel (konstrukkonstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan
definisi-definisi yang terdapat dalam literatur. Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu
instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para
partisipan. Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari
instrumen ini untuk mengonfirmasi atau mendiskonfirmasi teori tersebut.
Pada hakikatnya, pendekatan deduktif yang bisa diterapkan dalam penelitian kualitatif
juga turut memengaruhi peletakan teori di dalamnya (lihat tabel 3.1). Petunjuk
umumnya adalah memperkenalkan teori diawal proposal penelitian: dalam
pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan masalah
(sebagai rasionalisasi atas hubungan antarvariabel), atau dalam bab/subbab khusus.
Masing-masing penempatan ini memiliki kelebihan dan kekuranganya tersendiri.
Kelebihan-kelebihan
Penempatan
ini
banyak
ditemukan dalam artikel-artikel
jurnal; akan tanpak fimiliar bagi
pembaca; lebih bersifat deduktif.
Teori berasal dari literaturliteratur yang ada. Dengan
meletakkanya dalam tinjauan
pustaka, teori ini akan semakin
jelas dan tuntut sesuai dengan
literatur aslinya.
76
Kekurangan-kekurangan
Pembaca
sulit
untuk
memisahkan landasan teori
dari komponen-komponen lain
dari proses penelitian
Pembaca silit membedakan
teori dengan tinjauan pustaka
Bagaimanapun
juga,
teori
merupakan penjelasan logis atau
rumusan masalah atau hipotesis
penelitian karena teori dapat
menerangkan bagaimana dan
mengapa variabel-variabel saling
berhubungan
Penempatan
ini
dapat
memperjelas
pembahasan
mengenai
teori
dari
pembahasan-pembahasan
lain
dalam penelitian. Penempatan
ini
juga
memungkinkan
pembaca untuk mengidentifikasi
dan memahami dengan baik
landasan teori untuk penelitian
tersebut.
Yang digunakan oleh para penelitianya? Batasilah jumlah teori dan cobalah
mengidentifikasi suatu teori yang dapat menjelaskan hipotesis inti atau rumusan
masalah utama.
3. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, buatlah rumusan masalah dengan metafor
pelangi agar dapat menjembatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel
terikat, seperti: mengapa variabel(-variabel) bebas mempengaruhi variabel (-variabel)
terikat?
4. Jelaskan teori anda dalam bagian khusus. Ikuti kalimat-kalimat berikut: Teori yang
akan digunakan adalah.......... (nama teori). Teori ini dikembangkan oleh.........(sumber
atau pengembang teori) dan sudah banyak diterapkan dalam penelitian
mengenai.......(topik-topik penelitian yang menerapkan teori ini sebagai landasanya).
Teori ini menegaskan bahwa...... (proposisi-proposisi atau hipotesis-hipotesis dalam
teori tersebut). Diaplikasikan pada penelitian ini, teori tersebut diharapkan dapat
menjelaskan pengaruh variabel(-variabel) bebas...........( variabel-variabel bebas)
terhadap variabel(-variabel) terikat (variabel-variabel terikat) karena....... (penjelasan
yang didasarkan pada logika dari teori tersebut).
77
berusaha
mendekati
perilaku
manusia
berdasarkan
hubungan
78
Dengan menjelaska teori belajar sosial, rotter (1954) menunjukkan bahwa ada empat
tingkatan variabel yang harus dipertimbangkan: perilaku, ekspektasi, reinforcement, dan
situasi psikologis. Formula umum tentang perilaku dapat dinyatakan sebagai berikut: Potensi
munculnya perilaku dan situasi psikologistertentu merupakan pengaruh ekspektasi bahwa
perilaku tersebut nantinya akan menuntun para reiformence dan manfaat-manfaatnya dalam
dalam situasi psikologis tersebut (Rotter, 1975:57).
Ekspektasi dalam formula ini merujuk pada kepastian (atau kemungkinan) tertentu
bahwa hubungan kausatif umumnya muncul antara perilaku dan rewad konstruk dari
eksprestasi ini dapat didefinisikan sebagai lokus kontrol ekternal ketika seorang individu
percaya bahwa dalam dirinya mempengaruhi oleh hal-hal seperti keberuntungan, nasib atau
kekuatan-kekuatan lain. Kesadaran akan hubungan kausatif ini tentu saja bukanlah sikap yang
mutlak dan selalu muncul dalam setiap individu, melainkan yang berupa sikap yang berbedabeda dalam satu kontinum bergantung pada pengalaman-pengalaman individu tersebut dan
sebelumnya dan kompleksitas-kompleksitas situasional (Rotter: 1996).(Disini peneliti
menjelaskan variabel-variabel dalam teori) Karena penelitian ini menerapkan teori belajar
sosial maka empat tingkatan variabel yang diidentifikasi oleh Rotter (1954) diatas menjadi
bahan utama untuk memerinci poin-poin produktifitas akademik seperti berikut:
1. Produktifitas akademik merupakan perilaku atau aktifitas yang diharapkan.
2. Lokus kontrol merupakan ekspektansi umum bahwa reward dapat atau tidak dapat
bergantung pada perilaku-perilaku tertentu.
3. Reinforcement merupakan reward dan penghargaan atas kerja akademik
4. Institusi pendidikan merupakan situasi psikologis yang di dalam nya terdapat berbagai
reward atas produktivitas akademik
dengan produktifitas akademik keperawatan dalam satu cara yang sama dengan produktifitas
dengan disiplin-disiplin lain (disini peneliti tengah menerapkan konsep-konsep teoretis pada
penelitianya).
Untuk lebih jelasnya, pernyataan berikut akan merepresentasikan logika dasar
penelitian ini. Jika para guru percaya bahwa: a) usaha-usaha mereka melaksanakan kegiatan
akademik akan capai menuntutnya pada reward (lokus kontrol), b) Usaha-usaha mereka
sangat
bergantung
pula
kesanggupan-kesanggupan
mereka
pribadi
(kepercayaan
80
marginal).
Perspektif
ini
biasanya
digunakan
dalam
penelitian
Perspektif feminis mengugat kaum wanita saat ini yang ditindas dengan sewenangwenang dan institusi yang turut membentuk kondisi tersebut. Topik-topik penelitian
bisa mencangkup isu-isu kebijakan yang berhubungan dengan realisasi keadilan sosial
bagi kaum wanita dengan ranah-ranah tertentu atau pengetahuan tentang kondisikondisi ketertindasan yang dialami oleh mereka (Ollesen, 2000).
Perspektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari
kungkunghan rasial, kelas, dan gender yang diletakkan pada mereka (Fay, 1987)
Teori queer-begitulah istilah yang digunakan dalam literatur ini berfokus pada
individu-individu yang menanamkan pada dirinya sebagai kelompok lesbian, gay,
biseksual, atau trans gender. Penelitian-penalitian yang menerapkan perspektif teoritis
ini bukan berarti menjadikan individu-individu diatas sebagai objek mentah yang
81
dapat diperlakukan begitu saja, melainkan lebih berusaha mencari sisi-sisi kultural
dan politis apa yang membuat mereka terkucilkan dalam ranah sosial. Teori ini
bahkan menyuarakan kembali hak-hak dan pengalaman-pengalaman individu yang
tertindas (gamson, 2000)
Studi ketidak mampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang melibatkan
para pengurus sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak-anak dengan ketidak
mampuan tetentu (Mertens, 1998).
Rossman dan Rallis (1998) mengartikan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
perspektif pos modern dan kritis:
Menjelang abad XX, ilmu-ilmu sosial tradisional mulai dikritik dan dipertanyakan
oleh perspektif-perspektif pos modern dan kritis yang menantang asumsi-asumsi
objektif dan norma-norma tradisional dalam penelitian. Ada empat hal yang menjadi
fokus utama dalam kritik ini: a). Penelitian pada dasarnya melibatkan isu-isu
kekuasaan, b). Laporan penelitian tidak transparan dan netral, tetapi dikuasai oleh
individu-individu yang secara teoritis berorentasi pada ras, gender, merupakan aspekaspek penting dalam memahami pengalaman manusia dan d). Penelitian historis
tradisional telah membungkam kelompok-kelompok yang tertindas dan marginal
(hlm. 66)
Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu (lihat punch, 2005). Logika
pendekatan induktif ini dapat dilihat pada gambar 35.
82
(1985) menyebut pattern theory (teori pula) sebagai pemikiran-pemikiran awal yang terus
berkembang selama penelitian kualitatif ini justru merepresentasikan pemikiran-pemikiran
yang saling berhubungan atau bagian-bagian yang berhubung dengan keseluruhan.
Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian
kualitatif dilakukan dengan observasi yang benar-benar murni dan (2) karena struktur
konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan
starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt, 1993). Bahkan, tidak sedikit orang
memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki orientasi teori yang
eksplisit, seperti dalam penelitian fenomenologi, yang didalamnya peneliti berusaha untuk
membangun esensi pengalaman dari para partisipasi (lihat, misalnya, Riemen, 1986). Dalam
penelitian-penelitian semacam ini, peneliti hanya membuat sesuatu deskripsi yang kaya dan
rinci tentang fenomena tertentu.
Tips penelitian saya tentang pengunaan teori dalam penelitian kualitatif ini antara lain sebagai
berikut:
Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak.
Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan
digunakan dalam penelitian anda; apakah sebagai penjelasan up-front, sebagai end
point penelitian, atau sebagai perspektif advokasi.
Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian yang tepat, sesuai
Murguia, Padilla, dan Pavel (1991) meneliti 24 siswa yang berasal dari Spayol dan
Amerika Asli yang tergabung dalam suatu sistem sosial (dalam hal ini, universitas).
Mereka ingin mengetahui tentang bagaimana etnisitas memengaruhi integrasi sosial.
Mereka mengawalinya dengan menghubungkan pengalaman-pengalaman partisipan
dengan satu model teori, yaitu model Tinto tentang integrasi sosial. Mereka merasa
bahwa model ini telah "dikonseptualisasikan secara tidak utuh dan, sebagai
konsekuensinya, sering kali dipahami dan diukur dengan tidak tepat" (hlm. 433).
Untuk itulah, dalam penelitian mereka, model tersebut tidak diuji (seperti yang
sering ditemukan dalam proyek kuantitatif), tetapi hanya dimodifikasi (karena penelitian
mereka adalah penelitian kualitatif). Mereka mendaur-ulang model Tinto ini dan
menawarkan modifikasinya untuk mengilustrasikan bagaimana etnisitas itu berfungsi.
Karena penelitian kualitatif mereka menempatkan teori, pola, atau generalisasi sebagai
poin akhir (end point} maka modifikasi atas teori model Tinto tersebut dimunculkan di
akhir penelitian. Modtfikasi-teori ini berbentuk diagram logika, sebuah representasi
visual yang mengilustrasikan hubungan antarkonsep.
85
86
untuk respek dalam mengumpulkan dan mengomunikasikan data penelitian dan melaporkan
hasil penelitian sehingga dapat menuntun pada per-ubahan dalam proses dan relasi sosial.
Penelitian metode campuran di atas "menekankan dimensi-dimensi berbasis nilai dan
aksi dari dua tradisi penelitian yang berbeda" (Greene & Caracelli, 1997:24). Mereka
menggunakan perspek-tif teoretis untuk mengonfigurasi kembali bahasa dan percakapan
partisipan, lalu mereka mengemukakan pentingnya pemberdayaan dalam penelitian.
Langkah-langkah untuk menggunakan teori dalam proposal metode campuran ialah:
Jika teori digunakan sebagai strategi transformasional dalam penelitian, jelaskan strategi
tersebut dan bahaslah poin-poin intinya dalam penelitian yang diajukan, yang di
dalamnya gagasan-gagasan emansipatoris juga digunakan.
88
Kotak 3.1
89
RINGKASAN
Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran untuk tujuan
yang berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti kuantitatif
tentu membutuhkan landasan teoretis tentang variabel-variabel ini untuk membantunya
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebagai
jembatan antarvariabel. Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti
menyatakan teori mereka dalam beberapa bentuk, seperti dalambentuk hipotesis, pernyataan
logika "jika-maka," atau dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara
deduktif, peneliti menempatkannya di awal penelitian dalam tinjauan pustaka. Mereka juga
dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah atau hipotesis penelitian, atau
menempatkannya dalam bagian terpisah. Tentu saja, jika diletakkan di bagian terpisah,
peneliti perlu membuat tulisan agak panjang mengenai teori tersebut.
90
menerapkan pen-dekatan transformasional-emansipatoris yang menggabungkan perspektifperspektif di atas untuk meneliti isu utama. Bahkan, beberapa buku penelitian saat ini
(seperti, Mertens, 2003) sudah me-nyediakan prosedur-prosedur khusus bagaimana
memasukkan beragam perspektif tersebut ke dalam tahap-tahap penelitian.
Latihan Menulis
Latihan Menulis
1. Berdasarkan contoh yang sudah disajikan dalam bab ini, buatlah tulisan
mengenai perspektif teoretis untuk rencana penelitian kuantitatif Anda!
2. Setelah itu, buat juga model visual teori tersebut yang mengilustrasikan
hubungan antarvariabel dalam penelitian Anda! Ikutilah prosedur-prosedur
rancangan model kausatif yang sudah dijelaskan dalam bab ini!
3. Carilah artikel-artikel jurnal yang: (a) memodifikasi suatu teori yang muncul
sebelumnya; (b) berusaha mengembangkan suatu teori di akhir penelitian; dan
(c)menyajikan penjelasan deskriptif tanpa menggunakan teori yang eksplisit.
4. Carilah penelitian metode campuran yang menggunakan satu perspektif
teoretis, seperti perspektif feminis, etnis/ras, atau kelas. Identifikasilah secara
cermat bagaimana perspektif tersebut membentuk langkah-langkah dalam
proses penelitian itu! Gunakan Kotak 3.1 sebagai panduan identifikasi.
BACAAN TAMBAHAN
Flinders, D.J., & Mills, G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from The Field. New York: Teachers College Press, Teachers College,
Columbia University.
David Flinder dan Geoffrey Mills mengeditori sebuah buku yang membahas tentang
perspektif-perspektif yang berasal dari lapangan "teori lapangan" seperti yang sudah
sering dideskripsikan oleh para peneliti kualitatif. Bab-bab dalam buku ini mengilustrasikan
beberapa konsensus tentang bagaimana meryjelaskan suatu teori, dan teori seperti apa yang
dianggap buruk dan baik. Lebih jauh, buku ini juga menunjukkan bahwa teori bisa saja
beroperasi pada banyak level dalam penelitian kualitatif, seperti teori-teori formal, teori-teori
epistemologis, teori-teori metodologis, dan meta-teori. Berdasarkan keragaman inilah,
diperlukan usaha untuk mencari teori lapangan yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif.
92
Buku ini juga mengilustrasikan praktik dari kritisisme kritis, personal, formal, dan
edukasional.
Mertens, D.M. (2003). "Mixed Methods and The Politics of Human Research: The
Transformative-Emancipatory Perspective." dalam A. Tashakkori & C. Teddlie
(Ed.). Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Thousand
Oaks, CA: Sage. (him. 135-164).
Donna Mertens mengakui bahwa secara historis, metode penelitian pada awalnya
tidak terlibat dalam. isu-isu politik-kemanusiaan dan keadilan sosial. la juga menawarkan
paradigma transformatif-emansipatoris sebagai kerangka teoretis bagi penelitian metode
campuran karena paradigma ini digagas oleh para sarjana yang berasal dari kelompok
ras/etnis yang beragam, dari orane-orang yang memiliki ketidakmampuan-ketidakmampuan
khusus dan dari kaum feminis. Aspek yang berbeda dari tulisan Mertens ini terletak pada
bagaimana ia berusaha merangkaikan paradigma pemikiran transformatif-emansipatorisnya
dengan langkah-langkah dalam proses pelaksanaan penelitian metode campuran.
Thomas, G. (1997). "What's The Use of Theory?" dalam Harvard Educational Review. 67
(1). (him. 75-104).
Gary Thomas mengkritik penggunaan teori dalam penelitian edukatif, yang
menurutnya cenderung membatasi pemikiran. Dia mencatat beragam definisi tentang teori
dan memetakan empat fungsi teori, yaitu: (a) sebagai bahan pemikiran dan refleksi, (b)
sebagai hipotesis yang lebih sempit atau longgar, (c) sebagai penjelasan untuk menambah
pengetahuan dalam bidang yang berbeda, dan (d) sebagai pernyataan formal dalam ilmu
pengetahuan. Berangkat dari catatan-catatan ini, dia kemudian memunculkan satu tesis bahwa
teori tidak seharusnya menstrukturkan apalagi mengekang pemikiran. Sebalik-nya, teori-teori
ini harus berkembang secara terus-menerus dan menjadi ad hocery, sebagaimana dikatakan
Toffler.
93
Bab Empat
ebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur
penelitian yang akan sajikan, utamanya tentang 'format bagian-bagian dan outline
topik-topik di dalamnya. Struktur proposal ini akan berbeda tergantung pada apakah
proyek yang ditulis adalah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah kesadaran akan tulisan yang baik dan benar, yang akan turut
memastikan konsistenst dan keterbacaan proposal tersebut. Sepanjang penggarapan proposal,
peneliti juga perlu mematuhi aturan-aturan etis dan mengantisipasi masalah-masalah etis
yang sering kali muncul. Bab ini akan menjelaskan garis-garis besar susunan proposal
penelitian secara keseluruhan, praktik-praktik penulisan proposal agar mudah dibaca, dan
masalah-masalah etis yang harus dipertimbangkan saat proposal tersebut ditulis.
MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topiktopik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikutini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1.
Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2.
3.
4.
Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5.
6.
7.
8.
9.
proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses
penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas
adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil
sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat
memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan
dalam proposal penelitian.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan
rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data,
Strategi-strategi menvalidasi hasil penelitian.
Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes
yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
95
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (sepertimarginalisasi
dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan data, dan
menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.
Contoh 4.2
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.
Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
96
97
Contoh 4.3
Format Kuantitatif
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel, dan
materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.
98
Contoh 4.4
Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalahtersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnyadan satu kekurangan yang
membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untukmenutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannyametode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesiskuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metodecampuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dantinjauan metode campuran}.
Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimanamenghadapi tantangantantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dankualitatif.
99
Pelajari proposal-proposal dari mahasiswa lain yang juga dipandu oleh pembimbing
Anda dan perhatikan proposal-proposal tersebut dengan seksama. Gandakan proposalproposal yang me-nurut pembimbing Anda paling layak diajukan pada pihak perguruan
tinggi. Pelajari topik-topik yang dibahas dan susunan di dalamnya hingga ke tahap yang
lebih detail.
Pastikan apakah program atau institusi Anda menawarkan sejenis kursus tentang
pembuatan proposal atau topik-topik lain yang sejenis. Kelas-kelas seperti ini sering kali
membantu Anda dalam menyusun proyek penelitian dan membantu pembaca memahami
dan merespons gagasan-gagasan dalam proposal tersebut.
Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untukitu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.
Lebih baik menulis beberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles drafpertama.
Setidak-tidaknya, cara ini akan membuat gagasan-gagasan di kepala Anda'segera
tercurahkan. Zinsser (1983) meng-identifikasi dua jenis penulis: "tukang batu"
(bricklayer), yang ber-usaha membuat satu paragraf yang benar-benar baik sebelum
beralih pada paragraf selanjutnya, dan penulis yang "membiarkan semuanya
menggelantung pada draf pertama", yang menulis draf pertama secara keseluruhan tanpa
peduli terlebih dahulu betapa buruknya draf tersebut. Yang berada di antara kedua jenis
ini adalah Peter Elbow (Elbow, 1973) yang lebih merekomendasikan agar seseorang
melewati proses literatif, yakni: mulai dari menulis, mereview, lalu menulis kembali.
Kata Elbow: jika Anda punya satu jam untuk membuat sebuah tulisan, lebih baik menulis
empat draf (masing-masing 15 menit) daripada menulis satu draf (yang harus dihabiskan
selama 15 menit). Peneliti yang berpengalaman akan menulis draf pertama dengan sangat
hati-hati tetapi ia tidak menulis draf yang benar-benar sudah dipoles: pemolesan ini
hanya akan membuat proses penulisan menjadi lamban.
Jangan mengedit proposal Anda pada tahap-tahap awal. Lebih baik, Anda
mempertimbangkan model tiga-tahapnya Franklin (1986) yang saya pandang sangat
bermanfaat dalam membuat proposal awal dan penulisan penelitian akademik yang saya
101
Kebiasaan Menulis
Cobalah untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang dapat
memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum dilakukan
pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten ini (sebentarsebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali menghambat rampungnya
penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah seorang penulis yang awalnya memiliki
bakat menulis yang baik, menjadi seorang penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya
memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua
pekerjaan "penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu yang saya
maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau se-tidak-tidaknya libatkan
pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir, mengumpulkan informasi, dan mereview
beberapa hal yang sudah ditulis dalam proposal penelitian.
Pilihlah waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya. Pilihlah
tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide tentang bagaimana
Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
siap maupun belum siap untuk menulis.
Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah
memetakan aktivitas keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama
satu sampai dua minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat
menulis.
Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus
102
Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlahhalaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan
kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
Diskusikan tulisan Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga
.ni
Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overload dengan satu proyek saja.
Yang juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
Tulislah sebuah percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat
pembaca penasaran.
Carilah satu tema pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda (him. 113116).
Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dantema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).
103
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001) memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).
Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilahistilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim dari
istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami makna
setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar pembaca
dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh Tarshis (1982)
yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran untuk membim-bing
pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-timbangkan:
1.
Umbrella thoughts gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu sama
lain.
2.
3.
4.
Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasangagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secarabersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson
(1991)tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu
ke kalimat lain dan dari paragraf satu keparagraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasangagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.
106
107
108
109
Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
berat, melainkan justru sebagai petunjuk yang sangat bermanfaat.
Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang sekiranya
terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di sini merujuk pada
kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna suatu gagasan. Untuk
menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat banyak draf untuk satu
naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan menulis, mereview, dan mengedit
tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-kata yang berlebihan, seperti modi-fikasimodifikasi yang terlalu banyak, preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan
konstruksi "the-of" misalnya, the study of yang hanya akan menambah kata-kata
yang tidak terlalu penting (Ross-Larson, 1982). Saya jadi teringat dengan prosa lucu
yang ditulis oleh Bunge (1985):
Sekarang, Anda bisa melihat orang-orang pintar yang berusaha mem-buat kalimat
yang rumit. Seorang rekan yang saat ini menjadi staf administrasi universitas, setiap
harinya hampir selalu mengatakan kalimat yang rumit, yang sering kali dimulai
dengan kata-kata seperti ini, "Saya hanya akan bisa berharap bahwa kita akan bisa...."
Pada awalnya, dia tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu, tetapi di
umurnya yang sekarang, dengan pergaulan yang jauh dari krisis kehidupan anak-anak
muda, dia justru sangat sulit mengucapkan kalimat-kalimat yang mudah (Bunge,
1985:172).
110
111
The American Nurses Association Code of Ethics for Nurses Provisions, dalam
www.ana.org, Juni 2001
Praktik-praktik etis melibatkan lebih dari sekedar mengikuti seperangkat pedoman statis,
seperti pedoman-pedoman yang disajikan oleh organisasi-organisasi professional di atas.
Lebih dari itu, peneliti juga perlu mengantisipasi dan menyampaikan masalah-masalah
etis yang mungkin saja muncul dalam penelitian mereka (seperti, lihat Berg, 2001; Punch,
2005; dan Sieber, 1998). Masalah-masalah etis ini bisa saja muncul dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, serta semua tahap dalam tiga penelitian
tersebut. Dalam bab-bab selanjutnya, saya sudah menjelaskan beberapa masalah etis
dalam banyak tahapan penelitian. Dengan menyajikan masalah-masalah ini, saya
berharap para peneliti dapat terdorong untuk lebih hati-hati merancang bagian-bagian
proposal mereka. Meskipun pembahasan dalam buku ini tidak secara komprehensif
mencakup semua masalah etis, setidaknya saya sudah menyajikan masalah-masalah etis
yang paling sering muncul. Masalah-masalah tersebut sering kali muncul ketika peneliti
tengah membatasi masalah penelitian (Bab 5); mengidentifikasi tujuan penelitian dan
rumusan masalah (Bab 6 dan 7); dan mengumpulkan, menganalisis, dan menulis data
penelitian (Bab 8,9, 10).
112
Salah satu masalah yang harus diantisipasi terkait dengan jaminan kerahasiaan adalah
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
OReilly, Taylor, & Dogra, 2007).
Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti
114
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
partisipan. Hal ini dilakukan, pertama-pertama dengan mengirimkan email
permohonan, baru kemudian melakukan survey dan wawancara.
Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak mendapat
gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti, khususnya
dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
menyusup ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalahgunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai coresearcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
115
Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya kode
etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi privasi
partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan proteksi ini
kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.
Data, setelah dianalisis, harus dijaga selama dalam jangka waktu tertentu (misalnya,
Sieber, 1998, merekomendasikan jangka waktu 5-10 tahun). Setelah itu peneliti
sebaiknya membuang data tersebut agar tidak jatuh ke tangan peneliti-peneliti lain
yang ingin ,enyalahgunakannya.
Pertanyaan tentang siapa yang memiliki data tersebut setelah proses pengumpulan dan
analisis data juga menjadi masalah yang sering kali memecah belah tim penelitian dan
membuat mereka bertengkar satu sama lain. Dalam hal ini, proposal peneliti
seharusnya juga mengidentifikasi masalah kepemilikan ini dan membahas bagaimana
116
solusinya, seperti melalui proses saling memahami antara antara peneliti, partisipan,
dan pihak fakultas (Punch, 2005). Berg (2001) merekomendasikan agar digunakan
persetujuan personal untuk menunjuk siapa pemilik pemilik data penelitian tersebut.
Hal ini dilakukan agar data dapat terjaga dari individu-individu yang tidak terlibat
dalam penelitian.
Dalam interpretasi data, peneliti perlu memastikan bahwa informasi yang diperoleh
benar-benar akurat. Untuk mengetahui akurasi ini, dalam penelitian kuantitatif,
peneliti dapat bernegosiasi dan berinterogasi dengan para partisipan (berg, 2001).
Untuk penelitian kualitatif langkah tersebut dapat diterapkan dengan cara menerapkan
satu atau beberapa strategi validasi data bersama para partisipan atau dengan cara
membandingkan data tersebut dengan sumber-sumber data lain yang relevan (lihat
strategi-strategi validasi kualitatif pada Bab 9).
Jelaskan bagaimana penelitian Anda tidak akan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
mengandung bias pada orang-orang tertentu, baik itu bias gender, orientasi social, ras,
etnis, ketidakmampuan, maupun usia. Publication Manual APA (2001) memberikan tiga
saran. Pertama, sajikan bahasa yang tidak bias pada tingkat spesifisitas yang sesuai
(seperti, daripada menulis prilaku pelanggan tersebut biasanya adalah para lelaki,
lebih baik menulis, perilaku pelanggan tersebut(jelaskan) ). Kedua, untuk
keperluan melabeli atau sejenisnya, gunakan bahasa yang tegas dan peka (seperti,
daripada menulis 400 Hispanik, lebih baik menulis 400 orang yang terdiri dari
penduduk meksiko, Spanyol, dan Puerto Rico). Ketiga, cobalah untuk benar-benar
mengenali identitas para partisipan dalam penelitian (seperti, daripada menulis subjek
lebih baik menggunakan kata-kata partisipan, daripada menulis dokter perempuan
lebih baik menggunakan dokter atau ahli medis saja, tanpa ada identifikasi jenis
kelamin).
Masalah-masalah etis lainnya dalam menulis penelitian bisa saja meliputi usaha-usaha
untuk menekan, memalsukan, atau mengkreasikan penemuan-penemuan baru untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan peneliti atau audiens. Praktik-praktik curang seperti ini
117
tidak diterima dalam komunitas penelitian professional, dan tindakan tersebut biasanya
akan membentuk sifat atau prilaku saintifik yang buruk (Neuman, 2000). Proposal
penelitian seharusnya mengendalikan kesempatan peneliti untuk tidak terlibat dalam
praktik-praktik seperti ini.
Masalah lain etis yang sering dijumpai dalam tulisan-tulisan akademik adalah praktik
eksploitasi terhadap sejumlah pegawai universitas dan disertakannya nama individuindividu yang secara substansial tidak berkontribusi atas penelitian. Israel dan hay (2006)
membahas praktik tidak etis yang disebutnya sebagai hadiah kepengarangannya bagi
individu yang tidak berkontribusi pada penelitian dan hantu kepenarangan bagi staf-staf
yunior yang membuat kontribusi penting, namun namanya tidak dimasukkan dalam
daftar contributor.
Pada akhirnya, peneliti juga perlu mengekspos detail-detail penelitiannya agar pembaca
dapat mengetahui kredibilitas penelitian tersebut (Neuman, 2000). Prosedur-prosedur
dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran harus disajikan secara rinci
dalam setiap bab. Begitu pula, peneliti seharusnya tidak melakukan duplikasi secara
berlebihan dengan menyajikan secara persis data, pembahasan, dan kesimpulan yang
sama dari makalah seseorang, sementara peneliti tidak menawarkan materi yang baru.
Beberapa jurnal biomedis mengharuskan pengarang untuk menyatakan apakah mereka
telah atau sedang memublikasikan makalahnya pada media-media lain ataukah tidak
(Israel & Hay, 2006).
RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.
118
Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
LATIHAN MENULIS
119
BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contohcontohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif yang menurutnya- layak untuk diikuti.
Sieber, J.E. (1998). Planning Ethically Responsible Research. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, diamenyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.
Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.
120
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA:
Sage
Harry Wolcott, seorang ahli etnografi pendidikan, mengumpulkan sumber-sumber
berharga terkait dengan proses penulisan penelitian kualitatif. Dia menyurvei teknik-teknik
ampuh bagaimana seseorang memulai menulis, mengembangkan detail, menghubungkan
literature, teori, dan metode; merevisi dan mengedit; dan merampungkan proses penulisan
dengan menghadirkan aspek-aspek ini sebgai judul dan lampiran. Bagi para penulis, buku ini
sangat penting, baik untuk keperluan penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode
campuran.
121
Halaman Kosong
Sesuai Buku
122
Halaman Kosong
Sesuai Buku
123
Bagian Dua
Merancang Penelitian
BaB 5
Pendahuluan
Bab 6
Tujuan Penelitian
Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
Bab 8
Metode-metode kuantitatif
Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran
Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.
124
BAB LIMA
PENDAHULUAN
Setelah menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau metode
campuran), tinjauan pustaka sementara, serta format proposal, langkah selanjutnya adalah
merancang atau merencanakan penelitian. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan
proposal sebagai proses mengatur dan menulis gagasan-gagasan awal. Bab ini membahas
komposisi dan penulisan pendahuluan serta menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam menulis
pendahuluan untuk tiga jenis rancangan yang berbeda. Kemudian pembahasan beralih pada
lima komponen dalam menulis pendahuluan, antara lain: a. menjelaskan masalah yang dapat
menuntun pada penelitian, b. mereview literature-literatur yang berhubungan dengan masalah
tersebut, c. menunjukkan sejumlah kekurangan dalam literature-literatur itu, d. menyatakan
pentingnya penelitian bagi pembaca-pembaca tertentu, dan e. mengidentifikasi tujuan
penelitian. Peneliti juga perlu menerapkan model defisiensi ketika menulis pendahuluan
karena komponen utama dalam pendahuluan adalah menunjukkan kekurangan-kekurangan
(defisiensi-defisiensi) dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengilustrasikan
model ini, saya sudah menyajikan satu tulisan pendahuluan yang utuh (lengkap dengan
analisisnya) dari salah satu artikel jurnal yang pernah dipublikasikan.
PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
125
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
mengeksplorasi suatu topic yang tidak bisa diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.
Morse (1991:120), misalnya, pernah menyatakan:
Karakteristik-karakteristik masalah penelitian kualitatif antara lain: a. konsepnya
belum matang (immature) karena teori dan penelitian sebelumnya yang membahas
konsep tersebut tidak terlalu banyak dan menonjol, b. gagasan yang ditawarkan suatu
teori bisa saja belum akurat, tidak cocok, tidak benar, atau mengandung bias; c. adanya
keharusan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena dan mengembangkan
suatu teori; atau d. sifat fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai jika dianalisis secara
kuantitatif.
dalam merespon pengurangan jumlah kerja (sebagai masalah penelitian), seorang peneliti
kuantitatif harus berusaha menemukan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
menurunnya bisnis-bisnis besar. Contoh lain, peneliti kuantitatif perlu memahami tingginya
rata-rata perceraian (sebagai suatu masalah) dan menelti apakah salah satufaktor yang
menyebabkan perceraian itu adalah masalah financial.
Dalam dua situasi ini, masalah penelitian merupakan masalah yang darinya
pemahaman mengenai faktor - faktor yang menjelaskan atau berhubungan dengan hasil
menjadi sangat penting karena membantu peneliti menjelaskan masalah tersebut dengan baik.
Selain itu, dalam pendahulian kuantitatif, peneliti bisa saja menguji suatu teori terlebih
dahulu dan melakukan tinjauan pustaka singkat untuk mengidentifikasi rumusan masalah
yang nantinya harus dijawab. Bahkan, pendahuluan kuantitatif juga dapat ditulis dari sudut
pandang interpersonal dan dalam kalimat pasif, untuk meningkatkan objektivitas.
Peneliti dengan metode campuran dapat menerapkan pendekatan kualitatif atau
kuantitatif terlebih dahulu (atau kombinasikan sekaligus) dalam pendahuluannya. Dalam
penelitian metode campuran, peneliti bisa memprioritaskan salah satu diantara pendekatan
kuantitatif atau pendekatan kalitatif, dan pendahuluan harus mencerminkan prioritas tersebut.
Meski demikian, prioritas ini bisa saja setara antara penelitian kualitatif atau kuantitatif, yang
berarti bahwa pendahuluannya harus menjelaskan suata masalah yang di dalamnya
diperlukan pemahaman antara variable variable dan eksplorasi terhadap suatu
topic/fenomenda secara mendalam.
Proyek metode campuran bisa terlebih dahulu menjelaskan hubungan antara perilaku
merokok dan depresi dalam lingkungan remaja, kemudian mengeksplorasi pandangan
pandangan dari para remaja untuk dapat menampilkan pola pola / tema tema yang
berbeda tentang merokok dan depresi tersebut. Jika tahap pertama proyek ini bersifat
kuantitatif, pendahuluan dapat menekankan pada pendekatan kuantitatif dengan menyertakan
terlebih dahulu suatu teori yang dapat memprediksi hubungan antara perokok dan depresi,
lalu melakukan tinjauan pustaka secara mendalam.
SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN
Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik
128
tanpa perlu memandang pendekatan pendekatan dan komponen komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam penelitian penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
5. Tujuan penelitian
Sebuah ilustrasi
Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang
menurut saya- berkaitan dengan masing masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. Tindakan afirmatif kemudian diambil sebagai kebijakan
untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik hook
naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang undangan, dan tindakan
129
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive ras atau sewa menyewa di California,
Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode
Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).
Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka
untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa siswa heterogen, dalam
konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa siswa yang lebih homogen. Presiden
Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa alasan utama diterimanya
keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya (Rudenstine,
1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan :
Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota anggota ras yang berbeda akan
melahirkan diskusi yang miskin wawasan (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini tidak
sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri dari
para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan menegaskan
: Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik. Kami
percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang
berbasis keragaman (On the importance of Diversity in University Adminissions, The
New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap
outcomes mahasiswa. Penelitian penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan
utama. Pertama, penelitian penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan
keragaman secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara
kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a;
Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian penelitian yang memandang keragaman
structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa
dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan
rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian penelitian yang meneliti secara
institusional usaha usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam keragaman ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan gagasan dan
kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti bukti yang dimunculkan pada umumnya
tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis
atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali
130
memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan
penelitian penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat manfaat akademik yang diklaim..Begitu pula, isu isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).
Masalah Penelitian
Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kata kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,
131
perhatikan Koran Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh contoh
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh contoh kalimat pembuka dalam jurnal
jurnal ilmu social.
selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin (Cahlil,
1989:281).
Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987) (Carstensen, 1989:181).
Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi topic perdebatan nasional yang hangat (hlm.509).
132
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu isu,
kesulitan kesulitan, dan perilaku perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini? Atau Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini? jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan jurusan mereka;
karena siswa siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
jawaban ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian lebih
jauh. Ketika merancang paragraph paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi masalah
penelitian, ingatlah tips tips penelitian berikut ini :
Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : Adakah kalimat yang
bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?
Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : Jika kalian tidak
memiliki banyak referensi pada halaman halaman pertama proposal kalian maka
penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.
133
Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan
hubungan atau predictor predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.
khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang lebih
luas.
Agar tidak sekedar menekankan pada literature literature secara individual, letakkan
referensi referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature
literature tersebut.
Carilah literature literature terbaru untuk direview dan diabstraksikan, seperti literature
literature yang dipublikasikan tidak lebih dari 10 tahun lalu. Kutiplah penelitian
penelitian sebelumnya jika memang ada karena penelitian penelitian seperti itu basanya
banyak dijadikan referensi oleh orang lain.
penduduk asli Amerika sebagai komunitas cultural maka Anda dapat menyertakan mereka
sebagai paratisipan dalam proyek penelitian anda.
Pada dua contoh tulisan berikut, Anda dapat melihat bagaimana para penulisnya
menunjukkan kelemahan kelemahan atau kekurangan kekurangan dalam beberapa
literature sebelumnya. Perhatikan pula bagaimana mereka menggunakan frasa frasa kunci
untuk menunjukkan defisiensi defisiensi ini, seperti yang belum dianalisis, sangat sedikit
penelitian empiris, sedikit sekali penelitian, dan sebagainya.
Contoh 5.1
Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti
makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova&
Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini,
ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu
memberikan reaksi terhadap perang masa kini.
(Ziller, 1990 :85-86)
Contoh 5.2
Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat
sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari
perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka.
Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan
kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna
semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)
(Blase, 1989 :381)
137
Tulislah bidang bidang atau ranah ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian
penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi implikasi penting, dan
sebagainya.
Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan kekurangan ini dan
memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.
Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).
Signifikansi Penelitian bagi Pembaca
Dalam
disertasi,
peneliti
sering
kali
menyertakan
bagian
khusus
yang
mendeskripsikan signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mendukung pentingnya analisis topic penelitian bagi kelompok kelompok tertentu yang
mungkin saja dapat memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian
tersebut. Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang
pentingnya penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan,
semakin besar signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian
tersebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti
juga dapat menjelaskan beberapa hal berikut :
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat menambah
penelitian akademik dan literature dalam bidang bidang tertentu.
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitan Anda dapat membantu
memperbaiki atau meningkatkan praktik praktik tertentu.
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.
138
Contoh 5.3
RINGKASAN
Bab ini menyajikan cara cara bagaimana menyusun dan menulis pendahuluan untuk
penelitian penelitian akademik. Untuk menulis pendahuluan yang baik, pertama tama
peneliti perlu mendeskripsikan masalah penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kuantitatif, kualitatif, atau metode campurannya. Kemudian, peneliti disarankan untuk
menggunakan model pendahuluan lima bagian yang sudah dijelaskan dalam bab ini. Model
yang sering kali dikenal dengan istilah model defisiensi ini diterapkan, salah satunya, dengan
139
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.
Latihan Menulis
1. Cobalah menulis pendahuluan dengan teknik narrative hook. Setelah itu,
diskusikan tulisan Anda ini dengan rekan rekan Anda, apakah teknik yang Anda
LATIHAN MENNULIS
BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). Writing the Empirical Journal Article. Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh
140
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.
Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design : An Interakctive Approach. Edisi
kedua. Thousand Oaks, CA : Sage.
Joe Maxwell menulis tentang tujuan penelitan untuk proposal disertasi kualitatif.
Menurut Maxwell, salah astu aspek mendasar dalam proposal adalah menjustifikasi bahwa
proyek yang diajukan dapat membantu pembaca memahami, tidak hanya tentang apa yang
Anda rencanakan, tetapi juga mengapa Anda merencakanannya. Dia juga menyatakan
pentingnya mengidentifikasi isu isu yang ingin Anda teliti dan pentingnya menunjukkan
mengapa isu isu tersebut penting untuk diteliti. Pada satu contoh proposal disertasi
mahasisaw s2 yang disajikan, Maxwell membahas isu isu utama yang harus dieksplorasi
mahasiswa untuk membuat argument proposal penelitiannya efektif dan efisien.
Wilkinson, A.M. (1991). The Scientists Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson membahas tiga aspek utama dalam pendahuluan : (1)
Pernyataan mengenai suatu masalah dan sifat sifatnya; (2) pembahasan mengenai
latar belakang dari masalah tersebut; dan (3) pernyataan mengenai rumusan masalah.
Wilkinson juga menyajikan banyak contoh dari tiga aspek tersebut, yang disertai
dengan penjelasan tentang bagaimana menulis dan menyusun sebuah pendahuluan
yang baik. Dia menekankan bahwa pendahuluan harus menuntun secara logis dan
runtut pada rumusah masalah.
141
Bab Enam
TUJUAN PENELITIAN
Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasanalasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.
suatu penelitian. Gagasan ini dibangun berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan
diperhalus kembali dalam pertanyaan-pertanyaan spesifik (rumusan masalah).
Begitu pentingnya tujuan penelitian ini, sehingga peneliti perlu menulisnya secara
terpisah dari aspek-aspek lain dalam proposal penelitiannya da ia juga perlu membingkainya
dalam satu kalimat atau paragraph yang mudah dipahami oleh pembaca. Meslipun tujuan
penelitian untuk studi kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran ditulis dengan konten
yang sama, masing-masing tujuan penelitian untuk tiga penelitian ini sebenarnya tetap
memiliki sifat-sifat dan cara penulisannya sendiri yang berbeda-beda, seperti yang akan
digambarkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.
Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan
penelitian yang anda tulis. Tulislah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau paragraph
terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti tujuan (maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah.... Para peneliti biasanya menggunakan verba masa kini
(present verb tense) dan verb masa lampau (past verb tense) untuk proposal penelitian
karena proposal mereka tengah menyajikan rencan penelitian yang akanbukan yang
belumdikerjakan.
Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian anda menjadi satu gagasan untuk dieksplorasi dan dipahami. Fokus ini
berarti bahwa tujuan penelitian kualitatif tidak boleh menunjukkan dua atau lebuh
variable yang salin berelasi, atau justru membandingkan dua atau lebih kategori
tertentu, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Untuk itu, jelaskan
satu fenomena saja, namun tetap tunjukkan bahwa penelitian anda bisa saja
berkembang untuk mengeksplorasi hubungan atau perbandingan antargagasan dalam
fenomena tersebut. Misalnya suatu penelitian bisa saja dimulai dengan mengeksplorasi
peran ketua jurusan dalam usaha pemberdayaan kualitas akademik para dosen
143
(Creswell & Brown, 1992), atau dengan mengeksplorasi identitas guru dan
marginalisasi atas identitas ini disekolah tertentu (Huber & Whelan,1999), atau dengan
menjelaskan makna kebudayaan bisbol dalam hubungannya dengan pekerja studion
(Trujillo,1992), atau menunjukkan bagaimana individu-individu tertentu secara kognitif
mencirikan penyakit AIDS yang dideritanya (Anderson & Spencer, 2002). Contohcontoh ini semua mengiliustrasikan bahwa ada satu gagasan utama yang dijadikan
focus dalam tujuan penelitian kualitaitf.
Gunakanlah verb-verb tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian anda. Verb-verb atau frasa-frasa tindakan, seperti mendeskripsikan,
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau mengamati, akan membuat
penelitian anda terbuka atas kemungkinan-kemungkinan lain: suatu cirri yang
menunjukkan bahwa penelitian anda adalah penelitian kualitatif.
Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral ---bahasa tidak langsung ---seperti , dari
pada menggunakan kata-kata pengalaman sukses individu-individu. Lebih baik
memakai kata-kata pengalamn individu-individu jangan terlalu sering menggunakan
atau frasa-frasa yang problematik, seperti berguna, positif, dan informatif ---kata-kata
yang seolah-olah memiliki makna yang bisa saja nuncul atau tidak muncul. McCracken
(1998) mengatakan bahwa dalam wawancara kualitatif, pewawancara seharusnya
mengajak responden untuk mendeskripsikan pengalamannya. Dengan demikian,
pewawancara
(peniliti)
ini
dapat
dengan
mudah
mengutak-atik
atturan
Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika
fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas. Karena
termasuk dalam retorika penelitian kualitatif, definisi ini tidak boleh rigid, melainkan
tentatif dan berkembang selama pemelitian berdasarkan informasi dari para partisipan.
Untuk itu, peneliti kualitatif setidak-tidaknya harus menggunakan kata-kata seperti:
untuk semintara ini, definisi..... (fenomena utama) adalah .... selain itu peneliti juga
perlu memperhatikan bahwa definisi ini tidak boleh dicampur-baurkan dengan definisi
yang lebih detail, spesifik, teoritis dan teknis yang biasanya ada pada bagian khusus,
definisi istilah, seperti yang telah saya jelaskan dalam Bab 2. Tujuan disajikannya
definisi umum ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca makna general dari
fenomena yang dijabarkan dalam penelitian.
144
Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada
bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti: apakah
penelitian tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studi kasus,
fenomenologi, pendekatan naratif, atau strategi-stragi lainnya. Gunakan kata-kata yang
sering digunakan dalam teori-teori diatas.
Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti: apakah partisipan
penelitian anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang, atau suatu
organisasi.
Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa
yang membatasi ruang lingkup partisispan atau lokasi penenlitian. Misalnya, penelitian
bisa saja terbatas pada wanita saja, atau satu wilayah geografis tertentu. Fenomena
utama dapat dibatasi pada individu-individu dalam suatu organisasi bisnis, lebih khusus
mereka yang menjadi anggota tim kreatif. Pembatasan-pembaasan semacam ini aka
membantu peneliti untuk lebih jauh menjabarkan parameter penelitiannya.
Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin
berguna dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts)
sebelumnya dalam buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan
informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka?
meneliti?) ...... (fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti
individu, kelompok, atau organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian
ini....... (fenomena utama yang diteliti) secara umum dapat didefinisikan
sebagai.... (sajikan definisi umum).
Conto-contoh di bawah ini mungkin tidak secara sempurna mengilustrasikan semua
elemen yang telah saya jelaskan, tetapi setidaknya contoh-contoh berikut ini telah berhasil
menyajikan model-model yang layak ditiru dan dipelajari.
145
Saya memperoleh tujuan penelitia yang ditulis oleh Lauterbach (1993) ini disebuah artikel
jurnaldi bagian pembukanya yang berjudul tujuan penelitian. Judul inilah yang secara jelas
mengajak pembaca untuk focus pada tujuan penelitian. pengalaman kehidupan para ibu
menjadi fenomena utama dan penulis menggunakankata kerja mengartikulasikan untuk
membahas makna (kata yang netral) dari pengalaman-pengalaman ini. Penulis lalu
mendifinisikan pengalaman-pengalaman apa saja yang ditelitinya terkait dengan memori
dan pengalaman hidup ini. Di sepanjang tulisannya, jelas Leuterbach telah menggunakan
strategi fenomenologi. selain itu, tulisan Leuterbach juga secara jelas menunjukkan bahwa
partisipannya hanya para ibu, dan bagianbagian selanjutnya di artikel itu, pembaca akan
melihat bagaimana Leuterbach melakukan interviw pada lima sampel ibu (yang masingmasing telah mengalami keguguran) dirumah mereka.
146
Kos (1991) melakukan beberapa kali studi kasus tentang siswa-siswa SMP
yang tidak bisa membaca. Studi kasus ini berfokus pada faktor-faktor yang
menghalangi para siswa SMP berkembang dalam skill membacanya. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor afektif, sosial, dan
edukatif yang mempengaruhi empat anak remaja (siswa) tidak mampu
membaca. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan mengapa siswa-siswa
tersebut tetap saj tidak bisa membaca meskipus sudah bertahun-bertahun
sekolah. Penelitia ini bukanlah intervensi, meskipun beberapa siswa
mungkin telah mampu mengembangkan skill membaca mereka, bukan
berarti fokus penelitian ini pada usaha peningkatan skill membaca.
147
148
Richie
et
al.
(1997)
melakukan
penelitian
kualitatif
untuk
mengembangkan suatu teori tentang perkembangan karier 18 wanita AmerikaAfrika (kulit putih dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi Ameriaka Serikat
yang masing-masing dalam bidang profesi yang berbeda-beda. Pada paragraph
kedua penelitiannya, mereka menyatakan tujuan diadakannya penelitian tersebut:
Artikel ini ---yang didasarkan pada penelitian kualitatif--- berusaha
meneliti perkembangan karier 18 wanita Amerika-Afrika (kulit putih
dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi di Amerika Seriakat dalam 8
bidang profesi yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, tujuan kami
melakukan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi factor-faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan karier para wanita ini,
khusunya pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan kesuksesan
karier mereka.
Peneliti beusaha untuk mengeksplorasi fenomena terssebut, dan pembaca akan memahami
bahwa partisipannya adalah para wanita yang bekerja di tempat berbeda-beda. Grounded
Theory sebagai strategi penelitian disebutkan pada bagian abstraksi dan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian prosedur penelitian.
penekitian (bebas, intervening, atau terikat) beserta model visualnya, lalu mencari dan dan
menentukan bagaimana varibel-varibel itu akan diukur atau diamati. Pada akhirnya, tujuan
digunakannya variable-varibel secara kuantitatif adalah untuk menghubungkan varibelvaribel tersebut, seperti yang bisa ditemukan dalam penelitian survei, atau untuk
membandingkan sampel-sampel atau kelompok-kelompok tertentu dalm kaitannya dengan
hasil penelitian, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian eksperimen.
Untuk menulis tujuan penelitian kuantitatif, ada sejumlah hal yang perlu diperhatika:
Gunakan kata-kata untuk menandai tujuan penelitian anda, seperti tujuan, maksud,
atau sasaran. Mulailah dengan kata-kata seperti tujuan (atau maksud atau sasaran)
penelitian ini adalah......
Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang anda gunakan. Dalam hal ini,
Anda tidak perlu mendeskripsikannya secara detail karena--- seperti yang sudah saya
jelaskan pada Bab 3--- ada kemungkinan bagian Perspektif Teoritis ditulis secara
terpisah untuk keperluan ini. Mendeskripsikan teori secara sederhana di bagian tujuan
penelitian akan memberikan penekanan pada pentingnya teori itu dalam penelitian
tersebut.
Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate,atau control, yang digunakan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat
untuk emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan,
seperti hubungan antara dua atau lebih varibel, atau perbandingan antara dua atau
lebih kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari dua
opsi ini untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada
juga peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
juga menggunakan teknik tersebut dalam penelitian survei.
Tempatkanlah dan susunlah varibel-varibel ini dari kiri ke kanan, dengan varibel
bebas (di bagain kiri) yang diikuti oleh varibel terikat (di bagian kanan). Letakkan
varibel-variabel intervening antara varibel bebas dan varibel terikat. Banyak peniliti
juga meletakkan varibel-varibel moderating antara varibel bebas dan varibel terikat.
150
Bahkan, varibel control juga tidak jarang diletakkan secara tiba-tiba mengikuti varibel
terikat, misalnya dalam frasa yang juga dipengaruhi oleh...... atau dengan varibel
kontrol....... Dalam penelitian eksperimen, varibel bebas selalu menjadi varibel yang
dimanipulsi.
Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi
penelitian, peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail
metodologi penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan
pembaca untuk mengasosiasikan hubungan antarvaribel dengan strategi penelitian.
Tunjukkan sedcara jelas partisipan (atau unit analisis) dan lokasi penelitian tersebut.
Definisikanlah secara umum masing-masing varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definidi-definisi yang sudah diterima secara umum yang berasal dari
literatur-literatur. Disertakannya definisi umum ini adalah untuk membantu pembaca
lebih memahami tujuan penelitian. Meski demikian, peneliti tidak boleh memberikan
terlalu detail memberikan definisi secara operasional karena definisi semacam ini
biasanya ditulis dalam bagian khusus Definisi Istilah (yang menjelaskan secara
rigid bagaimana varibel-varibel diukur). Selain itu, berikan batasan pada ruang
lingkup penelitian, seperti ruang lingkup pengumpulan data atau ruang lingkup
partisipan penelitian.
Berdasarkan poin-poin di atas, tujuan penelitian kuantitatif dapat ditulis sebagai
berikut:
Tujuan penelitian....... (eksperimen? survei?) ini adalah untuk menguji teori....... yang .....
(membandingkan?
emnghubungkan?)......
dengan
(varibel
terikat),
yang
juga
151
Meskipun Kalof (2000) tidak menyebutkan teori yang dia gunakan, setidak-tidaknya
dia telah mengidentifikasi varibel bebas (perilaku seks) dan varibel terikat (pelecehan
seksual) dalam penelitiannya. Dia juga menggunakan kata-kata hubungan antara untuk
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibelvaribel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
152
ini
karena
mengidentifikasi
penelitian
semacam
karakristik-karakristik
dan
ini
diharapkan
dapat
faktor-faktor
yang
bagian ke dua (Note: cara penulisan ini berbeda dengan apa yang sayasarankan agar varibel
bebas ditulis terlebih dahulu---- dari kiri--- kemudian varibel terikat---- kekanan). Meski
demikian, kelompok-kelompok dalam masing-masing varibel telah diidentifikasi secara jelas.
Begitu pula, meskipun dalam tujuan penelitian diatas par apenulisnya tidak menyebutkan
dasar teori yang digunakan, dalam pararaf-paragraf sebelumnya mereka sebenarnya sudah
mereview beberapa penemuan dari teori sebelumnya.
Contoh 6.7 Tujuan Penelitian Dalam Studi Eksperimen
154
Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas tujuan penelitian
yang akan dijabarkan, seperti Tujuan..... atau Maksud....
Jelaskan tujuan penelitian dari perspektif konten, seperti Tujuannya adalah untuk
mempelajari efektivitas organisasi atau Tujuannya adalah untuk mengamati
keluarga-keluarga yang anak tiri untuk memahami keseluruhan maksud penelitian
tersebut terlebih dahulu sebelum peneliti membagi penelitiannya ke dalam bagian
kuantitatif dan kualitatif.
Tunjukka jenis rancangan metode campuran yang digunakan, apakah itu sekuensial,
konkuren, atau transformasional.
155
Pertimbangkan pula informasi-informasi tambahan mengenai jenis-jenis/strategistrategi pengumpilan data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan elemen-elemen di atas, berikut ini disajikan empat contoh tujuan
penelitian metode campuran (Creswell & Plano Clark, 2007). Dua contoh pertama adalah
penelitian sekuensial dengan satu strategi pengumpulan data yang turut membangun strategi
pengumpulan data yang lain. Contoh ketiga adalah penelitian konkuren dengan menerapkan
dua strategi pengumpulan data dalam satu waktu lalu dibawa secara bersama-sama dalam
analisis data. Contoh keempat adalah penelitian metode campuran transformative yang
didasarkan pada rancangan konkuren.
1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama
adalah eksplorasi
(suatu
teori,
rumusan
masalah,
atau
2. Penelitian sekuensial dengan tahap kualitatif tindak-lanjut (di urutan kedua) yang turut
membantu menjelaskan tahap kuantitatif sebelumnya (di urutan pertama):
Tujuan dari penelitian metode campuran sekuensial dua- tahap ini adalah untuk
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Pada tahap pertama, rumusan masalah
atau
hipotesis
penelitian
kuantitatif
akan
menjelaskanhubungan
atau
penelitian) di(lokasi penelitian). Informasi dari tahap pertama akan dieksplorasi lebih lanjut
pada tahap kedua, yaitu tahap kualitatif. Pada tahap kedua ini, wawancara atau observasi
kualitatif
digunakan
untuk
memeriksa
kembali(hasil-hasil
kuantitatif)
dengan
utama)
156
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk(seperti, lebih memahami dan
menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif sekaligus
dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami masalah penelitian
dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan
(variabel
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
dieksplorasi
kualitatif)dengan/terhadap
jugadengan
(para
menggunakan(wawancara
partisipan)
di
(lokasi
atau
observasi
penelitian).Alasan
dikombinasikannya data kuantitatif dan data kualitatif iri adalah untuk lebih memahami
masalah penelitian dengan cara mengonvergensi data kuantitatif (berupa angka-angka) dan
157
data
kualitatif
(berupa
pandangan-pandangan
rinci),dan
untuk
mengadvokasi
Dalam teks aslinya, tujuanpenelitian di atas ditulis denganjudul "Tujuan." Tujuan tersebut juga
sudah mengindikasikan bahwa ada data kuantitatif (seperti, survei) dan data kualitatif (seperti,
wawan-cara) yang dicampur dalam penelitian. Kedua jenis data ini di-kumpulkan selama
periode tiga tahun. Artinya, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian triangulasi atau
konkuren. Alasan dipilihnya metode triangulasi atau konkuren ini memang tidak di-sertakan
dalam tujuan penelitian di atas, namun ia telah disajikan pada bagian selanjutnya, dalam
pembahasan metode survei dan wawancara. Dalam bagian metode survei dan wawancara inilah
di-dapati pernyataan bahwa "wawancara juga digunakan untuk meng-eksplorasi lebih detail
variabel-variabel yang sudah dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian berdasarkan
data kuantitatif dan data kualitatif" (Hossler & Vesper, 1993:146)
158
dalam
website-website
yang
direkomendasikan
oleh
instruktur.
Tujuan
Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.
Contoh 6.10 Tujuan Penelitian Metode Campuran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman umum tentang bagaimana keadilan dan
kesetaraan gender dipersepsikan oleh perernpuan dan laki-laki Swedia. Tujuan karya tulis ini
adalah untuk rneneliti pentingnya pemanfaatan waktu, surnber daya-surnber daya individu,
keadilan distributif, dan ideologi gender bagi terbentuknya persepsi positif masyarakat Swedia
tentang kejadilan dan kesetaraan gender.
(Nordenmark & Nyman, 2003: 185)
159
Seperti yang sudah kita baca, kutipan di atas diawali dengan pernyataan tentang
maksud penelitian dan ditulis di akhir pen-dahuluan. Kutipan tersebut mengetengahkan
persoalan kesetaraan gender sebagai isu utama. Sebelum kutipan di atas, pembaca disajikan satu informasi bahwa orang-orang Swedia ternyata memiliki tujuan politis terkait
dengan kesetaraan gender ini, di mana "ke-seimbangan kerja dan kekuasaan antara pria
dan wanita seolah-olah dieliminasi" (Nordenmark & Nyman, 2003: 182). Para penulisnya
juga menunjukkan dua jenis data yang dikumpulkan (yaitu, survei dan wawancara), dan
setelah kutipan di atas, mereka juga menjelaskan mengapa dua jenis data ini digabungkan
(yaitu, untuk saling melengkapi satu sama lain). Artinya, penelitian metode campuran ini
dilaksanakan berdasarkan strategi konkuren. Selain itu, tujuan penelitian di atas juga sudah
menyebutkan variabel-variabel kuanti-tatif yang saling berhubungan dalam penelitian. Uniknya, di
bagian-bagian selanjutnya dalam artikel ini, pembaca akan mengetahui bahwa variabel-variabel
ini ternyata ditulis dalam bentuk pertanya-an-pertanyaan kualitatif.
Meski demikian, para pen1 llisnya bisa saja lebih eksplisit dalam menjelaskan prosedurprosedur kuantitatif dan kualitatifnya, serta jenis strategi metode campuran yang digunakan.
Dalam kutipan di atas juga tidak disebutkan bagaimana penelitian ini akan turut mem-bantu
menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat Swedia. Meski demikian, di bagian
akhir karya tulisnya, mereka sudah menegaskan bahwa tidak menu tup kemungkinan muncul
tujuan-tujuan, pemikiran-pemikiran, dan perilaku-perilaku yang saling kontradiktif yang
berimplikasi terhadap kesetaraan gender di Swedia, dan karena inilah mereka mengharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap keadilan dan kesetaraan gender dengan metode survei
skala-luas.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti perlu
menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang fenomena
tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti mengamati,
mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan memperjelas strategi
penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian yang
160
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
1. Dengan merujuk pada sejumlah contoh tujuan penelitian kualitatif yang
sudah disajikan dalam bab ini, buatlah satu tujuan penelitian dengan
LATIHAN MENULIS
sebagaimana
yang
telah
dijelas-
kan sebelumnya.
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individuindividu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.
161
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.
John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.
Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.
162
BabTujuh
statistik).
Rumusan
masalah
untuk
penelitian
kualitatif
163
Ajukanlah satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang diikuti oleh lima
hingga tujuh subpertanyaan. Subpertanyaan-sub-pertanyaan ini harus sesuai dengan
rumusan masalah dan mem-peisempit fokus penelitian, tetapi tetap membuka
diri akan kemungkinan-kemungkinan lain. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar peneliti menulis tidak lebih dari dua belas pertanyaan
penelitian kualitatif, baik itu pertanyaan utama (rumusan masalah) maupun
subpertanyaan-subpertanyaan.
Sebaliknya,
subpertanyaan-subpertanyaan
bisa
petunjuk-petunjuk
kerja
ketimbang
kebenaran-kebenaranyang
haruc
164
interaksi antara pasien dan dokter di rumah sakit. Dalam penelitian studi kasus, rumusan
masalahnya bisa diarahkan untuk mendesknpsikan suatu kasus dan kecenderungankecenderungan tertentu.
Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama. Suatu penelitian memang bisa berkembang
dari waktu ke waktu; ada kemungkin-an banyak faktor lain yang muncul dan
memengaruhi fenomena tersebut, tetapi cobalah memulai penelitian Anda dengan satu
fenomena utama untuk dieksplorasi secara detail.
pada,
"memengaruhi,"
penelitian
problematis
bagi
grounded
theory).
individu-individu
165
Pendekatan
yang
sudah
ini
mungkin
terbiasa
saja
dengan
rancangan
kuantitatif,
di
mana
rumusan
masalah
harus
fixed
sepanjang penelitian.
Gimakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada
literatur atau teori tertentu, kecualijika ada strategi ' penelitian kualitatif yang
menganjurkan hal itu.
Rinicilah
para
partisipan
dan
lokasi
penelitian,
itu
pun
jika
sebelumnya
Di bawah ini, salah satu model bagaimana menulis rumusan masalah kualitatif:
.............................. (bagaimana atau apa)
("cerita
tentang"
untuk
(partisipan
penelitian)
di.....
(lokasi
penelitian).
Berikut ini, kutipan sejumlah rumusan masalah kualitatif dari strategi-strategi
penelitian yang berbeda-beda.
(1996)
menggunakan
prosedur-prosedur
etnografi
uhtuk
mendokumentasikan kecenderungan membaca majalah-majalah remaja oleh siswa siswi kelas 1 SMP Amerika yang berekonomi kelas-menengah. Finders berusaha
mengeksplorasi bagaimana sis'wi-siswi tersebut memersepsi.dan mengkonstruksi peran
sosiaf dan pergaulan mereka saat mereka masuk ke SMP dengan cara meneliti
kecenderungan mereka dalam membaca majalah-majalah remaja. Finders meng-ajukan
satu rumusan masalah utama dalam penelitiannya:
Bagaimana para remaja putrj membaca buku -buku yang menyajikan realisme
fiksi?
(Rnders, 1996: 72)
166
Rumusan masalah Finders (1996) ini dimulai dengan kata bagaimana, menggunakaan
verba terbuka, membaca; fokus pada satu konsep utama, literatur atau majalah remaja; dan
menyebutkah para partisipannya, remaja-remaja putri, sebagai kelompok culture-sharing.
Perhatikan bagaimana Finders membuat rumusan masalah yang ringkas dan padat ini untuk
nantinya dijawab dalam penelitiannya. Rumusan masalahnya adalah pertanyaan luas yang
memungkinkan Finders menyingkap pola-pola aiau kecenderungan-kecenderungan siswi
SMP membaca majalah remaja.
Tiga rumusan masalah ini, semuanya diawali dengan kata bagaimana, menggunakan verbaverba yang terbuka, seperti mende-kripsikan; dan fokus pada tiga aspek pengalaman psikologis
kembali ke sekolah, masuk kembali, dan mengubah. Ketiganya juga_me-nyebutkan secara jelas para
partisipan, yaitu mahasiswi-mahasiswi program doktoral di salah satu universitas research
Midwestern.
peneliti. Rumusan masalah pada umumnya digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan lebih
khusus dalam penelitian survei. Di sisi lain, hipotesis kuantitatif merupakan prediksi-prediksi
yang dibuat peneliti tentang hubungan antarvariabel yang ia harapkan. Hipotesis ini biasanya
berupa perkiraan numerik atas populasi yang dinilai berdasarkan data sampel penelitian.
Menguji hipotesis berarti me-nerapkan prosedur-prosedur statistik di mana di dalamnya peneliti
mendeskripsikan dugaan-dugaannya terhadap populasi tertentu berdasarkan sampel
penelitian. Hipotesis sering kali digunakan dalam penelitian eksperimen yang di dalamnya
peneliti
memban-dingkan
kelompok-kelompok
(groups).
Para
pembimbing
biasanya
bebas)
dan
Variabel-variabel dalam rumusan masalah atau hipotesis biasanya hanya digunakan dengan
tiga pendekatan dasar. Pertama, peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam
variabel bebas untuk melihat dampaknya terhadap variabel terikat. Kedua,
penelitimenghubungkan satu atau beberapa variabel bebas dengan satu atau beberapa
variabel terikat. Ketiga, peneliti mendeskripsikan respons-respons terhadap variabel bebas,
variabel mediate, atau variabel terikat. Kebanyakan penelitian kuantitatif menggunakan
salah satu atau lebih dari tiga pendekatan ini.
Salah satu hal yang paling sering muncul dalam penelitian kuantitatif adalah pengujian
terhadap suatu teori (lihat Bab 3) dan spesi-fikasi rumusan masalah atau hipotesis yang
berhubungan dengan teori tersebut.
168
Variabel bebas dan variabel terikat harus diukur secara terpisah. Prosedur ini sekaligus
memperkuat logika sebab-akibat dalam penelitian kuantitatif.
Untuk mengurangi "kelebihan muatan", tulislah hanya rumusan masalah atau hipotesis saja,
tidak kedua-duanya, kecuali jika hipotesis tersebut dibuatberdasarkan rumusan masalah
(mengenai
hal ini, akan dijelaskan kemudian). Pilihlah satu pola rumusan masalah atau hipotesis
berdasarkan tradisi atau rekomendasi dari pembimbing atau pihak fakultas, atau
berdasarkan ada tidaknya prediksi akan hasil penelitian dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
Jika hipotesis yang digunakan, ada dua bentuk: hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol merepresentasikan pendekatan tradisional: ia membuat suatu prediksi yang
menyatakan tidak ada satu pun hubungan atau perbedaan signifikan antara kelom-pokkelompok dalam variabel penelitian. Pernyataan untuk hipotesis nol bisa berupa: "Tidak
ada perbedaan (atau hubungan)" antara kelornpok-kelompok. Berikut ini, salah satu
contoh hipotesis nol
169
hipotesis direksional ini karena outcome yang diharapkan (seperti, lebih tinggi, lebih
banyak berubah, dan sebagainya) juga disertakan di dalamnya.
Contoh 7.4
Hipotesis Direksional
Mascarenhas
(1989)
meneliti
perbedaan
antara
jenis-jents
keperriilikan
Jenis lain dari hipotesis alternatif adalah hipotesis nondireksional: suatu prediksi dibuat,
namun bentuk perbedaan-perbedaannya (seperti, lebih besar, lebih lemah, lebih banyak,
kurang, dan se-bagainya) tidak secara eksak dirinci karena si peneliti tidak menge-tahui apa
yang diprediksikan dari literatur-literatur sebelumnya. Untuk itu, peneliti yang
menggunakan hipotesis ini kemungkinan akan menulis: "Ada perbedaan" antara dua
170
kelompok. Berikut ini, salah satu contoh yang menggabungkan dua jeni hipotesis
tersebut (direksional dan nondireksional).
Contoh 7.5 Hipotesis Nondireksional dan Direksional
Terkadang hipotesis-hipotesisdireksional dibuat untuk meneliti hubungan antara
variabel=variabel ketimbang membandingkan kelompok-kelompok. Misalnya Moore (2000)
meneliti makna identitas gender wanita Yahudi dan Arab yang religius dan sekuler di
lingkungan Israel. Dengan sampel probabilitas berskala nasional yang terdiri dari wnita
Yahudi dan Arab lingkungan Israel, Moore mngidentifikasikan tiga hipotesis untuk
penelitiannya. Hipotesis pertama bercirinondireksional, sedangkan dua hipotesis terakhir
berciri direksional.
Ht: Identitas gender Wanita Arab dan Yahudi yang religius dan sekuler sangat berkaitan
dengan tatanan masyarakat sosio-politik yang berbeda-beda yang turut
merefleksikan sistem nilai mereka yang berbeda-beda pula.
H2: Wanita religius dengan identitas gender yang prominen kurangaktif secara
sosio-politik ketimbang wanita sekuler dengan identitas gender yang juga
prominen.
H3: Hubunga.,0 antara identitas gender, religiusitas, dan penlaku sosial lebih lemah
dalam komunitas wanita Arab ketimbang wanita Yahudi
Jika penelitian Anda menggunakan variabel-variabel demografis sebagai prediktorprediktornya, sebaiknya gunakanlah variabel-variabel nondemografis (seperti,
sikap atau perilaku) sebagai vaxiabel bebas dan terikatnya. Bahkan, variabelvariabel demografis (seperti, umur, tingkat pemasukan, level pendidikan, dan
sebagainya) bisa saja Anda gunakan sebagai variabel-variabel intervening (atau
mediate atau moderate) sebagai ganti dari variabel-variabel bebas.
Gunakanlah pola urutan kata-kata yang konsisten dalain menulis rumusan masalah
atau hipotesis penelitian agar pembaca mudah mengidentifikasi variabel-variabel
utama. Hal ini mengharuskan peneliti untuk mengulang frasa-frasa kunci dan
memosisikan variabel bebas di bagian pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di
bagian kedua (sebelah kanan), seperti yang sudah dibahas dalam Bab 6 tentang
Tujuan Penelitian. Berikut ini, contoh susunan kata-kata dengan menyatakan variabel
bebas terlebih dahulu, lalu variabel terikat.
171
Tlidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
2.
Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
3.
Tidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan dukungan keluarga bagi para
mahasisvvi di bawah umur rata-rata
172
pendidikan
orang
tua?
(Rumusan
masalah
inferensial
yang
Contoh di atas mengilustrasikan bagaimana menyusiin rumusan masalah secara deskriptif dan
inferensial dalam konteks hubungan antarvariabel. Peneliti bisa saja membandingkan kelompokkelompok dalam variabel. Hanya saja, dalam rumusan masalah inferensialnya, bahasa yang
digunakan mungkin akan sedikit berbeda. Anda juga bisa mengkreasikan sendiri rumusan
masalah deskriptif dan inferensial dengan cara membuat sebanyak mungkin rumusan masalah
yang
menghubungkan
variabel
bebas
dan
variabel
terikat.
Akan
tetapi,
saya
control ketimbang sebagai variabel utama sehingga pembaca akan berasumsi bahwa rumusan
masalah tersebut berasal dari suatu model teoretis tertentu.
dirancang
khusus
untuk
penelitian
metode
campuran.Haliriidimaksudkari
untukmembentukmetode dan rancangan penelitian yang benar-benar sesuai dan utuh. Karena
penelitian metode campufan sering kali bertumpu pada salah salu dari dua desain penelitian yang
lain, yaitu kuantitatif atau kualitatif, maka kombinasi atas dua rancangan ini bisa jadi memberikan
infor-masi yang berguna dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis metode campuran.
Dengan demikian, yang perlu dipikirkan adalah: seperti apa jenis-jenis rumusan masalah
yang seharusnya disajikan dan kapan serta informasi'apa saja yang paling dibutuhkan dalam
rumusan masalah untuk menunjukkan sifat penelitian metode campuran
Rumusan masalah (atau hipotesis), baik yang didasarkan pada rancangan kualitatif
maupun kuantitatif, harus sama-sama disajikan dalam penelitian metode campuran untuk
mempersempit dan memfokuskan tujuan penelitian. Rumusan masalah atau hipotesis ini
dapat diajukan diawal penelitian atau dibagian-bagian lain, tergantung tahap penelitian
apa yang didahulukan. Misalnya, jika penelitiannya diawali dengan tahap kuantitatif,
penelitisebaiknya memperkenalkan hipotesis terlebih dahulu. Nanti, dalam penelitian
tersebut, ketika tahap kualitatif sudah mulai di-bahas, barulah peneliti memunculkan
rumusan masalah kualitatif.
Ketika menulis rumusan masalah atau hipotesis penelitian metode campuran, ikutilah
petunjuk-petunjuk dalam bab ini tentang bagaimana menulis rumusan msalah dan
hipotesis yang baik.
Peneliti seharusnya juga memerhatikan susunan rumusan masalah dan hipotesis ini.
Dalam penelitian metode campuran dua- tahap (sekuensial), rumusan masalah tahap
pertama seharusnya diajukan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh rumusan masalah tahap
kedua sehingga pembaca bisa melihat rumusan-rumusan tersebut secara berurutan sebagai
174
acuan mereka ketika akan mem- baca keseluruhan penelitian. Untuk penelitian metode
campuran satu-tahap (konkuren), rumusan masalah seharusnya disusun berdasarkan
metode apa yang paling ditekankan dalam penelitian tersebut.
Pertimbangkan pula teknik-teknik lain yang berbeda: bahwa semua jenis rumusan
masalah (baik itu kuantitatif, kualitatif, maupun metode campuran) bisa saja ditulis
untuk keperluan penelitian metode campuran, misalnya:
1. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif dan
rumusan masalah kualitatif. Semua rumusan masalah dan hipotesis ini bisa ditulis di awal
penelitian atau di bagian-bagian lain ketika penelitian tersebut sampai pada tahap
tertentu. Dengan teknik ini, berarti peneliti tengah menekankan penelitiannya pada dua
pendekatan sekaligus (kuantitatif dan kualitatif), bukan pada metode campuran saja
atau pada komponen integratif penelitian semata.
2. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah dan hipotesis kuantitatif,
rumusan masalah kualitatif, yang kemudian diikuti oleh rumusan masalah metode
campuran.
Teknik
penulisan
semacam
ini
menyisratkan
pentingnya dua tahap penelitian tersebut (kualitatif dan kuantitatif) serta kekuatan
175
prosedurai
maupun
isi),
dan
jangan
menulis
rumusan
masalah kuantitatif dan kualitatif secara terpisah. Pendekatan ini dapat meningkatkan cara
pandang
pembaca
bahwa
penelitian
tersebut
memang
dimaksudkan
untuk
dalam tahap kualitatif, Houtz memuncunculkan tiga rumusan masalah untuk mengeksplorasi
hasil-hasii Kuantitatif secara lebih mendalam. Rumusan masalah mi la jadikan sebagai bahan
pertanyaan untuk mewawancarai guru ilmu sosial, kepala sekolah dan para konsultan universitas.
Tiga rumusan masalah tersebut antara lain:
Apa saja perbedaan antare strategi instruksional SMP dan strategi instruksional SLTP ketika
sekolah ini berada dalam masa-masa transisi? Bagaimana masa-masa transisi ini memengaruhi
perilaku dan prestasi keilmuan siswa Anda? Bagaimana perasaan para guru tentang proses
yang berubah ini?
(Houtz, 1995: 649)
Dari penelitian metode campuran ini dapat kita lihat bahwa Houtz telah menyertakan
hipotesis kuantitatif dan rumusan masaiah kualitatif di awal setiap tahap peneiitiannya, dan ia
sudah menggunakan elemen-elemen yang tepat dalam menulis hipotesis dan rumusan
masaiah tersebut. Dari hipotesis dan rumusan masaiah ini; Houtz (1995) sebenarnya bisa
membuat sejenis rumusan masaiah metode campuran yang ia nyatakan berdasarkan
perspektif procedural:
Bagaimana interview dengan para guru, kepala sekolah, dan para konsultan universitas
dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam hal prestasi siswasiswa SMP dan SLTP?
Jika tidak, rumusan masaiah metode campurannya dapat ditulis berdasarkan orientasi
isi, seperti berikut ini:
Bagaimana pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh para guru dapat membantu
menjelaskan mengapa nilai siswa SMP lebih rendah ketimbang nilai siswa SLTP?
177
Rumusan masalah ini merupakan rumusan masalah metode campuran yang fokus pada
tujuan dicampurnya dua tahap penelitian, yakni gabungan antara data kuantitatif dan wawancara
kualitatif untuk melihat hubungan antara nilai dan performa siswa. Rumusan masalah di atas juga
menekankan pada apakah penggabungan ini dapat membantu menciptakan pemahaman yang
komprehertsif tentang topik penelitian. Di akhir penelitiannya, Lee dan Greene telah menyajikan
petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini.
RINGKASAN
Rumusan masalah dan hipotesis berperan sebagai "rambu-ranribu" bagi pembaca dan
untuk mempersempit tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan
sedikitnya satu rumusan masalah utama danbeberapa subrumusari masalah. Mereka harus
mengawali rumusan masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan
menggunakan verba-verba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu,
mereka harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memung-kinkan mereka
mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu fenomena utama
yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus menyebutkan partisipan
dan lokasi penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kuantitatif bisa menulis rumusan masalah atau hipotesis saja. Kedua
bentuk
ini
harus
meliputi
variabel-variabel
yang
dideskripsikan.
dihubungkan,
dikategorisasikan ke dalam kelompok-kelompok perbandingan. Dua bentuk ini juga bisa meliputi
variabel bebas dan variabel terikat yang diukur secara ter-pisah. Dalam beberapa penelitian
kuantitatif, peneliti sering kali menggunakan rumusan masalah saja. Akan tetapi, untuk
keperluan formal, hipotesis tidak jarang disertakan pula. Hipctesis merupakan prediksi atas hasilhasil penelitian. Hipotesis ini dapat berupa hipotesis alternatif yang memerinci hasil eksak yang
diharapkan (lebih banyak atau lebih luas, lebih kuat atau lebih lemah, dan sebagainya) dan juga
dapat berupa hipotesis nol yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan atau hubungan
signifikan antara kelornpok-kelompok dalam variabel terikat. Biasanya, peneliti menulis variabel
bebas di urutan pertama, kemudian diikuti oleh variabel terikat di urutan kedua. Salah satu
teknik penyusunan rumusan masalah dalam proposal kuantitatif adalah mengawalinya dengan
rumusan masalah deskriptif, kemudian diikuti oleh rumusan masalah infe-rensial yang
menghubungkan variabel-variabel atau membanding-kan kelompok-kelompok dalam variabel.
178
Bagi para peneliti metode campuran, saya merekomendasikan agar mereka membuat
rumusan masalah metode campuran secara terpisah dalam penelitian mereka. Rumusan masalah ini
dapat ditulis berdasarkan prosedur-prosedur atau isi penelitian, dan bisa diletak-kan dalam bagian
yang berbeda-beda. Rumusan masalah untuk metode oampuran setidaknya juga harus
menunjukkan pentingnya penggabungan atau pengombinasian elemen-elemen kuantitatif dan
kualitatif. Sejumlah teknik dapat diterapkan untuk menulis rumusan masalah dengan metode
campuran, antara lain: (1) menulis hanya rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif (bukan
keduanya) dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif
dan rumusan masalah kualitatif yang diikuti oleh rumusan masalah metode campuran; atau (3)
menulis hanya rumusan masalah metode campuran saja.
Latihan Menulis
1. Untuk penelitian kualitatif, tulislah salah satu atau dua rumusan masalah utama yang
LAT
IHA
N
ME
NU
LIS
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. (1999). "Mixed-Method Research: Introduction and Application." dalam GJ. Cizek
(ed.). Hcnulbook of Educational Policy. San Diego: Academic Press, (him. 455-472).
Dalam bab ini, saya menjelaskan sembilan langkah dalam melaksanakan penelitian metode
campuran, antara lain:
1.
Pastikan, apakah masalah yang ingin Anda teliti memang mengharuskan dicampurnya dua
metode penelitian yang berbeda.
179
2.
3.
4.
5.
Ukurlah bobot relatif dan strategi implementasi atas dua strategi (kuantitatif dan kualitatif)
tersebut.
6.
7.
8.
9.
membuat jenis rumusan kualitatif dan kuantitatif di mana di dalamnya juga disebutkan strategi
penelitian kualitatif yang digunakan
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). "Exploring the Nature of Research Questions in
Mixed Methods Research." dalam Tim Editorial. Journal of Mixed Methods Research.
1(3). (him. 207-211).
Tim editorial jurnal ini membahas penulisan dan sifat rumusan masalah dalam
penelitian metode campuran. Jurnal ini menyoroti pentingnya rumusan masalah dalam
proses penelitian dan membahas perlunya peiriahaman yang baik untuk menulis
rumusan masalah metode campuran. Dalam jurnal ini pula, diajukan sebuah pertanyaan:
"Bagaimana seseorang merancang rumusan masalah dalam penelitian metode
campuran?" (him. 207). Tiga model kemudian disajikan: (1) menulis secara terpisah
rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis satu rumusan
masalah untuk metode campuran yang dapat mewakili semuanya; dan (3) menulis
rumusan masalah untuk masing-masing tahap penelitian (kuantitatif dan kualitatif) ketika
penelitian tersebut tengah ditulis dan dilakukan.
Morse, J.M. (1994). "Designing Founded Qualitative Research." dalam N.K. Denzin & Y.
S. Lincoln (Ed.).- Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (him.
220-235).
Janice Morse mengidentifikasi dan mendeskripsikan sejumlah persoalan dalam
merancang proyek kualitatif. Dia membandingkan beberapa strategi penelitian kualitatif
dan membuat kerangka atas jenis-jenis rumusan masalah yang digunakan dalam masing-
180
181
Bab Delapan
METODE-METODE KUANTITATIF
Bagi kebanyakan penulis proposal, bagian metode penelitian merupakan bagian
proposal yang paling konkret dan spesifik. Untuk itulah, bab ini ditulis untuk menyajikan
langkah-langkah penting dalam merancang metode-metode kuantitatif untuk proposal
penelitian, dengan berfokus pada rancangan metode survei dan eks-perimen. Dua
rancangan ini merefleksikan asumsi filosofis pospositivis, sebagaimana yang telah dibahas
dalam Bab 1. Salah satu asumsi fiiosofis pospositivis adalah determinisme. Kaum
determinis menegas-kan bahwa dalam metode survei dan eksperimen meneiiti
hubung-an antara variabel-variabel merupakan syarat utama untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis sebuah penelitian. Daiam menganalisis hubungan antarvariabel,
yang secara ketat dilakukan melalui analisis statistik, peneliti melakukan pengukuran atau
observasi untuk menguji teori tertentu. Data objektif dihasilkan dari observasi dan
pengukuran empiris. Validitas dan reiiabilitas skor dalam instrumeri-instrumen penelitian
memandu peneliti untuk menginterpretasi data penelitian.
Dengan menjelaskan relasi antara asumsi-asumsi ini dan prosedur-prosedur untuk
menerapkan asumsi-asumsi tersebut, pembahasan dalam bab ini tidak secara komprehensif
menyajikan metode-metode penelitian kuantitatif (survei dan eksperimen). Ada banyak
sumber yang secara detail membahas penelitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990,2007;
Fink, 2002; Salant & Dillman, 1994). Untuk prosedur-prosedur eksperimen, sejumlah
buku lama (seperti, Campbell & Stanley, 1963; Cook & Campbell, 1979) dan buku baru
turut memperluas pembahasan-pembahasan yang disajikan dalam buku ini (seperti,
Bausell, 1994; Boruch, 1998; Field & Hole, 2003; Keppel, 1991; Lipsey, 1990; Reichardt
& Mark, 1998). Dalam bab ini, fokus pembahasannya hanyalah pada komponen-komponen
penting yang harus disertakan oleh peneliti dalam bagian metode penelitian untuk proposal
survei dan eksperimen.
MENDEFINISIKAN RANCANGAN SURVEIDAN EKSPERIMEN
Dalam rancangan survei, peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka)
kecenderungan-kecenderuiigan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi dengan
meneliti sampel populasi tersebut. Dari sampel ini, peneliti melakukan generalisasi atau
membuat klaim-klaim tentang populasi itu. Dalam rancangan eksperimen, peneliti juga
182
mengidentifikasi sampel dan melakukan generalisasi populasi. Akan telapi, tujuan utama rancangan
eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (atau suatu intervensi) terhadap hasil
penelitian,. yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi
hasil tersebut. Misalnya, dalam rancangan eksperimen yang melibatkan kelompok kontrol, peneliti
secara acak membagi (random assignment) individu-individu ke dalam kelompok-kelompok. Ketika
satu kelompok menerima suatu treatment (kelompok eksperimen, penj.) dan kelompok lain
(kelompok kontrol, penj.) tidak, peneliti eksperimen dapat memilah-milah mana yang termasuk
treatment dan mana yang merupakan faktor-faktor lain namun turut memengaruhi outcome
penelitian.
183
salah satu buku/literatur yang membahas metode survei (beberapa buku tersebut
sudah saya tunjukkan dalam bab ini).
Tunjukkan mengapa survei lebih dipilih sebagai jenis prosedur pengumpulan
data dalam penelitian tersebut. Untuk rasionalisasi ini, pikirkanlah keunggulankeunggulan rancangan survei, seperti keekonomisan rancangan ini dan kecepatan
dalam menyajikan data penelitian. Jangan lupa untuk membahas keuntungan-keuntungan mengidentifikasi sifat-sifat suatu populasi berdasarkan sekelompok kecil
individu (sampel) (Babbie, 1990; Fowler, 2002).
Pertegas apakah survei yang Anda tetapkan adalah survei lintas- bagian {crosssectional survey) dengan mengumpulkan data satu per satu dalam satu waktu, atau
survei longitudinal (longitudinal survey) dengan mengumpulkan data secara
kumulatif sepanjang waktu.
pertanyaan akses juga bisa ditulis di bagian ini, dan peneliti dapat menunjukkan
ketersediaan kerangka-kerangka sampling surat atau daftar-daftarpara
responden potensial dalam populasi tersebut.
(b)
(c)
Analisis deskriptif?
(d)
(e)
(f)
(kelompok-kelompok
atau
organisasi-organisasi),
lalu
mengidentifikasi nama-nama individu dalam setiap kluster, baru kemudian mensampling individu-individu tersebut.
para
responden/individu
dipilih
berdasarkan
kemudahan
Pertegaslah
apakah
peneliti.an
Anda
akan
menggunakan
strati-fikasi
Tunjukkan juga angka setiap individu yang di-sampling dan jelaskan prosedurprosedur yang Anda gunakan untuk mengalkulasi angka-angka ini. Dalam
peneiitian survei, saya merekomendasikan agar peneliti menggunakan formula
besaran sampel (sample size formula) yang banyak dibahas dalam buku-buku
peneiitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990; Fowler, 2002).
Instrumentasi
Sebagai populasi dan sampel, peneliti juga perlu menyajikan informasi detail
mengenai instrumen-Lnstrumen survei yang akan digunakan dalam peneiitian yang
diajukan. Pertimbangkan larigkah-langkah berikut:
Ritter, 2007). Salah satu pe rangkat survei online yang cukup terkenal adalah
SurveyMonkey (SurveyMonkey.com), sebuah produk komersial yang dirilis sejak
1999. Dengan menggunakan perangkat ini, peneliti dapat mem-buat survei-survei
pribadinya dalam waktu yang relatif cepat, hanya dengan memanfaatkan custom
templates, lalu mem-posting-nya di website-website mereka, atau mengirimkannya
pada para partisipan untuk diisi. Setelah itu, SurveyMonkey akan memberi-kan
hasil dan laporan balik kepada peneliti dalam bentuk statistik deskripuf, atau dalam
wujud informasi grafik. Hasil-hasil ini dapat diunduh ke dalam spreadsheet atau
database untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Perangkat ini gratis jika
digunakan untuk 100 resporis per survei, dan tidak lebih dari 10 pertanyaan per
survei. Jika peneliti menginginkan respons-respons tambahan, pertanyaanpertanyaan yang lebih banyak, dan beberapa custom feature yang lain,
SurveyMonkey membebankan biaya bulanan atau tahunan kepada si peneliti.
Jelaskan rencana-rencana Anda untuk melakukan uji coba surveidi lapangan (pilot
testing) dan sajikan pula alasan/rasionalisasi atas rencana ini. Pilot testing ini
penting untuk membangun validitas konten dari suatu instrumen dan untuk
memperbaiki pertanyaan-pertanyaan, format, atau skala-skala yang mungkin
tidak sesuai ketika diterapkan. Sebutkan juga jumlah orang-orang yang akan menguji
189
Rumusan Masaiah
Variabelbebasi:
Rumusan masalah deskriptif 1: Lihat rumusan masalah 11, 12, 13, 14,
Penelitian
Seberapa
sebelumnya
banyak
masalah
penelitian 3:Ada berapa hibah yang di- Hibah dari yayasan, lembaga swasta,
yang didanai
Variabel
yang nonresponden, maka jika respons-respons tersebut terlihat mulai berubah, ada
kemungkinan terdapat respons bias. Salah satu cara untuk.mengecek adanya respons
bias adalah dengan menghubungi beberapa nonresponden melalui sambungan telepon,
kemudian mengidentifikasi apakah respons mereka berbeda jauh dengan hasil respons
dari responden.
Langkah 3. Lakukan analisis data secara deskriptif terhadap variabel bebas dan
variabel terikat dalam penelitian. Analisis ini harus menunjukkan rata-rata, deviasi stand
ar, dan skor-skor untuk dua variabel ini.
Langkah 4. Jika Anda menggunakan instrumen penelitian dengan skala-skala
atau
berencana
untuk
mengembangkan
sendiri
instrumen
tersebut
(dengan
sifat
rumusan
masalah
(apakah
menghubungkan
variabel-variabel
atau
membandingkan beberapa kelompok dalam variabel), jumlah variabel bebas dan variabel
terikat, serta jumlah variabel kontrol (lihat, misalnya, Rudestam & Newton, 2007). Lebih
jauh, pertimbangkan apakah variabel-variabel ini akan diukur ber-dasarkan suatu
instrumen sebagai skor berkelanjutan/continuousscore (seperti, umur dari 18 hingga 36)
atau sebagai skor katagoris/ categorical score (seperti, perempuan = 1, laki-laki = 1). Selain itu,
pertimbangkan pula apakah skor-skor ini akan didistribusikan secara normal (normal
distribution) dalam kurva berbentuk bel (bell-shaped curve) atau tidak didistribusikan secara
normal (non-normal distribution). Ada banyak cara untuk mengetahui apakah skor-skor ini
didistribusikan secara normal ataukah tidak (Lih. Creswell, 2008). Faktor-faktor ini, dalam
kombinasinya, akan memudahkan peneliti untuk menentukan apakah tes statistik akan
192
cocok untuk menjawab rumusan masalah atau hipotesis. Dalam Tabel 8.3, saya
menunjukkan bagaimana faktor-faktor ini bisa menuntun peneliti untuk memilih
sejumlah tes statistik yang biasa digunakan. Untuk mendapatkan jenis tes statistik yang
lain, peneliti bisa merujuk pada buku metode statistik, seperti buku yang ditulis Gravetter
dan Wallnau (2000).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam proses analisis data adalah menyajikan hasil
survei dalam bentuk tabel atau gambar, kemudian menginterpretasikan hasil tes statistik.
Interpretasi terhadap hasil berarti bahwa seorang peneliti membuat suatu kesimpulan
dari rumusan masalah dan hipotesis yang sudah dianalisis. Interpretasi ini melibatkan
beberapa langkah khusus
Jumlah
Variabel
Bebas
1
Jumlah
Variabel
Terikat
1
1 atau
lebih
1 atau
lebih
1
Gabungan antar
kelompok
Menghubungkan
variabel-variabel
Menghubungkan
variabel-variabel
Menghubungkan
variabel-variabel
2 atau
lebih
i
1 atau
lebih
Petbandngan
kelompok
Peibandngan
kelompok
Perbandingan
kelompok
Petbandingan
kelompok
Jumlah
Variabel
Control
0
193
Jenis Skor
Distribusi
Tes
Variabel
Skor
Statisik
Bebas/Terikat
Kategorial/
Normal
l-tes
berkelanjutan
Kategorial/
Normal
Analisis
berkelanjutan
varian
Kategorial/
Normal Analisis
berkelanjutan
kovarian
Kategorial/
NonTes
berkelanjutan
normal
MannWhitney
U
Kategorial/
NonChiberkelanjutan
normal
square
Kategorial/
Normal Korelasi
berkelanjutan
product
moment
Pearson
Kategorial/
Normal
Regresi
berkelanjutan
berganda
Kategorial/
NonKorelasi
berkelanjutan
normal
rankorder
Spearman
Laporan apakah hasil hasil tes statistic yang diperoleh signifikan atau tidak secara
statistic, seperti analisis varian secara statistic menunjukan adanya perbedaan signifikan
antara wanita dan pria dalam hal sikap sikap mereka terhaap larangan merokok di
restoran F (2:6) = 8,55, p =.001.
Laporan bagaimana hasil hasil ini menjawab rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
Apakah hasil hasil tersebut mendukung hipotesis ataukah kontradiktif dengan yang
diharapkan?
Tunjukan pula kemungkinan menjelaskan mengapa hasil hasil tersebut bias muncul
seperti itu. Untuk menjelaskan ini, anda dapat merujuk kembali pada teori yang anda
gunakan dalam penelitian (lihat bab 3), literature literature sebelumnya yang membahas
hal ini (lihat bab 2), atau alasan/rasionalisasi lain yang logis.
Jelaskan juga kemungkinan hasil ini dipraktikkan di lapangan atau untuk penelitian
penelitian sebelumnya.
KOMPONEN KOMPONEN DALAM METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan format standar yang
melibatkan komponen komponen sebagai berikut : partisipan, materi, prosedur, dan ukuran
(besaran). Pada sub bab kali ini, saya akan membahas komponen komponen tersebut dan
menyajikan informasi seputar rancangan eksperimen dan analisis statistic. Sebagaiman
pembahasan mengenai peneleitian survey sebelumnya, pembahasan mengenai penelitian
eksperimen ini juga dimaksudkan untuk menonjolkan beberapa komponen kunci di
dalamnya. Untuk mengetahui petunjuk detail atas komponen komponen ini, cobalah untuk
menjawab pertanyaan pertanyaan dalam checklist table 8.4
Contoh 8.1. Bagian Metode Survey
Berikut ini adalah salah satu contoh tulisan bagian metode survey yang didasarkan
pada langkah langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Tulisan ini (yang diperoleh atas
izin penulis) dikutip dari salah satu artikel jurnal yang melaporkan penelitian tentang factor
factor yang mempengaruhi atrisi (berkurangnya jumlah) mahasiswa di salah satu universitas
seni liberal (bean & creswell, 1980 : 32 1 322).
Metodologi
Penelitian ini memilih lokasi disalah satu universitas seni liberal yang kecil (tingkat
pendaftaran 1.000 orang), religious, dan koendukatif, di kota Midwestern dengan populasi
175.000 orang. (disini, penulis mengidentifikasi lokasi dan populasi penelitian)
194
Rating dropout pada tahun sebelumnya adalah 25 %. Rating Dropuot yang paling sering
terjadi adlah pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua maka dibuatlah kuisioner
kuisioner untuk didistribusikan kepada sebanyak mungkin mahasiswa tahun pertama dan
tahun kedua di universitas tersebut. Sejumlah penelitian yang membahas atrisi atau
menurunnya jumlah mahasiswa bahwa dropoutnya mahasiswa ini, baik laki laki maupun
perempuan ternyata dilatari oleh banyak alasan (Bean, 1978; Spady, 1971). Maka dari itu,
hanya mahasiswa saja yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Selama April, 1979, sebanyak 169 mahasiswi mengembalikan kuisioner. Dari 169
mahasiswi ini, diantaranya berumur 25 tahun, tidak menikah, warga Negara AS, dan kulit
putih; dipilih sebagai objek analisis dengan mengecualikan beberapa variabel yang
kemungkinan mengacaukan sampel ini (Kerlinger, 1973).
Dari keseluruhan mahasiswi, yang dipilih sebagai sampel, 71 diantaranya mahasiswi
tahun pertama, 55 mahasiswi tahun kedua, dan 9 diantaranya mahasiswi junior. Sebanyak 95
% mahasiswi ini rata rata berumur 18 hingga 21 tahun. Sampel ini lebih ditekankan pada
mereka yang memili kemampuan melebihi rata rata yang dapat dilihat dari skor skor yang
mereka perolah dalam tes ACT. (disini, penulis menyajikan informasi deskriptif tentang
sampel penelitian).
Data dikumpulkan dengan metode kuisioner yang berisi 116 item. Item item ini
kebanyakannya likertlike yang didasarkan pada skala dari jangkauan sangat kecil hingga
jangkauan sangat besar ada juga pertanyaan pertanyaan lain yang diajukan untuk
mendapatkan informasi factual, seperti skor skor ACT, tingkat kelas, dan pendidikan orang
tua. Semua informasi yang digunakan dalam analisis ini berasal dari data kuisioner. Kuisioner
ini telah dirancang dan diuji pada tiga institusi yang lain sebelum kemudian diterapkan pada
institusi ini. (disini penulis membahas instrument penelitian).
Validitas konkuren dan konvergen (Campbell & Fiske, 1959) atas instrument ini telah
diuji melalui analisa factor (Faktor analysis), dan didapatkan bahwa validitas tersebut sudah
berada dalam level yang layak (memenuhi syarat). Reliabilitas factor factor juga telah diuji
melalui alpha koefisien (coefficeient alpha). Untuk konstruk konstruk disajikan dalam 25
ukuran yaitu item item berganda berdasarkan analisis factor untuk membuat indeks
indeks dan 27 ukuran lainnya indicator indicator item tunggal. (disini penulis menjelaskan
validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian, regresi berganda dan path analysis (helse, 1969; Kerlinger &
Pedhazur, 1973) dipilih sebagai tes statistic untuk menganalisis data.
195
Dalam metode kausal.., keinginan untuk keluar dari universitas diregresi pada
semua variabel yang mendahuluinya dalam satu rangkaian kausal. Setelah itu, variabel
variabel intervening yang secara signifikan berhubungan dengan keinginan untuk keluar dari
universitas diregresi pada variabel variabel organisasi, varibel variabel personal, variabel
variabel lingkungan, dan variabel variabel latar belakang. (disini, penulis menyajikan
langkah langkah analisis data).
Partisipan
Pembaca perlu mengetahui cara pemilihan (sampling). Penugasan (assignment), dan
jumlah partisipan yang terlibat dalam suatu eksperimen. Perhatikanlah beberapa hal berikut
ini saat menulis metode eksperimen.
Deskripsikanlah proses pemilihan (sampling) partisipan, apakah dilakukan secara acak
atau non acak (dipilih secara kovenien).
Dalam pemilihan acak atau random sampling, masing masing individu memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai partisipan penelitian
Langkah ini juga
representative dan bisa mewakili suatu populasi (Keppel, 1991). Meski demikian, dalam
beberapa penelitian eksperimen, hanya sampel convenience-lah yang memiliki
kemungkinan untuk terpilih sebab peneliti biasanya menggunakan kelompok kelompok
yang sudah terbentuk secara alamiah (seperti, sebuah kelas, organisasi, atau sebuah
keluarga) atau sukarelawan. Jika masing masing partisipan, tidak ditugaskna secara
acak (non-randomly assignment), berarti prosedur yang demikian lebih dikenal sebagai
prosedur quasi-eksperimen.
Jika setiap partisipan ditugaskan secara acak (randomly assignment) ke dalam beberapa
kelompok, berarti prosedur yang demikian dikenal sebagai prosedur true-experiment, jika
penelitian anda menggunakan penugasan acaka seperti ini, paparkanlah secara detail
bagaimana anda akan menugaskan secara acak masing masing individu ke dalam
kelomopk kelompok treatment. Hal ini berarti bahwa dalam lingkup partisipan,
partisipan pertama ditugaskan dalam kelompok I, partisipan kedua ditugaskan dalam
kelompok II, dan begitu seterusnya hingga tidak ada bias sistematik dalam penugasan
masing masing partisipan. Prosedur ini bisa menghilangkan kemungkinan adanya
perbedaan sistematik antara karakteristik karakteristik dari setiap partisipan yang bisa
196
mempengaruhi hasil penelitian, sehingga perbedaan apapun yang muncul dalam hasil
penelitian bisa diatribusikan pada treatment eksperimen (Keppel, 1991).
Jelaskan pula keunggulan keunggulan lain penelitian ekperimen yang secara sistematik
dapat mengontrol variabel variabel yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Salah satu
pendekatannya adalah dengan memasangkan partisipan berdasarkan sifat atau
karakteristik tertentu, kemudian memilih seorang partisipan dari masing masing
pasangan ini untuk ditugaskan dalam suatu kelompok. Pengukurannya dapat
menggunakan skor skor pre-test. Berdasarkan skor pretest ini, peneliti dapat
menugaskan setiap partisipan ke dalam kelompok tertentu dengan anggota yang juga
memiliki skor pre-test yang sama. Skro pre-test bisa dibagi menjadi skor tinggi, sedang
dan rendah, sebagai alternatifnya, individu individu bisa dipasangkan satu sama lain
berdasarkan level kemampuan atau variabel demografi.
197
Tabel 8.4. :
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
_________
Seorang peneliti bisa saja memutuskan untuk tidak melakukan pemasangan seperti
diatas sebab hal ini bisa menyedot banyak biaya maupun waktu (Salkind, 1990) serta
rentan menimbulkan adanya kelompok yang tidak bisa dibandingkan, misalnya jika ada
partisipan yang tidak mau ditreatment (Rosenthal & Roshnow, 1991). Prosedur lain untuk
mengontrol proses eksperimen adalah dengan menggunakan covarian (seperti, skor skro
pres-tes) sebagai variabel moderating dan mengontrol pengaruh dari skor skor ini secara
statistic, memilih sampel sampel yang homogen, atau mem-block beberapa partisipan
dalam subkelompok atau kategori tertentu, kemudian menganalisis pengaruh dari masing
masing subkelompok ini terhadap hasil penelitian (Creswell, 2008)
Tunjukkan kepada pembaca jumlah partisipan dalam setiap kelompok dan jelaskan
prosedur prosedur sistematik dalam menentukan besaran setiap kelompok. Untuk
198
variabel criteria yang diasumsikan mendapat pengaruh dari variabel bebas. Rosenthal
dan Rosnow (1991) menyajikan tiga ukuran outcome prototipik dalam variabel
terikat, yaitu : arah perubahan, kuantitas perubahan, dan kemudahan perubahan, yang
diperoleh dari partisipan (misalnya, seorang partisipan memberikan respon yang tepat
ketika ditreatmen dalam rancangan eksperimen single-subjet).
200
group desing, para partisipan dikelompokkan dalam treatmen yang berbeda beda pada
waktu yang berbeda beda pula selama penelitian. Praktik lain dari within group design
adalah meneliti perilaku seorang individu sepanjang waktu, yang didalamnya peneliti
menyajikan dan memberikan treatment terhadap individu tersebut pada waktu yang
berbeda beda, untuk mengetahui dampaknya.
Sajikanlah diagram atau gambar yang dapat menghasilkan rancangan penelitian yang
anda gunakan. System notasi standar juga perlu diterapkan dalam gambar/diagram ini.
Rekomendasi saya, gunakanlah system notasi klasik yang pernah disampaikan oleh
Campbell dan Stanley (1963 : 6).
1. X merepresentasikan satu kelompok dalam peristiwa atau variabel eksperimental
tertentu; efek efek dari variabel tersebut.
2. O mempresentasikan proses observasi atau pengukuran dengan instrument penelitian
3. X dan O yang berada dalam satu lajur mempresentasikan kelompok (X) dan observasi
(O) yang di aplikasikan dalam lajur yang sama, atau disejajarkan secara vertical,
bersifat simultan.
4. Simbol matra dari kiri ke kanan merepresentasikan pelaksanaan prosedur prosedur
treatment secara temporal (terkadang disimbolkan dengan anak panah)
5. Simbol R merepresentasikan penempatan acak (random assignment).
6. Pemisahan lajur lajur yang sejajar oleh garis horizontal merepresentasikan bahwa
kelompok kelompok yang diperbandingkan tidak ditempatkan secara acak (no
random assignment). Tidak adanya garis antara kelompok kelompok menunjukkan
bahwa individu individu di dalamnnya ditempatkan secara acak (random assignment)
ke dalam kelompok kelompok yang akan di treatment (treatment groups).
Contoh contoh berikut ini mengilustrasikan bagaimana notasi di atas digunakan untuk
mengindentifikasi rancangan pre experimental, quasi experimental, true experimental,
dan single subject.
Ancaman Ancaman terhadap Validitas
Ada sejumlah ancaman terhadap validias yang sering kali membuat orang
mempertanyakan hasil / outcome yang disimpulkan oleh peneliti : apakah hasil tersebut
dipengaruhi oleh factor factor utama, atau justru ada intervensi peneliti didalamnya. Untuk
itu, peneliti harus mengidentifikasi beberapa hal yang berpotensi mengancam validitas dan
eksperimentasinya.
Setelah
berhasil
diidentifikasi,
peneliti
harus
merancang
dan
mengantisipasi sedemikian rupa agar ancaman ancaman ini tidak lagi muncul atau
202
setidaknya dapat diminimaliasasi. Ada dua jenis ancaman terhadap validitas : ancaman dalam
(internal threats) dan ancaman luar (external threats).
Ancaman Validitas Internal dapat berupa prosedur prosedur eksperimentasi,
treatment treatment, atau pengalaman pengalaman dari para partisipan yang mengancam
kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan kesimpulan yang tepat dari data penelitian.
Tabel 8.5 menyajikan beberapa ancaman ini, mendeskripsikan setiap ancaman, dan
memberikan saran saran kepada peneliti agar ancaman ancaman tersebut tidak lagi dating.
Ada ancaman ancaman yang melibatkan para partisipan (seperti sejarah, maturasi, seleksi,
dan mortalitas), ancaman ancaman yang berhubungan dengan treatment eksperimental
(seperti difusi, demoralisasi imbang, dan rivalitas imbangan), dan ancaman ancaman yang
berhubungan dengan prosedur prosedur eksperimentasi (seperti, pengujian / testing dan
instrumentasi).
Contoh 8.2
203
----------------------------------------------Kelompok A X ---------------------- O
Rancangan Alternatif Pos tes Treatment dengan kelompok kelompok Non
Ekuivalen (Alaternative Treatment Post Test Only with Nonequipalent Groups
Design)
Rancangan ini menerapkan prosedur yang sama dengan rancangan Static Group Comparison
sebelumnya. Hanya saja, dalam rancangan ini peneliti melakukan treatment yang sedikit
berbeda (dengan rancangan sebelumnya) terhadap kelompok perbandingan non ekuvalen.
Berikut ilustrasinya :
Kelompok A X1 ---------------------- O
-----------------------------------------------Kelompok B X2 ---------------------- O
Contoh 8.3
Rancangan Kelompok control (Pra Tes dan Pos Tes) Nonekuivalen (nonequivalent
(Pre test and Post test)Control Group Design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen (A) dan kelompok control (B) diseleksi tanpa
prosedur penempatan acak (without random assignment) pada dua kelompok tersebut, sama
sama dilakukan pre test dan post test. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang di
treatment.
Kelompok A O ------------X---------- O
-----------------------------------------------Kelompok B O ------------------------ O
Rancangan Serangakain waktu yang diputus oleh satu kelompok (Single Group
Interupted Time-Series Design)
Dalam rancangan ini, peneliti melakukan pengukuran pada satu kelompok, baik sebelum
maupaun sesudah treatment.
Kelompok A OOOOXOOOO
Rancangan serangkaian waktu yang diputus oleh kelompok control (control group
Interrupted Time Series Design)
204
Rancangan ini merupakan modifikasi dari rancangan single group sebelumnya. Dalam
rancangan ini, dua kelompok partisipan (A dan B), yang dipilih tanpa random assignment,
diobeservasi sepanjang waktu. Meski demikian, dari dua kelompok tersebut, hanya satu
kelompok saja yang di treatment, yaitu kelompok A.
Kelompok A OOOOXOOOO
----------------------------------------------------------------Kelompok B OOOOOOOOO
Contoh 8.4
Rancangan Pra Tes Pos Tes pada kelompok control (Pre Test Pos Test Control
Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan klasik dan tradisional yang menerapkan prosedur
random assignment (R) pada para partisipan untuk ditempatkan ke dalam dua kelompok (A)
dan (B). Peneliti menerapkan pre test dan pos test pada dua kelompok ini. Meski
demikian. Yang di treatment hanya kelompok eksperimen (A) saja.
Kelompok A R -----------O-----------X--------------O
----------------------------------------------------------------Kelompok B R -----------O---------------------------O
Rancangan Post Test pada kelompok control (post test only control group design)
Rancangan post test ini merupakan salah satu rancangan eksperimen yang paling popular dan
diterapkan karena pre-test memberikan efek efek yang kurang diharapkan. Para partisipan
dikategorisasikan atau ditempatkan secara acak (random assignment) dalam dua kelompok.
Penelitia sama sama melakukan post test pada kedua kelompok tersebut, dan hanya
kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment.
Kelompok A R ----------------------X--------------O
Kelompok B R --------------------------------------O
205
kelompok (A,B,C, dan D). Peneliti bisa memberikan pre-test dan treatment secara variatif
pada masing masing kelompok, hanya saja, peneliti harus melakukan post test untuk
semua kelompok tersebut tanpa terkecuali.
Kelompok A R -----------O-----------X-------------- O
Kelompok B R -----------O--------------------------- O
Kelompok C R ---------------------------X------------ O
Kelompok D R ----------------------------------------- O
Contoh 8.5
Treatment B
Baseline A
OOOOOXXXXX OOOOOO
Ancaman ancaman terhadap valitidas eksternal juga harus di indentifikasi dan
dirancang sedemikian rupa agar ancaman ancaman tersebut dapat direduksi sedikit
mungkin. Ancaman ancaman validitas eksternal ini muncul, misalnya, ketika peneliti
menarik kesimpulan kesimpulan yang seharusnya berasal dari data sampel, namun ia justru
menariknya dari orang orang lain, setting setting lain, atau kondisi kondisi masa lalu,
bahkan masa depan. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 8.6, ancaman ancaman ini
biasanya berasal dari karakteristik karakteristik individu yang dipilih sebagai sampel,
keunikan keunikan setting, dan timming eksperimentasi. Misalnya, ancaman ancaman ini
muncul ketika peneliti melakukan generalisasi
206
Deskripsi Ancaman
Tindakan-Tindakan Responsif
Sejarah
Maturasi
Regresi
Para partisipan yang memiliki skor Peneliti dapat memilih para partisipan
yang tinggi dipilih sebagai objek yang tidak memiliki skor-skor yang tinggi
peneiitian. Tentu saja, skor-skor uniuk di-toliti.
mereka sangat rnung-kin berubah
selama peneiitian. Tidak heran jika
skor-skor yang tinggi ini, sewaktuwaktu, bisa merosot menjadi ratarata.
Seleksi
Mcrtalitas
Difusi
treatmenta
Demoralisasi Keuntungan
diadakannya
pe- Peneliti dapat memberikan keuntungan
imbang-an
nelitian bisa saja tidak setara pada dua kelompok ini, misalnya dengan
karena yang 6\-treatment hanyalah memberikan treatment pada kelompok
Kelompok
eksperimen
saja kontrol setelah penelitian usai atau
(misalnya, kelompok eksperimen dengan memoerikan jenis treatment yang
diberikan
terapi,
sedangkan sama pada dua kelom-pok tersebut se/ama
kelompok kontrol tidak diberikan penelitian.
207
apa-apa).
Rivalitas
imbangan
Pengujian
(testing)
.Instrumen
Definisikanlah jenis ancaman dan isu-isu apa yang sering dimunculkan oleh ancaman
itu.
Kutiplah referensi dari beberapa buku yang membahas mengenai ancaman terhadap
208
validitas ini, seperti Cook dan Campbell (1979); Creswell (2008); Reichardt dan Mark
(1998); Shadish, Cook, & Campbell (2001); dan Tuckman (1999).
Prosedur
Dalam proposal penelitian, peneliti harus mendeskripsikan secara detail prosedurprosedur dalam melakukan eksperimentasi. Deskripsi ini akan membantu pembaca untuk
memahami rancangan, observasi, treatment, dan jangka waktu yang ditetapkan.
Tabel 8.6 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Eksternal
Jenis
Ancaman
Antara
pemilihan
dan
treatment
Deskrlpsi Ancaman
Tindakan-Tindakan Responsif
209
Laporkan statistik-statistik deskriptif yang telah diukur dan diobservasi pada pre-test
dan post-test sebelumnya. Statistik-statistik ini haruslah berupa means (rata-rata),
standard deviation (deviasi standar) dan range (jangkauan).
Jelaskan tes statistik inferensial (inferensial statistic test) yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian. Dalam rancangan eksperiman (eksperimental design),
yang menerapkan informasi kategoris untuk variabel bebasdan informasi
berkelanjutan untuk variabel terikat, penelitian menerapkan t-test atau univariate
analysis of variance (ANOVA), analysis of covariance (ANCOVA), atau
multivariate analysis of variace (MANOVA) multiple dependent measure).
(sebagaimana jenis tes ini telah ditunjukan dalam tabel 8,3 sebelunya.) dalam
rancangan faktorial (factorial design), peneliti menggunakan pengaruh timbal-balik
dan efek-efek utama dari ANOVA. Akan tetapi, ketika data dalam pre-test dan posttest menunjukan deviasi pemarkaan (marked deviation) dari distribusi normal,
peneliti sebaiknya menggunakan tes statistik nonparameter (parametric statical test)
untuk menguji hipotesis penelitian.
Untuk rancangan subjek-tunggal (single-subject design), gunakanlah grafik garisgsris untuk beseline, sedangkan untuk unit waktu gunakanlah grafik abscissa( poros
horizontal) dan grafik ordinate (poros Vertikal) untuk unit target perilaku dalam
observasi treatment. (mengenai ilustrasinya dapat dilihat dalam contoh 8.5
sebelumnya,penj). Setiap data diformulasikan secara terpisah dalam grafik tersebut,
lalu masing-masing data ini dihubungkan dengan garis-garis (misalnya, lihat Neuman
& McCormick, 1995). Kadang-kadang, tes-tes signifikansi statistik, seperti t test,
digunakan untuk membandingkan rata-rata beseline dengan tahap-athap treatment ,
210
Interpretasi Hasil
Langkah terakhir dalam penelitian eksperimen adalah mentafsirkan penemuanpenemuan berdasarkan hipotesis atau rumusanmasalah yang sudah dirancang di awal
penelitian. Dalam laporan interpretasi ini, jelaskan apakah hipotesis atau rumusan masalah
tersebut disetujui (signifikan) atau ditolak (tidak signifikan). Jelaskan pula apakah proses
treatment yang diimplementasikan benar-benar mendptakan suatu perbedaanbagi para
partisipan yang diteliti. Beri-kan alasan mengapa hasil penelitian signifikan atau tidak
signifikan, berdasarkan literatur-literatur yang telah Anda review (Bab 2), teori-teori yang
Anda gunakan (Bab 3), atau logika persuasif lain yang dapat menjelaskan hasil tersebut.
Jelaskan adakah hasil penelitian yang muncul disebabkan prosedur-prosedur eksperimental
yang tidak tepat, seperti kehadiran ancaman-ancaman terhadap validitas, dan jelaskan pula
bagaimana Anda menggeneralisasi hasil tersebut pada orang-orang tertentu, setting-setting
tertentu, dan waktu-waktu tertentu. Pada akhirnya, Anda juga harus menunjukkan dampakdampak dari hasil ini terhadap populasi yang diteliti atau bagi penelitian-peneiitian
selanjutnya.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan tentang komponen-komponen penting dalam merancang prosedurprosedur metodis penelitian eksperimen dan survei. Dalam penelitian survei, peneliti
menjelaskan tujuan, mengidentifikasi populasi dan sampel, instrumen-instrumen yang
211
digunakan, hubungan antarvariabel, rumusan masalah, item-item khusus, dan langkahlangkah yang diambil dalam analisis dan interpretasi data.
Dalam penelitian eksperimen, peneliti mengidentifikasi partisipan, variabel-variabel
kondisi-kondisi treatment dan variabel-variabel outcome dan instrumen-instrumen yang
digunakan untuk pre-test dan post-test, dan materi-materi yang akan dimanfaatkan selama
treatment. Penelitian eksperimen juga mencakup jenis-jenis rancangan eksperimen, seperti
pre-experimental, quasi-experimental, true experiment, dan single-subject.
Peneliti kemudian membuat sebuah gambar untuk mengilus-trasikan rancangan ini, sesuai
notasi yang tepat. Setelah itu, penelitiContoh 8.6
Berikut ini, salah satu contoh tulisan dari penelitian quasi-experimental yang
dilakukan Enns dan Hackett (1990). Tulisan ini mengilus-trasikan beberapa komponen
penting dalam penelitian eksperimen seperti yang sudah dijelaskan sejak awal. Penelitian
Enns dan Hackett ini mengangkat isu umum tentang kesesuaian minat antara klien dan
penasihatnya sepanjang menyangkut dimensi-dimensi dikap femi-nisme. Enns dan Hacket
berhipotesis bahwa para partisipan (klien) feminis lebih reseptif pada penasihat feminis
yang radikal ketimbang para partisipan non-feminis, dan bahwa para partisipan nonfeminis lebih reseptif pada penasihat feminis yang liberal dan non-seksis ketimbang para
partisipan feminis. Kecuali pembahasan yang begitu terbatas mengenai analisis dan
iriterpretasi data, tulisan Enns dan Hackett ini setidaknya sudah berisi elemen-elemen
penting bagai-mana menulis bagian metode penelitian eksperimen yang baik.
Metode Penelitian
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 150 mahasiswi kelas dasar dan kelas atas dalam
bidang sosiologi, psikologi, dan komunikasi, di uni-versitas negeri dan perguruan tinggi
swasta, di pesisir barat. (Disini, peneliti mendeskripsikan para partisipan penelitiannya).
Rancangan dan Manipulasi Eksperimental
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (factorial design) 3 X 2X2:
Kecenderungan Penasihat (humanis-nonseksis, feminis liberal, atau feminis radikal) X
Nilai-nilai (implisitatau eksplisit) X Identifikasi Feminisme Partisipan (feminis atau
212
nonfeminis). Untuk data penelitian yang kemungkinan tidak mengenai sasaran dalam itemitem tertentu, sudah kami tangani dengan prosedurpairwise deletion. (Disini, peneliti
menjabarkan keseluruhan rancangan penelitian).
Tiga sifat konseling (humanis-nonseksis, feminis liberal, dan feminis radikal) tergambar
dari hasil deskripsi singkat atas rekaman videotape selama 10 menit antara seorang
penasihat wanita dan seorang klien wanita.... Nilai-nilai implisit kami peroleh dari hasil
wawancara pada sampel (klien) saja, tidak pada penasihatnya secara langsung. Karena
itulah, nilai penasihat bersifat implisit. Untuk nilai-nilai eksplisit, kami memperolehnya
dengan cara menggabungkan tiga sifat konseling tadi dengan deskripsi singkat atas
rekaman videotape selama 2 menit tentang seorang penasihat yang tengah menjelaskan
pendekatan konselingnya kepada seorang klien. Setelah itu, kami mengidentifikasi nilainilai tersebut berdasarkan dua orientasi filospfis feminisme, yaitu liberal dan radikal. Tiga
sifat konseling kami tetapkan berdasarkan tiga perbedaan filosofis feminisme (humanjsnonseksis, liberal, dan radikal) dan implikasi-implikasi konselingnya. Pernyataanpernyataan klien dan hasil wawancara dengan mereka pada umumnya bersifat konstan
(tidak berubah-ubah). Sedangkan respons-respons penasihat justru berbeda-beda sesuai
pendekatan yang mereka gunakan. (D/ sini, peneliti mendeskripsikan tiga ^variabel yang
di-treatment dan dimanipulasi dalam penelitiannya).
Instrumen
Cek manipulasi. Untuk rhengecek persepsi partisipan terhadap manipulasi eksperimeritai
dan untuk menilai kesamaan persepsi mereka terhadap tiga penasihat, dua subskala dari
Attributions of the Term Feminist Sca/e-nya Berryman-Fink dan Verderber (1935) karni
modifikasi dan kami gunakan sebagai instrumen penelitfan, yaitu Counselor Description
Quesiidnnaire (CDQ) dan Personal Description Questionnaire (PDQ).... Berryman Fink
dan Verderber melaporkart reliabilitas konsistensi internal .86 dan .89 untuk versi asli dari
dua subskala ini. (Di sini, peneliti menjelaskan instrumen-instrumeh dan reliabilitas
skala-skala untuk variabel terikat).
Prosedur
Semua tahap eksperimentasi dilakukan secara individual. Kami telah mengundang para
partisipan, menjelaskan tujuan penelitian kami untuk mengetahui respons mereka
mengenai konseling, dan kami telah mengatur ATF. Sementara ATF dikumpulkan dan
dinilai, kami meminta setiap partisipan untuk mengisi formulir data demografis dan
213
Sumber : Erns dan Hackett (1990). 1990 oleh American Psychological Association.
Dikutip atas izin penulis
memberikan komentar-komentarnya tentang ancaman-ancaman potensial pada validitas
internal dan eksternal (dan validitas statistik dan konstruk, jika ada) yang berhubungan
dengan penelitian eksperi-men, analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis atau
rumusan masalah, dan interpretasi hasil.
Latihan Menulis
LA
TI
H
A
N
M
E
N
UL
IS
214
BACAAN TAMBAHAN
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods, (Edisi kedua. Belmont, CA: Wadsworth.
Earl Babbie membahas secara detail aspek-aspek penelitian survei. Dia menyajikan
jenis-jenis rancangan penelitian survei, logika sampling, dan contoh-contoh untuk masingmasing rancangan. Dia membahas konseptualisasi instrumen survei dan skala-skalanya. Dia
juga menyajikan gagasan yang amat penting terkait dengan bagai-mana mengatur kuesioner
dan memproses hasil akhir. Selain itu, disertakan pula pembahasan tentang analisis data
dengan fokus pada bagaimana membuat dan memahami tabel-tabel dan menulis laporan
survei. Buku ini sangat detail, informatif, dan teknis, sangat cocok bagi mahasiswa yang
sudah berada di level intermediate atau advance dalam mempelajari penelitian survei.
Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). "Experimental and Quasi-Experimental Designs for
Research." dalam N. L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching. Chicago:
Rand-McNally. (him. 1-76)
Salah satu bab dalam Handbook ini membahas penelitian ekspe-rimen. Campbell dan
Stanley merancang sistem notasi untuk penelitian eksperimen yang hingga saat ini masih
digunakan. Mereka juga mengajukan jenis-jenis rancangan eksperimen, dimulai dari faktorfaktor yang membahayakan validitas internal dan eksternal, jenis-jenis rancangan preexnerimental, true experiment, quasi experimental, dan rancangan correlational dan ex post
facto. Bab ini menyajikan ringkasan yang menarik tentang jenis-jenis rancangan eksperimen,
ancaman-ancaman terhadap validitas, dan prosedur-prosedur statis-tik. Bab ini cocok bagi
mahasiswa yang baru belajar penelitian eksperimen.
Fink, A. (2002). The Survey Kit. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
"The Survey Kit" disusun daribeberapa buku dan dieditori oleh Arlene Fink.
Ringkasan detail buku-buku tersebut disajikan dalam volume pertama. Dalam pendahuluan
volume tersebut, Fink mem-bahas aspek-aspek penelitian survei, yang meliputi antara lain:
bagai-mana mengajukan pertanyaan, bagaimana melaksanakan survei, bagaimana melibatkan
diri dalam wawancaran telepon, bagaimana melakukan sampling, dan bagaimana mengukur
validitas dan relia-bilitas. Pembahasan dalam buku ini pada umumnya cocok untuk para
peneliti survei pemula. Apalagi di dalamnya juga disajikan banyak contoh dan ilustrasi yang
bagus, membuatnya lebih menarik untuk dipelajari.
Fowler, F.J. (2002). Survey Research Methods. Edisi ketiga. Thousand Oaks, CA: Sage.
215
216
Bab Sembilan
Prosedur-prosedur Kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam peneiitian
akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga memiliki asumsi
asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif
tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam
analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi peneiitian yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif sangat
berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski seragam, tetap menunjukkan pola
yang berbeda-beda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif berarti melihat perspektifperspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan sosial (Denzin & Lincoln, 2005),
perspektif ideologis (Lather, 1991), perspektif filosofis (Schwandt, 2000), hingga petunjukpetunjuk prosedur sistematis (Creswell, 007; Corbin & Strauss, 2007). Semua perspektif ini
bersaing untuk menjadi landasan utama dalam penelitian kualitatif.
Bab ini berusaha mengombinasikan perspektif-perspektif tersebut, menyajikan prosedurprosedur urnum, dan menampilkan contoh-contoh dari beragam strategi kualitatif. Bab
ini juga akan menyajikan gagasan-gagasan dari beberapa pakaryang menulis tenta.ng
rancangan proposal kualitatif (misalnya, lihat Berg, 2001; Marshall &. Rossman, 2006;
Maxwell, 2005; Rossman & Rallis, 1998). Topik-topik yang termasukke dalam bagian
prosedur kualitatif antara lain: karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif, strategi
peneiitian, peran peneliti, langkah-langkah dalam pengumpulan dan analisis data,
strategi-strategi validasi, akurasi penemuan, dan struktur naratif. Tabel 9.1 menunjukkan
checklist pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana merancang prosedur-prosedur
kualitatif ini.
217
ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya bagi para penulis proposal
yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini antara lain:
Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristikkarakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu pen ting bagi
mereka.
Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik
dasar penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah
sebuah artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk mengilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
Sejumlah karakteristik penelitian kualitatif bisa saja digunakan (seperti, Bogdan &
Biklen, 1992; Eisner, 1991; Hatch, 2002; LeCompte & Schensul, 1999; Marshall &
Rossman, 2006), tetapi saya lebih mengandalkan pada analisis gabungan dari
beberapa
penulis ini yang sudah saya sertakan secara menyeluruh dalam buku saya tentang
penelitian kualitatif (Creswell, 2007). Saya tidak hanya menyertakan perspektifperspektif tradisional saja, tetapi juga perspektif-perspektif baru dalam penelitian
kualitatif, seperti
advokasi, partisipatoris, dan refleksi-diri. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
penelitian kualitatif yang disajikan tidak dalam urutan prioritas tertentu.
---------- Apakah
-
jenis
dijelaskan?
strategi
Apakah
kualitatif
sejarah,
yang
definisi,
akan
dan
digunakan
penerapan
juga
dari
sudah
strategi
diidentifikasi?
--------
sudah dijabarkan?
---------- Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama prosedur
-
---------
Apakah ada bukti/petunjuk bahwa peneliti telah mengatur data untuk dianalisis?
---------- Apakah peneliti telah merew'ewdata secara umum untuk memperoleh makna
-
informasi?
---------- Apakah data sudah di-cocffng?
219
Dalam setting yang alamiah, para peneliti kualitatif melakukan interaksi face-to-face
sepanjang penelitian.
Penneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument); para peneliti
kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau
wawancara dengan para partisipan. Mereka bisa saja mengumpulkan protokol-sejenis
instrumen untuk mengumpulkan data-tetapi diri merekalah yang sebenarnya menjadi
satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan informasi. Mareka, pada umumnya,
tidak menggunakan kuesioner atau instrumen yang di buat oleh peneliti lain.
Beragam sumber data (multiple sources of data); para peneliti kualitatif biasanya
memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data saja. Kemudian,
peneliti mereview semua data tersebut, memberikannya makna, dan mengolahnya ke
dalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi semua sumber data.
Analisis data induktif (inductive data analysis); para peneliti kualitatif membangun
pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif), dengan
mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak. Proses induktif ini
mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara berulang-ulang membangun
serangkaian tema yang utuh. Proses ini juga melibatkan peneliti untuk bekerjasama
dengan para partisipan secara interaktif sehingga partisipan memiliki kesempatan
untuk membentuk sendiri tema-tema dan abstraksi-abstraksi yang muncul dari proses
ini.
Makna dari para partisipan (paticipants meaning); dalam keseluruhan proses
penelitian kualitatif, peneliti terus fokus pada usaha mempelajari makna yang
disampaikan para partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna yang
disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literatur-literatur tertentu.
Rancangan yang berkembang (emergent design); bagi para peneliti kualitatif, proses
penelitian selalu berkembang dinamis. Hal ini berarti bahwa rencana awal penelitian
tidak bisa secara ketat dipatuhi. Semua tahap dalam proses ini bisa saja berubah
setelah peneliti masuk kelapangan dan mulai mengumpulkan data. Misalnya,
pertanyaan-pertanyaan bisa saja berubah, strategi pengumpulan data juga bisa
berganti, dan individu-individu yang diteliti serta lokasi-lokasi yang dikunjungi juga
bisa berubah sewaktu-waktu. Gagasan utama di balik penelitian kualitatif sebenarnya
adalah mengkaji masalah atau isu dari para partisipan dan melakukan penelitian untuk
memperoleh informasi mengenai masalah tersebut.
220
Perspektif teoritis (theoretical lens); para peneliti kualitatif sering kali menggunakan
perspektif tertentu dalam penelitian mereka, seperti konsep kebudayaan, etnografi,
perbedaan-perbadaan gender, ras, atau kelas yang muncul dari orientasi-orientasi
teoritis, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3. Terkadang pula penelitian dapat
diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu konteks sosial, politis, atau historis
dari masalah yang akan diteliti.
Bersifat penafsiran (interpretive); penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk
penelitian interpretif di mana di dalamnya para peneliti kualitatif membuat suatu
interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Interpretasi-interpretasi
mereka bisa saja berbeda dengan latar belakang, sejarah, konteks, dan pemahamanpamahaman mereka sebelumnya. Setelah laporan penelitian diterbitkan, barulah para
pembaca dan para partisipan yang melakukan interpretasi, yang seringkali berbeda
dengan interpretasi peneliti. Karena pembaca, partisipan, dan peneliti sama-sama
terlibat dalam proses interpretif ini, tampaklah bahwa penelitian kualitaif memang
menawarkan pandangan-pandangan yang beragam atas suatu masalah.
Pandangan menyeluruh (holistic account); para penelitia kualitatif berusaha mambuat
gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti. Hal ini melibatkan
usaha pelaporan perspektif-perspektif, pengidentifkasian faktor-faktor yang terkait
dengan situasi tertentu, dan secara umum usaha pensketsaan atas gambaran besar
yang muncul. Untuk itulah, para peneliti kualitatif diharapkan dapat membuat suatu
model visual dari berbagai aspek mengenai proses atau fenomena utama yang diteliti.
Model inilah yang akan membantu mereka membangun gambaran holistik (lihat,
misalnya, Creswell & Brown, 1992)
STRATEGI-STRATEGI PENELITIAN
Selain karakteristik-karakteristik utama diatas, penelitian kualitatif juga memiliki
strategi-strategi penelitian yang spesifik. Strategi-strategi ini utamnya terkait dengan
pengumpulan data, analisis data, dan laporan penelitian, tetapi tetap berasal dari berbagai
disiplin dan teru berkembang dinamis sepsnjang proses penelitian (seperti, jenis-jenis
problem, masalah-masalah etis, dan sebagainya) (Creswell, 2007b). Ada banyak strategi
kualitatif yang sudah dibahas, seperti 28 pendekatan yang pernah diidentifikasi oleh Tesch
(1990), 19 jenis dalam konsep pohon-nya Wolcott (2001), dan 5 pendekatan kualitatif oleh
Creswell (2007).
221
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 1, saya merekomendasikan agar para
peneliti kualitatif memilih antara beberapa kemungkinan, seperti naratif, fenomenologi,
etnografi, studi kasus, dan grounded theory. Saya memilih lima strategi ini karena kelimanya
cukup populer dalam ilmu kesehatan dan sosial saat ini. Strategi-strategi lain juga ada dan
sudah byank dibahas secara meyakinkan dalam buku-buku kulaitatif, seperti penelitian
tindakan partisipatoris (Kemmis & Wilkinson, 1998) atau analisis wacana (Cheek, 2004).
Khusus untuk lima pendekatan tadi, para peneliti dapat mengkaji individu-individu (dengan
naratif atau fenomenologi); mengeksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa-peristiwa (dengan
studi kasus atau grounded theory); atau mempelajari perilaku culture-sharing dari individuindividu atau kelompok-kelompok tertentu (dengan etnografi).
Dalam menulis prosedur penelitian untuk proposal kualitatif, pertimbangkan tipstips penelitan berikut ini:
Sajikan sejumlah informasi historis mengenai strategi penelitan yang akan Anda terapkan,
seperti asal mulanya, penerapannya, dan definis ringkasnya (lihat Bab 1 tentang lima
strategi penelitian kualitatif).
Jelaskam mengapa strategi tersebut dianggap sesuai untuk anda gunakan dalam penelitian
Anda.
PERAN PENELITI
Sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif merupakan
penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang
berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya
memunculkan serangkaian isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses penelitian
kualitatif (Locke et at.,2007). Dengan keterlibatannya dalam concern seperti ini, peneliti
kualitatif berperan untuk mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya
secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonominya, yang bisa
saja turut membentuk interpretasi mereka selama penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif
juga berperan memperoleh entri dalam lokasi penelitan dan masalah-masalah etis yang bisa
muncul tiba-tiba.
222
Jelaskan hubungan antara Anda (sebagai peneliti) dan partisipan, dan berilah keterangan
mengenai lokasi penelitian. Penelitian Backyard (Glesne & Peshkin, 1992) melibatkan
usaha identifikasi atas strategi pengolahan, mitra-mitra, atau setting kerja peneliti. Tugas
ini sering kali mengharuskan peneliti terlibat dalam kompromi-kompromi tertentu untuk
mengungkap informasi dan memunculkan isu-isu kekuasaan. Meskipun pengumpulan
data bisa berlangsung nyaman dan mudah, masalah-masalah pelaporan data yang sering
kali mengandung bias, tidak utuh, atau penuh dengan kompromi-kompromi juga tidak
bisa diremehkan begitu saja. Jika penelitian backyard akan digunakan , cobalah
menerapkan beberapa strategi validasi (akan dijelaskan kemudian) untuk membuat
pembaca merasa yakin akan akurasi hasil penelitan.
Jelaskan langkah-langkah yang Anda lalui dalam memperoleh izin dari Dewan
Pertimbangan Institusional /Institutional Review Board (IRB) (lihat Bab 4) untuk
memproteksi hak-hak para partisipan. Dalam lampiram, sajikan Surat Persetujuan atau
Surat Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para
partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006). Peneliti perlu memiliki
akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian dengan cara berusaha
mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu tertentu yang memiliki akses
pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian. Proposal ringkas perlu dibuat untuk
diserahkan sebagai pertimbangan kepada phak security tersebut. Bogdan dan Biklen
(1992) menjelaskan beberapa hal yang dapat dibahas dalam proposal untuk keperluan izin
ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama penelitan?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul (lihat Bab 3)
(Berg, 2001). Untuk masalah-masalah etis ini, jelaskan bagaimana Anda akan
223
224
Opsi-Opsi
Wawancara
Jenis-Jenis
Kelebihan-Kelebihan
Partisipasi utuh
peneliti
menyembunyikan
perannya sebagai
Observer.
Peneliti sebagai
partisipan peneliti
menampakkan
perannya sebagai
observer.
Partisipan sebagai
observer peran
observasi sekunder
diserahkan kepada
partisipan.
Peneliti utuh
peneliti
mengobservasitanpa
bantuan partisipan.
Berhadap-hadapan
peneliti melakukan
wawancara
perorangan.
Telepon peneliti
mewawancarai
partisipan lewat
telepon
Opsi-Opsi
Focus group
peneliti
pewawancarai
Peenliti mendapatkan
pengalaman langsung
dari partisipan.
Peneliti dapat
melakukan
perekaman ketika ada
informasi yang
muncul.
Aspek-aspek yang
tidak biasa, ganjil,
atau aneh bisa di
deteksi selama
observasi.
Opsi terkhir penting
jika peneliti tengah
mengeksplorasi
topik-topik yang
mungkin kurang
menyenangkan bagi
para partisipan untuk
dibahas.
Opsi pertama penting
ketika peneliti tidak
bisa mengobservasi
secara langsung
semua partisiapan.
Kelebihan-Kelebihan
Para partisipan bisa
lebih leluasa
memberikan
225
KelemahanKelemahan
Peneliti bisa saja
tampak sebagai
pengganggu.
Peneliti sangat
mungkin tidak dapat
melaporkan hasil
observai yang
bersifat frivat.
Peneliti tidak
dianggap memiliki
skill observasi yang
baik.
Sejumlah partisipan
tertentu (seperti,
siswa) sering kali
hanya
mendatangkan
masalah selama
proses penelitian.
Informasi yang
diperoleh bisa saja
tidak murni karena
masih disaring
kembali oleh
peneliti.
Kelemahan-Kelemahan
Wawancara hanya
akan memberikan
informasi di tempat
Doumentasi
partisiapan dalam
sebuat kelompok
Wawancara internet
dengan email atau
perangkat online
lain.
Dokumen publik,
seperti makalah,
atau koran.
Dokumen privat,
seperti diary, buku
harian, atau surat.
Jenis-Jenis
Opsi-Opsi
AudioVisual
Foto
Vediotape
Objek-objek seni
informasi historis.
Memungkinkan
peneliti mengontrol
alur tanya jawab
(questioning).
yang sudah
ditentukan, dan
bukan di tempat
alamiah.
Kehadiran peneliti
bisa saja melahirkan
respons-respons
yang bias.
Tidak semua orang
punya kemampuan
artikulasi dan
persepsi yang
setara.
Memungkinkan
Tidak semua orang
peneliti memperoleh
memiliki
bahasa dan kata-kata
kemampuan
tekstual dari
artikulasi dan
partisipan.
persepsi yang
setara.
Dapat diakses kapan
saja sumber
Dokumen ini bisa
informasi yang tidak
saja diproteksi dan
terlalu menonjol.
tidak memberikan
akses privat mapun
Menyajikan data
publik.
yang berbobot. Data
ini biasanya sudah
Mengharuskan
ditulis secara
peneliti menggali
mendalam oleh
informasi dari
partisipan
tempat-tempat yang
mungkin saja sulit
ditemukan.
Kelebihan-Kelebihan
Kelemahan-Kelemahan
Sebagai bukti tertulis, Dokumen yang
data ini benar-benar
terkomputerisasi
dapat menghemat
masih
waktu peneliti dalam
mengharuskan
mentranskip.
peneliti untuk
mentranskip secara
online atau menscanning-nya
terlebih dahulu.
Materi-materinya
sangat mungkin
tidak lengkap.
Dokumen tersebut
bisa saja tidak asli
atau tidak akurat.
Bisa menjadi metode Materi seperti ini
yang tidak terlalu
bisa saja sangat
menonjol dalam
rumit untuk
226
proses pengumpulan
ditafsirkan.
data.
Bebarapa materi
audio-visual
Memberikan
kesempatan bagi
diproteksi dan tidak
partisipan untuk
memberikan akses
membagi
publik maupun
pengalamannya
privat.
secara langsung.
Kehadiran peneliti
(seperti, fotografer)
Materi audio-visual
merupakan materi
sangat mungkin
kreatif yang dibuat
mengganggu
dengan penuh
(disruptif).
perhatian.
Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh
Software komputer
film
Dalam membahas pengumpulan data lain di luar observasi dan wawancara yang biasa.
Strategi-strategi yang tidak biasa seperti ini tidak hanya memungkinkan peneliti
memperoleh informasi penting yang mungkin luput dari observasi dan wawancara, tetapi
juga akan membuat pembaca tertarik pada proposal yang diajukan. Misalnya, amatilah
sejumlah pendekatan pengumpulan data dalam Tabel 9.3 yang mungkin bisa anda
gunakan. Dari tabel ini, diharapkan anda mampu membuka imajinasi lebih luas terhadap
kemungkinan pendekatan-pendekatan lain, misalnya dengan mengumpulkan bunyi atau
rasa, atau dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disukai partisipan untuk
membangkitkan komentar mereka selama wawancra.
227
Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti sering kali terlibat
dalam banyak observasi selama penelitian dan selama observasi ini; peneliti meggunkan
protokol observasional untuk merekam data. Protokol ini bisa berupa satu lembar kertas
dengan garis pemisah di tengah untuk membedakan catatan-catatac deskriptif (deskripsi
mengenai partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai setting fisik, catatan tentang
peristiwa
Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer ketimbang
partisipan.
Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang luar) terlebih
dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai insider (orang dalam)
Wawancara
Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email, dengan berhadaphadapan langsung, wawancara focus group, wawancara focus group online, dan
wawancara telepon.
Dokumentasi
Menganalisis dokumen publik (seperti, memo resmi, catatan-catatan resmi, atau arsiparsip lainnya).
Audit-audit.
Rekaman medis
Materi Audio-Visual
Merkam atau memfilmkan situasi sosial atau seorang individu atau kelaompok tertentu.
Mengumpulkan email.
Gunakanlah protokol wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan merekam jawabanjawaban selama wawancara kualitatif. Protokol ini bisa mencakup komponen-komponen
berikut ini:
1. Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang diwawancarai/partisipan).
2. Instruksi-instruksi yang harus diikuti oleh partisipan agar prosedur-prosedur
wawancara dapat berajalan lancar.
3. Pertaanyaan-pertanyaan (biasanya pertanyaan ice-breaker di awal wawancara yang
kemudian dilanjutkan dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi subpertanyaansubpertanyaan dari rumusan masalah penelitian; lalu diikuti oleh beberapa pertanyaan
lain atau pertanyaan penutup, seperti: siapa yang harus saya kunjungi untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai topik ini?
229
Untuk dokumen dan materi-materi visual, dapat direkam/ dicatat sesuai keinginkan
peneliti. Biasanya, rekaman/catatan haruslah merefleksikan informasi menganai dokumen
tersebut atau materi lain serta gagasan-gagasnan inti dalam dokumen itu. Penting juga
mencatat apakah materi ini benar-benar mencerminkan materi primer (seperti, informasi
yang secara langsung berasal dari orang atau situasi yang tengah diteliti) atau materi
sekunder (seperti, catatan-catatan tangan-kedua/second-hand tentang orang atau situasi
penelitian yang berasal dari sumber lain).
Peneliti juga perlu memberikan komentar tentang nilai dan reliabilitas sumber-sumber
data ini.
230
Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan.
Analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku
ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan. Dalam model
analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan
tema-tema atau perspektif-perspektif tertentu, dan melaporkan 4-5 tema. Meski
demikian, saat ini tidak sedikit peneliti kualitatif yang berusaha melampaui model
analisis yang sudah lazim tersebut dengan menyajikan prosedur-prosedur yang lebih
detail dalam setiap strategi penelitiannya. Misalnya, strategi grounded theory kini
sudah memiliki langkah-langkah sistematis dalam analisis datanya (Corbin & Strauss,
2007; Strauss & Corbin, 1990,. 1998). Langkah-langkah ini meliputi, misalnya,
membuat kategori-kategori atas informasi yang diperoleh (open coding), memilih
salah satu kategori dan menempatkannya dalam satu model teoretis (axial coding),
lalu merangkai sebuah cerita dari hubungan antar-kategori ini (selective ceding).
Selain grounded theory, studi kasus atau penelitian etnografi kini sudah melibatkan
deskripsi detail mengenai setting atau individu-individu tertentu, yang kemudian
diikuti oleh analisis data (lihat Stake, 1995; Wolcott, 1994). Penelitian fenomenologis
sudah menerapkan analisis terhadap per-nyataan-pernyataan penting, generalisasi
unit-unit makna, dan apa yang disebut Moustakas (1994) sebagai deskripsi esensi.
Penelitian naratif melibatkan penceritaan kembali cerita-cerita partisipan dengan
menggunakan unsurunsur struktural, seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan
ending cerita (Clandinin & Connelly, 2000). Intinya, proses-proses dan istilah-istilah
dalam strategi penelitian kualitatif berbeda satu sama lain dalam hal analisis datanya.
Meskipun perbedaan-perbedaan analitis ini sangat bergantung pada jenis strategi yang
digunakan, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang umum dan
231
langkah-langkah khusus dalam analisis data. Cara yang ideal adalah dengan
mencampurkan
prosedur
umum
tersebut
dengan
langkah-langkah
khusus. Ringkasan proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 9.1. Sebagai tips
penelitian, saya mengajak peneliti untuk melihat analisis data kualitatif sebagai suatu
proses penerapan langkah- langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan
berbagai
level
analisis
yang
berbeda,
sebagaimana
yang
ditunjukkan
berikut ini
Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif; beragam
tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan.
Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolnh dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeuk data lapangan, atau
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general
sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya secara keseluruhan.
Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasangagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi
itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau
gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya
(Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini melibatkan beberapa tahap: mengambil data
tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi
kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
Menginterpretasitematema/deskripsi-deskripsi
Menghubungkan tematema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
studikasus)
232
A V.
Tema-tenia
Deskripsi
Menvalidasi
keakuratan
(tangan atau
komputer)i *
informasi
Men-coding data
2.
Pilihlah satu dokumen (seperti, wawancara) yang paling menarik, paling singkat, dan
paling penting. Pelajari baik-baik, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, "Ini tentang
apa?" Jangan dulu berpikir mengenai substansi informasi, tetapi pikirkanlah
makna dasarnya. Tulislah gagasan tersebut dalam bentuk catatan-catatan kecil.
3.
Ketika Anda sudah merampungkan tugas ini, buatlah daftar mengenai semua topik yang
Anda peroleh dari perenungan Anda sebelumnya. Gabungkan topik-topik yang sama.
Masukkan topik-topik ini dalam kolom-kolom khusus, bisa sebagai topik utama, topik
unik, atau topik lain.
233
4.
Sekarang,bawalah daftar topik tersebut dan kembalilah ke data Anda. Ringkaslah topiktopik ini menjadi kode-kode, lalu tulislah kode-kode tersebut dalam segmensegmen/kategori-kategori. Amati kembali kategori-kategori yang sudah Anda buat, lalu
lihatlah apakah ada kategori-kategori dan kode-kode lain yang luput dari pengamatan
Anda.
5.
Buatlah satu kalimat/frasa/kata yang paling cocok untuk meng- gambarkan topik-topik
yang sudah Anda peroleh sebelumnya, lalu masukkanlah topik-topik ini dalam kategorikategori khusus. Cobalah meringkas kategori-kategori yang ada dengan
mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan satu sama lain. Untuk
melakukan hal ini, Anda bisa membuat garis-garis antarkategori untuk menujukkan
keterhubungannya
6.
Jika masih dimungkinkan, ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kodekode untuknya.
7.
Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan bersiaplah untuk
melakukan analisis awal.
8.
Intinya, deiapan langkah di atas akan membuat peneliti lebih sistematis daiam proses
analisis data tekstual. Tentu saja ada banyak variasi dalam proses ini. Sebagai tips penelitian,
saya mendorong para peneliti kualitatif untuk menganalisis materi data mereka dengan
menjelaskan:
Kode-kode yang berkaitan dengan topik-topik utama yang sudah banyak diketahui oleh
pembaca secara umum, dengan berpijak pada literatur sebelumnya dan common sense.
Kode-kode yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka di awal penelitian.
Kode-kode yang ganjil dan memiliki ketertarikan konseprual bagi pembaca (seperti,
dalam Asmussen dan Creswell, 1995, kami memunculkan retriggering, "penembakan
kembali," sebagai salah satu kode/tema yang menyuguhkan dimensi baru pada kita
tentang insiden penembakan di kampus dan tentu saja berhubungan dengan pengalaman
orang lain di kampus mana pun).
Kode-kode yang mencerminkan perspektif teoretis yang luas dalam penelitian.
Sebagai konseptualisasi alternatif, pertimbangkan pula jenis-jenis kode yang menurut
Bogdan dan Biklen (1992:166-172) banyak muncul dalam database kualitatif:
Perspektif-perspektif subjek.
Kode-kode proses.
Kode-kode aktivitas.
Kode-kode strategi.
apakah peneliti seharusnya: (a) membuat kode-kode hanya berdasarkan informasi yang
muncul dengan sendirinya (enlarging code) dari para partisipan; (b) menggunakan kodekode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code), kemudian men-/ft-kan kodekode tersebut dengan data penelitian; atau (c) mengombinasikan dua jenis.kodie ini
(emerging code dan predetermined code). Pendekatan yang banyak diterapkan dalam ilmu
sosial adalah dengan membiarkan kode-kode tersebut muncul (emerging code) selama
analisis data. Dalam ilmu kesehatan, pendekatan yang paling sering digunakan adalah
dengan menggunakan kode-kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code)
yang didasarkan pada teori yang akan diuji.
Meski demikian, peneliti juga bisa menerapkan pendekatan lain yang lebih variatii,
yaitu dengan membuat codebook kualitatif, sebuah tabel atau catatan yang berisi kode-kode
yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined codes) untuk digunakan dalam mengcoding data. Codebook ini bisa tersusun dari nama kode di satu kolom, definisi kode di kolom
lain, dan keterangan-keterangan lain (seperti, nomor garis) yang menunjukkan adanya kode
dalam transkrip ter-tentu. Hanya saja, codebook ini tidak akan terlalu berfungsi jika peneliti
meng-coding data dari transkrip yang berbeda-beda. Codebook ini ber-kembang dan bisa
berubah jika penelitiannya didasarkan pada" analisis tertutup (close analysis) atau ketika
peneliti tidak memulai analisisnya dari perspektif emerging code.
Bagi para peneliti yang memiliki teori yang sudah pasti dan mereka ingin menguji
dalam proyek-proyeknya, saya merekomen-dasikan agarcodebook digunakan terlebih dahulu
untuk meng-coding data dan biarkan codebook tersebut berkembang dan berubah sesuai
dengan informasi yangdipelajari ketika melakukan analisis data. Penggunaan codebook
secara khusus berguna bagi bidang-bidang yang menerapkan penelitian kuantitatif, namun
masih memerlukan pendekatan yang lebih sistematis dari penelitian kualitatif.
235
Kembali pada proses coding sebelumnya, sejumlah peneliti melihat pentingnya mengcoding transkrip-transkrip atau informasi kualitatif dengan memakai tangan, atau mengcoding skema-skema dengan warna-warna, lalu menuliskan segmen-segmen teksnya ke
dalam kartu-kartu kecii. Tentu saja, pendekatan ini menguras energi dan waktu.
Pendekatan lain yang lebih cepat adalah dengan menggunakan program-program
software komputer untuk membantu meng-coding, mengolah/ dan memilah-milah informasi
yang mungkin berguna dalam proses penulisan bagi penelitian kualitatif. Ada beberapa software komputer yang memiliki fitur-fitur yang sangat berguna, seperti tersedianya tutorial
dan CD peragaan, kemampuan menggabungkan data teks dan gambar (seperti, foto),
kehandalan dalarh penyimpanan dan pengolahan data, kapasitas pencarian dan penempatan
semua teks yang berhubungan dengan kode-kode tertentu, pencarian kode-kode yang saling
berhubungan dalam membuat pertanyaan-per-tanyaan mengenai hubungan antarkode, dan
import serta export data kualitatif ke dalam program-program kuantitatif seperti dalam
spreadsheet atau program analisis data.
Ide dasar di balik program-program seperti ini adalah bahwa menggunakan komputer
merupakan cara efisien untuk menyimpan dan menempatkan data kualitatif. Meskipun dalam
program ini peneliti masih perlu membaca teks (seperti transkripsi-transkripsi) dan
memindah kode-kode, proses ini akan menjadi lebih cepat dan efisien ketimbang mengcoding menggunakan tangan. Selain itu, jika database sangat banyak, peneliti bisa dengan
cepat mencari semua kutip-an (atau segmen-segmen teks) yang memiliki kode yang sama
dan mendeteksi apakah para partisipan merespons gagasan dalam kode tersebut dengan cara
yang sama atau berbeda. Di luar kemudahan ini, program komputer dapat menfasilitasi
peneliti untuk mem-bandingkan kode-kode yang berbeda (seperti, bagaimana laki-iaki dan
wanita kode pertama tentang gender berbeda-beda dalam hal sikap mereka terhadap
aktivitas merokok kode kedua). Fitur-fitur inilah yang membuat proses coding dengan
software komputer menjadi pilihan yang lebih logis kefimbang meng-codzng-nya dengan
tangan. Sebagaimana program-program software lain, program software kualitatif seperti ini
juga membutuhkan waktu dan keterampilan peneliti untuk mempelajari dan menerapkannya
secara efektif, meski-pun buku-buku y ang membahas teknik-teknik penggunaan program ini
sudah banyak tersedia (seperti, Weitzman & Miles, 1995).
Ada begitu ban)'ak program software yang mendukung untuk PC pribadi. Misalnya,
program-program software yang saya dan rekan-rekan saya guriakan di kantor penelitian
adalah sebagai berikut:
236
Atlas.ti (www.atlasti.com). Program berbasis PC lain yang juga berasal dari Jerman ini
juga dapat membantu peneliti dalam mengolah file-file data teks, gambar, audio, dan
visual, serta hal-hal lain yang dapat di-coding, seperti memo, ke dalam proyek penelitian.
237
deskripsi dan identifikasi tema untuk masuk ke dalam huburvgan antartema yang lebih
kompleks.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtemasubtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang
keterhubung-an antartema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual,
gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka
dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan
secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi
deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan
etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah meng-interpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua
ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan (Lincoln & Guba,
1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada
kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya ke
dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara
hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti
menegaskan apakah hasil peneliti-annya membenarkan atau justru menyangkal informasi
sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang
perlu dijawab selanjutnya: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan
bukan dari hasil ramalan peneliti.
Salah satu cara yang, menurut Wolcott (1994), dapat diterapkan ahli etnografi untuk
mengakhiri penelitiannya adalah dengan meng-ajukan pertanyaan-pertanyaan lebih laniut.
Pendekatan questioning ini juga berlaku dalam pendekatan advokasi dan partisipatoris.
Selain itu, jika peneliti kualitatif menggunakan perspektif teoretis, mereka dapat membentuk
interpretasi-interpretasi yang diorientasikan pada agenda aksi menuju reformasi dan
perubahan. Jadi, interpretasi atau pemaknaan data dalam. penelitian kualitatif dapat berupa
banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis rancangan yang berbeda, dan dapat bersifat
pribadi, berbasis penelitian, dan tindakan.
RELIABIUTAS, VALIDItAS, DAN GENERALISABILITAS
238
Meski validasi atas hasil penelitian bisa berlangsung selama proses penelitian (seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 9.1), peneliti tetap harus memiokuskan pembahasannya
mengenai validasi ini dengan cara menulis prosedur-prosedur validasi pada bagian khusus
dalam proposal. Peneliti perlu menyampaikan langkah-iangkah yang ia ambil untuk
memeriksa akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas
dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian
stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan generalisabilitas (yang berarti validitas
eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang
baru) dalam penelitian kuantitatif) (mengenai generalisabilitas dan reliabilitas kuantitatif ini
sudah di-jelaskan dalam Bab 8). Sebaliknya, validitas kualitatif merupakan upaya
pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan me-nerapkan prosedur-prosedur
tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan
peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang
berbeda (Gibbs, 2007).
Bagaimana para peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka konsisten dan
reliabel? Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan
prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin langkahlangkah dalam prosedur tersebut. Dia juga merekomendasi-kan agar para peneliti kualitatif
merancang secara cermat protokol dan database studi kasusnya. Gibbs (2007) memerinci
sejumlah prosedur reliabilitas sebagai berikut:
Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama
proses transkripsi.
Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama
proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kodekode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan defirusi-definisinya (lihat
pembahasan mengenai codebook kualitatif).
Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner satu tim
dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.
Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain dengan
kode-kode yang teiah Anda buat sendiri.
239
Para peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya akan
benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa prosedur
penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang dapat
mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan intercoder
agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua atau lebih coder
(pemeriksa kode, penj.) telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk
"pernyataan yang sama" (Catatan: ini bukan soal apakah mereka menfr-coding pernyataan
yang sama, tetapi apakah mereka akan meng-codmg pernyataan tersebut dengan kode yang
sama/mirip satu sama lain). Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur
statistik atau subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program
software kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80% agreement
untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif selain
reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari
sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell & Miller, 2000).
Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang membahasakan validitas ini,
seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility (Greswell & Miller, 2000), bahkan ini
menjadi salah satu topik penelitian yang paling banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal penelitian
adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada untuk memeriksa
akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi validitas ke dalam
proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakan-nya beragam strategi validitas
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai keakuratan hasil
penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Berikut ini adalah dela-pan
strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling sering dan mudah digunakan hingga
yang jarang dan sulit diterapkan:
Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa buktibukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun
justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasar-kan sejumlah
sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.
240
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsideskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka
merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa
peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada partisipan untuk
mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari
hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory,
deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk
melakukan wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting penelitian dan
membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman partisipan. Ketika para
peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail mengenai setting misalnya, atau
menyajikan banyak perspektif mengenai tema, hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya.
Prosedur ini tentu saja akan menambah validitas hasil penelitian.
yang
berbeda
sangat
mungkin
menambah
kredibilitas
hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu tema.
Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis problem
tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan informasi yang
berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan menyajikan bukti yang
kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) dilapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam fenomena
241
yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang
yang turut membangun kredibilitas hasil naratif peneiitian. Semakin banyak pengalaman
yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam setting yang sebenarnya, semakin akurat
atau valid hasil penelitiannya.
Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereviexv ke- seluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti atau
proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat memberikan
penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. Peran auditor ini
sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan karakteristik pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln & Guba, 1985). Hal-hal yang
akan di-periksa oleh investigator independen seperti ini biasanya me-nyangkut banyak
aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan transkrip, hubungan antara rumusan masalah
dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja,
strategi ini dapat menambah validitas penelitian kuaiitatif.
Generalisasi kuaiitatif merupakan suatu istilah yang jarang digunakan dalam penelitian
kuaiitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan untuk penelitian kuantitatif.
Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kuaiitatif ini sendiri bukan untuk menggeneralisasi hasil penemuan pada individu-individu, lokasi-lokasi, atau tempat-tempat di iuar objek
penelitian, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam penelitian kuantitatif (lihat Gibbs,
2007, terkait catat-an marning-nya tentang generalisasi dalam penelitian kuaiitatif). Pada
dasarnya, nilai dari penelitian kuaiitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema tertentu yang
berkembang/dikembangkan daiam konteks lokasi tertentu pula.
MenekankanparHkularitaskeiimbang generalisabilitas (Greene & Caracelli, 1997)
merupakan karakteristik penelitian kuaiitatif. Akan tetapi, ada sejumlah literatur kuaiitatif
yang membahas mengenai generalisabilitas ini, khususnya yang berlaku untuk penelitian
studi kasus. Yin (2003), misalnya, merasa bahwa hasil studi kasus kuaiitatif dapat
digeneralisasi pada sejumlah teori yang lebih luas. Generalisasi ini muncul ketika para
242
MENULIS KUALITATIF
Bagian prosedvir kualitatif dalam proposal penelitian seharusny a diakhiri dengan
penjelasan mengenai bagaimana peneliti menarasi-kan hasil analisis datanya. Ada banyak
model narasi ini; peneliti bisa menemukannya dalam jurnal-jumal akademik. Yang jelas,
dalam merancarig penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan tentang proses narasi
tersebut.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa prosedur dasar dalam melaporkan hasil
penelitian kualitatif adalah membuat des-kripsi-deskripsi dan tema-tema yang berasal dari
data penelitian (lihat Gambar 9.1), khususnya deskripsi atau tema yang mengandung
beragam perspektif dari partisipan atau gambaran detail tentang setting dan individuindividu. Setiap strategi penelitian kualitatif pada hakikatnya memiliki prosedur narasinya
masing-masing, misal-nya narasi kronologis mengenai kehidupan individu (penelitian naratif), deskripsi detail mengenai pengalaman mereka (fenomenologi), sebuah teori yang
dihasilkan dari data penelitian (grounded theory), potret detail mengenai kelompok culturesharing (etnografi), atau analisis mendalam tentang satu atau beberapa kasus (studi kasus).
Dari narasi-narasi yang berbeda ini pula, peneliti dapat mem-bahas bagian-bagian
proposal lain, seperti hasil penelitian dan inter-pretasi data, utamanya tentang bagaimana
bagian-bagian ini akan, disajikan: apakah dengan pertimbangan objektif, pengalamanpengalaman lapangan (Van Maanen, 1988), ataukah dengan krono-logi, model proses, kisah
yang diperluas, analisis berdasarkan kasus atau lintas kasus, atau dengan potret deskriptif
yang detail (Creswell, 2007).
Pada tingkat tertentu, strategi /menulis dua bagian proposal di atas (hasil penelitian dan
interpretasi data) dapat dilakukan dengan leknik-teknik berikut ini:
Gunakanlah cuplikan-cuplikan dan variasikan panjang pendeknya cuplikan tersebut
dengan tepat dan sesuai keperluan.
Catatlah percakapan-percakapan yang terjadi selama penelitian dan sajikan percakapan243
percakapan ini dalam bahasa yang berbeda untuk merefleksikan sensitivitas kultural.
Sajikan informasi tekstual dalam bentuk tabel (seperti, matriks, tabel-tabel perbandingan
untuk kode-kode yang berbeda).
Gunakan pernyataan dari partisipan untuk membuat kode-kode atau melabeli tema.
Campurkan kutipan-kutipan dengan penafsiran-penafsiran penulis.
Terapkan indent (menambah spasi di depan alinea untuk tulisan- tulisan penting atau
semiblok, penj.) atau format lain untuk menandai cuplikan-cuplikan yang berasal dari
partisipan.
Gunakan kata ganti pertama (saya) atau "kita" dalam bentuk naratif.
Gunakan metafora-metafora dan analogi-analogi (lihat, misalnya, Richardson, 1990, yang
membahas bentuk-bentuk ini).
Terapkan pendekatan naratif yang biasanya digunakan dalam strategi penelitian kualitatif
(seperti deskripsi dalam studi kasus atau etnografi, narasi detail dalam penelitian naratif).
Deskripsikan bagaimana hasii narasi tersebut dikomparasikan dengan teori-teori atau
literatur-literatur yang membahas topic yang sama. Dalam sebagian besar karya tulis
kualitatif, peneliti membahas literatur ini di akhir penelitian (lihat pembahasan
dalam Bab 2).
RINGKASAN
Bab ini mengeksplorasi langkah-iangkah dalam mengembang-kan dan menulis
prosedur-prosedur kualitatif. Selain memperkenal-kan sejumlah variasi dalam penelitian
kualitatif, bab ini juga menge-mukakan panduan umum tentang prosedur-prosedur kualitatif
yang meliputi pembahasan mengenai karakteristik-karakteristik umum penelitian kualitatif,
yang berguna bagi para pembaca yang mungkin kurang familiar dengan pendekatan ini.
Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara Iain: berada dalam setting yang alamiah;
berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengum-pulan data; melibatkan
beberapa metode pengumpulan data; bersif at induktif; didasarkan pada makna partisipan;
sering kali menyertakan perspektif-perspektif teoretis; bersifat interpretif dan holistik.
baru berumur empat tanun. Untuk menyajikan bagian prosedur kualitatif dalam pr,oyek
ini, saya sudah merujuk pada beberapa bagian yang dianggap paling penOng. Selain itu,
saya juga tetap mempertahankan istilah informan yang digunakan Miller meskipun saat ini
ibtilah yang lebih tepat digunakan adalah partisipan.
Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma penelitian kualitatif pada hakikatnya berasal dari antropologi kultural dan
sosiologi Amerika (Kirk & Miller, 1936). - Hanya baru-baru ini saja paradigma tersebut
diadopsi oieh para peneliti per.didikan (Borg &Gall, 19R9). Tujuan peneiitian kualitatif /
adalah memahami situasi, peristiwa, kelompok. atau interaksi j sosial tertentu (Locke,
Spirduso, & Silverman, 1987). Penelitian > ini dapat diartikan sebagai proses investigatif
yang di dalamnya penelitj secara perlahan-lahan memaknai suatu fenamena sosial dengan
membedakan, membandingkan, menggandakan, menga-talogkan, dan mengklasifiKasikan
objek penelitian (Miles & Huberman, 1984). Marshall dan Rossman (1989) menyatakan
bahwa penelitian ini melibatkan peneliti untuk menyelami setting peneliti. Peneliti
memasuki dunia informan melalui interaksi berkeianjutan, mencaii makna-makna dan
perspektif-perspektif informan. {Di $ini, peneliti menjelaskan asumsi-asumsi kualitatif).
Para sarjana menyatakan bahwa penelitian kualitatif dapat dibedakan dengan metodologi
kuantitatif berdasarkan karakteristik-karakteristiknya yang inheren. Berikut ini adalah
sintesis dari asumsi-asumsi umum tentang karaktenstik-karakteristik penelitian kualitatif
yang pemah diajukan oleh sejumlah peneliti:
1.
Penelitian kualitatif muncul dalam setting yang alamiah di mana di dalamnya ada
banyak penlaku dan peristiwa ' kemahusiaan yang terjadi.
2.
3.
4.
Data
ketimbang
angka-angka
(Freenkel
&
245
Wallen,
1990;
Locke
5.
Penelitian kualitatif menekankan pada persepsi-persepsi dan pengalamanpengalaman partisipan, dan cara-cara mereka memaknai hidup (Freenkel & Wallen,
1990; Locke et.al.1987; Merriam 1988)
6.
Penelitian kualitatif berfokus pada proses-proses yang terjadi, atau hasil dan
outcome. Penelitian kualitatif khususnya tertarik pada usaha memahami bagaimana
sesuatu itu muncul (Freenkel & Wallen, 1990; Merriam 1988)
7.
8.
9.
10.
Objektivitas dan kebenaran menjadi dua hal yang sangat penting dalam tradisitradisi penelitian. Akan tetapi, kriteria untuk mempertimbangkan penelitian
kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pertama dan yang utama, peneliti
kualitatif lebih berusaha untuk mencari ketepercaya-an {believability) yang
didasarkan pada koherensi, kegunaan instrumental dan pengetahuan, (Eisner, 1991)
serta ber-dasarkan pada sesuatu yang dapat dipercaya {trustworthiness) (Lincoln &
Guba, 1985) melalui proses verifikasi dari-pada melalui pengukuran validitas dan
reliabilitas pada umumnya. {Disini, peneliti menjelaskan karakteristik-karak-teristik
penelitian kualitatif).
Peran Peneliti
Karena peran peneliti dianggap sebagai instrument primer dalam pengumpulan data
kualitatif, maka di bagian awal penelitian diperlukan adanya identifikasi terhadap nilai-nilai,
asumsi-asumsi, dan bias-bias personal (peneliti). Kontribusi peneliti terhadap setting
penelitian sangat penting da positif, buka malah merugikan (locke et al., 1987). Persepsi saya
terhadap jabatan rector perguruan tinggi dari universitas terbentuk dari pengalaman pribadi
saya. Dari agustus 1980 hingga Mei 1990, saya bertugas sebagai staf administrasi di sejumlah
perguruan tinggi swasta yang terdiri dari 600 hingga 5000 mahasiswa. Yang lebih terkini
(1987-1990), saya menjabat sebagai Dekan Student Life di salah satu universitas di Midwest.
Sebagai anggota dewan rektorat, saya sudah sering terlibat dalam semua aktivitas dan
keputusan dewan administratif tingkat tinggi. Saya juga sering bekerja sama dengan pihak
fakultas, anggota dewan, rektor, dan dewan perwakilan mahasiswa. Selain memberikan
laporan kepada rektor, saya juga telah bekerja sama dengannya pada awal tahun masa
kepemimpinannya di universitas. Saya yakin pemahaman saya tentang konteks dan peran ini
dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan sensitivitas saya terhadap tantangantantangan, keputusan keputusan, dan isu-isu yang sering dihadapi oleh rektor universitas di
tahun pertama, dan karena itulah saya berniat untuk menjadikan rektor sebagai informan
dalam penelitian ini. Sayajuga sudah cukup memahami tentang struktur perguruan tinggi dan
peran rektor di dalamnya. Focus penelitian ini adalah pada peran seorang rektor baru dalam
menginisiasi
perubahan,
pembangunan
relasi,
dan
pembuatan
keputusan,
serta
dan
memahami
data
yang
dikumpulkan,
serta
bagaimana
saya
Batasan Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas negeri di Midwest. Universitas ini
terletak di lingkungan masyarakat pedesaan Midwestern. Ketika kuliah aktir, mahasiswa
universitas ini yang berjumlah 1.700 orang nyaris mengisi tiga kali lipat populasi
masyarakat di sana yang hanya berkisar 1.000 orang. Institusi ini memiliki jenjang S1,
S2, dan S3 dengan 51 mata kuliah.
Informan
Informan dalam penelitian inin adalah rektor baru disalah satu universtitas negeri
Midwest. Informan utama dalam penelitian ini adalah rektor tersebut. Akan tetapi saya
mengobservasi peran rektor ini hanya dalam konteks pertemuan-pertemuan dewan
administrative. Dalam dewan ini, rektor memliki tiga pembantu Rektor (Bidang
Akademik, Bidang Administrasi, dan Bidang Kemahasiswaan) dan dua Dekan (Sarjana
dan Diploma).
Peristiwa
Didasarkan pada metodologi etnografis, focus penelitian ini adalah pengalaman dan
peristiwa sehari-hari seorang rektor yang baru, serta persepsi-persepsinya dan makna-makna
dalam pengalaman tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan. Penelitian ini
248
Proses
Penelitian ini difokuskan pada peran seorang rektor baru dalam menginisiasi
perubahan, membangun relasi, membuat keputusan, serta mempersiapkan kepemimpinan dan
visi universitas. (Disini, peneliti menjelaskan batasan-batasan pengumpulan data).
Perimbangan-pertimbangan Etis
Dalam merancang penelitian, para peneliti kualitatif pada umumnya selalu membahas
pentingnya pertimbangan-pertimbangan etis (Locke et al., 1982; Marshall & Rossman, 1989;
Merriam, 1988; Spradley, 1980). Pertama dan yang utama, peneliti harus memiliki kewajiban
untuk menghormati hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan keinginan-keinginan
(para) informan. Dalam konteks pertimbangan etis ini, penelitian etnografis lah yang paling
menonjol. Observasi dalam penelitian etnografis mengharuskan peneliti untuk menggali
kehidupan informan (Spradley, 1980) dan terus menyikap informasi-informasi yang dianggap
sensitif. Uniknya, dalam penelitian ini, jabatan dan institusi informan yang benar-benar
tampak justru menjadi salah satu perhatian.
Untuk itulah diperlukan pula proteksi terhadap hak-hak informan: (1) sasaran
penelitian harus disampaikan secara verbal da tulisan sehingga sasaran-sasaran tersebut bisa
dipahami dengan jelas oleh informan (termasuk deskripsi mengenai bagaimana data yang
nanti terkumpul dan dimanfaatkan selanjutnya dan untuk keperluan apa); (2) izin tertulis
untuk melakukan penelitian tersebut harus diperoleh dari informan; (3) formulir dispensasi
penelitian harus disahkan oleh Dewan Peninjau Institusional/ Institutional Review Board/IRB
(Lampiran B1 dan B2); (4) informan harus diberi tahu mengenai semua perangkat dan
aktivitas pengumpulan data (5) transkripsi harfiah (kata demi kata) da interpretasi serta
laporan tertulis harus dibuat dan diberikan pada informan; (6) hak-hak, keinginan-keinginan,
dan harapan-harapan informan harus dpertimbangkan terlebih dahulu ketika akan dibuat
pilihan-pilihan tentang pelaporan data penelitian; dan (7) keputusan akhir yang terkait dalam
anonimitas informan selebihnya diserahkan pada informan sendiri. (Disini, peneliti
membahas masalah-masalah etis dan review IRB)
mendeskripsikan pola-pola dan tema-tema dari sudut pandang partisipan, kemudian berusaha
memahami dan menjelaskan pola-pola dan tema-tema tersebut (Agar, 1980). Selama analis
ini, data disusun secara kategoris dan kronologis, diperiksa kembali berulang-ulang, dan dicoding secara terus menerus. Gagasan- gagasan utama dicatat rentetan kemunculannya
(seperti yang disarankan oleh Merriam, 1988). Diary terekam (taped diary) milik partisipan
dan hasil wawancara terekam (taped interview) di transrip dalam kata demi kata. Catatancatatan rekaman dan entri-entri di dalamnya direview secara terus menerus. (Disini, peneliti
mendeskripsikan langkah-langkah dalam analisis data).
250
Selain itu, proses analisis data ini dibantu dengan penggunaan program computer
analisis data kualitatif yang dikenal dengan HyperQual. Raymond Padilla (Arizona State
University) merancang HyperQual ini pada 1987 yang diterapkan pertama kali dalam
komputer Macintosh. HyperQual memanfaatkan software HyperCard dengan memfasilitasi
perekaman/ pencatatan dan analisis data teks dan grafis. Stack-stack khusus dirancang untuk
mengoperasikan dan mengolah data. Denga HyperQual, peneliti dapat langsung
memasukkan data lapangan, termasuk data wawncara, observasi, catatan pribadi, dan
ilustrasi-ilustrasi(dan) menge-tag (atau meng-coding) semua atau sebagian sumber data
sehingga sekumpulan data dapat disaring dan dirakit kembali dalam konfigurasi yang baru
dan lebih baik (Padilla, 1989: 67-70). Sekumpulan data yang penting dapat diidentifikasi,
diperoleh kembali, dipilah-pilah, dikelompokkan , dan dikelompokkan kembali untuk
dianalisis. Kategori-kategori atau kode-kode dapat dimasukkan terlebih dahulu atau di lain
waktu. Kode-kode ini juga dapat ditambah, diubah, atau dihapus dengan menggunakan editor
HyperQual, data-data teks dapat dicari kategori-kategori, tema-tema, kata-kata, atau frasafrasa kuncinya. (Disini, peneliti menjelaskan penggunaan software computer untuk analisis
data).
Verifikasi
Untuk memastikan validitas internal, berikut ini strategi-strategi yang akan
diterapkan:
1. Triangulasi data; data dikumpulkan melalui beragam sumber agar hasil wawancara,
observasi, dan dokumen dapat dianalisis seutuhnya.
2. Member Checking; informan akan mengecek seluruh proses analisis data. Tanya
jawab bersama informan terkait dengan hasil interpretasi peneliti tentang realitas dan
makna yang disampaikan informan akan memastikan nilai kebenaran sebuah data
3. Waktu yang lama dan observasi berulang di lokasi penelitian; observasi regular dan
berulang atas fenomena dan setting penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu
empat bulan.
4. Pemeriksaan oleh sesame peneliti (peer examination); seorang mahasiswa doktoral
dan graduate asisten di Jurusan Psikologi Pendidikan dipilih sebagai rekan pemeriksa
atas peneitian ini.
5. Pola partisipatoris; informan dilibatkan dalam sebagian besar tahap penelitian ini,
mulai dari perancangan proyek hingga pemeriksaan interpretasi dan kesimpulan.
251
6. Klarifikasi bias penelitian; di awal penelitian ini; bias peneliti telah dijelaskan dalam
subjudul Peran Peneliti.
Sementara itu, untuk memastikan validitas eksternal dalam proyek ini, strategi utama
yang diterapkan adalah menyediakan deskripsi-deskripsi yang kaya, padat, dan rinci sehingga
setiap orang yang tertarik membaca proyek ini akan memiliki perbandingan kerangka kerja
(Merriam, 1988). Ada tiga teknik untuk memastikan reabilitas penelitian ini. Pertama,
peneliti memberikan penjelasan detail tentang focus penelitian, peran peneliti, kedudukan
informan dan dasar penelitian, serta konteks dari mana data dikumpulkan (LeCompte &
Goetz, 1984). Kedua, diterapkan traingulasi dan beberapa metode lain dalam pengumpulan
dan analisis data. Ketiga, Strategi pengumpulan dan analisis data akan dilaporkan secara
detail untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai metode-metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Semua tahap dalam penelitian ini juga akan diperiksa oleh
seorag auditor luar yang sudah berpengalaman dalam metode penelitian kualitatif. (Disini,
Peneliti mengidentifikasi strategi-strategi validitas yang akan digunakan dalam penelitian).
(etnografi). Jika ada satu strategi yang dipilih, berarti strategi ini juga perlu disajikan
sesuai dengan model narasinya masing-masing.
Lebih jauh, proposal penelitian juga perlu membahas peran peneiiti: pengalam anpengalaman sebelumnya, hubungan personal dengan lokasi penelitian, langkah-langkah
memperoleh entri, dan masalah-masalah etis. Dalam bagian proposal pengumpulan data,
peneliti seharusnya menyertakan penjelasan tentang pendekatan
sampling dan
LA
TI
HA
N
M
EN
UL
IS
Latihan Menulis
1.
2.
253
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Catherine Marshall dan Gretchen Rossman memperkenalkan prosedur-prosedur dalam
penelitian kualitatif. Topik-topik yang di-sertakan dalam buku ini sangat komprehensif.
Misalnya, mereka menjelaskan tentang kerangka.-konseptual penelitian; logika dan asumsiasumsi dasar tentang rancangan dan metode penelitian; rnetode-metode pengumpulan data
dan prosedur-prosedur dalammengatur, merekam, dan menganalisis data kualitatif; dan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penelitian, seperti waktu, anggota, dan pendanaan.
Ini adalah buku yang komprehensif dan insightful, cocok dipelajari untuk para peneliti
pemula maupun peneliti yang sudah mahir.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Buku yang terdiri dari delapan volume dan diedit oleh Uwe Fick ini ditulis oleh para
peneliti kualitatif kelas dunia dan dibuat secara kolektif untuk menjelaskan masalah-masalah
inti yang muncul ketika para peneliti melaksanakan penelitian kualitatif. Buku ini menjelaskan bagaimana merencanakan dan merancang penelitian kualitatif, mengumpulkan data,
dan menganalisisnya (misalnya, data visual, analisis wacana). Tidak hanya itu, buku ini juga
membahas isu-isu kualitas dalam penelitian kualitatif. Secara keseluruhan, buku ini bisa
menjadi informasi up-to-date bagi para peneliti masa kini yang ingin mendalami bidang
penelitian kualitatif.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
Terkadang, sejumlah penulis yang membahas penelitian kualitatif terlalu berpijak pada sikap
filosofis terhadap topik yang dibahas, dan pembaca dibiarkan tanpa pemahaman tentang
prosedur-pro-sedur dan praktik-praktik yang sebenarnya dalam merancang dan melaksanakan
penelitian kualitatif. Sebaliknya, ketimbang menekan-kan sikap filosofis, buku saya lebih
menyajikan lima pendekatan praktis dalam penelitian kualitatifpendekatan naratif,
fenomeno-logi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus dan membahas bagaimana
prosedur-prosedur dalam lima jenis penelitian ini ber-beda dan sama antarsatu dengan yang
lain. Di bagian akhir, para pembaca akan lebih mudah memilih dan menentukan mana dari
kelimanya yang tepat diterapkan untuk masalah penelitian mereka dan sesuai dengan gaya
pribadi mereka dalam melakukan penelitian.
254
Bab Sepuluh
PROSEDUR-PROSEDUR METODE
CAMPURAN
Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial humaniora,
penelitian dengan metode campuran yakni, menerapkan kombinasi dua pendekatan
sekaligus (kualitatif dan kuantitatif) menjadi kian populer. Popularitas ini, salah satunya,
disebabkan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian teais berevolusi dar. berkembang,
dan metode campuran adalah salah satu wujud dari perkembangan ini, yang memanfaatkan
kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, masalah-masalah
yang diangkat oleh para pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kom-pleks sehingga
menerapkan hanya satu pendekatan saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan
kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian yang
terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan pendekatan metodologis yang
beragam. Pada akhirnya, ada begitu b3nyak manfaatyang dapat diperoleh dari kombinasi
penelitian kualitatif dan kuantitatif ini daripada sekadar menerapkan salah satu dari keduanya
secara terpisah. Salah satu manfaatnya adalah memberikan pemahaman yang lebih luasterhadap masalah-masalah penelitian.
Bab ini akan mengulas banyak hal yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya,
misalnya pembahasan lebih luas mengenai pandang-an-dunia pragmatis, kombinasi
penerapan metode kualitatif dan kuantitatif, dan penerapan metode-metode jamak (multiple
methods) sebagaimana yang telah dijabarkan pada Bab 1. Bab ini juga akan menjelaskan
lebih lanjut tentang masalah-masalah penelitian yang menuntut keniscayaan untuk
dieksplorasi dan dijelaskan (Bab 5). Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan tujuan
penelitian dan rumusan masalah dari kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (Bab 6 dan
7), dan menjelaskan alasan-alasan digunakannya strategi-strategi jamak (multiple forms)
dalam pengumpulan dan analisis data (Bab 8 dan 9).
Saat ini, penelitian metode campuran telah berkem'oang menjadi seperangkat prosed ur
y a rig dapat diterapkah para peneliti dalam mendesain penelitian metode campuran mereka.
Pada 2003, diterbit-kanlah Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavior Sciences
(Tashakkori & Teddlie, 2003), yang untuk pertama kalinya menyajikan overviezo
komprehensif mengenai strategi penelitian yang satu ini. Baru-baru ini, sejumlah jurnal juga
m ulai fokus pada peneli tian d engan metode campuran, seperti Journal of Mixed Methods
Research; Quality and Quantity dan Field Methods. Bahkan, sejumlah jurnal lain juga telah
berusaha merumuskan penelitian ini dalam konteks disiplin ilmu pengetahuan tertentu,
seperti International Journal of Social Research Methodology; Qualitative Health Research;
Annals of Family Medicine. Selain jurnal, beberapa penelitian sosial humaniora juga bany ak
yang menerapkan penelitian metode campuran ini dalam bidang-bidang yang beragam,
seperti bidang terapi okupasional (Lysack & Kreftdng, 1994), komunikasi interpersonal
(Boneva, Kraut.. & Frohlich, 2001), pencegahan AIDS (Janz et al., 1996), perawatan
demensia (Weitzman & Levkoff, 2000), kesehatan mental (Rogers, Day, Randall, & Bentall,
2003), dan dalam sains sekolah menengah (Houtz, 1995). Buku-buku terbaru yang terbit
setiap tahun pun juga tidak sedikit yang ditulis khusus untuk membahas penelitian metode
campuran (seperti, Bryman, 2008; Creswell & Piano Clark, 2007; Greene, 2007; Piano Clark
& Creswell, 2008; Tashakkori & Teddlie, 1998).
Checklist pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana mendesain penelitian metode
campuran sudah disajikan dalam Tabel 10.1. Dalam bab ini, akan dijelaskan komponenkomponen penting terkait sifat-sifat dan jenis-jenis strategi penelitian metode campuran.
Selain itu, bab ini juga akan membahas perlunya model visual dalam
-------------------------
-------------
---------------------
lebih baik; atau untuk menguji hasil penelitian dari pendekatan yang berbeda). Yang
jelas, campuran dua metode ini bisa saja berada dalam satu penelitian atau berada di
antara sejumlah studi dalam satu program penelitian. Selain itu, kenalilah istilah-istilah
berbeda yang sering digunakan untuk menyebut penelitian ini, seperti integmsi, sintesis,
metode kuantitatif dan kualitatif. multimetode, dan metodologi campuran, meski bukubuku
yang
terbit
baru-baru
ini
lebih
banyak
menggunakan
istilah
metode campuran. Aspek-aspek tersebut antara lain: timing (waktu), iveighting (bobot),
mixing (pencampuran), dan teorizing (teorisasi) seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 10.1
Timing
Konkuren/Tidak
Sekuensial
Tahap Pertama
Kualitatif-Sekuensial
Bobot/Prioritas
Pencampuran
Seimbang
Menggabungkan
{Integrating)
Kualitatif
Menghubungkan
(Connecting)
Teorisasi
Eksplisit
Implisit
Tahap Pertama
Kuantitatif
Menancapkan
Kuantitatif-Se(Embedding)
kuensial
Gambar10.1 Aspek-Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Penelitian
Metode Campuran
Sumber: Diaptasi dari Creswell et al. (2003).
Timing (Waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatifnya: apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau langsung
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren). Ketika data dikumpuikan secara bertahap, peneliti periu menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan terlebih dahulu:
apakah data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini bergantung pada tujuan awai peneliti.
Ketika data kualitatif yang terlebih dahulu dikumpulkan, berarti tujuannya adalah untuk
mengeksplorasi topik penelitian dengan cara mengamati para parti-sipan di lokasi penelitian.
Setelah itu, peneliti memperluas pema-hamannya melalui tahap kedua, kuantitatif, yang di
dalamnya data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (yang biasanya di-anggap
sebagai sampel penelitian). Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data kualitatif
maupun data kuantitatif sama-sama dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu, dan
pelaksanaannya ber-langsung serempak. Dalam beberapa proyek penelitian, terkadang
memang tidak efektif mengumpulkan data secara bertahap dalamjangka waktu yang lama
(misalnya, dalam ilmu kesehatan di mana para dokter tidak punya banyak waktu untuk
mengumpulkan data di lapangan). Dalam hal ini, ketika peneliti berada dalam lokasi
penelitian, mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam satu waktu sering kali lebih
efektif ketimbang mengumpulkannya secara bertahap.
Weighting (Bobot)
259
selanjutnya, yakni pada tahap pengumpulan data kualitatif. Dalam situasiini, baik data
kuantitatif maupun data kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama
tahap-tahap penelitian. Keterhubungan ini tergambar dari penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang terhubung selama analisis data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap
kedua.
Dalam proyek yang lain, peneliti bisa saja mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
secara
konkuren
dan
menggabungkan
(integrating)
database
keduanya
dengan
perubahan dan advokasi). Setiap teori pada umumnya menyediakan perspektif utuh yang bisa
diterapkan dalam semua strategi penelitian metode campuran (akan dibahas sebentar lagi).
Mertens (2003), misalnya. Ia menyajikan pembahasan yang me-narik tentang bagaimana
perspektif transformasi membentuk tahap-tahap penelitian metode campuran.
metode
campuran,
yang
bisa
digunakan
oleh
para
peneliti
untuk
263
Selain notasi di atas, yang juga perlu dimasukkan ke dalam setiap gambar adalah
prosedur-prosedur spesifik dalam pengumpulan analisis, dan interpretasi data untuk
kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif
pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot/prioritas lebih
diberikan pada data kuantitatif. Proses pencampuran (mixing) data dalam strategi ini terjadi
ketika hasil awal kuantitatif menginformasikmi proses pengumpulan data kualitatif. Untuk
itulah, dua jenis data ini terpisah, namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit bisa saja
disajikan, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruban prosedur. Langkah-langkah
dari strategi ini sudah diilustrasikan dalam Gambar 10.2a.
Rancangan eksplanatoris sekuensial biasanya digunakan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data
kualitatif. Rancangan ini secara khusus berguna ketika muncul hasil-hasil yang tidak diharapkan dari penelitian kuantitatif (Morse, 1991). Artinya, pengumpulan data kualitatif
yang dilakukan sesudahnya dapat diterapkan untuk menguji hasil-hasil yang mengejutkan
ini dengan lebih detail. Strategi ini bisa saja memiliki atau tidak memiliki perspektif teoretis
tertentu. Sifat keterusterangan (straightforward) dari rancangan ini merupakan salah satu
kekuatan utamanya. Rancangan ini juga mudah dideskripsikan dan dilaporkan. Kelemahan
utama rancangan ini terletak pada lamanya waktu dalam pengumpulan data karena harus
melewati dua tahap secara terpisah. Selain itu, strategi ini akan lemah ketika dua tahap
pengumpulan data diberikan prioritas yang seimbang.
Strategi Eksploratoris Sekuensial
Strategi ini mirip dengan strategi sebelumnya, hanya tahap pengumpulan dan analisis
datanya saja yang dibalik. Strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengurrpulan
dan analisis data kualitatif pada tahap pertama, yang kemudian diikuti oleh pengtimpuian
dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap
pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama, dan proses pencampuran
(mixing) antarkedua metode ini terjadi ketika peneliti menghnbungkan antara analisis data
kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Strategi eksploratoris sekuensial bisa, atau
tidak bisa, diimplimentasikan berdasarkan perspektif teoretis tertentu (lihat Gambar 102b).
Pada level yang paling dasar, tujuan dari strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil
kuantitatif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Tidak seperti
strategi eksplanatoris sekuensial, yang lebih cocok untuk menjelaskan dan menginterpretasi
hubungan-hubungan, fokus utama dalam strategi eksploratoris sekuensial adalah
mengeksplorasi suatu fenomena. Morgan (1998) menyatakan bahwa strategi ini cocok
265
digunakan untuk menguji elemen-elemen dari suatu teori yang dihasilkan dari tahap
kualitatif. Lebih dari itu, strategi ini juga dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atas
penemuan-penemuan kualitatif pada sampel-sampel yang berbeda. Begitu pula, Morse
(1991) menyatakan bahwa salah satu tujuan dipilihnya strategi ini adalah untuk menentukan
distribusi suatu fenomena dalam populasi yang dipilih. Pada akhirnya, strategi eksploratoris
sekuensial sering kali dipilih sebagai prosedur penelitian ketika peneliti perlu membuat suatu
instrumen disebabkan instrumen yang ada tidak layak atau tidak tersedia. Untuk membuat
instrumen ini, peneliti perlu melewati tiga tahap: pertama-tama, mengumpulkan data
kualitatif dan mengana-lisisnya (Tahap 1), lalu menggunakan analisis tersebut untuk
membuat suatu instrumen (Tahap 2), yang kemudian diatur untuk ke-perluan sampel
populasi (Tahap 3) (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi eksploratoris sekuensial memiliki banyak keunggulan sebagaimana strategi
sebelumnya. Pendekatan dua-tahap irvi (pene-litian kualitatif yang diikuti oleh penelitian
kuantitatif) membuat strategi ini mudah diwujudkan, dideskripsikan, dan dilaporkan. Strategi
ini tepat digunakan oleh peneliti yang ingin mengeksplorasi suatu fenomena, tetapi juga ingin
memperluas penemuan-penemuan kualitatifnya. Selain itu> strategi ini dapat membuat
penelitian kualitatif yang sangat luas menjadi nyaman dibaca oleh pembimbing, panitia, atau
komunitas penelitian yang terbiasa dengan penelitian kuantitatif. Seperti halnya strategi
eksplanatoris sekuensial, strategi eksploratoris sekuensial juga mengharuskan peneliti untuk
melewati. waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan tahap-tahap pengumpulan data,
yang tentu saja lemah untuk beberapa situasi penelitian tertentu. Selain itu, peneliti juga
harus membuat keputusan penting tentang penemuan-penemuan awal kualitatif apa saja yang
akan difokuskan dalam tahap kuantitatif berikutnya (seperti, satu tema, perbandingan
antarkelompok.. tema-tema ganda).
Strategi Transformatif Sekuensial
Strategi ini terdiri dari dua tahap pengumpulan data yang ber-beda, satu tahap mengikuti
tahap yang lain, seperti halnya dua strategi sekuensial sebelumnya (lihat Gambar 10.2c).
Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua-tahap dengan perspektif teoretis
tertentu (seperti, gender, ras, teori ilmu sosial) yang turut membentuk prosedur-prosedur di
dalamnya. Strategi ini terdiri dari tahap pertama (baik itu kuantitatif ataupun kualitatif) yang
diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif maupun kualitatif). Perspektif teoretis
diperkenalkan di bagian pend~huluan. Perspektif ini dapat membentuk rumusan masalah
yang akan dieksplorasi (seperti, ke-tidaksetaraan, diskriminasi, ketidakadilan), menciptakan
266
267
Strategi triangulasi konkuren mungkin menjadi satu-satunya strategi dari enam strategi
rnetode campuran yang paling populer saat ini (lihat gambar 10.3a). Dalam strategi
triangulasi konkuren, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren
(dalam satu waktu), kemudian membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah
ada konvergensi, perbedaan-perbeda-an, atau beberapa kombinasi. Sebagian penulis
menyebut perban-dingan ini dengan istilah konfirmasi, diskonfirtnasi, lintas-validasi, atau
corroboration (Greene, Caracelli, & Graham, 1989; Morgan, 1998; Steckler, McLeroy,
Goodman, Bird, & McCormick, 1992). Strategi ini pada umumnya menerapkan metode
kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan kelemahankelemahan satu metode dengan kekuatan-kekutan metode yang lain (atau sebaliknya,
kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain). Dalam strategi ini,
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan (konkuren) dalam
satu tahap peneliuan. Idealnya, bobot antara dua metode ini setara/seimbang, tetapi dalam
praktiknya; sering kali ada prioritas yang lebih dibebankan pada satu metode ketimbang pada
metode yang lain.
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) terjadi ketika peneliti sampai pada tahap
interpretasi dan pembahasan. Pencampuran tersebut dilakukan dengan meleburkan dua data
penelitian menjadi satu (seperti, mentransformasi satu jenis data menjadi jenis data lain
sehingga keduanya dapat mudali diperbandingkan) atau dengan mengintegrasikan atau
mengomparasikan hasil-hasil dari dua data tersebut secara berdampingan dalam
pembahasan. Integrasi ber-dampingan ini (side-by-side integration) banyak dijumpai dalam
pene-litian-penelitian metode campuran terpublikasi yang bagian pembahasan di dalamnya
selalu menyajikan hasil-hasil statistik (kuantitatif) terlebih dahulu, baru kemudian diikuti
oleh kuota-kuota kualitatif yang mendukung atau menolak hasil-hasil tersebut.
Strategi transformatif konkuren ini memiliki banyak manfaat selain karena sudah
populer di kalangan peneliti, strategi ini juga dapat menghasilkan penemuan yang substantif
dan benar-benar tervalidasi. Saya sering menjumpai bahwa para peneliti yang ingin
melakukan penelitian metode campuran hampir selalu mengguna-kan strategi ini dalam
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, dan membandingkan kedua data tersebut.
Apalagi, pengumpuian data konkuren membutuhkan jangka waktu pengumpuian data yang
relatif sebentar jika dibandingkan dengan pengumpuian data se-kuensial. Hal ini disebabkan
data kuantitatif dan kualitatif dikumpul-kan sekaligus dalam satu waktu di lokasi penelitian.
Meski demikian, strategi ini juga memiliki sejumlah keterbatas-an. Salah satunya
adalah karena strategi ini membutuhkan usaha keras dan keahlian khusus dari peneliti untuk
268
mengkaji fenomena dengan dua metode yang berbeda. Kerumitan strategi ini juga ter-letak
pada keharusan untuk membandingkari hasil-hasil dari dua analisis dengan dua data yang
berbeda. Selain iru, peneliti bisa saja bingung bagaimana mengatasi ketidaksesuaianketidaksesuaian yang sering kali muncul ketika membandingkan hasil-hasil penelitian,
meskipun cara-cara mengatasi masalah ini sudah banyak di-bahas dalam literatur, seperti
mengumpulkan data tambahan untuk memecahkan ketidaksesuaian, memeriksa kembali
database asli, memperoleh gagasan baru dari ketidaksamaan data, atau membuat proyek baru
yang membahas ketidaksesuaian tersebut (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi Embedded Konkuren
Seperti halnya strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren juga dapat dicirikan
sebagai strategi metode campuran yarg menerapkan satu-tahap pengumpuian data kuantitatif
dan kualitatif dalam satu waktu (lihat Gambar 10.3b). Meski demikian, yang membedakan
strategi ini dengan strategi konkuren sebelumnya adalah bahwa strategi embedded konkuren
memiliki metode primer yang memandu proyek dan database sekunder yang memainkan
peran pendukungdalam prosedur-prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang
diprioritaskan (kuantitatif atau kualitatif) di-tancapkan {embedded) atau disarangkan (nested)
ke dalam metode yang lebih doniinan (kualitatif atau kuantitatif). Penancapan ini dapat
berartibahwa metode sekunder menjabarkan rumusan masalah yang berbeda dari metode
primer (seperti, dalam penelitian eksperimen, data kuantitatif menjelaskan outcome yang
diharapkan dari proses treatment, sementara data kualitatif mengeksplorasi proses-proses
yang dialami oleh masing-masing individu dalam kelompok treat-men t) atau mencari
informasi dalam tingkatan analisis yang berbeda (seperti, analogi dalam analisis hierarkis
kualitatif sangat membantu dalam mengkonseptualisasi level-level hierarki ini) (lihat
Tashakkori dan Teddlie, 1998).
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) dua data terjadi ketika peneliti
mengomparasikan satu sumber data dengan sumber data yang lain, biasanya pencampuran
ini banyak muncul dalam bagian pem-bahasan penelitian. Meski demikian, dua data tersebut
bisa saja tidak dikomparasikan, tetapi dideskripsikan secaraberdampingan sebagai dua
gambaran berbeda yang rnerepresentasikan penilaian gabungan terhadap suatu masalah. Hal
ini akan terjadi jika peneliti mengguna-kan strategi ini untuk mengevaluasi dua rumusan
masalah yang berbeda (antara kualitatif dan kuantitatif) atau meneliti level-level yang
berbeda dalam suatu organisasi. Mirip dengan strategi konkuren sebelumnya,. strategi ini
juga menerapkan perspektif teoretis tertentu untuk menjelaskan metode primer.
269
Strategi embedded konkuren dapat digunakan untuk beragam tujuan. Strategi ini kerap
kali digunakan agar peneliti dapat memper-oleh perspektif-perspektif yang lebih luas karena
mereka tidak hanya menggunakan metode yang dominan saja, melainkan juga menggunakan dua metode yang berbeda. Morse (1991) misalnya, menyata-kanbahwa strategi
kualitatif pada umumnya dapat ditancapkan (embedded) ke dalam data kuantitatif untuk
memperkaya deskripsi ten tang para partisipan yang menjadi sampel penelitian. Lebih lanjut,
Morse
mendeskripsikan
bagaimana
data
kualitatif
juga
dapat
digunakan
untuk
270
271
menampilkan strategi-strategi metode campuran yang bisa dipertimbangkan, dan berikut ini
beberapa tips penelitian tentang cara-cara bagaimana memilih strategi metode campuran:
Pertimbangkan batas waktu yang anda miliki dalam mengumpulkan data. Strategistrategi konkuren tidak terlalu time consuming karena data kualitatif dan kuantitatif
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu di lokasi penelitian.
Ingatlah bahwa pengumpulan data analisis kuantitatif dan kualitatif merupakan proses
rigrous yang benar-benar memakan waktu. Ketika waktu menjadi masalah, saya
selalu memberikan pertimbangan kepada para mahasiswa untuk menggunakan strategi
embedded kongkuren. Strategi ini merupakan satu teknik primer (seperti, survey) dan
teknik seunder (seperti, sedikit mewawancarai beberapa partisipan yang sudah
mengisi instrument survey) dalam pengumpulan data. Apalagi, strategi embedded
konkuren memberikan bobot tidak setara pada dua bentuk data yang memiliki besara
dan kerumitan yang berbeda sehingga memungkinkan penelitu untuk membatasi
ruang lingkup penelitiannya dan mengatur waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
Carilah artikel-artikel jurnal metode campuran yang menerapkan strategi yang anda
pilih, lalu tunjukkan artikel tersebut pada pembimbig anda atau pihak fakultas agar
mereka memiliki satu model nyata tentang strategi penelitian yang ingin anda
272
gunakan. Karena kita masih berada dalam tahap mengadopsi penelitian dengan
metode campuran, penelitian-penelitian terpublikasi (seperti, artikel jurnal) dalam
bidang konsentrasi anda akan menbantu strategi metode campuran yang anda pilih
yang telah disetujui oleh pihak fakultas. Hal ini akan membuat mereka dan pembaca
lain merasa yakin bahwa strategi tesebut benar-benar dapat diterapakan untuk meneliti
masalah penelitian yang anda angkat.
Proseder-prosedur pengumpulan data
Meskipun model visual dan pembahasan mengenai strategi penelitian sudah memberikan
deskripsi yang cukup jelas mengenai prosedur-prosedur pengumpulan data yang
digunakan, peneliti tetap harus menjelaskan dalam proposalnya- jenis-jesi data yang
akan dikumpulkan. Penting pula bagi peneliti untuk mengidentifikasi strategi-strategi
sampling dan pendekatan-pendekatan dalam memvalidasi data.
Identifikasi dan tentukanlah jenis data baik kulitatif maupun kuantitatif- yang
akan dikumpulkan selama penelitian. Amati kembali table 1.3 yang menunjukkan
dua jenis data tersebut (kuantitatif dan kualitatif). Data dibedakan dalam konteks
respons terbuka versus respon tertutup. Bebrapa jenis data, seperti wawancara dan
observasi, bisa menjadi data kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada seberapa
terbuka (kualitatif) opsi-opsi respons yang muncul dalam hasil wawancara atau
ceklis obserpasi tersebut. Mesipun mengubah informasi menjadi angka-angka
merupakan pendektan yang sering diterapkan dalam penelitian kuantitatif, hal ini
bukan tidak mungkin juga diterapakan dalam penelitian kulitatif (mengubah
angka-angka menjadi deskripsi-deskripsi yang detail).
Ketahuilah bahwa data kuantitatif sering kali dipilih dengan random sampling
agar masing-masing individu memiliki yang sama untuk diseleksi sebagai sampel,
dan sampel ini dapat digeneraisasi pada populasi yang lebih luas. Meski demkian,
sampling juga ditetapan dalam pengumpulan data penelitian kulitatif untuk
memilih individu-individu yang benar-benar telah mengalami/ merasakan
fenomena utama. Prosedur-prosedur sampling ini perlu dijelaskan dalam proposal,
khususnya di bagian pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Selain itu,
teddlie dan yu (2007) telah mengembangkan tipologi lima sampling metode
campran. Tipologi ini dibuat dengan cara menghubungkan prosedur-prosedur
sampling dengan srategi-strategi metode campuran yang sudah saya bahas
sebelumnya:
273
274
Transformasi data. Dalam strategi-strategi konkuren, peneliti bisa saja menghitung berapa
kali kode-kode dan tema-tema tersebut muncul dalam data teks (atau dengan menhitung
garis-garis dan kalimat-kalimat yang membicarakan kode dan tema itu). Penghitungan
data kualitatif inilah yang memungkinkan peneliti untuk membandingkan hasil-hasil
kuantitatif dengan data kualitatif. Sebaliknya, peneliti juga dapat mengualifikasi (qualify)
data kuantitatif. Misalnya, dalam analisis faktor berdasarkan skala dengan menggunakan
instrumen tertentu, peneliti dapat membuat faktor-faktor atau tema-tema kuantitatif yang
kemudian diperbandingkan dengan tema-tema dan database kualitatif.
Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang sudah
dijelaskan sebelumnya, kombinasikanlah informasi-informasi yang diperoleh dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif ke dalam sebuah matriks/tabel. Poros
horizontal dalam matriks/tabel ini dapat berupa variabel kategorial kuantitatif (seperti,
jenis-jenis provider perawat, dokter, dan asisten medis), sedangkan poros vertikalnya
dapat berupa data kualitatif (seperti, lima tema tentang relasi caring antara provider dan
pasien-pasiennya). Informasi dalam setiap cell (kotak-kotak dalam matriks/tabel) dapat
berupa kuota-kuota dan data kualitatif, hitungan jumlah kode dan kualitatif, atau
kombinasi-kombinasi lain. Dengan cara seperti ini, matriks/tabel tersebut akan
275
siapa
pun
yang
merancang
proposal
dengan
metode
campuran,
pertimbangkanlah jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kuantitatif (lihat Bab
8), jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kualitatif (lihat Bab 9), dan isu-msu
validitas lain yang mungkin berhubungan dengan pendekatan metode campuran. Isu-isu
validitas dalam penelitian metode campuran juga bisa berhubungan dengan jenis-jenis
strategi yang pernah dibahas dalam bab ini. Bahkan, isu-isu tersebut juga bisa berhubungan
dengan pemilihan sampel, besaran sampel, tindak lanjut terhadap hasil-hasil yang
bertentangan, bisa dalam pengumpulan data, prosedur-prosedur yang tidak layak, atau
rumusan masalah-rumusan masalah yang saling berseberangan (lihat Creswell & Piano Clark,
2007, untuk pembahasan lebih detail mengenai hal ini).
Susunan untuk laporan penelitian, sebagaimana untuk analisis data, harus disesuaikan
dengan jenis strategi yang dipilih. Karena penelitian metode campuran mungkin terkesan
asing bagi pembaca maka penulis proposal perlu memberikan beberapa petunjuk tentang
bagaimana menyusun laporan akhir.
Dalam penelitian sekuensial, peneliti metode campuran biasanya menyusun laporannya
mengenai prosedur-prosedur ke dalam bagian pengumpulan data kuantitatif dan analisis
data kuantitatif yang dilanjutkan dengan bagian data kualitatif, pengumpulan data
kualitatif, dan analisis data kualitatif. Setelah itu, dalam bagian kesimpulan dan
interpretasi, peneliti memberikan komentar tentang bagaimana hasil-hasil kualitatif
membantu mengelaborasi atau memperluas hasil-hasil kuantitatif. Sebagai alternatifnya,
laporan mengenai pengumpulan dan analisis data kualitatif dapat disajikan terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh laporan tentang pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Dalam kedua susunan ini, penulis proposal biasanya menyajikan proyeknya menjadi dua
tahap yang berbeda, dengan judul yang juga terpisah untuk keduanya.
Dalam penelitian konkuren, laporan tentang pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dapat disajikan di bagian terpisah, tetapi analisis dan interpretasinya harus
dikombinasikan untuk mencari konvergensi dan kesamaan-kesamaan antara hasil-hasil
yang diperoleh. Biasanya, susunan seperti ini tidak memperjelas perbedaan antara tahap
kuantitatif dan tahap kualitatif.
277
nyajikan kerangka konseptual, lengkap dengan model visualnya, serta rumusan masalah yang
diajukan untuk mengeksplorasi hubungan antar kedua komitmen tersebut. Kerangka
koniseptual inilah yang memberikan petunjuk-petunjuk teoretis tentang semua proses/tahap
penelitian kuantitatif (Morse, 1991).
Dalam penelitian dua-tahap ini, Kushman menerapkan tahap kuantitatif dengan
KUAN kual. Artinya, Kushman menyajikan hasil-hasilnya dalam dua tahap, yakni tahap
pertama-hasil kuantitatif- yang menampilkan dan membahas korelasi, regresi, dan ANOVA.
Kemudian, hasil studi kasus kualitatif disajikan pada tahap kedua dalam bentuk tema-tema
dan subtema-subtema, lengkap dengan kutipan-kutipannya. Pencampuran (mixing) hasil
kuantitatif dan hasil kualitatif dalam penelitian Kushman muncul di pembahasan akhir di
mana di dalamnya Kushman menyoroti hasil-hasil kuantitatif dan kompleksitas-kompleksitas
yang muncul dan hasil-hasil kualitatif. Meski demikian, Kushman tidak menggunakan satu
teori yang spesifik dalam penelitiannya kali ini.
278
Data aktual dikumpulkan dari hasil survei terhadap 182 mahasiswa dan orang tua dari
hasil wawancara dengan 56 mahasiswa dan orang tua. Dan tujuan penelitiannya, kita bisa
melihat bahwa Hossler dan Vesper mengumpulkan dua data ini secara konkuren (dalam satu
waktu). Mereka juga menyajikan pembahasan tentang analisis kuantitatif terhadap data
survei, termasuk pembahasan mengenai pengukuran variabel-variabel dan detail-detail dalam
analisis data regresi logistik. Mereka juga menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam analisis
kuantitatif dan hasil-hasil analisis t-test dan regresi.
Meski demikian, dalam satu halaman khusus, mereka juga menyajikan analisis data
kualitatif dan menjelaskan secara singkat tema-tema yang muncul dalam pembahasannya.
Bobot atau prioritas untuk penelitian metode campurannya Hossler dan Vesper kali ini
cenderung pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dan notasi untuk penelitian ini
berupa KUAN + kual. Pencampuran (mixing) kedua sumber data ini dilakukan dalam bagian
khusus berjudul Tembahasan Hasil Survei dan Wawancara (hlm. 155), lebih tepatnya
dalam tahap interpretasi. Dalam bagian ini, mereka mengomparasikan pentingnya faktorfaktor yang menjelaskan penghematan orang tua untuk hasil-hasil kuantitatif, di satu sisi,
dengan hasil-hasil wawancara kualitatif di sisi ang lain.
279
Mirip dengan Contoh 10.1, tidak ada perspektif teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini meskipun di bagian awal mereka menyajikan literatur-literatur yang membahas
tentang ekonometrik dan pilihan perguruan tinggi, dan di bagian akhir mereka menyajikan
Model Tambahan tentang Penghematan Orang Tua. Artinya, kami melihat teori yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif (sebagaimana penelitian kualitatif),
didasarkan literatur-literatur yang ada (sebagaimana penelitian kuantitatif), dan pada akhirnya
dibangun dan direkonstruksi secara terus-menerus selama proses penelitian.
Peneliti (dalam hal ini, Bbopal) menulis penelitiannya dengan tujuan untuk
menyuarakan pandangan kaum wanita dan memberikan kritik tajam terhadap ketidakadilan
gender. Dalam penelitian di
280
atas, data kuantitatif menampilkan pola-pola partisipasi umum, sementara data kualitatif
menunjukkan narasi personal kaum wanita. Timing dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian mewawancarai beberapa wanita untuk
menindaklanjuti dan memahami partisipasi mereka secara mendalam (strategi sekuensial
eksplanatoris). Komponen kualitatif dan komponen kuantitatif sama-sama diberi bobot yang
seimbang, dengan asumsi bahwa keduanya dapat memberikan kontribusi pada pemahaman
yang lebih detail terhadap masalah penelitian. Pencampuran (mixing) antara dua komponen
ini dilakukan dengan cara menghubungkan hasil-hasil dan survei kuantitatif dan
mengeksplorasi lebih jauh hasil-hasil ini dalam tahap kualitatif. Karena teori feminis dibahas.
281
Sepanjang penelitian ini dengan fokus pada kesetaraan dan penyuaraan hak-hak kaum wanita
maka bisa dipastikan bahwa penelitian ini secara eksplisit telah menggunakan perspektif
feminis sebagai landasan berpikinya.
RINGKASAN
Untuk merancang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, mulailah dengan
menjelaskan sifat penelitian metode campuran. Penjelasan ini bisa meliputi sejarah
berkembangnya penelitian tersebut, definisinya, dan aplikasinya dalam berbagai bidang
penelitian. Setelah itu, terapkan empat kriteria (seperti yang sudah dijelaskan) untuk memilih
strategi metode campuran yang dianggap paling layak. Tunjukkan pula strategi timing dalam
melakukan pengumpulan data (apakah konkuren, dalam satu waktu, atau sekuensial, tahap
demi tahap). Selain itu, nyatakan pula bobot/ prioritas untuk dua pendekatan penelitian
(kuantitatif dan/atau kualitatif), apakah bobotnya setara atau lebih memprioritaskan salah satu
di antara keduanya. Jelaskan pula bagaimana kedua data ini dicampur (mixed), apakah
dengan cara meleburkan (merging) data, menghubungkan (connecting) data dan satu tahap ke
tahap lain, atau menancapkan (embedding) sumber data sekunder ke dalam sumber data
primer. Akhinya, tunjukkan dan jelaskan pula apakah ada perspektif teoretis tertentu yang
akan digunakan untuk memandu penelitian, seperti teori dan ilmu-ilmu sosial atau perspektif
advokasi (misalnya, feminisme, ras, dan sebagainya).
Ada enam strategi pengumpulan data dalam penelitian metode campuran. Peneliti
patut memilih salah satu dari keenam strategi tersebut: apakah secara sekuensial
(eksplanatoris dan eksploratoris), secara konkuren (triangulasi dan embedded), atau dengan
perspektif transformatif (sekuensial atau konkuren). Setiap strategi memiliki kekuatan dan
kelemahannya tersendiri, meskipun diakui bahwa strategi sekuensial memang paling mudah
diterapkan. Strategi yang dipilih juga harus disajikan dalam gambar (model visual). Peneliti
lalu menghubungkan dan menjelaskan gambar ini dengan prosedur-prosedur yang lebih
spesifik untuk membantu pembaca memahami semua proses penelitian. Prosedur-prosedur ini
bisa meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data (kuantitatif dan kualitatif) dan prosedurprosedur analisis data (kuantitatif dan kualitatif).
Analisis data metode campuran bisa dilakukan dengan mentransformasi data,
mengeksplorasi outlier-outlier, menguji level-level ganda, atau membuat matriks/tabel yang
mengombinasikan hasil kuantitatif dan penemuan kualitatif. Prosedur-prosedur validitas juga
harus dideskripsikan secara eksplisit. Meski penelitian metode campuran ini kurang familiar
bagi sebagian pembaca, peneliti sebaiknya tetap menyusun laporan tertulis untuk proposal
penelitiannya. Susunan laporan ini harus disesuaikan dengan jenis strategi yang dipilih282
283
LATIHAN MENULIS
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L.(2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Piano Clark, V.L. & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Creswell dan Piano Clark menulis dua buku yang menjelaskan penelitian metode
campuran, lengkap dengan contoh-contohnya dan artikel-artikel metodologis tentang
penelitian ini. Pada buku pertama, mereka fokus pada empat jenis strategi metode campuran
(sekuensial eksplanatoris, sekuensial eksploratoris, triangulasi, dan rancangan embedded) dan
menyajikan contoh-contoh penelitian yang mencerminkan masing-masing strategi ini.
Strategi-strategi ini kemudian dijabarkan lebih jauh dalam buku kedua, yang di dalamnya
mereka menyertakan contoh-contoh penelitian lain yang benar-benar menerapkan strategistrategi tersebut. Dalam buku kedua ini pula, mereka membahas seputar ide-ide dasar tentang
empat strategi metode campuran tersebut.
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a Conceptual Framework for
Mixed-Method Evaluation Designs. dalam Educational. Evaluation and Policy
Analysis. 11 (3). (hlm. 255-274).
Jennifer Greene dan rekan-rekannya mengevaluasi 57 penelitian metode campuran
yang dipublikasikan mulai tahun 1980 hingga 1988. Dari evaluasi ini, mereka menampilkan
284
lima tujuan dari tujuh karakteristik metode campuran. Mereka menyatakan bahwa penelitian
metode campuran sering kali diterapkan untuk mencari konvergensi (triangulation), meneliti
aspek-aspek yang berbeda dari sebuah fenomena (complementary), menganalisis data secara
sekuensial (development), mendeteksi paradoks dan perspektif-perspektif baru (initiation),
dan memperluas ruang lingkup penelitian (expansion). Mereka juga menemukan bahwa
penelitian-penelitian metode campuran ini pada umumnya berbeda-beda dalam hal asumsiasumsi, kekuatan-kekuatan, dan kelemahan-kelemahan metodologisnya. Begitu pula,
perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat dari apakah penelitian-penelitian ini menjabarkan
fenomena yang berbeda atau fenomena yang sama; apakah diimplementasikan dalam paradigma yang sama atau berbeda; apakah diberikan bobot/prioritas yang sama atau berbeda;
atau apakah diimplementasikan secara independen, konkuren, atau sekuensial. Dengan
tujuan-tujuan dan karakteristik-karakteristik tersebut, mereka kemudian merekomendasikan
sejumlah strategi metode penelitian yang layak digunakan.
Morse, J.M. (1991). Approaches to Qualitative-Quantitative Methodological Triangulation
dalam Nursing Research. 40(1). (him. 120-123).
Janica Morse menyatakan bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan
untuk
membahas
suatu
masalah
penelitian
menuntut
adanya
upaya
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Ed). (2003). Handbook of Mixed Methods in the Social &
Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Handbook yang dieditori oleh Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie ini menyajikan
tulisan dari para penulis kontemporer yang memang berkonsentrasi dalam penelitian metode
campuran. Dengan 27bab di dalamnya, handbook ini memperkenalkan kepada pembaca
metode campuran, mengilustrasikan isu-isu metodologis dan analisis dalam penerapan
metode campuran, mengidentifikasi aplikasi-aplikasinya dalam ilmu sosial humaniora, dan
menggagas pandanganpandangan masa depan terkait dengan metode campuran ini. Misalnya,
285
ada bab-bab khusus yang mengilustrasikan penerapan metode penelitian dalam evaluasi,
manajemen dan organisasi, ilmu kesehatan, keperawatan, psikologi, sosiologi, dan
pendidikan.
286
Glosarium
Abstrak dalam review penelitian adalah review singkat mengenai penelitian
(biasanya berupa paragraf singkat) yang menyimpulkan beberapa bagian utama dalam sebuah
penelitian agar pembaca bisa memahami hal-hal dasar yang ada dalam sebuah penelitian.
Pandangan advokatif/partisipatoris adalah landasan filosofis dalam penelitian
dimana dalam proses penyelidikan, penelitian dihubungkan dengan politik dari sebuah
agenda politik. Karena itu, penelitian semacam ini memuat sebuah rencana tindakan untuk
melakukan perubahan yang dimungkinkan bisa terjadi dalam kehidupan partisipan, institusi
yang didiami partisipan, atau dalam kehidupan peneliti sendiri. Selain itu, pandangan ini juga
mengangkat isu-isu spesifik dalam kehidupan sosial yang tengah terjadi di masyarakat, Semisal pemberdayaan, ketidaksetaraan, penindasan, dominasi, tekanan, dan pengasingan.
Perhatian atau minat dalam penulisan adalah beberapa kalimat yang bertujuan
untuk memberi batasan pembahasan pada pembaca (agar pembaca bisa tetap fokus),
mengorganisir gagasan, dan menarik perhatian individu secara kontinu.
Gagasan dasar dalam penulisan adalah kalimat-kalimat yang mengandung beberapa
gagasan atau gambar khusus yang termasuk dalam gagasan utama. Gagasan atau gambar
khusus ini berfungsi untuk menguatkan, memperjelas, atau memaparkan gagasan-gagasan
yang termuat dalamgagasan utama.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus tersebut
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-masi yang
detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama periode waktu
tertentu.
Pertanyaan inti (Rumusan masalah) dalam penelitian kualitatif adalah pertanyaan besar
yang dimiliki peneliti dan mengharuskan adanya sebuah penjelasan berupa fenomena sentral
atau konsep sebuah penelitian.
Kode etik adalah aturan-aturan dan prinsip etis yang ditetapkan oleh sekelompok profesional
yang khusus mengatur penelitian-penelitian ilmiah.
Materi kode (coding) adalah proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar dalam tiap-tiap bagian.
287
Koherensi dalam penulisan berarti adanya kesatuan gagasan dan adanya ketersambungan
logis antar beberapa kalimat dan beberapa paragraf.
Database literarur dalam komputer dewasa ini sudah bisa diakses di perpustakaan.
Database ini memberikan akses cepat pada ribuan jurnal, arsip konferensi, dan materi-materi
lain.
Strategi embedded konkuren dalam metode penelitian campuran bisa diketahuai dari
kegunaannya pada satu fase pengumpulan data, yakni selama pengumpulan data kualitatif
dan kuantitatif dilakukan secara berkesinambungan. Tidak seperti model triangulasi tradisional,pendekatan embedded konkuren memiliki metode utama yang membimbing laju
penelitian dan memiliki metode kedua yang ber-peran suportif dalam prosedur tersebut.
Prosedur metode campuran konkuren adalah prosedur di mana peneliti mengumpulkan
atau mengombinasikan data kualitatif dan kuantitatif untuk memberikan sebuah analisis
komprehensif ter-hadap masalah penelitian.
Pendekatan transformatif konkuren dalam metode campuran di-arahkan oleh sebuah
perspektif teoretis khusus yang digunakan pe-neliti serta pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif yang konku-ren.
Strategi triangulasi konkuren dalam metode campuran adalah se-buah pendekatan di mana
peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren kemudian
membandingkan dua data-base tersebut untuk menentukan adakah kesamaan, perbedaan, atau
kemungkinan melakukan kombinasi antar dua data tersebut.
Interval kepercayaan adalah sebuah prkiraan dalam penelitian kuantitatif yang berupa nilai
statistik tertinggi dan terendah yang konsisten pada data yang diteliti serta memuat mean
populasi yang sesungguhnya.
Ketersambngan dalam penelitian metode campuran berarti adanya keterhubungan antara
penelitian kualitatif maupun penelitian kuan-titatif dengan analisis data pada fase pertama
penelitian serta dengan pengumpulan data fase kedua.
Validitas gagasan terjadi ketiga seorang invertostor menggunakan definisi dan ukuran
variabel yang cukup.
Kekurangan dalam penelitian terdahulu mungkin terjadi sebab topik penelitian yang sama
tidak ditujukan pada kelompok, sampel, atau populasi yang khusus. Penelitian terdahulu
mungkin sudah harus dikaji uang untuk melihat adakah temuan penelitian yang sama, untuk
288
diberi sampel baru berupa individu baru atau situs-situs penelitian, atau untuk mengetahui
adanya data dari sebuah kelompok yang belum terangkat dalam penelitian terdahulu tersebut.
Penegasan judul adalah bagian yang berada dalam proposal penelitian dan menjelaskan
istilah-istilah yang mungkin tidak dipahami pembaca.
Analisis deskriptif terhadap data untuk variabel-variabel sebuah penelitian mencakup
penggambaran hasil penelitian yang berupa mean, penyimpangan standar, dan jarak antara
angka terendah dan angka tertinggi.
Hipotesis direktif, yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah ketika seorang
peneliti membuat prediksi tentang arah atau hasil penelitian yang diharapkan.
Ukuran efek mengkaji kekuatan sebuah kesimpulan dari segi per-bedaan kelompok atau
hbungan antara beberapa variabel dalam penelitian kuantitatif.
Embedding adalah bentuk pencampuran dalam metode penelitian campuran,di mana bentuk
data kedua dihubungkan dengan peneliti-an berskala lebih luas yang menjadi database utama.
Database kedua berfungsi untuk mendukung database utama.
Etnografi adalah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari sebuah kelompok kultural
secara utuh dalam setting yang natural selama periode waktu tertentu dengan mengumpulkan
data pene-litian dan wawancara.
Desain eksperimental dalam penelitian kuantitatif menguji dampak treatment (arah sebuah
intervensi) terhadap hasil penelitian serta mengkaji semua faktor lain yang dimiliki
kemungkinan untuk memengaruhi hasil sebuah penelitian.
Penelitian eksperimental berupaya menentukan apakah sebuah treatmen khusus bisa
memengaruhi hasi sebuah penelitian. Dampak atau pengaruh tersebut bisa diketahuai dengan
memberikan sebuah treatment khusus pada sebuah kelompok dan membatasi treatment pada
kelompok lain. Kemudian, peneliti menentukan bagaimana perbedaan dua kelompok tersebut
memengaruhi hasil sebuah penelitian.
Ancaman validitas eksternal munculsaat seorang yang melakukan eksperimen membuat
kesimpulan yang salah dari sampel data dengan mengkaji orang lain, setting lain, atau situasi
yang telah lalu dan situasi yang akan datang. (tidak tepat sasaran)
Kegemukan dalam penulisan berartiadanya kata yang ditambahkan dan sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam sebuah kalimat untuk me-nyampaikan sebuah gagasan.
289
Gatakeeperadalah beberapa staf yang terlibat dalam situs penelitian yang memberikan akses
pada situs yang bersangkutan dan meng-izinkan terlaksananya sebuah penelitian kualitatif.
Teori grounded adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti menyampaikan teori yang
umum dan abstrak mengenai proses, tindakan, atau interaksi yang grounded dalam
pandangan partisipan sebuah penelitian.
Penulisan yang biasa adalah penulisan proposal dengan cara yang umum dan terus-menerus,
bukan penulisan dalam jangka waktu yang tidak teratur dan mandeg beberapa saat.
Hipotesis menghubungkan beberapa variabel atau membandingkan kelompok-kelompok
dalam variabel sehingga kesimpulan sampel bisa ditarik menjadi kesimpulan populasi.
Formulir izin ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat dalam sebuah
penelitian. Formulir ini menegaskan bahwa hak partisipan akan dilingdungi selama proses
pengumpulan data.
Memadukan dua database dalam metode penelitian campuran ber-arti bahwa database
kualitatif dan kuantitatif benar-benar digabung-kan dengan sebuah pendekatan perbandingan
atau untuk keperluan melakukan transformasi data.
Persetujuan intercoder (atau pengujian ulang) adalah ketika dua atau beberapa coder
menyetujui penggunaan beberapa kode untuk bagian yang sama dalam sebuah teks. (Hal
tersebut tidak berarti mereka memberi kode pada teks yang sama, namun berarti bahwa coder
lain akan memberi kode yang persis sam dengan kode yang digunakan seorang coder pada
bagian yang sama).Prosedur statistik atau subprogram yang telah terakui dalam paket
software kualitatif bisa digunakan untuk menentukan level konsistensi dalam memberi kode.
Ancaman validitas internal adalah prosedur eksperimental, treat-ment, atau pengalaman
partisipan yang bisa menghambat peneliti untuk membuat kesimpulan yang tepat dari data
mengenai populasi yang dilibatkan dalam eksperimen.
Interpretasi hasil dalam penelitian kuantitatif berarti bahwa peneliti menarik kesimpulan
dari pertanyaan dalam penelitian, hipotesis, dan makna yang lebih luas dalam hasil penelitian.
Interpretasi dalam penelitian kualitatif berarti bahwa peneliti dapat menarik makna dari
hasil analisis data. Makna ini bisa berupa pelajaran atau informasi untuk melakukan
perbandingan dengan penelitian lain dan pengalaman pribadi.
Protokol wawancara adalah sebuah formulir yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk
merekam dan menulis informasi yang di-dapatkan selama proses wawancara.
290
Peta penelitian adalah sebuah gambaran visual (atau gambar) me-ngenai penelitian sebuah
topik yang menggambarkan bagaimana sebuah penelitian khusus bisa memberikan kontribusi
terhadap se-buah topik tertentu.
Memasangkan partisipan dalam penelitian eksperimental adalah prosedur
yang
memasangkan beberapa partisipan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu dan secara
acak ditugaskan untuk terlibat dalam kelompok eksperimental dan kelompok yang melakukan
kontrol.
Notasi metode campuran memberikan label dan simbol kecil yang memainkan peran
penting dalam metode penelitian campuran. Notasi ini memaparkan cara bagaiman peneliti
dengan metode campuran bisa dengan mudah berkomunikasi dengan prosedur yang harus
dipenuhinya.
Statemen purpose metode campuran memuat keseluruhan maksud penelitian, informasi
mengenai STRAND kualitatif dan kuantitatif penelitian, serta alasan logis dalam memadukan
kedua STRAND tersebut untuk menelti masalah yang diangkat.
Metode penelitian campuran adalah sebuahpendekatan untuk me-nyelidiki suatu objek
dengan mengombinasikan atau menghubung-kan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk
penelitian kuantitatif. Metode ini juga dilibatkan asumsi filosofis, kegunaan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif, dan campuran antara dua pendekatan dalam sebuah penelitian.
Rumusanmasalahdalammetodepenelitian campuran adalah per-tanyaan khusus yang
diangkat dalam penelitian metode campuran dan secara langsung membidik percampuran
antara STRANDS pe-nelitian kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan inilah yang akan di-jawab
pada penelitian yang menggunakan metode campuran.
Pencampuran bisa diartikan adanya kombinasi antara data kualitatif dan kuantitatif,satu
data terakhir dalam sebuah rangkai-an,pemisahan dua data,satu data lain berakhir dalam
sebuah rangkaian, atau pencampuran sedemikian rupa dalam sebuah rangkaian.
Sisipan narasi adalah sebuah istilah yang berasal dari susunan bahasa inggris. Sisipan ini
berarti kata bermakna yang digunakan sebagai kalimat pembuka sebuah pendahuluan yang
berfungsi untuk menggambarkan,melibatkan,atau mengajak pembaca untuk terlibat dalam
penelitian.
Penelitian naratif adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari kehidupan
individu dengan meminta satu atau bebe-rapa individu untuk menuturkan cerita
291
kehidupannya. Informasi ini sering kali dituturkan kembali oleh peneliti dengan
menggunakan narasi kronologis.
Hipotesis tak berarah dalam strategi penelitian kuantitatif adalah sebuah penelitian di mana
seorang peneliti membuat prediksi, namum bentuk perbedaan yang pasti (semisal lebih
tinggi, lebih rendah, lebih, atau kurang) tidak diperkirakan secara jelas, sebab peneliti tidak
mengetahui apa yang bisa diperkirakan dari penelitian terdahulu.
Hipotesis nol penelitian kuantitatif yang mencerminkan pen-dekatan tradisional dalam
membuat hipotesis. Hipotesis tradisional tersebut adalah bahwa, dalam populasi umum, tidak
ada hubungan atau tidak ada perbedaan signifikan antara dua kelompok dalam sebuah
variabel.
Protokol observasional adalah sebuah formulir yang digunakan oleh seorang peneliti
kualitatif untuk merakam dan menulis informasi saat tengah melakukan observasi.
Penelitian fenomenologis adalah strategikualitatif di mana peneliti mengidentifikasikan
esensi pengalaman manusia tentang fenomena yang diungkapkan seorang partisipan dalam
sebuah penelitian.
Postpositivistik mencerminkan sebuah filosofi deterministik mengenai penelitian yang bisa
menentukan efek atau hasil tertentu. Sebab itu, masalah yang diteliti dengan menggunakan
landasan ini mencerminkan isu yang tidak harus diidentifikasi dan diketahui penyebab yang
memuat hal tersebut bisa memengaruhi hasil penelitian, semisal dalam sebuah eksperimen.
Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi, dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi-yang berfungsi
dengan baik-serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada beberapa
metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua pendekatan
yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.
Statemen purpose dalam sebuah proposal penelitian memaparkan sasaran, tujuan, dan
gagasan beasr sebuah penelitian.
Adanya partisipan atau situs yang sengaja dipilih (atau dengan dokumen serta materi
visual) menandakan bahwa peneliti kualitatif memilih beberapa individu yang akan banyak
membantu dalam memahami masalah penelitian dan memecahkan pertanyaan yang
mendasari penelitian.
292
Materi audio dan visual kualitatif bisa berbentuk foto,karya seni, videotapes, atau bentukbentuk suara lain.
Kode buku kualitatifadalah sebuah alatuntuk mengatur data kuali-tatif dengan
menggunakan sebuah list yang berisi kode yang belum ditentukan dan akan digunakan untuk
memberi kode pada data. Buku kode ini bisa berisi nama kode dalam sebuah kolom, definisi
kode di kolom lain,lalu contoh-contoh khusus(semisal garis angka) yang menunjukkan di
mana saja posisi kode dalam transkrip pada kolom yang lain.
Dokumen kualitatif adalah dokumen publik (semisal surat kabar, arsip pertemuan, report
kantor), atau dokumen pribadi (semisal jurnal pribadi, diari, surat, dan email).
Generalisasi kualitatifadalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkancara-cara
tertentu dalam penelitian kualitatif, sebab tujuan penyelidikan ini tidaklan untuk
mengumumkan temuan pada individu, situs, atau tempat-tempat yang tidak terkait dengan
pene-litian. Menggeneralisasi beberapa temuan menjadisebuah teori merupakan sebuah
pendekatan yang digunakan dalam beberapa studi kasus penelitian kualitatif, namun peneliti
harus memiliki pro-sedur yang terdokumentasi dengan baik dan database kualitatif yang telah
dikembangkan dengan baik.
Wawancara kualitatif berarti bahwa peneliti mengadakan wawan-cara tatap muka dengan
partisipan,melakukan wawancara melalui telepon, ata terlibat dalam sebuah wawancara
diskusi kelompok yang berisi enam hingga delapan narasumber pada masing-masing
kelompok. Bebarapa wawancara ini melibatkan pertanyaan yang tidakteratur dansecara
umum masih open-ended.Jumlah pertanyaan untuk wawancara ini relatif masih sedikit dan
digunakan untuk memperoleh pandagan dan opini yang muncul dari partisipan.
Observasi kualitatif berarti bahwa seorang peneliti memerhatikan dan mencatat tingkah laku
dan aktivitas individual yang terlibat dalam situs penelitian dan rekaman observasi.
Statemen purpose kualitatif memuat informasi mengenai fenomena inti yang dipaparkan
dalam sebuah penelitian, partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen ini juga
memuat desain yang muncul dan kata-kata penelitian yang didapatkan dari bahasa
penyelidikan kualitatif.
Reabilitas kualitatif menunjukkan bahwa sebuah pendekatan ter-tentu bisa konsisten di
tengah beberapa peneliti yang memiliki beragam proyek penelitian.
Penelitian kualitatif adalahsebuah alatuntuk memaparkan dan me-mahami makna yang
berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Proses
293
penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur yang sudah muncul; yakni dengan mengumpulkan data menurut setting partisipan; menganalisis data secara induktif,mengelola
data dari yang spesifik menjadi tema umum,dan membuat penafsiran mengenai makna di
balik data.Re-port yang berhasil ditulis memiliki struktur penulisanyang fleksibel.
Validitas kualitatif berarti bahwa peneliti menguji akurasi temuan penilaian dengan
menggunakan beberapa prosedur tertentu.
Hipotesis kualitatif adalah prediksi-prediksi yang dibuat oleh pe-neliti mengenai hubungan
antar variabel yang diharapkan.
Statemen purpose kuantitatif mencakup beberapa variabel dalam peneltitian dan hubungan
antarbeberapa variabel tersebut,partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen
purpose ini juga memuat bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif danuji coba
deduktif terhadap hubungan antar beberapa teori.
Penelitian kuantitatif adalah cara untuk menguji sasaran teori dengan mengkaji hubungan
antarbeberapa variabel.Beberapa varia-bel ini bisa diukur,khususnya dalam beberapa
instrumen,sehingga data yang sudah ditandai dengan nomor bisa dianalisis dengan
menggunakan prosedur statistik.Report yang ditulis pada akhir penelitian memiliki susunan
penulisan yakni pendahuluan, literatur dan teori, metode, hasil, dan diskusi.
Pertanyaandalampenelitiankuantitatifadalahstatemen
interogatif
yang
memunculkan
pertanyaan mengenai hubungan antarbeberapa variabel yang ingin dicari tahu jawabannya
oleh pelaku investigasi.
Kuasi-eksperimen adalah sebuah bentuk penelitian eksperimental di mana para individu
tidak secara acak disuruh bergabung dalam sebuah kelompok.
Pengacakan sampel adalah sebuah prosedur dalam penelitian kuantitatif untuk memilih
partisipan. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu dalam sebuah populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih dan dijaring sebagai sampel. Dengan teori ini, bisa
dipastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar cukup representatif mewakili populasi
yang ada.
Refleksitas berarti bahwa seorang peneliti memasukkan bias, nilai, dan latar belakang
semisal gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonomi yang dimilikinya dalam
membentuk interpretasi yang dimilikinya selama melakukan penelitian.
294
Keberterimaan sebuah penelitian berarti bahwa berapa pun skor pada item yang berada
dalam sebuah instrumen,skor tersebut secara internal memiliki konsistensi(yakni apakah item
responsselalu kon-sisten?) tetap stabil dari waktu ke waktu (dengan menguji dan me-lakukan
korelasi dengan uji ulang), dan apakah ada konsistensi dalam uji administrasi dan penetapan
skor.
Desainpenelitianadalahrencana dan prosedur penelitian yang men-cakup semua keputusan
mulai dari asumsi yang luas hingga metode paling mendetail mengenai proses pengumpulan
dan analisis data.
Desain ini melibatkan adanya pertemuan antara beberapa asumsi filosofis, strategi
penyelidikan, dan metode-metode tertentu.
Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpul-an, analisis, serta
interpretasi data yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya.
Masalah penelitian adalah masalah atau isu yang menjadi sebab adanya sebuah penelitian.
Tips penelitian adalah pikiran-pikiran saya mengenai pendekatan atau teknik yang telah
banyak berfungsi dengan baik pada saya selama beberapa tahun saya melakukan berbagai
penelitian.
Responsbias adalah efekdari tidak adanya respons dalam perkiraan survei, dan hal tersebut
berarti bahwa jika ada orang yang bukan termasuk responden mamberikan respons, maka
respons asing tersebut akan secara substansial mengubah hasil survei.
Penelitianreview dalam sebuah pendahuluan memaparkan pentingnya penelitian dan
membuat batasan antara penelitian terdahulu yang telah dilakukan dengan penelitian yang
diinginkan dan akan dilakukan.
Skripsi, yang digunakan dalam buku ini, adalah sebuah template yang berisi beberapa
kalimat dengan kata-kata dan gagasan utama dalam bagian khusus sebuah proposal atau
laporan penelitian (se-misal statemen purpose atau rumusan masalah) dan memberikan ruang
bagi peneliti untuk menyisipkan informasi yang berhubungan dengan proyek yang tengah
dikerjakan.
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran bisa dikenali dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam fase pertama yang kemudian diikuti dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua yang akan menghasilkan temuan
awal dalam sebuah penelitian kuantitatif.
295
296
Desain survey memaparkan rancangan sebuah gambaran kuantitatif berupa angka yang
menunjukkan kebiasaan, tingkah laku, pendapat, atau populasi dengan mempelajari sebuah
sampel dari sebuah populasi tertentu.
Penelitian survey menampilkan sebuah gembaran kuantitatif dalam bentuk angka mengenai
kebiasaan, tingkah laku, atau opini sebuah populasi dengan mempelajari sampel dari sebuah
populasi.
Lensa teoretisatauperspektif dalam penelitiankualitatif memuat keseluruhan pandangan
yang digunakan untuk penelitian yang mengkaji masalah gender,kelas,ras,atau isu lain
mengenai kelom-pok yangn termarginalkan).Lensa ini menjadi sebuah perspektif advokasi
yang membentuk tipe-tipe pertanyaan yang diajukan, me-maparkan cara-cara pengumpulan
dan analisis, serta menyuntikkan semangat untuk melakukan sebuah gerakan perubahan.
Teori dalam metode penelitian campuran memuat sebuah lensa orientasi yang akan
mengarahka tipe pertanyaan yang diajukan, siapa saja yang berpartisipasi dalam penelitian,
cara pengumpulan data,dan implikasi yang dihasilkandari penelitian (khususnya untuk
297
Daftar Pustaka
Aikin, M.C. (Ed.). (1992). Encyclopedia of educational research (6th ed.). New York: Macmillan.
American Psychological Association. (2001). Publication Manual of the American Psychological
Association (5th ed.). Washington, DC: Author.
Anderson, E.H., & Spencer, M.H. (2002). Cognitive representation of AIDS. Qualitative
Health Research, 12(10). 1338-1352.
Annual Review of Psychology. (1950-). Stanford, CA: Annual Reviews.
Ansorge, C, Creswell, J.W., Swidler, S. & Gutmann, M. (2001). Use of iBook laptop computers
in teacher education. Unpublished manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Asmussen, K.J,, & Creswell, J.W. (1995). Campus response to a student gunman. Journal of
Higher Education. 66. 575-591.
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
Babbie, E. (2007). The Practice of Social Research (11th ed.). Belmont, CA: Wadsworth/
Thomson.
Bailey, E.P. (1984). Writing Clearly: A Contemporary Approach. Columbus, OH: Charles
Merrill.
Bausell, R.B. (1994). Conducting Meaningful Experiments. Thousand Oaks. CA: Sage.
Bean, J., & Creswell, J.W. (1980). Student attrition among women at aliberal arts college.
Journal of College Student Personnel, 3,320-327.
v ..
Beisel, N. (February, 1990). Class, culture, and campaigns against vice in three American
cities, 1872-1892. American Sociological Revieio, 55,44-62.
Bern, D. (1987). Writing the empirical journal article. In M. Zanna &J. Darley (Ed.), The
Compleat Academic: A Practical Guide for the Beginning Social Scientist (pp. 171-201).
New York: Random House.
Berg, B.L. (2001). Qualitative Research Methods for the Social Sciences (4th ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Berger, P. L. & Luekmann, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology
ofKjwzoledge. Garden City, NJ: Anchor.
Bhopal, K. (2000). Gender, "race" and power in the research process: South Asian women in
East London. In C. Truman. D.M. Mertens, & B. Humphries (Ed.), Research and
inequality. London: UCL Press.
Blalock, H. (1969). Theory Construction: From Verbal to Mathematical Formulations.Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Blalock, H. (1985). Casual Models in the Social Sciences. New-York: Aldine.
Blalock, H. (1991). Are there any constructive alternatives to causal modeling? Sociological
Methodology, 21, 325-335.
Blase, J.J. (1989, November). The micropolitics of the school: The everyday political
orientation of teachers toward open school principals. Educational Administration
Quarterly, 25(4), 379-409.
Boeker, W. (1992). Power and Managerial Dismissal: Scapegoating at the top. Administrative
Science Quarterly, 37. 400-421.
Bogdan. R.C. & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory
and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Boice, R. (1990). Professors as Writers: A Self-help Guide to Productive Writing. StiUwater, OK:
New Forums.
Boneva, B., Kraut, R., & Frohlich, D. (2001). Using e-mail for personal relationships.
American Behavioral Scientist, 45(3). 530-549.
Booth-Kewley, S. Edwards, J.E. & Rosenfeld, P. (1992). Impression management, social
298
and Qualitative Research (3rd ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill.
Creswell, J.W. & Brown, M.L. (1992, Fall). How chairpersons enhance faculty research: A
grounded theory study. The Review of Higher Education, 16(1), 41-62.
Creswell, J.W., & Miller, D. (2000). Determining validity in qualitative inquiry. Theory into
Practice, 39(3), 124-130.
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. Piano Clark, V. Gutmann. M., & Hanson, W. (2003). Advanced mixed
methods designs. In A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Method
Research in the Social and Behavioral Sciences (pp. 209-240). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W., Seagren, A.. & Henry, T. (1979). Professional development training needs of
department chairpersons: A test of the Biglan model. Planning and Changing, 10. 224237.
Crotty. M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. London: Sage.
Crutchfield, J.P. (1986). Locus of Control, Interpersonal Trust, and Scholarly Productivity.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
DeGraw, D.G. (1984). Job Motivational Factors of Educators Within Adult Correctional Institutions
from Various States. Unpublished doctoral dissertation. University of NebraskaLincoln.
Denzin, N.K., & Lincoln, YS. (Ed.). (2005). The Handbook of Qualitative Research (3rd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
DiUard. A. (1989). The Writing Life. New York: Harper & Row.
Dillman, D.A. (1978). Mail and Telephone Surveys: The Total Design Method. New York: John
Wiley.
Duncan, O.D. (1985). Fath analysis: Sociological examples. In H. M. Blalock, Jr. (Ed,). Causal
Models in the Social Sciences (2nd ed., pp. 55-79). New York: Aldine.
Educational Resources Information Center. (1975). Thesaurus of ERIC descriptors (12th ed.).
Phoenix. AZ: Oryx.
Eisner, E.W. (1991). The Enlightened Eye: Qualitative Inquiry and the Enhancement of
Educational Practice. New York: Macmillan.
Elbow, P. (1973). Writing Without Teachers. London: Oxford University Press.
Erms, C.Z.. & Hackett, G. (1990). Comparison of feminist and nonfeminist women's
reactions to variants of nonsexist and feminist counseling. Journal of Counseling
Psychology, 37(1), 33-40.
Fay, B. (1987). Critical Social Science. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Field, A., & Hole, G. (2003). How to Design and Report Experiments. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Finders, MJ. (1996). Queens and teen Zines: Early adolescent females reading their way
toward adulthood. Anthropology and Education Quarterly, 27, 71-89.
Fink, A. (2002). The Survey Kit (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Firestone. WA. (1987). Meaning in method: The rhetoric of quantitative and qualitative
research. Educational Researcher, 16,16-21.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Flinders, D.J., & Mills. G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from the Field. New York: ColumbiaUniversity, Teachers College Press
Fowler, E J. (2002). Survey Research Methods (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Franklin, J. (1986). Writing for Story: Craft Secrets of Dramatic Nonfic-tion by a Two-time
Pulitzer Prize-winner. New York: Atheneum.
Gamson, J. (2000). Sexualities, queer theory, and qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S.
300
Lincoln (Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 347-365 ). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Gibbs, G.R. (2007). Analyzing qualitative data. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative
Research Kit. London: Sage.
Giordano, J., O'Reilly, M., Taylor, H. & Dogra, N. (2007). Confidentiality and autonomy: The
challenge(s) of offering research participants a choice of disclosing their identity.
Qualitative Health Research. 17(2). 264-275.
Glesne, C, & Peshkin, A. (1992). Becoming Qualitative Researchers: An Introduction. White
Plains, NY: Longman.
Gravetter, E.J., & Wallnau, L.B. (2000). Statistics for the Behavioral Science (5th ed.). Belmont,
CA: Wadsworth/Thomson.
Greene, J.C. (2007). Mixed Methods in Social Inquiry. San Francisco: Jossey-Bass.
Greene. J.C, & Caracelli, V.J. (Ed.). (1997). Advances in Mixed-method Evaluation: The
Challenges and Benefits oflntegrating Diverse Paradigms. (New Directions for Evaluation,
No. 74). San Francisco: Jossey-Bass
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a conceptual framework for
mixed-method evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis, 11(3),
255-274.
Guba, E.G. (1990). The alternative paradigm dialog. In E.G. Guba (Ed.). The paradigm
Dialog (pp. 17-30). Newbury Park, CA: Sage.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging
confluences. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln, The Sage handbook of qualitative research (3rd ed., pp. 191-215). Thousand Oaks. CA:
Sage.
Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Educational Settings. Albany: State University
of New York Press.
Heron, ]., & Reason, P. (1997). A participatory inquiry paradigm. Qualitative Inquiry, 3,
274-294.
Hesse-Bieber, S.N. & Leavy, P (2006). Tlie Practice of Qualitative Research. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Humans, G.C (1950). The Human Group. New York: Harcourt, Brace.
Hopkins, T.K. (1964). The Exercise of Influence in Small Groups. Totowa, NJ: Bedmister.
Hopson, R.K., Lucas, K.J., & Peterson, J.A. (2000). HIV/AIDS talk: Implications for
prevention intervention and evaluation. In R.K. Hopson (Ed.), How and why Language
Matters in Evaluation. (New Directions for Evaluation. Number 86). San Francisco:
Jossey-Bass.
Hossler, D. & Vesper, N. (1993). An exploratory study of the factors associated with parental
savings for postsecondary education. Journal of Higher Education, 64(2), 140-165.
Houtz, L.E. (1995). Instructional strategy change and the attitude and achievement of
seventh- and eighth-grade science students. Journal of Research in Science Teaching,
32(6), 629-648.
Huber, J., & Whelan, K. (1999). A marginal story as a place of possibility: Negotiating self
on the professional knowledge landscape. Teaching and Teacher Education, 15,381396.
Humbley, A.M., & Zumbo, B.D. (1996). A dialectic on validity: Where we have been and where
we are going. The Journal of General Psychology, 123, 207-215.
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981). Handbook in Research and Evaluation: A Collection ofPrinciples.
Methods, and Strategies useful in the Planning, Design, and Evaluation of Studies in
Education and the Behavioral Sciences (2nd ed.). San Diego. CA: EdITS.
Isreal, M. & Hay, I. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct and
301
720-727.
Rorty, R. (1983). Consequences of Pragmatism. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Rorty, R. (1990). Pragmatism as anti-representationalism. In J.P. Murphy, Pragmatism:
From Peirce to Davison (pp. 1-6). Boulder. CO: Westview.
Rosenthal, R., & Rosnow, R.L. (1991). Essentials of Behavioral Research: Methods and Data
Analysis. New York: McGraw-Hill.
Ross-Larson. B. (1982). Edit Yourself: A manual for Everyone who Works with Words. New York:
Norton
Rossman. G., & Rallis. S. F. (1998). Learning in the Field: An Introduction to Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Rossman, G.B.. & Wilson. B.L. (1985, October). Numbers and words: Combining quantitative
and qualitative methods in a single large-scale evaluation study. Evaluation Review,
9(5), 627-643.
Rudestam, K.E., & Newton, R.R. (2007). Surviving your Dissertation (3rd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Salant. F, & Dillman, DA. (1994). How to Conduct your own Survey. New York: John
Wiley.Salkind, N. (1990). Exploring Research. New York: MacMillan.
Sarantakos, S. (2005). Social Research (3rd ed.). New York: Palgrave Macmillan.
Schwandt, TA. (1993). Theory for the moral sciences: Crisis of identity and purpose. In D j.
Flinders & G.E. Mills (Ed.), Theory and concepts in Qualitative Research: Perspectives
from the Field (pp. 5-23). New York: Columbia University, Teachers College Press.
Schwandt, TA. (2000). Three Epistemological stances for qualitative Inquiry. In N.K. Denzin
& Y.S. Lincoln (Ed.). Handbook of qualitative research (2nd ed. pp. 189-213). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Schwandt, TA. (2007). Dictionary of Qualitative Inquiry (3rd ed.). Tho sand Oaks, CA: Sage.
Shadish, W.R.,*Cook, T.D., & Campbell, D.T. (2001). Experimental and Quasi-experimental
Designs for Generalized Causal Inference. Boston: Houghton Mifflin.
Sieber, J.E. (1998). Planning ethically responsible research. In L.Bickman & D.J. Rog
(Ed.).. Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 127-156). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Sieber, S.D. (1973). The integration of field work and survey methods.American Journal of
Sociology. 78,1335-1359.
Slife, B.D., & Williams, R.N. (1995). What's behind the Research? Discovering Hidden Assumptions
in the Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Smith, J.K. (1983, March). Quantitative versus qualitative research: An attempt to clarify the
issue. Educatioiial Researcher. 6-13.
Spradley,J.R (1980). Participant Observation,New York: Holt, Rinehart & Winston.
Stake, R.E. (1995 ). The art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Steckler, A., McLeroy, K.R., Goodman, R.M., Bird, S.T. & McCormick. L. (1992). Toward
integrating qualitative and quantitative methods: An introduction. Health Education
Quarterly, 19(1), 1-8.
Steinbeck, J. (1969). Journal of a Novel: The East of Eden Letters. New York: Viking.
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and
Techniques (1st ed.). Newbury Park. CA: Sage.
Strauss, A., & Corbin. J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded theory Procedures and
Techniques (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Sudduth, A.G. (1992). Rural Hospitals use of Strategic Adaptation in a changing health care
environment. Unpublished doctoral dissertation. University of Nebraska-Lincoln.
Sue, V.M.. & Ritter, L.A. (2007). Conducting online surveys. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tarshis, B. (1982). How to Write like a pro: A guide to Effective Ncnfiction Writing. New York:
305
Sage.
Ziller, R.C. (1990). Photographing the self: Methods for Observing Personal Orientations.
Newbury Park. CA: Sage.
Zinsser, W. (1983). Writing with a Word Processor. York: Harper Colophon.
307
Indeks
Adorno, 13
Analisis data, 301
analysis of covariance (ANCOVA),249
antropologi, 80
B
Beisel, N., 148
Berg, E.L., 136
Berger, P.L., 11
between-subject design, 238
Biklen, S.K., 266, 279
Bjorklund, S.A., 150
Blalock, H., 82
Bogdan, R.C., 266, 279
Boice,R., 119
Borg, W.R., 248
Burbules, N.C., 9,10
C
Cabrera, A.F., 150
Campbell, D.T., 21, 307
Caracelli, V.J., 101
Carrol, D.L., 120
Cherryholmes C.H., 15
Clandinin, D.J., 19
Clark, Piano, 101, 308, 313
clustering, 218
clustering sampling, 218
Colbeck, C.L., 150
Collin, 80
Comte, 9
concurrent mixed methods, 23
Connelly, F.M., 19
construct validity, 222
contmt validity, Til
Cooper, H., 44
CorbinJ., 19
corroboration, 320
Creswell, J.W., 101, 206, 263,
308, 313
Crotty, M., 11, 12
Crutchfiled, J.P., 89
culture-sharing, 93
D
dependent variables, 77
Dewey, John, 15
Dillard, Annie, 121
Dillman, D.A., 224
diskonfirmasi, 320
Duncan, O.D., 82
Durkheim, Emile, 9
E
Elbow, Peter, 118
empowerment approach, 101
etnografi, 20,93;
kritis, 98
experimental design, 249
F
factorial design, 250
Fay, B., 13
Fenomenologi, 20
Finders, M.J., 195
Fink, A., 217
Firestone, 63
Fisk, 21
Fiske,D.,307
Franklin, 118, 125
Freire, Paulo, 13
G
Gall, M.D., 248 generalisasi:
kualitatif, 289
naturaiistik, 97
proporsional, 97
Gibbs, G.R., 285
Goffman, 80
Gravetter, F.J., 227
Greene, J.C., 101
grounded theory, 19, 20, 42, 97,
98, 193
308
Guba,E.G.,ll,97 Gutmann,
101
H
Habermas, Jurgen, 13
Hagedorn, R., 79
Hanson, 101
Hay, I., 138
Heron, J., 13 ----- . __ .
Hesse-Biber, S.N., 131
hipotesis, 78,197; alternatif, 198;nol, 198
Homans, 81
Hopkins, T.K., 81
Huberman, A.M., 192, 286
mikro, 80
Lincoln, Y.S., 11, 97
lintas-validasi, 320
Locke, L.F., 9,166
Luekmann, T., 11
M
Mannheim, Karl, 11
Marcuse, 13
Marshall, C, 157
Marx, Karl, 13
Maxwell, J.A., 110, 138
McCracken, G. 169
Mead, 15
means, 249
member checking, 330
Mertens, D.M., 101,102,312
Metafora pelangi, 79
metode:
campuran, 149, 307
kombinasi, 22
konvergens, 22
primer, 322
saintifik, 8, 9
sekunder, 322
terintegrasi, 22
metodologi:penelitian, 17
metodologis, 44
Miles, M.B., 192, 286
Mill, 9
model:
defisiensi, 145, 159
defisiensi pendahuluan, 150
Morgan, D., 15,317
Morse J.M., 147, 313, 317, 322
Moustakas, C, 19,193, 275
multi-metode, 22
multilevel design, 323
multimethods, 21
multiple approaches, 21
multivariate analysis of variance
(MANOVA), 249
Murphy, J.P., 15
N
Naratif, 21
I
independent variables, 77
inferential statistical test, 249
integratif, 44
Interval confidence, 250
Isreal, M., 138
J
James, 15
Jancvec, 55
Jungnickel, P.W., 84
K
Kalof, L., 178 kelompok:
eksperimen, 134
kontrol, 134
Kemmis, S., 13,14
Kerlinger, E.N., 78
Kushman, J.W., 332, 333
L
Labovitz, S., 79
Lather, 98
Lather, P., 98
Lauterbach, S.S., 171
Leavy, P., 131
legitimasi, 330
Lenski, 80
level:
makro, 80
meso, 80
309
Reason, 13
regresi, 335;,logistik, 335
Rorty, R., 15
Rosenthal, R., 236
Rosnow, R.L., 236
Ross-Larson, B., 125 '
Rossman, G., 95, 274
Rossman, G.B., 157
O
observasi, 327; kualitatif, 267
P
Parente, J.M., 150
participatory action research, 101
pattern theory, 97
Patton, M.QV 15
Peirce, Sanders, 15
pendekatan:
deduktif, 86
penelitian, 17 penelitian:
korelasional, 18
kualitatif, 4, 28
kuantitatif, 5, 27
metode campuran, 5, 28
positivis/post-positivis, 8
penelitian sains, 8
Perspektif
feminis, 94
teori kritis, 94
Phillips, D.0,9,10
populasi, 218, 220
Pragmatisme, 15
pre-experimental design, 238
predictive validity, 222
probabilistic sample, 220
Prose, Francine, 116
S
Salant, P., 224
sampel, 218
sample size formula, 221
sampling, 218, 327
Schwandt, T.A., 11
sequential mixed methods, 22
single-subject r18
single-subject design, 238, 250
sosiologi, 80
Spradley, J.P., 192
Stake, R.E., 19, 97
standard deviation, 249
Stanley, J., 239
starting point, 97
Steinbeck, John, 120
Strategi:
eksploratoris sekuensial, 317
embedded konkuren, 321
transformatif konkuren, 324
transformatif sekuensial,318
triangulasi konkuren, 320
Studi kasus, 20
systematic sample, 220
Q
quasi-eksperimen (quasi-experi-ment),
18,232, 238
T
t-test, 249, 335
Tarshis, B., 122
Tashakkori, A., 15, 206, 313, 323
Teddlie, C, 15, 327,313, 323
theoretical rationale, 79
Teori queer, 94
Terenzini, P.T., 150
Tesch, R., 263
Thomas, J., 148
R
Rallis, S.F., 95,274 .
rancangan transformatif, 101
random assignment, 19, 216
random numbers table, 221
random sampling, 220, 232, 327
range, 249
310
Wacana rasial, 94
Wallnau, L.B., 227
wawancara, 327;
kualitatif, 267;
mendalam, 25
Wilkinson M., 13,14, 38, 63,123,
145, 166
Wolcott, 125, 284 Wolcott, H.T., 19,
125, 263
V
validitas, 222, 286;
konstruk, 247
Variabel, 76; bebas, 87, 178; confounding,
78; control, 78; intervening, 77;
moderating, 77; terikat, 87, 178
W
Y
Yin, R.K., 285, 289 Yu, R,
327
Z
Zinsser, W., 117, 118, 123
311