Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN

Trichoderma sp
(Suhu dan Kelembaban)
(Laporan Bioekologi Penyakit Tanaman)

Oleh :
Desi Rizki Amelia
1514121025
Kelompok 2

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan patogen juga sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan seprti suhu
tempat tumbuhnya,kelembapan tempat tumbuhnya,factor cahaya pun dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur tersebut. Oleh sebab itu pada praktikum kali
ini akan dicoba factor lingkungan yang seperti apa yang paling baik bagi
pertumbuhan jamur. Seperti halnya segitiga penyakit bahwa kondisi lingkungan
yang optimum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan patogen. Akan tetapi
keterkaitan ketiganay harus benar-benar terkait. Apabila salah satu aspek tidak ada
ataupun tidak dalam kondisi yang maksimum pekembangan dan pertumbuhan
potgenpun tida akan maksimum atau bahkan tidak akan dapat menimbbulkan
suatu penyakit. Dalam praktikum kali ini akan dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh keterkaitan faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan penyakit (Semangun,2001).
Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor
lingkungan. Faktor lingkungan ini meliputi faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
abiotik adalah faktor luar seperti pada pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh
tekanan osmose dan lain-lain. Sedangkan pengaruh faktor biotik adalah dari
mikrooganisme itu sendiri. Faktor-faktor biotik tersebut meliputi faktor fisik
(suhu, pH, tekanan osmose) faktor kimia (senyawa racun), dan faktor biologi
(interaksi dengan mikroorganisme lainnya). Faktor inilah yang sering terjadi dan
dialami didalam pertumbuhan suatu mikroorganisme yang banyak dari organisme
tersebut suatu senyawaan dapat berlaku sebagai sumber energi. (Dwijaseputro,
2003).

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui bagaimana pengaruh
lingkungan sehingga patogen tersebut dapat hidup dan berkembang biak untuk
melangsungkan kehidupannya (Sukamto,1998).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan jamur
Trichoderma sp secara in vitro.

II.METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kulkas (lemari
pendingin),incubator,rak,cawan petri,penggaris,dan spidol.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah media PDA (Photato Dextrose Agar)
dan jamur Trichoderma Sp.
2.2 Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
:
1.Disiapkan biakan jamur Trichoderma sp
2.Digunakan bor gabus,umtuk mengambil cuplikan biakan jamur Trichoderma
sp,lalu diletakan pada media PDA dicawan petri
3.Dimasing-masing cawan petri yang telah berisi biakan jamur,diinkubasi pada
suhu 5 C (kulkas),25 C (lemari),37 C (Ruang terbuka),dan 50 C
(Incubator).
4. Diamati setelah 48 jam,72 jam,96 jam,dan 120 jam.
5. Diukur diameter biakan jamur tersebut setiap waktu pengamatan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
No
1

Foto

Keterangan (Diameter Akhir)


Freezer
: 1,75 cm
Tempat Gelap: 9 cm

Freezer

Tempat Gelap
2

Freezer
: 1,75
Tempat Gelap: 9 cm

Freezer

Tempat Gelap
3

Freezer
: 2 cm
Tempat Gelap: 8 cm

Freezer

Tempat gelap

Freezer
: 3.05 cm
Tempat Gelap: 9 cm

Freezer

Tempat Gelap

Freezer:
Tempat Gelap

Freezer

Tempat gelap

Inkubator: 9 cm
Cahaya : 9 cm

Inkubator

Cahaya

Inkubator:8 cm
Cahaya : 9 cm

Inkubator

Cahaya

Inkubator: 4,15 cm
Cahaya : 9 cm

Inkubator

Cahaya
9

Inkubator: 9 cm
Cahaya : 8 cm

Inkubator

Cahaya
10

Inkubator:5 cm
Cahaya :9 cm

Inkubator

Cahaya

3.2 Pembahasan
Perkembangan jamur pertumbuhannya paling baik yang disimpan pada
inkubator,pertumbuhan jamur sangat berkembang baik dibandingkan dengan pada
freezer,cahaya,dan tanpa cahaya. Pertumbuhan pada incubator pertumbuhan pada
hari terakhir mencapai 9cm. pertumbuhan pada tempat yang terdapat cahaya pada
hari terakhir,pertumbuhannya juga cukup baik diameter mencapai 8-9cm,pada

tempat gelap pada hari terakhir diameternya 8cm,dan pertumbuhan pada freezsr
pada hari terakhir 1,75cm.
Koloni Trichoderma spp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih
selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian
besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau. Koloni
pada medium OA (20oC) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari,
semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau
redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia.
Konidifor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang
lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi
bertambah pendek. Trichoderma, sp merupakan cendawan (fungi) yang termasuk
dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, sp banyak ditemukan di dalam
tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma, sp
akan tumbuh dengan baik pada suhu 6oC sampai dengan 41oC dengan ph
optimum 3 sampai dengan 7 dan Sukrosa dan glukosa merupakan karbon utama.
Untuk berkembangbiak cendawan ini menggunakan konidia (spora).
Adapun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah sebagai berikut :
1.Oksigen
Hampir semua fungi memerlukan oksigen untuk hidupnya (aerob). Namun, ada
pula fungi yang mampu hidup dalam kondisi kekurangan oksigen atau dengan
kadar karbondioksida tinggi.

2.Air
Jamur memerlukan air bebas untuk tumbuh dan berkembang di dalam atau pada
permukaan substrat. Namun, fungi perusak benih mampu hidup pada benih
berkadar air 13,2% yang di dalamnya sudah tidak terdapat air bebas lagi.
3.Suhu
Sebagian besar fungi, termasuk jamur, bersifat mesofili. Artinya, jamur tumbuh
pada kisaran suhu 1040o C dengan pertumbuhan optimum pada kisaran suhu 25
35o C.
4.Derajat Kemasaman (pH)
Secara umum fungi, termasuk jamur, menghendaki medium dengan pH sekitar 6.
Namun, ada beberapa jamur yang juga lebih menyukai kondisi media masam.
5.Cahaya
Cahaya tidak terlampau diperlukan untuk pertumbuhan fungi secara keseluruhan.
Namun, cahaya menjadi sangat penting dalam pembentukan tubuh buah atau
pembentukan spora atau pelepasan spora untuk fungi yang bersifat fototropisme
positif.
Fungsi dextrose dan kentang adalah untuk pembuatan media PDA (Photato
dextrose agar). Media PDA (Potato Dextrosa agar) merupakan medium semi
sintetik. Media merupakan tempat dimana tejadi perkembangan organisme.
Organisme menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang
telah bercampur. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kentang harus di potong
dadu, agar karbohidrat di kentang dapat keluar dan menyatu dengan air sehngga
menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan, maka semakin besar daya osmosisnya.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media

pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan


juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur.
2. Pertumbuhan jamur lebih cepat diruangan kamar(terang) dari pada diruangan
gelap dan ruangan dingin.
3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu suhu, cahaya, dan
kelembapan dan bahan organik(nutrisi).

DAFTAR PUSTAKA

Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant


Pathology. Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Dwijaseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Brawijaya.
Djambatan: Malang.
Kaneko dan Sugara. 2001. Penuntun Mempelajari Jamur di Laboratorium.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Erlangga. Jakarta.

LAMPIRAN

HARI
Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

INKUBATOR
3,9 cm
2 cm
3, 05 cm
2,5 cm
1 cm
8,5 cm
3,75 cm
3,5 cm
6 cm
1,5 cm
9 cm
5,8 cm
4 cm
7 cm
1,75 cm
9 cm
8 cm
4,15 cm
9 cm
5 cm

FREEZER
0,75 cm
0,085 cm
0,6 cm
1,35 cm
1,6cm
0,8 cm
1,2 cm
0,85 cm
1,4 cm
2,75 cm
1,45 cm
1,45 cm
0,9cm
1,8 cm
3,3 cm
1,75 cm
1,75 cm
2 cm
3,05 cm
5 cm

CAHAYA
3,8 cm
7 cm
5,15 cm
3,5 cm
3 cm
5,7 cm
9 cm
6 cm
5,5 cm
5 cm
7, 25 cm
9 cm
8,75 cm
6cm
9cm
9cm
9 cm
9 cm
8 cm
9 cm

GELAP
3,3 cm
0,85 cm
3,3 cm
5,25 cm
5,1 cm
4,1 cm
4,2 cm
4,3 cm
6,1 cm
6,35 cm
5,5 cm
5,5cm
5,4 cm
7,2 cm
7,55 cm
9 cm
9 cm
8 cm
9 cm
9cm

Anda mungkin juga menyukai