Renstra Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan Provinsi Banten
Renstra Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan Provinsi Banten
RENCANA
STRATEGIS
BADAN KETAHANAN PANGAN
DAN PENYULUHAN
KATA PENGANTAR
Kerja
(Renja)
tahunan.
Seluruh
aparatur
berkewajiban
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
I-2
Serang,
Desember 2014
I-3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
i
iii
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum . ..
1.3 Hubungan Antar Dokkumen
1.4 Maksud dan Tujuan .
1.5 Sistematika Penulisan
I-1
I-1
I-3
I-8
I-9
I-10
BAB II
II-1
II-1
II-16
II-22
II-23
II-26
II-29
II-31
II-34
BAB III
III-1
BAB IV
IV-1
IV-1
IV-3
IV-4
BAB V
V-1
VI-1
BAB VI
III-1
III-3
III-4
III-5
III-8
V-1
V-3
I-4
PENUTUP
VII-1
I-5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
II-2
Gambar 2.2.
II-24
Gambar 2.3.
II-27
Gambar 2.4.
II-27
Gambar 2.5.
II-28
Gambar 2.6.
II-28
I-6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
II-17
Tabel 2.2.
II-17
Tabel 2.3.
II-18
Tabel 2.4.
II-20
Tabel 2.5.
II-23
Tabel 2.6.
II-25
Tabel 2.7.
II-26
Tabel 2.8.
II-29
Tabel 2.9.
II-30
Tabel 2.10.
II-30
Tabel 2.11.
II-32
Tabel 2.12.
II-32
Tabel 2.13.
II-33
I-7
IV-11
Tabel 5.1.
V-4
Tabel 6.1.
VI-4
I-8
BAB 1
Pendahuluan
1.1.
LATAR BELAKANG
Perangkat daerah mempunyai kewajiban dalam penyiapan rencana kerja
untuk jangka waktu lima tahunan, sebagaimana amanat dalam UU No. 32 Tahun
2004 pada Pasal 151 Ayat 1 bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun
rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsinya, berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan bersifat indikatif. Sedangkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 pada
Pasal 1 Ayat 7 ditetapkan ketentuan umum mengenai Renstra SKPD sebagai
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima)
tahun. Ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 54 Tahun 2010 (Bab 1, Pasal 1, Ayat 13) bahwa Rencana Strategis SKPD
yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan
SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.
Pemerintah Daerah Provinsi Banten mendukung Pemerintah Pusat dan telah
menyatakan komitmen dan berperan aktif dalam berbagai hal dalam melaksanakan
aksi kemanusian, terutama mengatasi masalah kelaparan, kekurangan gizi serta
kemiskinan dunia. Kesepakatan tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi World
Food Summit 1996 dan ditegaskan kembali dalam World Food Summir: five years
later (WFS:fyl) 2001, serta Millenium Development Goals (MDGs) 2000 yang isinya
antara lain mengurangi angka kemiskinan ekstrim dan kerawanan pangan di dunia
sampai setengahnya pada tahun 2015.
Berdasar kerangka tersebut, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
sebagai salah satu SKPD di Provinsi Banten, sesuai tugas dan fungsinya untuk
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan pangan
I-9
juga
diharapkan
mampu
mendukung
dan
mewujudkan
pencapaian
kelestarian lingkungan; dan (3) untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian,
perikanan, dan kehutanan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas,
andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis
sehingga pelaku pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan mampu
membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan
mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan hidup sejalan
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Badan Ketahananan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten menyiapkan dan
menyusun Rencana Strategis sebagai acuan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan yang menjadi tugas dan fungsinya dalam jangka waktu lima
tahunan, juga sebagai bentuk implementasi untuk melaksanakan amanat peraturan
perundangan dan pelaksanaan visi dan misi Kepala Daerah Provinsi Banten untuk
periode 2007-2012. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Provinsi Banten Tahun 2012-2017 adalah dokumen perencanaan untuk periode 5
(lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program,
dan indikasi kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan
fungsinya serta berpedoman kepada RPJMD Provinsi Banten Tahun 2007-2012 dan
bersifat indikatif.
1.2.
LANDASAN HUKUM
Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten Tahun
I - 11
I - 12
13. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Provinsi
dan
I - 13
22. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
27. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;
28. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;
31. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010-2025;
32. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025;
I - 14
34. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang
Berkeadilan;
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan
Pangan Pemerintah Desa;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK);
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
Pelayanan
Minimal
Bidang
Ketahanan
Pangan
Provinsi
dan
43. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun
2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 4);
44. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025;
45. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030;
46. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Nomor 3);
I - 15
47. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten (Lembaran
Daerah Nomor 4);
48. Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2010 tentang Gerakan Aksi Membangun
Pertanian Rakyat Terpadu di Provinsi Banten (Berita Daerah Provinsi Banten
Tahun 2010 Nomor 1);
49. Peraturan
Gubernur
Nomor
Tahun
2010
tentang
Percepatan
50. Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Daerah
Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Provinsi Banten 20112015;
51. Peraturan Gubernur Banten Nomor 14 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten;
1.3.
I - 16
1.4.
Tahun 2012-2017 disusun dan ditetapkan dengan maksud untuk menjadi arahan
dan acuan serta pedoman bagi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi
Banten
bersama
masyarakat
dan
stakeholders
lainnya
dalam
rangka
I - 17
2.
3.
Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Provinsi Banten tahun 2012-2017;
4.
Terumuskannya
1.5.
SISTEMATIKA PENULISAN
Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten Tahun
2012-2017 disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahiun 2008
tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan tentang : latar belakang; landasan hukum; maksud
dan tujuan; serta sistematika penulisan Renstra Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan Provinsi Banten 2012-2017.
I - 18
RENCANA
dan
Penyuluhan
Provinsi
Banten
yang
secara
langsung
I - 19
BAB
Gambaran
Pelayanan SKPD
1.6.
BIDANG KETERSEDIAAN
DAN KERAWANAN
PANGAN
SUB BIDANG
KETERSEDIAAN DAN
AKSES PANGAN
SUB BIDANG
KERAWANAN
PANGAN
BIDANG KONSUMSI
DAN KEAMANAN
PANGAN
Sub Bag.
Keuangan
BIDANG DISTRIBUSI
DAN CADANGAN
PANGAN
Sub Bag.
Program,
Evaluasi dan
Pelaporan
BIDANG PENYULUH
PERTANIAN,
PERIKANAN DAN
KEHUTANAN
SUB BIDANG
KONSUMSI DAN
PENGANEKARAGA
MAN PANGAN
SUB BIDANG
DISTRIBUSI DAN
HARGA PANGAN
SUB BIDANG
KELEMBAGAAN
PENYULUH
SUB BIDANG
KEAMANAN
PANGAN
SUB BIDANG
CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
SDM PENYULUH
UPT
j.
b.
c.
d.
mengarahkan
penyelenggaraan
pelaksanaan
dan
koordinasi
pelaksanaan
dan
urusan
pembinaan
pemerintahan
dalam
dibidang
f.
g.
h.
i.
j.
k.
g. Jabatan Fungsional.
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam
melaksanakan perumusan rencana program dan kegiatan, mengkoordinasikan,
monitoring, urusan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan, serta
perencanaan evaluasi dan pelaporan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut,
Sekretaris mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan rencana program dan kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya;
b. perumusan kebijakan, pedoman, standarisasi, koordinasi, pembinaan dan
pengembangan administrasi umum dan kepegawaian, keuangan serta
evaluasi dan pelaporan;
c. perumusan
pengaturan,
pembinaan,
pengembangan
pelaksanaan
bahan
kebijakan,
pedoman,
standardisasi,
pelayanan
menyiapkan
bahan
kegiatan
kesekretariatan,
perlengkapan,
j.
melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
I - 24
g.
h.
i.
j.
j.
membantu
Sekretaris
dalam
melaksanakan
penyiapan
perumusan
I - 25
indikator keberhasilan
kegiatan Badan;
f.
j.
Tahun 2013 Pasal 634 ayat (4) huruf b), mempunyai tugas pokok membantu
Kepala
Badan
dalam
melaksanakan
pembinaan,
koordinasi, dan
evaluasi,
bahan
perumusan
kebijakan
teknis
operasional
bidang
bahan
penyusunan
dan
analisis
data
dasar
mengenai
I - 26
melaksanakan
fungsinya,
Kepala
Bidang
Ketersediaan
dan
Kepala
melaksanakan
Bidang
penyiapan
Ketersediaan
perumusan
dan
kebijakan
Kerawanan
dibidang
Pangan
teknis
dalam
oprasional
Bidang Ketersediaan dan Akses Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
pangan;
pangan dan
keamanan pangan.
Untuk
bahan
pembinaan,
pengembangan
dan
dansi
dan
I - 28
penyiapan
bahan
pelaksanaan
evaluasi,
supervisi
dan
pelaporan
konsumsi
dan
keamanan
pangan
meliputi
konsumsi
dan
Keamanan Pangan.
Kepala Sub Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan dalam
melaksanakan
perumusan
kebijakan
teknis
operasional
konsumsi
dan
I - 29
d. melaksanakan
f.
g.
h.
i.
2013 Pasal 634 ayat 4 huruf d), mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan
dalam melaksanakan pembinaan, koordinasi dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
dibidang distribusi dan cadangan pangan meliputi distribusi dan harga pangan dan
cadangan pangan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Bidang
Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang distribusi
dan cadangan pangan meliputi distribusi dan harga pangan dan cadangan
pangan;
I - 30
Sub Bidang Distribusi dan Harga Pangan; dan 2) Kepala Sub Bidang Cadangan
Pangan.
Kepala Sub Bidang Distribusi dan Harga Pangan mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan dalam melaksanakan
I - 31
penyiapan bahan perumusan dan penetapan kebijakan distribusi dan harga pangan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Sub Bidang Distribusi dan Harga
Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana kerja sub bidang;
b. menyusun kebijakan distribusi dan harga pangan;
c. melaksanakan identifikasi distribusi dan harga pangan;
d. melaksanakan
perumusan
dan
penetapan
kebijakan
cadangan
pangan.
Untuk
Nomor 14 Tahun 2013 Pasal 634 ayat 4 huruf e), mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Badan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
dibidang penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan. Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, Kepala Bidang Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional bidang penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan meliputi kelembagaan penyuluhan dan
pengembangan sumber daya manusia penyuluh;
I - 32
dan
kehutanan
meliputi
kelembagaan
penyuluhan
dan
dan
kehutanan
meliputi
kelembagaan
penyuluhan
dan
I - 33
pemetaan,
pemantauan
dan
analisis
kelembagaan
penyuluhan;
e. melaksanakan pengembangan jaringan dan pola kelembagaan penyuluhan;
f.
j.
j.
I - 34
melaksanakan sebagian tugas Badan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja
Badan, yang secara struktur bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan,
dan diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unit
Pelaksana Teknis dipimpin oleh seorang Kepala (Esselon III). Kebutuhan jabatan
struktural pada UPTB, ditentukan berdasarkan sifat, jenis dan beban kerja.
1.7.
Jumlah pegawai
Badan
dan
Penyuluhan
Provinsi
Banten
menurut
tingkat
serta
tingkat
berdasarkan
STATUS
GOLONGAN
I
II
III
IV
JUMLAH
(%)
1.
2.
0
0
10
0
30
0
8
0
48
0
75,00
0
3.
16
15,00
JUMLAH
0
10
30
8
64
Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten, 2012
100
I - 36
STRUKTUR
JABATAN
TINGKAT PENDIDIKAN
SLTA
1.
2.
3.
4.
5.
Kepala Badan
Kepala Bagian/
Bidang
Kepala Seksi/
Sub Bidang
Pelaksana
TKS
1
9
8
JUMLAH
18
D1
D2
D3
JUMLAH
S1
1
1
S2/S3
3
1
4
5
2
13
6
7
-
34
16
24
15
64
PERSENTASE (%)
28.13
10.94
37.50
23.44
Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten, 2012
STRUKTUR JABATAN/
KEPEGAWAIAN
Kepala Badan
Sekretaris
Sub Bagian Program,
Evaluasi dan Pelaporan
Kepala Sub Bagian
Pelaksana
JUMLAH
1
1
1
5
PNS
PNS
TKS
SLTA
S2 (Ekonomi Pertanian &
Adm.Pemda), S1 (Pertanian
& IT), SLTA
S1 Ekonomi
1
5
2
PNS
PNS
TKS
S2/Manajemen
S1/Manajemen, D3/Ekonomi
S1 Sosial, SLTA
1
4
7
1
PNS
PNS
TKS
PNS
S1 Ekonomi
SLTA, S1 Sosial
DIII, S1
S2/Manajemen
I - 37
NO
STRUKTUR JABATAN/
KEPEGAWAIAN
dan Cadangan Pangan
Kepala Sub Bidang
Pelaksana
JUMLAH
1
4
1
PNS
PNS
TKS
S2 Manajemen
S1 Ekonomi, SMA
-
1
3
PNS
PNS
1
1
TKS
PNS
S1 Pertanian
SMA, S1 Sosial, S1
Pertanian
SLTA
S2 Manajemen
1
4
PNS
PNS
S2 Manajemen
S1 Sosial, D3 Gizi
1
3
2
1
PNS
PNS
TKS
PNS
1
3
1
PNS
PNS
TKS
S2/Manajemen
S1/ SLTA
S1
1
3
1
64
PNS
PNS
TKS
PNS, TKS
5.
S1 Teknologi Pertanian
S1/Sosial, D3 /SLTA
SMU
S2, S1, D3, SMU
I - 38
1
1
2
3
4
2
Toyota Minibus (roda empat)
Suzuki Minibus Carry (roda empat)
Daihatsu Grand Max (roda empat)
Honda Win (roda dua)
Jumlah
Barang
Baik
4
6
2
1
4
Kurang
Baik
6
I - 39
Jumlah
Barang
1
2
4
5
Honda Supra (roda dua)
2
6
Yamaha Yupiter MX (roda dua)
2
7
Honda Vario (roda dua)
1
8
Lemari Besi 2 Pintu
2
9
Lemari Besi 2 Pintu
1
10 Lemari Loker 8 Kotak
1
11 Lemari Arsip Kaca Std
2
12 Lemari Besi Brankas
1
13 Filling Kabinet 4 Kotak
16
14 Laptop
17
15 PC Komputer
9
16 Printer
15
17 Lcd Infocus
3
18 White Board Double Face
5
19 Meja Rapat
3
20 Meja 1 Biro
5
21 Kursi Putar 1 Biro
5
22 Kursi Putar 1/2 Biro
29
23 Kursi 1 Biro
62
24 Kursi Hidrolic
10
25 Meja 1/2 Biro
63
26 AC Split 1 PK
12
27 Telp. Intern
4
28 Telp. Utama
1
29 UHP & Layar
3
30 TV 21"
1
31 Refrigerator (Kulkas Kecil)
1
32 Jam Dinding
2
33 Kamera Digital
4
34 White Board Double Face
6
35 Mesin Ketik Manual Uk. 275-18
1
36 Handycam
2
37 Rak Kayu Buku
7
38 Mesin Ketik Elektrik
2
39 Mesin Absensi (Finger Print)
1
Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Tahun 2012
Baik
5
Kurang
Baik
6
I - 40
maka
perlu
adanya
percepatan
dukungan
bagi
pembangunan
I - 41
Neraca
Bahan
Makanan
(NBM)
tahun
2010
bahwa
ketersediaan bahan makanan di Provinsi Banten adalah 431,31 kg per kapita per
tahun atau 1.181,99 gram per kapita per hari. Komposisi berasal dari nabati
93,93% dan hewani 6,27 %. Jenis nabati yang paling banyak ketersediaannya
adalah padi-padian dan buah-buah masing-masing sebesar 31,66 % dan 40,85 %.
Ketersediaan bahan makanan dari hewani sebesar 6,27 % menunjukkan usaha sub
sektor peternakan kurang diminati sehingga perlu mendapat perhatian yang cukup
baik. Ketersediaan bahan makanan per kapita per hari berdasarkan kelompok
pangan tersaji secara lengkap pada Tabel 2.5.
I - 42
I - 43
terdapat
kabupaten dan kota yang berada pada kondisi sangat rawan, cukup rawan dan
agak rawan. Kondisi terbaik sangat tahan ditempati oleh Kota Tangerang (nilai
komposist 5,67), cukup tahan ditempati oleh 5 kabupaten dan kota lainnya (nilai
komposit 5), kondisi agak tahan ditempati oleh Kabupaten Lebak (nilai komposit
4,0) dan Kabupaten Pandeglang (nilai komposit 3,67).
Dimensi kerentanan pangan yang dicerminkan oleh indikator persentase
daerah berhutan, areal tanaman padi yang mengalami puso dan areal lahan yang
terdegradasi, memberikan gambaran yang relatif tidak terlalu bervariatif, kondisi
agak tahan terjadi di Kabupaten Lebak, Kota Serang dan Kabupaten Pandeglang
(nilai indeks komposit 4,33), Kabupaten Serang dan Kota Cilegon (nilai komposit
4,00), Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang selatan (nilai komposit 3,67),
sedangkan Kota Tangerang menyandang kondisi agak rawan dengan nilai indeks
komposit 3,33.
Kabupaten Serang
4.3
Agak Tahan
2.
Kota Serang
4.0
Agak Tahan
3.
Kota Cilegon
3.5
Agak Tahan
4.
Kabupaten Pandeglang
4.2
Agak Tahan
5.
Kabupaten Lebak
4.4
Agak Tahan
I - 44
6.
Kabupaten Tangerang
3.9
Agak Tahan
7.
Kota Tangerang
3.5
Agak Tahan
8.
3.6
Agak Tahan
Berdasarkan
indikator
dalam
kerawanan
pangan
wilayah-wilayah
Penyebab
serius dalam sektor produksi pertanian. Hal ini sangat penting guna peningkatan
ketersediaan pangan wilayah yang berada pada posisi agak rawan dan juga
berfungsi untuk mendukung perkembangan Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan di masa yang akan datang.
2.3.2. Kondisi Distribusi dan Cadangan Pangan
Kondisi umum distribusi dan pasokan pangan di wilayah Provinsi Banten,
yang berpengaruh terhadap stok, pasokan dan harga bahan pangan kebutuhan
masyarakat bersumber dari produksi setempat, pasokan bahan pangan dari luar
serta pemberian/hibah kepada masyarakat. Perkembangan Harga Pangan dan
I - 45
capaian stabilitas harga pangan tahun 2008-2011 di Provinsi Banten tersaji dalam
tabel 2.7.
Tabel 2.7. Perkembangan Harga Pangan dan capaian stabilitas harga
pangan tahun 2008-2011 di Provinsi Banten
Provinsi Banten
No
Tahun
Komoditas
Varitas / Jenis
Satuan
2008
2009
2010
2011
- Beras IR 1
kg
5,288
5,378
6,838
7,459
- Beras IR 2
kg
4,895
5,187
6,290
6,933
- Beras IR 3
kg
4,702
5,006
5,618
kg
4,337
4,896
kg
7,865
kg
Rata-rata Maks.
Real
Target
Capaian
Koevisien CV
Min.
Stdev
10
11
6,241
7,459
5,288
1,079.06
17.29
(145.8)
5,826
6,933
4,895
951.48
16.33
(126.6)
6,441
5,442
6,441
4,702
767.33
14.10
(82.0)
5,016
5,655
4,976
5,655
4,337
541.04
10.87
25
156.5
7,670
6,920
7,745
7,550
7,865
6,920
427.60
5.66
25
177.3
1,361
1,792
1,663
2,148
1,741
2,148
1,361
325.85
18.72
25
125.1
kg
12,207
12,889
12,412
16,158
13,416
16,158
12,207
1,850.14
13.79
25
144.8
kg
14,174
14,801
22,909
21,393
18,319
22,909
14,174
4,475.35
24.43
25
102.3
- Cabe Rawit
kg
11,953
11,244
16,442
20,362
15,000
20,362
11,244
4,251.27
28.34
25
86.6
kg
10,581
9,388
12,371
15,853
12,048
15,853
9,388
2,817.13
23.38
25
106.5
kg
11,953
7,608
6,435
7,398
8,349
11,953
6,435
2,456.87
29.43
10
(94.3)
kg
6,466
8,509
7,724
10,547
8,311
10,547
6,466
1,711.57
20.59
(211.9)
kg
6,390
6,458
5,376
10,629
7,213
10,629
5,376
2,330.42
32.31
(446.1)
10 MINYAK GORENG
- Minyak Goreng Bimoli Botol
620 ml
13,310
12,180
10,779
8,037
11,076
13,310
8,037
2,275.43
20.54
(210.9)
kg
10,184
7,715
8,913
10,019
9,208
10,184
7,715
1,143.96
12.42
(48.5)
kg
52,088
55,566
57,991
64,499
57,536
64,499
52,088
5,236.13
9.10
10
109.0
kg
20,521
21,840
22,525
24,689
22,394
24,689
20,521
1,741.62
7.78
10
122.2
kg
13,232
13,422
14,307
15,484
14,111
15,484
13,232
1,028.01
7.28
10
127.2
12
13
14
Keterangan
15
BERAS
JAGUNG
KEDELAI
UBI KAYU
KACANG TANAH
Kacang Tanah Wose Kering
- Umbi Basah
B. HOLTIKULTURA
6
CABE MERAH
BAWANG MERAH
Bawang Merah Kering
TEPUNG TERIGU
GULA PASIR
12 TELUR
- Telur Ayam Ras
Gambar
2.3.RATA-RATA
Grafik Harga Rata-rata
Beras Tahun
2008-2011
HARGA
BERAS
TAHUN
2008-2011
di Provinsi Banten
DI PROVINSI BANTEN
8,000
7,000
6,000
RP.
Sumber : Dari
5,000berbagai sumber (diolah), 2012
4,000
3,000
2,000
1,000
I - 46
Gambar 2.4. Grafik Harga Rata-rata Tepung Terigu, Gula dan Minyak
Goreng Tahun 2008-2011 di Provinsi Banten
Gambar 2.5. Grafik Harga Rata-rata Kedelai, Kacang Tanah dan Umbi
Kayu Tahun 2008-2011 di Provinsi Banten
I - 47
CADANGAN
PANGAN
(TON)
200
100
100
100
100
PEMANFAATAN
(TON)
70
50
60
50
KETERANGAN
Beras disimpan di BULOG
Disimpan di BULOG, telah
disalurkan untuk bantuan
masyarakat akibat banjir,
nelayan yg tidak melaut
I - 48
100
100
100
100
22,5
-
124
79
2
-
36
43
100
89
(gangguan cuaca),
putting beliung
angin
Bantuan
nelayan:
Kota
Serang, Kab. Serang, Kab.
Pandeglang, Kab. Lebak,
dan Kab. Tangerang
Kkal/kap/hari,
(WNPG,
2004).
Dimensi
penyerapan
pangan
atau
pemanfaatan pangan, dibangun oleh lima indikator (berat badan balita dibawah
standar, angka kematian bayi, akses penduduk pada air bersih, persentase
penduduk yang dilayani puskesmas, dan rasio jumlah dokter terhadap kepadatan
penduduk), Kota Tangerang Selatan (indeks komposit 4,8) memiliki kondisi cukup
tahan, sementara agak tahan
terdapat di
Tangerang (indeks komposit 4,4) , Kota Serang, Kota Cilegon (indeks komposit
3,4), kondisi agak rawan dengan nilai komposit 3, terdapat di Kabupaten Serang
dan Kabupaten Pandeglang. Adapun perkembangan konsumsi pangan untuk
kebutuhan energi dan protein dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Perkembangan Konsumsi Pangan Tahun 2006 2011
di Provinsi Banten
I - 49
NO
1.
URAIAN
Energi
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1927
2015
2038
1958
1957
1988
53.66
57.65
57.43
59.17
59.98
56.25
74.9
82.8
81.9
78.8
80.6
77.3
(Kkal/kap/har)
2.
Protein
(Gram/kap/har)
Skor PPH
KABUPATEN/KOTA
JENIS KERACUNAN
JUMLAH
KASUS
MENINGGAL
1.
Kabupaten Serang
Keracunan makanan
26
2.
Kota Serang
Keracunan makanan
47
3.
Kota Cilegon
4.
Kabupaten Pandeglang
5.
Kabupaten Lebak
Keracunan makanan
65
6.
Kabupaten Tangerang
Keracunan makanan
525
7.
Kota Tangerang
Keracunan makanan
8.
630
JUMLAH
abad
21
dengan
isu
globalisasi,
desentralisasi,
demokratisasi,
dan
I - 50
tangguh,
produktif,
efisien,
dan
berdaya
saing
sehingga
dapat
SDM
penyuluh,
upaya
peningkatan
dan
pemanfaatan
Peternakan, penyuluhan perikanan ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan, dan
penyuluhan kehutanan ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Dalam rangka
menjalankan amanat Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, maka pemerintah Provinsi
Banten melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah merubah nomenklature Badan Ketahanan Pangan
Daerah menjadi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
Sehingga sejak
KABUPATEN/
KOTA
Kabupaten Serang
2.
3.
Kota Serang
Kota Cilegon
4.
Kabupaten
Pandeglang
Kabupaten Lebak
NO.
5.
6.
NAMA KELEMBAGAAN
Badan Pelaksana Penyuluhan dan
Ketahanan Pangan
Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Ketahanan Pangan
Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Badan Pelaksana Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat
-
Kabupaten
Tangerang
Kota Tangerang
Kota Tangerang
Selatan
Sumber : Pusdatin Kementan, 2010
7.
8.
SK
PEMBENTUKAN
Perda
KET.
Perda
Perda
Perda
Perda
KABUPATEN/ KOTA
Kabupaten Serang
Kota Serang
Kota Cilegon
Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Tangerang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
JUMLAH
Sumber : Distanak Provinsi Banten, 2012
JUMLAH
KECAMATAN
28
6
8
35
28
32
13
6
156
JUMLAH BPP
KET.
27
6
9
23
10
1
76
tentang
menyatakan
Sistem
Penyuluhan,
Pertanian,
Perikanan,
dan
Kehutanan
kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut
penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan
penyuluhan. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup
pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga
I - 52
PROVINSI DAN
KABUPATEN/
KOTA
Tingkat Provinsi
Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan
Penyuluh Kehutanan
Tingkat Kab./Kota
Penyuluh Pertanian
JUMLAH
(Orang)
4
8
1
STATUS
PENYULUH
KETERANGAN
PNS
PNS
PNS
238
421
57
306
PNS
THL-TBPP*)
Honorer
Swadaya
Penyuluh Perikanan
23
45
50
PNS
PPTK**)
Swadaya
Penyuluh Kehutanan
48
12
PNS
Penyuluh
Revit
322
421
45
57
356
12
PNS
THL-TBPP
PPTK
Honorer
Swadaya
Peny. Revit
JUMLAH
JUMLAH TOTAL
1.213
Sumber : Distanak, Dishutbun, dan DKP, 2012
*) THL-TBPP
: Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantuan Penyuluh Pertanian
**) PPTK
: Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak
Jumlah penduduk Provinsi Banten yang besar merupakan tantangan yang besar
dalam pembangunan ketahanan pangan. Tingkat permintaan pangan akan terus
naik sehingga dibutuhkan ketersediaan pangan yang bertambah dari tahun ke
tahun. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan dari sisi aspek
ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke
waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun
kualitas semakin terbatas.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten memandang isu
tersebut merupakan tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten sesuai tugas pokok dan
fungsinya selama kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Berdasarkan hasil analisis
bahwa tantangan dapat berasal dari internal dan ekternal. Tantangan yang berasal
dari internal antara lain: (1) belum optimal dalam pelaksanaan tugas dan fungsi,
serta belum didukung sepenuhnya dengan kualitas aparatur yang memadai dan
professional; (2) belum memadainya ketersedian (kecukupan) dan daya dukung
sarana dan prasarana kerja; (3) belum optimal dalam koordinasi internal untuk
melakukan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan daerah
secara terarah; (4) masih terbatasnya ketersediaan dan kelengkapan data dan
informasi secara lengkap dan akurat; (5) belum tepat jadwal dan proses
perencanaan sesuai dengan ketentuan dan kondisi yang diinginkan, sehingga
terjadi keterlambatan penyusunan dokumen perencanaan; (6) masih lemahnya
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah secara tepat dan terarah baik
jangka menengah maupun tahunan daerah.
Sementara tantangan yang berasal dari ekternal antara lain : (1) alih fungsi
lahan, pertambahan jumlah penduduk, anomali iklim adalah beberapa hal yang
dapat mengancam bagi produksi dan ketersediaan pangan; (2) dalam hal distribusi,
pasokan,
harga
dan
akses
pangan,
Provinsi
Banten
merupakan
baffer
area/penyangga Ibu Kota, sehingga menjadi ancaman bagi stabililisasi harga dan
ketersediaan, serta alur tata niaga; (3) dalam hal keamanan pangan masih terdapat
pangan yang beredar belum memenuhi standar keamanan pangan; (4) bahwa
secara sosial dan budaya pola pikir dan perilaku konsumsi masyarakat yang
bersandarkan pada paradima belum makan kalau belum makan nasi,
menjadi ancaman bagi pengembangan diverifikasi pangan.
I - 54
jejaring
kerjasama
dengan
dunia
usaha/perbankan
dan
kelembagaan
ketahanan
pangan
pemerintah
dan
masyarakat,
I - 55
BAB 3
Isu-Isu Strategis
Berdasarkan Tugas dan
Fungsi SKPD
3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI PELAYANAN SKPD
Kemandirian pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
merupakan aspek paling strategis bagi daerah yang memiliki jumlah penduduk
besar. Kemandirian dan ketahanan pangan terkait erat dengan kemandirian dan
ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan. Tantangan
peningkatan kemandirian pangan berkaitan dengan permintaan kebutuhan pangan
yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan
kesejahteraan. Sementara dari sisi penyediaan, dihadapkan pada permasalahan
ketersediaan sumberdaya pertanian terutama sumberdaya lahan dan air. Di
samping itu, kemandirian dan ketahanan pangan juga berkaitan dengan upaya
pendistribusian pangan dan konsumsi pangan masyarakat.
Jumlah penduduk Provinsi Banten yang besar merupakan tantangan yang
besar dalam pembangunan ketahanan pangan. Tingkat permintaan pangan akan
terus
naik
sejalan
dengan
pertumbuhan
penduduk
sehingga
dibutuhkan
pangan
dari
sisi
aspek
ketersediaan
dituntut
untuk
mampu
I - 56
Peningkatan
jumlah
penduduk
terutama
disebabkan
adanya
pertumbuhan secara alami dan faktor migrasi yang positif (perpindahan penduduk
dari luar daerah masuk ke wilayah Banten relatif lebih banyak dengan yang ke luar
daerah).
Sejalan dengan betambahnya jumlah penduduk di Provinsi Banten ini
membawa konsekuensi pada permintaan bahan pangan yang terus meningkat. Hal
ini juga didorong oleh adanya peningakatan pendapatan, kesadaran akan
kesehatan dan pergeseran pola makan, serta sebagai akibat meningkatnya aktifitas
masyarakat yang menuntut penyediaan pangan yang cukup dan bermutu. Pada sisi
lain kemampuan dan daya dukung sumberdaya alam untuk menyediakan pangan
semakin berkurang, sebagai akibat tekanan penduduk dan persaingan pemanfaatan
lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus mengambil peran aktif
terutama dalam penyediaan prasarana fisik seperti transportasi, pengairan,
penyediaan air bersih, kesehatan dan pendidikan, serta melalui pelaksanaan sistem
penyuluhan yang efektif dan efisien sebagaiman amanat Undang-undang Nomor 16
Tahun 2006. Namun dalam pelaksanaannya pemerintah masih menghadapi kendala
antara lain adanya keterbatasan sumber pembiayaan dan adanya tuntutan untuk
I - 57
gabungan
kelompok
tani
(Gapoktan)
berorientasi
hanya
untuk
3.2
I - 58
masyarakat.
Dengan
sasaran
yang
ingin
dicapai
adalah
keanekaragaman
pangan
alternatif,
untuk
mengurangi
3.3
dalam Rencana Strategis tahun 2010 2014 adalah Menjadi institusi yang handal,
(1)
Peningkatan
kualitas
pengkajian
dan
perumusan
kebijakan
I - 59
mengoptimalkan
sumber
yang
diindikasikan dengan skor pola pangan harapan tahun 2014 sebesar 93,3; (5)
Terpantaunya distribusi pangan yang lancar sehingga dapat menjaga stabilitas
harga dan pasokan harga yang terjangkau oleh masyarakat; (6) Tersedianya
cadangan pangan pemerintah provinsi di 17 provinsi dan cadangan pemerintah
kabupaten/kota di 100 kab/kota, serta berkembangnya 2.600 lumbung pangan
masyarakat di 2.000 desa; (7) Meningkatnya pengawasan keamanan pangan segar
melalui peran dan partisipasi masyarakat; dan (8) Meningkatnya efektivitas
koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan.
3.4
mendorong pengembangan
Pusat
Kegiatan Nasional
Kawasan Perkotaan Jakarta, dengan kota inti adalah Jakarta dan kota satelit adalah
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan kota lainnya; (2) Pengembangan jalan
lingkar luar kedua (JORR 2) dan jalan radialnya sebagai pembentuk struktur ruang
Jabodetabekjur dan untuk memberikan
Jabodetabekjur
diarahkan
dikembangkan
secara
terpadu
melalui
kawasan
budi
daya
mempunyai
potensi
untuk
reklamasi
yang
antara 40% - 45% dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200
(dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter dan harus mempertimbangkan
karakteristik lingkungan.
Cakupan pelayanan umum penataan ruang secara detail disusun dan
dilaksanakan oleh kabupaten/kota, sedangkan provinsi memberikan arahannya.
Proporsi ruang terbuka hijau (RTH) di daerah perkotaan adalah sebesar 30% yang
terdiri dari: (1) 20% RTH Publik, dimana pemerintah yang harus mengadakan baik
pembebasan
lahannya
maupun
komponen
penunjangnya,
dan
(2)
10%
dilaksanakan oleh private yaitu lahan RTH yang ada di kawasan pemukiman atau
lahan pekarangan rumah.
Pemerintah daerah juga diarahkan untuk mempunyai inisiasi membuat RTH
di pemukiman padat dengan perhitungan tertentu, karena selain berfungsi sebagai
paruparu kota dan bersisoalisasi, juga untuk evakuasi bencana.
Ekosistem wilayah Banten pada dasarnya terdiri dari : (a) Lingkungan Pantai
Utara yang merupakan ekosistem sawah irigasi teknis dan setengah teknis,
kawasan pemukiman dan industri; (b) Kawasan Banten Bagian Tengah yang
merupakan kawasan pertanin dan perkebunan, sebagian berupa pemukiman
perdesaan; (c) Kawasan Banten Selatan merupakan kawasan lindung Gunung
Halimun Salak, Kendeng hingga Malingping, Bayah berupa pegunungan yang
menyimpan potensi sumber daya alam. DAS Cibaliung-Malingping merupakan
cekungan sumber air; (d) Banten Bagian Barat (DAS Cidano dan lereng Gunung
Karang-Aseupan dan Pulosari sampai DAS Ciliman wilayah Pandeglang dan Serang
Bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian; dan (e)
Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa (Rhinoceros
Sondaicus).
Provinsi Banten mempunyai posisi yang strategis, yaitu sebagai jalur
penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Sebagian wilayah timur
meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
menjadi hinterland bagi Provinsi DKI Jakarta.
I - 62
Kabupaten Serang; (d) DAS Cidano, yang meliputi sebagian besar wilayah
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang; (e) DAS Ciliman-Cilemer, yang
meliputi wilayah Kabupaten Lebak dan wilayah barat Kabupaten Pandeglang; dan
(f) DAS Cisadane-Ciliwung, yang meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh Angin Moonson dan gelombang La
Nina. Cuaca didominasi oleh Angin Barat dari Samudra Hindia dan Angin Asia di
musim penghujan serta Angin Timur pada musim kemarau. Selama tahun 2009,
suhu udara di Banten umumnya antara 22,10C - 33,70C, dengan kelembaban udara
bervariasi antara 74%-86%. Secara astronomis, Provinsi Banten terletak pada
posisi 50750-70111 lintang selatan dan 1050111-1060712 bujur timur.
Provinsi Banten memiliki 55 pulau yang tersebar diwilayah provinsi maupun
diperbatasannya.
3.5
strategis pembangunan nasional. Dari sembilan isu strategis tersebut ada 2 (dua)
terkait dengan keberlanjutan pembangunan bidang ketahanan pangan, yaitu isu
nomor Keempat, yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh
merusak lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan dan
sumber daya alam yang tidak tepat akan menyebabkan sumber daya menyusut
lebih cepat dan dengan mudah mengembalikan krisis pangan dan energi seperti
yang terjadi tahun 2007/2008 yang lalu. Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan
I - 63
biaya hidup meningkat yang pada gilirannya menurunkan kualitas hidup. Kerusakan
lingkungan hidup diduga menjadi salah satu penyebab utama munculnya epidemik
dan penyakit saluran pernapasan. Dimensi lingkungan hidup pun
makin luas
berbasis sumber daya pangan lokal; (8) Monitoring sistem ketahanan pangan
sebagai basis early warning sistem; dan (9) Kajian-kajian akademik kebijakan
ketahanan pangan khususnya tentang stabilitas dan keseimbangan kebutuhan dan
pasokan berbasis sumber daya lokal.
Sementara isu strategis pembangunan daerah terkait dengan bidang
ketahanan pangan sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2012-2017 adalah bahwa
Jumlah penduduk Provinsi Banten yang besar merupakan tantangan yang besar
dalam pembangunan ketahanan pangan. Tingkat permintaan pangan akan terus
naik sejalan dengan pertumbuhan penduduk sehingga dibutuhkan ketersediaan
pangan yang bertambah dari tahun ke tahun. Pembangunan ketahanan pangan
dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas
produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik
secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas.
Hasil analisis terhadap isu strategis dan permasalahan pembangunan
daerah di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan dapat diidentifikasi antara
lain :
1. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian, dengan isu yang
berkembang adalah :
(1)
Kelestarian sumberdaya lahan dan air saat ini tingkat alih fungs lahan
pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran dll). Kondisi sumber
air di Provinsi Banten perlu diwaspadai, daerah tangkapan air yakni
I - 65
(banjir,
longsor,
kekeringan,
gempa)
memerlukan
sistem
pencadangan pangan yang baik. Saat ini belum optimalnya :(a) sistem
cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana
alam minimal 3 (tiga) bulan, (b) cadangan pangan hidup (pekarangan,
lahan desa, lahan tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan), (c)
kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan
pangan komunitas lainnya, (d) sistem cadangan pangan melalui Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) melalui optimalisasi Gapoktan dan
Poktan ataupun lembaga usaha lainnya.
2. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan, dengan isu yang
berkembang antara lain :
(1)
Pengentasan
kemiskinan
dan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat.
I - 66
(3)
(2)
pangan
berbasis
tepung
umbi-umbian
lokal
dan
Jumlah anak balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang di Provinsi
Banten tahun 2011 sebesar 0.68 persen (sekitar 9.131 ribu jiwa) dan
beberapa masalah gizi lainnya seperti anemia gizi besi (AGB), gangguan
I - 67
5. Peningkatan mutu dan keamanan pangan, isu dan permasalahan yang terjadi
antara lain :
(1)
(2)
(3)
Oleh
karena
itu
usaha-usaha
untuk
pencegahan
dan
(2)
I - 68
(3)
(4)
I - 69
BAB 4
Visi, Misi, Tujuan,
Sasaran, Strategi dan
Kebijakan
4.1.
2017
yaitu:
BERSATU
MEWUJUDKAN
BANTEN
SEJAHTERA
I - 70
dan
pemantapan
ketersediaan
dan
cadangan
pangan
4.2.
suatu organisasi, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu suatu perencanaan. Sedangkan Sasaran merupakan penjabaran dari
tujuan organisasi, yaitu hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang
lebih spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu
yang lebih pendek dari tujuan.
Tujuan yang ingin diwujudkan adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan pangan dan pengelolaan cadangan pangan dengan
mengoptimalkan
potensi
sumberdaya
secara
berkelanjutan
dan
berkesinambungan;
2. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan
pangan;
3. Mengembangkan sistim distribusi pangan untuk memelihara stabilitas pasokan
dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat;
4. Mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman;
5. Meningkatkan koordinasi dan peran aparatur serta masyarakat sehinggga
mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun ketahanan pangan dan
penyuluhan.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi, yaitu hasil yang akan
dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci, dapat diukur dan
dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
I - 72
keamanan,
mutu
dan
higiene
pangan
yang
dikonsumsi
mewujudkan visi dan misi. Sedangkan kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil
oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Strategi dan kebijakan dalam
upaya mencapai tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan dan
penyuluhan tahun 2012-2017 yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan sebagai penjabaran dari strategi dan arah kebijakan RPJMD
I - 73
Provinsi Banten tahun 2012 2017 sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
Misi 1 : Pengembangan dan pemantapan ketersediaan dan
cadangan pangan masyarakat berbasis kemandirian, ditujukan untuk
meningkatkan ketersediaan pangan dan pengelolaan cadangan pangan dengan
mengoptimalkan
potensi
sumber
daya
secara
berkelanjutan
dan
(2)
meningkatkan
koordinasi
pengelolaan
cadangan
pangan
perkebunan),
masyarakat
dan
(3)
lembaga
menguatkan
cadangan
kelembagaan
pangan
lumbung
komunitas
pangan
lainnya,
(4)
I - 74
dan penguatan
dalam meningkatkan
pasar,
(5)
mendorong
dan
mendukung
penguatan
lembaga
distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi, (7) mendorong dan
mendukung pencegahan kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan,
(8) pemberian bantuan pangan pada kelompok masyarakat miskin dan yang
terkena bencana secara tepat sasaran, tepat waktu dan tepat produk;
4. Penjaminan Stabilitas Harga Pangan, melalui : (1) pemberlakuan Harga
Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis , (2) pengembangan
Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah pada waktu panen dan
operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis, (3)
mendorong dan mendukung adanya dana talangan pemerintah (propinsi dan
kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga komoditas pangan strategis, (4)
peningkatan peranan Lembaga pembeli gabah dan Lembaga usaha ekonomi
pedesaan, (5) mendorong dan mendukung pengembangan sistem tunda jual
dan resi gudang, (6) pengembangan sistem informasi dan monitoring produksi,
konsumsi, harga, stok dan pasokan pangan secara berkala;
5. Peningkatan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan
bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin (misalnya Raskin) dan
mengelola pangan bersubsidi bagi kelompok khusus (rentan gizi buruk dan
rawan pangan).
Strategi di atas dimplementasikan dengan dukungan kebijakan yang akan
dikembangkan antara lain :
1. Pengembangan distribusi pangan yang merata, harga stabil dan terjangkau
(aksesibilitas) dengan mendorong dan mendukung upaya peningkatan daya beli
dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin;
2. Meningkatkan akses pangan melalui pengembangan sistem distribusi yang
efektif dan efisien;
3. Penanganan daerah rawan pangan yang terprogram melalui penumbuhan dan
pengembangan desa mandiri pangan;
4. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan ekonomi perdesaan dalam rangka
mengembangkan sistem distribusi pangan dan aksesibilitas pangan serta upaya
kewaspadaan pangan dan penanganan rawan pangan.
I - 76
I - 77
Sumberdaya
Aparatur,
serta
Peningkatan
Koordinasi
dengan
Penyuluhan;
4. Mengoptimalkan fungsi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi;
I - 78
kesejahteraan
pegawai
dengan
penerapan
reward
dan
punishment.
Tabel 4.1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi,
dan Kebijakan
Visi : Menjadi Institusi Yang Handal Menuju Mantapnya Ketahanan Pangan Masyarakat
Berbasis Kearifan Lokal dan Sistem Penyuluhan Yang Efektif Untuk Bersatu Mewujudkan
Banten Sejahtera
Misi 1 : Pengembangan dan pemantapan ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat
berbasis kemandirian
Tujuan
Meningkatkan
ketersediaan
pangan dan
pengelolaan
cadangan
pangan dengan
mengoptimalkan
potensi sumber
daya secara
berkelanjutan
dan
berkesinambung
an
Sasaran
1.
2.
Mempertahankan
1.
ketersediaan
energi per kapita
minimal 2.200
kilokalori/ hari dan
penyediaan protein
per kapita minimal
57 Gram/hari;
Terwujudnya
cadangan pangan
pemerintah
Provinsi Banten
sebesar 200 ton
(setara beras),
Strategi
Mendorong dan
1.
mendukung peningkatan ketersediaan
pangan melalui : (1)
mengkoordinasikan
dan mensinergikan
upaya peningkatan
kapasitas produksi
pangan; (2)
meningkatkan
koordinasi pengelolaan
cadangan pangan
masyarakat dan
2.
pemerintah daerah;
Kebijakan
Pemantapan
ketersediaan
pangan baik
hewani maupun
nabati dalam
jumlah dan
keragaman untuk
mendukung
konsumsi pangan
sesuai kaidah
kesehatan dan gizi
seimbang.
Mengembangkan
dan memperkuat
I - 79
kemampuan
pengelolaan
cadangan pangan
pemerintah dan
masyarakat
hingga di tingkat
desa dan atau
komunitas.
Tujuan
1. Membangun
kesiapan
dalam
mengantisipa
si dan
menanggulan
gi kerawanan
pangan;
2. Mengembang
kan sistim
distribusi
pangan untuk
memelihara
stabilitas
pasokan dan
harga pangan
yang
terjangkau
Sasaran
1. Berkurangnya
1.
daerah rawan
pangan di 8
Kabupaten/Kota (52
kecamatan);
2. Stabilnya harga
komoditas pangan
strategis yang
ditandai dengan
2.
rendahnya
perbedaan harga
antara musim panen
dan non panen
dengan perbedaan
maksimum 10
persen;
3. Berkembangnya
3.
kelembagaan
Strategi
Mendorong
1.
terwujudnya distribusi
pangan yang merata
dan terjangkau untuk
menjamin stabilitas
dan keamanan
pasokan dan harga
pangan ditingkat
rumah tangga;
Mendorong peran serta
kelembagaan
masyarakat dalam
meningkatkan
kelancaran distribusi,
2.
stabilisasi harga dan
akses pangan;
Peningkatan koordinasi
dan sinergitas dengan
Kebijakan
Pengembangan
distribusi pangan
yang merata,
harga stabil dan
terjangkau
(aksesibilitas)
dengan
mendorong dan
mendukung upaya
peningkatan daya
beli dan
mengurangi
jumlah penduduk
yang miskin;
Meningkatkan
akses pangan
melalui
pengembangan
I - 80
4.
sistem distribusi
yang efektif dan
efisien;
Penanganan
daerah rawan
pangan yang
terprogram melalui
penumbuhan dan
pengembangan
desa mandiri
pangan;
Meningkatkan
pemberdayaan
kelembagaan
ekonomi
perdesaan dalam
rangka
mengembangkan
sistem distribusi
pangan dan
aksesibilitas
pangan serta
upaya
kewaspadaan
pangan dan
penanganan
rawan pangan.
I - 81
5.
mendukung adanya
dana talangan
pemerintah (propinsi
dan kabupaten/kota)
dalam menstabilkan
harga komoditas
pangan strategis, (4)
peningkatan peranan
Lembaga pembeli
gabah dan Lembaga
usaha ekonomi
pedesaan, (5)
mendorong dan
mendukung
pengembangan sistem
tunda jual dan resi
gudang, (6)
pengembangan sistem
informasi dan
monitoring produksi,
konsumsi, harga, stok
dan pasokan pangan
secara berkala;
Peningkatan efisiensi
dan efektivitas
intervensi bantuan
pangan/pangan
bersubsidi kepada
masyarakat golongan
miskin (misalnya
Raskin) dan mengelola
pangan bersubsidi bagi
kelompok khusus
(rentan gizi buruk dan
rawan pangan).
Tujuan
Mengembangkanpenganekaragaman
konsumsi
pangan yang
beragam,
bergizi
seimbang dan
aman
Sasaran
1.
Meningkatkan
keragaman
konsumsi pangan
perkapita untuk
mencapai gizi
seimbang dengan
kecukupan energi
minimal 2.000
kkal/hari dan
protein sebesar 52
gram/hari dan
cukup zat gizi
mikro, serta
meningkatkan
keragaman
konsumsi pangan
dengan skor Pola
Pangan Harapan
(PPH) 96 pada
Strategi
1.
2.
Pengembangan dan
percepatan
diversifikasi konsumsi
pangan berbasis
pangan lokal melalui
upaya pengolahan
pangan berbahanbaku tepung umbiumbian lokal dan
pengembangan
aneka pangan lokal
lainnya;
Pengembangan
bisnis pangan untuk
peningkatan nilai
tambah ekonomi, gizi
dan mutu
ketersediaan pangan
yang beragam dan
Kebijakan
1.
2.
Meningkatkan
penganekaraga
man konsumsi
pangan berbasis
bahan baku
pangan lokal;
Mendorong,
mengembangkan
dan membangun,
serta
memfasilitasi
peran serta
masyarakat
dalam
pemenuhan
pangan sebagai
implementasi
pemenuhan hak
atas pangan;
I - 82
2.
tahun 2017;
Meningkatkan
keamanan, mutu
dan higiene
pangan yang
dikonsumsi
masyarakat
dengan menekan
pelanggaran
terhadap
ketentuan
keamanan pangan
sampai 90 persen
tahun 2017.
3.
4.
5.
6.
bergizi seimbang
melalui penguatan
kerjasama
pemerintahmasyarakat dan
swasta;
Pengembangan
metode sosialisasi
dan promosi
diversifikasi konsumsi
pangan dan gizi
kepada kelompok
masyarakat sejak
usia dini melalui jalur
pendidikan formal
dan non formal;
Mendorong
masyarakat untuk
percepatan pola
konsumsi pangan
berbasis sumberdaya
lokal;
Peningkatan
pengetahuan dan
kesadaran tentang
keamanan pangan
pada masyarakat;
Penguatan
pengawasan dan
pembinaan
keamanan pangan
dengan melengkapi
perangkat peraturan
perundang-undangan
di bidang mutu dan
keamanan pangan.
3.
4.
5.
Mengembangkan
jaringan antar
lembaga
masyarakat
untuk
pemenuhan hak
atas pangan dan
gizi;
Meningkatkan
pengawasan
mutu dan
keamanan
pangan;
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
terhadap
keamanan
pangan.
Tujuan
Meningkatkan
koordinasi dan
peran aparatur
serta
masyarakat
sehinggga
mampu
mewujudkan
koordinasi
dalam
membangun
Ketahanan
Pangan dan
Penyuluhan
Sasaran
1.
2.
Meningkatnya
kapasitas
kelembagaan dan
sumberdaya
aparatur ketahanan
pangan dan
penyuluhan di 8
Kabupaten/Kota;
Meningkatnya
efektifitas koordinasi
kebijakan ketahanan
pangan melalui
Dewan Ketahanan
Pangan
Strategi
1.
2.
3.
4.
Optimalisasi
Pelaksanaan dan
Penyempurnaan
Organisasi dan Tata
Kerja Badan
Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan;
Meningkatkan SDM
Aparatur Badan
Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan;
Meningkatkan
Sarana dan
Prasarana Kerja
Badan Ketahanan
Pangan dan
Penyuluhan;
Mengoptimalkan
Kebijakan
1.
2.
3.
Meningkatkan
perencanaan,
penganggaran
dan kerjasama
program secara
efektif dan efisien;
Meningkatkan
kualitas
monitoring dan
evaluasi
ketahanan pangan
dan penyuluhan;
Meningkatkan
pengelolaan
keuangan
(akuntansi) dan
rumah tangga
kantor;
I - 83
5.
fungsi Dewan
4.
Ketahanan Pangan
Provinsi;
Meningkatkan Sistem
Pengendalian Internal 5.
dalam rangka
monitoring dan
evaluasi, serta
pemantapan Standar
Operasional Prosedur
(SOP) dalam rangka
peningkatan
6.
pelayanan pada antar
Stakeholders/masyar
akat
7.
8.
Meningkatkan
pengelolaan
organisasi
tatalaksana;
Meningkatkan
peran dan tugas
Dewan Ketahanan
Pangan dalam
koordinasi
ketahanan
pangan;
Meningkatkan
pemahaman
masyarakat
terhadap
ketahanan
pangan;
Meningkatkan
kualitas pelayanan
penyuluhan
melalui
pendampingan;
Meningkatkan
kesejahteraan
pegawai dengan
penerapan reward
dan punishment.
I - 84
BAB
5
Rencana Program dan
Kegiatan, Indikator Kinerja,
Kelompok Sasaran
dan Pendanaan Indikatif
1.8.
pangan,
melalui
Program
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
I - 85
pangan di Provinsi Banten (52 Kecamatan rawan pangan); serta (8) Cakupan
layanan penyuluh pada daerah sentra produksi (70% tahun 2017).
2. Kebijakan umum meningkatkan dan mengembangkan kualitas setiap unit kerja
dalam pelayanan publik untuk mewujudkan clean government and good
government, melalui 3 (tiga) program, yaitu : (1) Program Peningkatan Kualitas
Tata Kelola Pemerintahan Daerah, dengan indikator kinerja program adalah : a)
rasio ketersediaan dokumen perencanaan, evaluasi dan pelaporan (100%), dan
b) rasio ketersediaan dokumen penatausahaan, pengendalian dan evaluasi
laporan keuangan. (2) Program Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran
dan Kapasitas Aparatur, dengan indikator kinerja program adalah a) rasio
penyediaan barang dan jasa administrasi perkantoran serta pelayanan
tatausaha kerumahtanggaan, b) rasio penyelenggaraan rapat koordinasi dan
konsultasi di dalam dan ke luar daerah, c) rasio pembangunan, pengadaan,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana dan sarana aparatur, dan 4) rasio
pembinaan
dan
peningkatan
pelayanan,
tata
usaha
dan
administrasi
kepegawaian.
3. Kebijakan umum meningkatkan kualitas data dan informasi pendukung
perencanaan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan, melalui 1 (satu)
program yaitu Program Penyediaan Data Pembangunan Daerah, dengan
indikator
kinerja
program
adalah
ketersediaan
data
dan
informasi
pembangunan.
Kegiatan adalah bagian dari program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumberdaya, baik yang berupa personil (SDM), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengimplementasikan
program pembangunan daerah tersebut adalah :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat, pencapaian indikator
program akan dilaksanakan melalui kegiatan : (1) Kegiatan Pengelolaan dan
Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan
Ketersediaan dan Akses Pangan; (3) Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan
I - 86
(7)
Kegiatan
Pembinaan
dan
Pengembangan
Konsumsi
dan
1.9.
atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Bersifat indikatif adalah bahwa
data dan informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran
dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi
yang hendak dicapai dan tidak kaku.
Indikator kinerja (outcame) dari Program Peningkatan Kualitas Tata Kelola
Pemerintahan Daerah adalah
Sedangkan
I - 88
BAB
konektivitas
pengembangan
wilayah/kawasan
guna
percepatan
dan
Religius, Cerdas dan Berdaya Saing dalam Kerangka Penguatan NKRI ditujukan
untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, agamis dan berdaya
I - 89
dalam
pengembangan
ekonomi
lokal
yang
berdaya
saing;
(4)
dengan tugas, fungsi dan pelayanan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Provinsi Banten adalah sasaran nomor 5 (lima) yaitu terpenuhinya kebutuhan
pangan masyarakat. Dengan arah kebijakan antara lain : (1) Meningkatnya
produksi dan produktivitas pangan pokok (beras, jagung dan kedelei); (2)
Meningkatnya
keanekaragaman
pangan
alternatif,
untuk
mengurangi
I - 90
Pelayanan
Minimal
Bidang
Ketahanan
Pangan
Provinsi
dan
I - 91
Tabel 6.1.
Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten tahun
2012-2017 yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Banten tahun
2012-2017
No.
Indikator
(1)
1.
(2)
Ketersediaan dan
cadangan pangan,
dengan indiktor:
1. Jumlah Cadangan
Pangan Pemerintah
Provinsi (200 ton
setara beras)
2. Jumlah Cadangan
Pangan Masyarakat
(807 ton setara
GKG tahun 2017)
3. Jumlah lembaga
cadangan pangan
pemerintah provinsi
(1 lembaga tahun
2017)
4. Jumlah lembaga
cadangan pangan
masyarakat (82
Lembaga Tahun
2017)
5. Dokumen hasil
analisis
ketersediaan dan
cadangan pangan
(5 dokumen)
2.
3.
Kondisi
Kinerja
pada
awal
periode
RPJMD
(2012)
(3)
2013
(4)
2014
(5)
2015
(6)
2016
(7)
2017
(8)
Kondisi
Kinerja
pada
akhir
periode
RPJMD
(2017)
(9)
223 ton
200 ton
200 ton
200 ton
200 ton
200 ton
200 ton
427 ton
522 ton
617 ton
712 ton
807 ton
807 ton
807 ton
1
lembaga
1
lembaga
42
lembaga
52
lembaga
62
lembaga
72
lembaga
82
lembaga
82
lembaga
82
lembaga
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
5 dok
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
3 dok
3 dok
3 dok
3 dok
3 dok
3 dok
15 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
5 dok
Skor 81
Skor 84
Skor 87
Skor 90
Skor 93
Skor 96
Skor 96
I - 92
5.
6.
7.
Penanganan
kerawanan pangan,
dengan indikator :
1. Jumlah daerah
rawan pangan dan
gizi yang tertangani
(52 Kecamatan
tahun 2017)
2. Dokumen hasil
analisis daerah
rawan pangan (5
dokkumen)
Koordinasi Perumusan
dan Pelaksanaan
Kebijakan
Pembangunan
Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan, dengan
indikator :
1. Jumlah rumusan
bahan kebijakan
ketahanan pangan
melalui Dewan
Ketahanan
Pangan(20
dokumen)
2. Jumlah
penghargaan
ketahanan pangan
(6 Kategori)
Cakupan layanan
penyuluh pada daerah
sentra produksi (%)
Cakupan penumbuhan
dan pengembangan
kelembagaan pertanian
(unit)
40
lembaga
60
lembaga
80
lembaga
100
lembaga
120
lembaga
140
lembaga
140
lembaga
2
komoditas
3
komoditas
4
komoditas
5
komoditas
6
komoditas
20
komoditas
2 dok
2 dok
2 dok
2 dok
2 dok
10 dok
10 kec
10 kec
10 kec
11 kec
11 kec
52 kec
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
1 dok
5 dok
4 dok
4 dok
4 dok
4 dok
4 dok
20 dok
6
kategori
6
kategori
6
kategori
6
kategori
6
kategori
6
kategori
40%
50%
60%
70%
80%
80%
25
I - 93
9.
10.
Cakupan peningkatan
akses kelompok tani
terhadap perbankan
(unit)
Cakupan tingkat
pemanfaatan teknologi
terapan bidang
kehutanan dan
perkebunan (unit)
Peningkatan jumlah
kelompok usaha
mandiri (unit)
22
24
26
28
30
30
10
20
20
20
20
20
100
I - 94
BAB
PENUTUP
Badan
Ketahanan
mengimplementasikan
Pangan
Renstra
dan
tahun
Penyuluhan
2012-2017,
Provinsi
Banten
berkewajiban
dalam
untuk:
(1)
mencapai
pembangunan
ketahanan
pangan
dan
pelaksanaan
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang efektif dan efisien disadari
tidaklah mudah, akan tetapi dengan niat, kerjasama, sinergitas, integritas,
keterpaduan program, serta terus meningkatkan koordinasi antar pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota dan stakeholders/masyarakat yang concern dan
peduli terhadap pembangunan ketahanan pangan pelaksanaan penyuluhan
pertanian, perikanan, dan kehutanan akan dapat tercapai tujuan dan sasaran
sebagaimana yang telah ditetapkan.
Implementasi Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi
Banten Tahun 2012-2017 pada tahapan penyusunan Rencana Kerja (Renja)
tahunan, masih dimungkinkan mengalami penyesuaian sesuai dengan kebutuhan
karena mengikuti terjadinya dinamika dan perubahan kebijakan, permasalahan, dan
hasil evaluasi dalam pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan
pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. Akhirnya, dengan
I - 95
tersusunnya dokumen ini, kiranya dapat menjadi pedoman dan acuan dalam
perumusan kebijakan dan dapat menjadi bahan dalam pengambilan keputusan
dalam rangka penyusunan program dan kegiatan tahunan, serta sebagai acuan
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Provinsi Banten selama kurun waktu lima tahun.
Serang,
Desember 2013
I - 96
I - 97
Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten Tahun 2012-2017
Kode
(1)
1.20.52.
1.20.52.1.
1.20.52.1.
Program dan
Kegiatan
(2)
Indikator Kinerja
Program
(Outcome) dan
Kegiatan (Output)
(3)
Data
Capaian
pada
Tahun
Awal
Perencana
an (2012)
Target
Rp
(Juta)
Target
Rp
(Juta)
Target
Rp
(Juta)
Targ
et
Rp
(Juta)
Target
Rp
(Juta)
Target
Rp (Juta)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
2013
Program
Peningkatan
Kualitas Tata
Kelola
Pemerintahan
Daerah
Kegiatan
Penyusunan
Laporan Kinerja
Keuangan dan
Aset BKPP Banten
Kegiatan
Perencanaan,
Evaluasi dan
Pelaporan
2014
540
2015
594
2016
653
Kondisi Kinerja
pada Akhir
Periode Renstra
SKPD
2017
719
791
Kelompok
Sasaran
Lokasi
(17)
(18)
3.297
Rasio ketersediaan
dokumen
perencanaan,
evaluasi dan
pelaporan (%)
Rasio ketersediaan
dokumen
penatausahaan,
pengendalian dan
evaluasi laporan
keuangan (%)
Jumlah dokumen
laporan kinerja
keuangan dan aset
BKPP Banten (dok)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
110
121
133
146
35
611
Jumlah dokumen
perencanaan, hasil
evaluasi dan
pengendalian, serta
dokumen pelaporan
440
484
532
586
644
36
2.686
Aparatur
Provinsi
Banten
Apartur
Provinsi
Banten
I - 98
Program
Peningkatan
Sarana,
Prasarana
Perkantoran dan
Kapasitas
Aparatur
1.20.53.1.
Kegiatan
Penyediaan Barang
dan Jasa
Perkantoran
1.20.53.2.
1.20.53.3.
1.350
1.485
1.634
1.797
1.977
8.242
Rasio penyediaan
barang dan jasa
administrasi
perkantoran serta
pelayanan tata usaha
kerumahtanggaan
(%)
Rasio
penyelenggaraan
rapat koordinasi dan
konsultasi di dalam
dan luar daerah (%)
Rasio pembangunan,
pengadaan,
pemeliharaan dan
rehabilitasi prasarana
dan sarana aparatur
(%)
Rasio pembinaan
dan peningkatan
pelayanan, tata usaha
dan administrasi
kepegawaian (%)
Tersedianya barang
dan jasa administrasi
perkantoran serta
pelayanan tata usaha
kerumahtanggaan
Terselenggaranya
rapat koordinasi dan
konsultasi di dalam
dan luar daerah
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
600
100
660
100
726
100
799
100
878
100
3.663
Aparatur
Provinsi
Banten
100
100
300
100
330
100
363
100
399
100
439
100
1.832
Aparatur
Provinsi
Banten
Tersedia dan
100
100
350
100
385
100
424
100
466
100
512
100
2.137
Aparatur
Provinsi
I - 99
1.20.53.4.
1.23.60.
1.23.60.1.
Penyediaan dan
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana
Perkantoran
Kegiatan
Peningkatan
Capacity Building
Aparatur BKPP
Provinsi Banten
dan Pencitraan
Kelembagaan
terpeliharanya
Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Meningkatnya
kualitas SDM
aparatur BKPP
Provinsi Banten
100
100
Program
Penyediaan Data
Pembangunan
Daerah
Kegiatan
Pengelolaan dan
Penyediaan Data
dan Informasi
Pembangunan
Ketahanan Pangan
dan Penyuluhan
100
100
200
Ketersediaan data
dan informasi
pembangunan
(Paket)
Berjalannya dan
berfungsinya PPID
Pembantu
Berjalannya dan
berfungsinya : Web
site BKPP Provinsi
Banten
1.21.58.
Banten
100
220
121
100
242
100
266
100
293
Aparatur
Provinsi
Banten
1.221
100
200
100
220
100
242
100
266
100
293
100
1.221
Aparatur
Provinsi
Banten
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
500
Aparatur
Provinsi
Banten
200
200
200
5.445
200
611
100
4.950
146
4.500
133
Program
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
Masyarakat
Cadangan Pangan
Pemerintah Provinsi
(Ton)
110
7.990
200
7.288
200
30.173
200
I - 100
1.21.58.1.
1.21.58.2.
Kegiatan
Pengelolaan dan
Penanganan
Kerawanan Pangan
Kegiatan
Jumlah Cadangan
Pangan Masyarakat
(Ton)
Jumlah lembaga
cadangan pangan
pemerintah provinsi
(lembaga)
426
521
617
712
807
807
807
Jumlah lembaga
cadangan pangan
masyarakat
(lembaga)
Ketersediaan
Informasi pasokan,
harga dan akses
pangan (%)
Cakupan layanan
fasilitasi program
bantuan Raskin (%)
Penganekaragaman
konsumsi pangan
masyarakat (skor
PPH)
Cakupan
pengawasan dan
pembinaan
keamanan pangan
(%)
Jumlah daerah rawan
pangan yang
tertangani
(kecamatan)
42
52
62
72
82
82
82
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
84
87
90
93
96
96
96
60
70
80
85
90
90
10
10
10
10
11
11
52
Cakupan layanan
penyuluh pada
daerah sentra
produksi (%)
Terkelola dan
tertanganinya
kerawanan pangan
30
40
50
60
70
80
80
100
100
655
100
721
100
793
100
872
100
959
100
3.999
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
100
100
325
100
358
100
393
100
433
100
476
100
1.984
Aparatur &
Provinsi
Terkelola dan
I - 101
1.21.58.3.
1.21.58.4.
1.21.58.5.
1.21.58.6.
1.21.58.7.
1.21.58.8.
2.1.3.
Pengelolaan dan
Pengembangan
Ketersediaan dan
Akses Pangan
Kegiatan
Pengelolaan dan
Pengembangan
Cadangan Pangan
Kegiatan
Pengelolaan dan
Pengembangan
Sistem Distribusi
dan Harga Pangan
Kegiatan
Pengendalian
Program Bantuan
Raskin
Kegiatan
Pengelolaan,
Pembinanaan dan
Pengembangan
Keamanan Pangan
Kegiatan
Pembinaan dan
Pengembangan
Konsumsi dan
Penganekaragaman
Pangan
Kegiatan Fasilitasi
Dewan Ketahanan
Pangan Daerah
Provinsi Banten
berkembangnya
ketersediaan dan
akses pangan
Masyarakat
Banten
Terkelola dan
berkembangnya
cadangan pangan
100
100
825
100
908
100
998
100
3.098
100
1.908
100
7.737
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
Terkelola dan
berkembangnya
sistem distribusi dan
harga pangan
100
100
645
100
710
100
780
100
858
100
944
100
3.938
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
Terkendalinya
program bantuan
Raskin
100
100
250
100
275
100
303
100
333
100
366
100
1.526
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
Terkelola, terbina,
dan berkembangnya
keamanan pangan
100
100
635
100
699
100
768
100
845
100
930
100
3.877
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
Terbina dan
berkembangnya
konsumsi dan
keanekaragaman
pangan
100
100
740
100
814
100
895
100
985
100
1.083
100
4.518
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
Terfasilitasinya
Dewan Ketahanan
Pangan Daerah
Provinsi Banten
100
100
425
100
468
100
514
100
566
100
622
100
2.595
Aparatur
Program
Pemberdayaan
Kelembagaan dan
Sumberdaya
Peternakan,
Perikanan,
Pertanian dan
Perkebunan
3.750
Cakupan
4.153
4.721
5.265
5.845
23.734
25
I - 102
2.1.3.1.
2.1.3.2.
JUMLAH
Kegiatan Fasilitasi
Pembinaan dan
Pengembangan
Kapasitas
Kelembagaan
Penyuluhan
Pertanian,
Perikanan, dan
Kehutanan
Fasilitasi
Pembinaan dan
Pengembangan
Kapasitas
Sumberdaya dan
Programa
Penyuluhan
Pertanian,
Perikanan, dan
Kehutanan
penumbuhan dan
pengembangan
kelembagaan
pertanian (unit)
Cakupan
peningkatan akses
kelompok tani
terhadap perbankan
(unit)
Cakupan tingkat
pemanfaatan
teknologi terapan
bidang kehutanan
dan perkebunan
(unit)
Peningkatan jumlah
kelompok usaha
mandiri (unit)
Terbina dan
berkembangnya
kapasitas
kelembagaan
penyuluhan
Terbina dan
berkembangnya
kapasitas
sumberdaya
penyuluh dan
tersusunnya
programa
penyuluhan
20
22
24
26
28
30
30
10
20
20
20
20
20
20
100
100
100
1750
100
2.000
100
2.300
100
2.500
100
2.845
100
3.400
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
100
100
2.000
100
2.153
100
2.421
100
2.765
100
3.000
100
3.400
Aparatur &
Masyarakat
Provinsi
Banten
10.340
11.402
12.695
16.036
16.193
66.667
I - 103