Laporan P3 Mimi
Laporan P3 Mimi
Oleh
Nama
: Nur Rahmi
Nim
: I11114516
Kelompok
: IV (Empat)
Asisten
: Multazam
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan ditujukan untuk meningkatkan produksi hasil
ternak yang sekaligus meningkatkan pendapatan peternak, menciptakan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Berdasarkan dan
mengacu pada visi pembangunan peternakan, maka telah digariskan Misi
Pembangunan Peternakan yaitu memfasilitasi penyediaan pangan asal ternak yang
cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan sumberdaya
manusia peternakan agar dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi,
menciptakan
peluang
peternakan,membantu
ekonomi
menciptakan
untuk
lapangan
meningkatkan
kerja
di
bidang
pendapatan
agribisnis
peternakandi
sulawesi
selatan
danayamras.
pembinaanmakananternak,
Usaha
iniakandidorongmelaluipengamananternak,
penyediaanbibitunggul
(IB)
danpenyuluhan.
sampingituakandiusahakanpeningkatankegiatanpenyidikanpenyakithewan
Di
di
634
kegiatan yang ada maka Kabupaten Barru termasuk Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) Mallusetasi yaitu kawasan peternakan sapi,Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) Balusu yaitu kawasan peternakan sapi, Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) Tanete Riaja yaitu kawasan peternakan sapi,dan berdasarkan
pengembangannya maka kabupaten barru termasuk kawasan hasil peternakan
Mallusetasi. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan laporan tentang potensi
dasar peternak di kabupaten Barru.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya praktik lapang perencanaan pembangunan
peternakan yaitu agar mahasiswa dapat melihat potensi dasar peternak yang ada di
Kabupaten Barru.
Tujuan dilaksanakannya praktik lapang perencanaan pembangunan
peternakan yaitu untuk mengetahui potensi dasar peternak yang ada di Kabupaten
Barru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pembangunan Peternakan
Perencanaan pembangunan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan,
yakni: rencana yangterkait dengan ekonomi sebagai suatu keseluruhan dibagi
dalam sector-sektor utama(perencanaan sektoral) dan dapat terjadi dalam wilayahwilayah (perencanaan regional); danprogram yang terkait dengan penentuan
secara lebih detail yaitu berupa tujuan-tujuan khususyang harus dicapai dalam
berbagai
sector
atau
wilayah;
dan
proyek
merupakan
komponen-
sebagai berikut: Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada dua hal, yang
pertama, ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkrit yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki
oleh masyarakat yang bersangkutan dan yang kedua ialah pilihan diantara caracara alternatif serta rasional guna mencapai tujuan tujuan tersebut.
DirektoratJenderalPeternakanmenekankanbahwapola
perencanaanpembangunanPeternakanmenganutprinsipsinergiantarapolatop
downpolicydengan
bottom
Denganpolainisangatdiharapkanbahwakegiatan
benarsesuaidengantujuannasional,
up
yang
planning.
dilakukanbenar-
potensidankebutuhandaerah
(Ditjennak,
2011).
Menurut Siagian (2008) mendefinisikan Pembangunan yaitu : Suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara dan pemerintah menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (natton building). Pembangunan
dapat pula diartikan sebagai proses tindakan untuk mengubah kehidupan dan
penghidupan penduduk, sehingga dapat memenuhi segala macam dan bentuk
kebutuhan secara layak, bahkan mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
perkembangan penduduknya serta sesuai ilmu tekhnologi dan tekhnik yang
semakin maju.
Menurut Michael P. Todarodalam Rowland B. F. Pasaribu (2013), tujuan
pembangunan yang universal adalah sebagai berikut.
peternakanmencakupberbagaikegiatanagribisnis,
mulaidari
hulusampaihilir,
yang
memilikiomsetbesardanmemberikankontribusibesarterhadapkesejahteraanpeter
nak.Potensipeternakan
yang
sangatbesar
di
Indonesia
seharusnyadapatdijadikansebagaipemacuperekonomianuntukmensejahterakanb
angsa.Hal
itudapatmenjadikenyataanapabilapeternakandijadikanplatform
pembangunannasional.Untukiturevitalisasipeternakanmenjadisangatpenting.
Ada beberapakeywords untukmencapaikeberhasilanpembangunanpeternakan,
yaitu: keberpihakan, koordinasi, sumberdayamanusia, dan investasi (Ditjennak,
2011).
II.2. Peranan Peternak dalam Pembangunan Peternakan
Sumberdaya peternak merupakan faktor produksi yang penting dan
mempunyai dampak langsung pada peningkatan daya saing usaha. Semakin tinggi
kapasitas sumberdaya manusia maka output yang dihasilkan juga akan semakin
banyak. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat menurunkan biaya
produksi
(efisiensi
usaha),
menurunkan
biaya
produksi
marjinal,
dan
ilmu
pengetahuan
dan
kearifan
lokal
sehingga
mampu
Di
Kabupaten Barru masih tersedia lahan potensial untuk areal hijauan pakan ternak :
58.120 Ha dan padang pengembalaan 4.813 Ha dengan kapasitas tampung
200.000 ekor. Produksi peternakan saat ini terdiri dari : Sapi Bali : 45.083 ekor
Ayam Buras : 266.163 ekor Ayam Ras Petelur : 44.170 ekor Ayam Pedaging :
901.000 ekor Itik : 87.017 ekor Potensi dan peluang investasi yang terbuka luas
bagi investor pada sektor ini adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi bali,
peternakan ayam dan itik (Barrukab, 2015)
II.4. Permasalahan Perencanaan Pembangunan pada Potensi Dasar
Peternakan
Berbagai kelemahan yang dihadapi dalam pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan ditandai dengan belum dimilikinya perangkat hukum yang
terkait dengan pemberian insentif dan fasilitasi kelompok peternak dalam bentuk
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah atau Penetapan Presiden serta
peraturan perundangan lainnya. Belum optimalnya fungsi kelembagaan,
rendahnya dukungan institusi lain yang terkait dalam mendukung pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan, lemahnya koordinasi lintas sektor, rendahnya
penerapan standar mutu bibit, kurang terkendalinya persilangan ternak asli, lokal,
dan eksotik juga merupakan sisi kelemahan (Ditjennak, 2011).
Struktur industri peternakan untuk semua komoditas ternak domestik
sebagian besar (60-80 persen) tetap bertahan dalam bentuk usaha rakyat. Usaha
rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain tingkat pendidikan peternak rendah,
pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvensional, lokasi
ternak menyebar luas, ukuran skala usaha relatif sangat kecil serta pengadaan
input utama yakni HMT yang masih tergantung pada musim, ketersediaan tenaga
kerja keluarga, penguasaan lahan HMT yang terbatas, produksi butir-butiran
terbatas dan sebagian tergantung pada impor (Yusdja dan Nyak, 2006).
Dari aspek teknis, kelemahan yang menghambat pembangunan Peternakan
dan kesehatan hewan antara lain proses produksi yang sebagian besar masih
tergantung pada impor (misalnya sapi perah, ayam ras petelur dan pedaging) serta
belum mantapnya program perbibitan ternak sapi potong, sapi perah, kambing,
domba, ayam lokal, dan itik. Kelemahan lainnya adalah produksi dan
produktifitas ternak yang masih di bawah kinerja yang diharapkan. Selain itu,
pada umumnya wilayah perbibitan, budidaya dan pembesaran belum dipetakan
sehingga belum mampu membentuk satu kesatuan agribisnis yang terintegrasi
dalam satu kawasan. Masalah pemberantasan penyakit hewan juga masih belum
BAB III
METODE PRAKTEK
III.1. Waktu dan Tempat
Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan mengenai Potensi
Dasar Peternak dilaksanakan pada hari Jumat - Minggu pada Tanggal 28-30
Oktober2016 bertempat di Desa Lampoko Kecamatan Balusu Kabupaten Barru.
III.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada Praktek Lapang Perencanaa Pembangunan
Peternakan mengenai Potensi Dasar Peternak di Desa Lampoko
Kecamatan
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa
melalui perantara. Data ini dapat berupa opini subyek secara individu atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan dan
hasil pengujian. Data Primer merupakan data yang bersumber dari hasil
wawancara langsung dengan masyarakat di Desa Lampoko Kecamatan Balusu
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Data ini meliputi identitas responden dan
pengetahuan mereka tentang Potensi Dasar Peternak.
b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung, tetapi melalui
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data ini berupa bukti, catatan,
atau laporan arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, dan
pemerintah setempat, seperti aparat desa, BPS, Dinas Peternakan, dan lain-lain.
Data tersebut meliputi keadaan umum lokasi meliputi gambaran lokasi
kependudukan dan ketersediaan sarana dan prasarana.
III.3. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan pada Praktek Lapang
Perencanaan Pembangunan Peternakan mengenai Potensi Dasar Peternak di Desa
Lampoko Kecamatan Balusu Kabupaten Barru yaitu:
a. Observasi adalah proses mendapatkan informasi-informasi terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud
Kecamatan Balusu
Kecamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pofil Wilayah dan Gambaran Umum Kondisi Wilayah
IV.1.1. Administrasi Wilayah
IV.2. VariabelPotensiPeternak
IV.2.1. Potensi Dasar
Nilai
Pembobot
Skor
10
2,5
25
4,25
17
2,75
10
3,75
37,5
4
83,5
peternak berkaitan dengan pola pemikiran dan sistem kerja. Korelasi antara
tingkat pendidikan formal sangat nyata dengan kemampuan beternak dalam
pengembangan usaha. Pendidikan non formal juga dapat meningkatkan kinerja,
yaitu dengan pelaksanaan sistem kerja yang menjadi lebih efisien. Intensitas
komunikasi peternak ini berdampak kepada peningkatan pengetahuan peternak
terhadap pengelolaan teknis maupun ekonomis usaha ternak.
IV.2.2. Potensi Dasar
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilaksanakan di Desa Lampoko
Kecamatan Balusu Kabupaten Barru didapatkan hasil potensi tenaga kerja seperti
pada tabel 2.
Tabel 2. Potensi Tenaga Kerja
No
Jenis Tenaga Kerja
1. Dewasa Laki-Laki
Jumlah (total labor=TL)
No
Jenis Tenaga Kerja
1. Dewasa Laki-Laki
Jumlah (total labor = TL)
Jumlah
2
Jumlah
2
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2005. Profil Pangan dan Pertanian. http://www.bappenas.go.id/files/
1313/5098/8840/bab-4.pdf.
Barrukab. 2015. Gambaran Umum Kabupaten Barru. http://barrukab.go.id/
investasi/peternakan/.
BPS. 2015. Statistik daerah provinsi sulawesi selatan. Badan pusat statistik
provinsi sulawesi selatan. Makassar.
Departemen Pertanian. 2001. Pedoman Analisis Potensi Peternak. Direktorat
Pengembangan Peternakan-Departemen Pertanian. Jakarta.
Dickenson, J. P. 1992. Geografi Negara Berkembang. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Direktorat Jenderal Peternakan 2011. Statistik Peternakan 2011. Jakarta;
Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
Grossman, G. M. dan E. Helpman. 1991. Quality Ladders in the Theory of
Growth. The Review of Economic Studies (58).
Isaksen, E.J. 2006. Early Business Performance: Initial Factors Effecting New
Business Outcomes, Phd Series, No.6, Bodo Graduate School of Business,
Norway
Kleynhans, E.P. J. 2006. The Role of Human Capital in the Competitive Platform
of South African Industries. Journal of Human Resource Management (4).