Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

MYOCARDITIS
A. PENGERTIAN
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat
khusus (Brooker, 2001).
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab
lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999).
Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot
jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang
dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang
sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan
kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya
sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan
oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan
oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia,
protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi
langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya
sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi
pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.

14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan
oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan
lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering
terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland,
2002).
C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap :
Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi
virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau
dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan
antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel
yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1999).
D. GEJALA KLINIS
Letih.
Napas pendek.
Detak jantung tidak teratur.
Demam.
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).
Menggigil.
Demam.
Anoreksia.
Nyeri dada.
Dispnea dan disritmia.
Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).
E. KOMPLIKASI
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.

5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999).


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2) Elektrokardiografi.
3) Rontgen thorax.
4) Ekokardiografi.
5) Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).
G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ;
digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan
(Griffith, 1994).
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub,
murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway.
Eleminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakkan menelan, berbaring.

Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.


Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels,
dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem
GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau
penyalahgunaan obat parenteral.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :

Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan
petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan
otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak/membungkuk.
Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;
antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid
diberikan untuk gejala yang lebih berat.
kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan,
keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan
selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari
tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang

diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.


kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi dan Implementasi :
Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan
selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas
hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi dan Implementasi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat
untuk mempelajari penyakit.
Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan
dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak
biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab
khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai
dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ;
pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program
terapeutik, mencegah komplikasi.
Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur
darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MYOCARDITIS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi
Terdapat perubahan epidemiologi endokarditis infektif pada saat sekarang yang disebabkan
tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat kesehatan gigi yang baik, pengobatan yang lebih dini
dan penggunaan antibiotic. Insidens endokarditis 10-60 kasus per 1.000.000 penduduk per tahun
diseluruh dunia dan cenderung meningkat pada usia lanjut.
Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan sesegera mungkin karena apabila
tidak disegerkan akan mengakibatkan dampak yang fatal.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan miokarditis?
2. Apa etiologi dari miokarditis ?
3. Apa saja faktor resiko pada pasien dengan miokarditis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari miokarditis miokarditis?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada miokarditis?
6. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada miokarditis?

1.3 Tujuan
1. Untuk menegetahui definisi miokarditis?
2. Untuk mengetahui etiologi dari miokarditis?

3. Untuk mengetahui faktor resiko pada klien dengan miokarditis?


4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari miokarditis?
5. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaaan diagnostik pada miokarditis?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada miokarditis?

1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang Miokarditis?
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan Miokarditis?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan otot jantung oleh berbagai penyebab
terutama agen-agen infeksi.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis
disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obatobatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi
alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang
dikeluarkan basil miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan
didapatkan miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa
organisme dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan
memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi radang. Hal
ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang yang ditemukan
terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).

Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat
khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium.
pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi
alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab
lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999). Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi
otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.

2.2 Etiologi Dan Klasifikasi


1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2)

Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

3)

Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.

4)
Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang
dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang
sekunder.
5)
Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan
kronik.
6)
Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan
adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan
makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7)
Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang
disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan
metildopa.
8)
Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus,
riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui
infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9)

Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.

10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya
sendiri.

11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi
pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang
disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau
bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering
terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland,
2002).

2.3 Patofisiologi
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1)

Invasi langsung ke miokard.

2)

Proses immunologis terhadap miokard.

3)

Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.

Proses miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1 minggu (pada
tikus) di mana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian
terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan
bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan diaktifkan
antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan sel
yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
diikuti kerusakan miokardium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan
terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun
etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau
kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara
obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot

jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit
yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi
yang berakhir dengan payah jantung (Elly Nurachmach, 2009).
2.4 Gejala Klinis
1. Letih
2. Napas pendek
3. Detak jantung tidak teratur
4. Demam
Gejala-gejala lain karena gangguan yangmendasarinya (Griffith, 1994).
a)

Menggigil

b)

Demam

c)

Anoreksia

d)

Nyeri dada

e)

Dispnea dan disritmia.

f)

Tamponade

g)

ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)

2.5 Komplikasi
1. Kardiomiopati kongestif/dilated.
2. Payah jantung kongestif.
3. Efusi perikardial.
4. AV block total.
5. Trombi Kardiac
2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.


2. Elektrokardiografi.
3. Rontgen thorax.
4. Ekokardiografi.
5. Biopsi endomiokardial.
2.7 Penatalaksanaan
1. Perawatan untuk tindakan observasi.
2. Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3. Antibiotik atau kemoterapeutik.
4. Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
5. Antibiotik.
6. Obat kortikosteroid.
7. Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi
ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah
pembentukan bekuan.
8. Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)

2.8 Prognosis

Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis.

Prognosis buruk bila :

1) Umur muda, sering mati mendadak


2) Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3) Miokarditis yang sangat progresif
4) Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati

5) Penyakit chaga.
DOWNLOAD : WOC ASKEP MYOCARDITIS

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
a. Keluhan utama

Demam

Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis

Palpitasi

Sesak napas

b. Tanda Penting

Takikardi

Kardomegali (cepat terjadi)

Bunyi jantung melemah

Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung kanan.

Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :


Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
Pernapasan

Gejala :napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda :DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan
ronkhi ; pernapasan dangkal.
Sirkulasi
Gejala :riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda :takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub,
murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway.
Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.

Nyeri
Gejala

:nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar

Tanda

: perilaku distraksi, misalnya gelisah.

Keamanan
Gejala :riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem
GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda :demam.

3.2 Pemeriksaan Khusus


a. Pemeriksaa EKG :Tidak khas

ST-T changes inferior

Gangguan konduksi jantung

1. Foto Toraks :Tidak khas

Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.

1. Ekokardiografi :

Pembesaran jantung kiri

Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.

3.4 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan

: Nyeri hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang


- Klien tampak tenang.
Intervensi :

Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;


antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ;
steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.

Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.


R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung

Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.

Berikan teknik distraksi yang tepat


R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.

Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk
nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan
otot, menangis.

R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak/membungkuk.

2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


Tujuan

: Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.

Kriteria Hasil
: -Melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan
disritmia.
-Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :

Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.


R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.

Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung,


dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.

R : dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban kerja
jantung.

Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikrobial intervena

R : diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan jantung
yang lebih lanjut.

Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.
Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan
toleransi jantung terhadap aktivitas.

Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade
jantung.

3. Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius


Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil: -Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai WBC normal 38009800/mcl
Intervensi:

Kolaborasi pemberian antibiotik

R/ Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius

Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC

R/ untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi

Observasi tanda-tanda vital

R/ Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya


4. Intoleransi aktivitas
Tujuan

: pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil
:- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi :

Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun
dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan
aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.

Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial.

Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.


R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.

Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.


R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang
terjadi dengan aktifitas

Meantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.

5. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.


Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria Hasil : - RR 30-60 x/mnt
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C

-Sianosis (-)
-Ekstremitas hangat
Intervensi:

Beri oksigen sesuai kebutuhan

R/ Membantu meningkatkan cardiac output

Observasi frekuensi dan bunyi jantung

R/ Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar yang berarti
perfusi jaringan kembali normal.

Observasi adanya sianosis.

R/ adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.

Observasi TTV.

R/ Memantau perkembangan kondisi pasien

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

R/ Meningkatkan cardiac output


6. Kurang pengetahuan
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : -Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.


R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit.

Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang
dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri
dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap

aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami
penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi
inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan
diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada
program terapeutik, mencegah komplikasi.

Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.


R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai
kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.

3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak ada infeksi sistemik
4. Perfusi jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup
oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk
ini umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati

dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang secara
struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak
napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis. Kadangkadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang
didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.

4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008.Inefective Endocarditis. Diakses dari : www.satriaperwira.wordpress.com Pada :


6 Desember 2010. Pukul: 11.00 WIB.
Baswin,Ade.2009.Endokarditis. Diakses dari : www.one.indoskripsi.com Pada : 5 Desember
2010. Pukul : 19.00 WIB.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wulandari,Veni.2009.Endokarditis. Diakses dari : www.veniwulandari.blogspot.com Pada : 5
Desember 2010. Pukul : 20.00 WIB.
Medika,Yasir.2009.Askep Endokarditis. Diakses dari: www.yasirblogspotcom.blogspot.com Pada
: 8 Desember 2010. Jam : 19.30 WIB.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Patriani.2008.Askep Miokasrditis. Diakses dari : www.asuhan-keperawatanpatriani.blogspot.com Pada : 6 Desember 2010. Pukul 18.30 WIB.
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba.

Yuflihul-khair.2010.Endokarditis. Diakses dari : www.yuflihul-khair.blogspot.com Pada : 8


Desember 2010. Pukul : 19.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai