Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM

MUSCULOSKLETAL : GOUT
KMB-III

OLEH :
ABELINA THRESIA SIPAHUTAR 10.01.13.0001
DENNIS PALENCY

10.01.13.0015

IGNATIUS BAYU SWASTOMO

10.01.13.0029

MARETHA ANGGRAINI

10.01.13.0035

SELVIA FOURWANTY

10.01.13.0057

VERRANIKA YUNITA E.H

10.01.13.0061

DOSEN PEMBIMBING: Ns. Novita E.Daeli S.Kep


DIII KEPERAWATAN
STIKes PERDHAKI CHARITAS PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/i dalam memenuhi tugas
studi di tingkat perkuliahan Semester IV pada mata kuliah KMB-III dan makalah
ini dibuat agar dapat menambah pengetahuan dalam ilmu bagi penyusun maupun
mahasiswa/i lainnya. Adapun judul yang penulis buat dalam makalah ini adalah
GANGGUAN PADA SISTEM MUSCULOSKLETAL : GOUT .
Didalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat banyak bantuan,
doa, serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan itu penulis banyak berterima
kasih kepada :
1. Ketua Stikes Perdhaki Charitas
2. Dosen pembimbing
3. Staff perpustakaan
4. Teman-teman seperjuangan
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin,
sangat disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan
makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukkan
baik kritik maupun saran yang kiranya dapat membangun dari para pembaca.
Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
khususnya teman-teman mahasiswa/i sekalian. Terima kasih.
Palembang, 20 Maret 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................iii-iv
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................1-14
I.
KONSEP DASAR MEDIS
2.1 Definisi
2.2 Anatomi Fisiologi
2.3 Etiologi
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Patofisiologi
2.6 Komplikasi
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.8 Penatalaksanaan
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III : TINJAUAN KASUS........................................................................15-36
BAB IV : PENUTUP..............................................................................................v
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka........................................................................................................vi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perubahanperubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit misalnya penyakit gout
arthritis.
Gout artritis akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan
sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak ditemui
pada usia 50-60 tahun.
Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah
pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg / 100 mI, lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang
nyata. Pada pria hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelum mereka mencapai
usia remaja.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda
awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien
mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan
akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol
dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu
jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya
penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku
dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri.
Kebanyakan gejala-gejala serangan akut akan berkurang setelah 10-14 hari
walaupun tanpa pengobatan.
1.2

Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian penyakit Gout Artritis ?

2.

Apa etiologi penyakit Gout Artritis ?

3.

Apa manifestasi klinik Gout Artritis ?

4.

Bagaimana patofisiologi penyakit Gout Artritis ?

5.

Apa komplikasi penyakit Gout Artritis ?

6.

Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit Gout Artritis ?

7.

Bagaimana penatalaksanaan penyakit Gout Artritis ?

8.

Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien


dengan Gout Artritis ?

1.3

Tujuan Penulisan
1.

Tujuan umum :

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem muskuloskeletal yaitu Gout Artritis.
2.

Tujuan khusus :

Mahasiswa dapat menjelaskan :


a.

Pengertian penyakit Gout Artritis.

b.

Etiologi penyakit Gout Artritis.

c.

Manifestasi klinik Gout Artritis.

d.

Patofisiologi penyakit Gout Artritis.

e.

Komplikasi penyakit Gout Artritis.

f.

Pemeriksaan diagnostik penyakit Gout Artritis.

g.

Penatalaksanaan penyakit Gout Artritis.

h.

Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Gout Artritis.

1.4

Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui


pengumpulan literatur dari bebagai sumber.
1.5

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :


BAB I

: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.


BAB II

: Tinjauan teoritis tentang penyakit gout artritis dan asuhan

keperawatan pada klien dengan penyakit gout artritis.

BAB III

: Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.


BAB IV

: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

BAB II

PEMBAHASAN
A.KONSEP DASAR MEDIS
2.1 PENGERTIAN
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan Kristal asam urat pada
sendi dan jari (depkes, 1992). .
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout

merupakan

kelompok

keadaan

heterogenous

yang

berhubungandengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia.


(Brunner &Suddarth. 2001;1810).
Artiritis pirai ( gout ) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristalasam urat di
daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, gout pada kaki adalah akibat dari gangguan metabolisme purin, yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang ulang pada
sendi kaki, kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat
monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan
sendi.
2.2 ANATOMI FISIOLOGIS

2.3 Etiologi

Penyebab

utama

terjadinya

gout

adalah

karena

adanya

deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan
metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari
ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkanasam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes

mellitus,

hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan :


a. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
b. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi
asamurat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam
nikotinat,aseta zolamid dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih.
d. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
e. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam
urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
3. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus
distalginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh

karena

kerusakan

ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.


4. Manifestasi Klinis
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang
sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki.
Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan.
Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih sering
dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu
ginjal.
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak

nyeri disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar


jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat
ditemukan juga pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang
pergelangan kaki) dan pita suara (sangat jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang
penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apaapa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya
kristal monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah
telinga,siku,lutut,dorsum

pedis,dekat

tendo

Achilles

pada

metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya karena


permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin,kristal-kristal
tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum
pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri
dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang
meradang termasuk sel-sel raksasa. Serangan sering kali terjadi pada
malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa
keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat
sekali. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari
sebelah dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak,
kemerahan dan nyeri ,nyeri sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung
beberapa hari sampai satu minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu
sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan
tempat predileksi kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan penimbunan
asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa
dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan
keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10
tahun setelah serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan
nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi

Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam
darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia
asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi
kadar asam uratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan
kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.
2.4 Patofisiologi
Kelainan pada sendi metatarsofalangeal terjadi akibat ditemukan
penimbunan kristal pada membran sinovia dan tulang rawan artikular. pada pase
lanjut akan terjadi erosi tulang rawan , proliferasi sinovia , dan pembentukan
panus, erosi kistik tulang serta perubahan gout sekunder.selanjutnya terjadi topus
dan fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.
Adanya gout pada kaki menimbulkan respon lokal, sistemik , dan
psikologis. respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga
menimbulkan respon nyeri. degenerasi kartilago dan respon nyeri penyebab
hambatan mobilitas fisik. peningkatan metabolisme menyebabkan pemakaian
energi yang berlebihan sehingga klien cenderung mengalami malaise, anoreksia,
dan status nutrisi klien tidak seimbang. pembenukan panus pada pergelanagan
kaki menyebabkan masalah citra tubuh dan prognosis penyakit menyebabkan
ansietas.
3

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. kadar asam urat
Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg
% normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
b. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
c. Pemeriksaan darah lengkap
d. Pemeriksaan ureua dan kratinin
kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
e. Pemeriksaan cairan sendi
1) Tes makroskopik

o Warna dan kejernihan


Normal

: tidak berwarna dan jernih

Seperti susu

: gout

Kuning keruh

: inflamasi spesifik dan nonspesifik karena


leukositosis

Kuning jernih

: arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis

o Bekuan
Normal

: tidak ada bekuan

Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan. Makin


besar bekuan makin berat peradangan
o Viskositas
Normal

: viskositas tinggi (panjangnya tanpa pututs


4-6 cm)

Menurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik)


Bervariasi

: hemoragik

o Tes mucin
Normal

: terlihat stu bekuan kenyal dalam cairan


jernih

Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas
rheumatoid arthritis
Mucin jelek

: bekuan berkeping-keping infeksi

2) Tes mikroskopik
o Jumlah leukosit
Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm3
200 500/mm3 penyakit non inflamatorik
2000 100 000/mm3 penyakit inflamatorik akut
Contoh : arthritis gout, arthritis reumatoid

20 000 200 000/mm3 kelompok septik (infeksi)


Contoh : arthritis TB, arthritis gonore
200 1000/mm3 kelompok hemoragik
o Hitung jenis sel
Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25%
Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik:
- Arthritis gout akut : rata-rata 83%
- Faktor rematoid : rata-rata 46%
- Artrhritis rematoid : rata-rata 65%
o Kristal-kristal
Normal
Arthritis gout

: tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi


: ditemukan kristal monosodium urat
(MSU) berbentuk jarum memiliki sifat
birefringen ketika disinari cahaya polarisasi

Arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol


3) Tes kimia
o Tes glukosa
Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi adalah
kurang dari 10mg%
Pada kelompok inflammatorik :
- Arthritis gout : perbedaan rata-rata 12 mg%
- Faktor rematoid : perbedaan 6 mg%
o Laktat Dehidrogenase
Normal : 100 190 IU/l, 70 250 U/l
Meningkat : rematoid arthritis, gout, arthritis karena infeksi
4) Tes mikrobiologi
o untuk kelainan sendi yang disebabkan infeksi
o hasil negatif pada kultur bakteri cairan sendi

Pemeriksaan Radiologi

Foto Konvensional (X-Ray)


- ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi
(tophus) berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari
kaki.
- tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis
erosif.
- peradangan dan efusi send
2.5 Penatalaksanaan Medis
Fase akut.
Obat yang digunakan :
1.Colchicine (0,6 mg)

Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di
kemudian hari. Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana diagnosis.Pengobatan
serangan akut biasanya tablet 0,5mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan
Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa
pasien mengalami rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada
keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
2.Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek
samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga
cukup efektif.
3.Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah
komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat
dalam serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi
hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan
seperti:
Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asamb urat. Dosis 100-400 mg
per

hari

dapat

menurunkan

kadar

asam

urat

serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka

dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan
dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum
berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.
Dilakukan pembedahan
jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.

2.6 Penatalaksanaan Keperawatan


a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden,
daging kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

B.KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian Identitas Klien
a)Anamnesa
-Identitas Klien
Nama

RM

Umur

Jenis klamin :
Agama

Alamat

Riwayat kesehatan klien


1.

Keluhan utama

- pada uumnya klien merasakan nyeri yang luarbiasa pada sendi ibu jari kaki
( sendi lain )
2. Riwayat kesehatan sekarang
P(provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q ( quality/kualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region ) : kaji bagian persendian yan terasa nyeri (biasanya pada pangkal ibu
jari )
S (saverity) : apakah mengganggu aktivitas motorik /
T(time ) : kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ( biasanya terjadi pada malam hari )
3. Riwayat kesehatan masa lalu
- tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
Pengkajian psikososial dan spiritual
Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
Sosial

: cenderung menarik diri dari lingkungan

spiritual

: kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah

menurut agamanya
5.

Pemenuhan kebutuhan sehari hari


a. kebutuhan nutrisi
makan : kaji prekuensi, jenis, komposis ( pantangan makanan kaya
protein )
minum: kaji prekuensi, jenis, (pantangan alkohol)
b. kebutuhan eliminasi
BAK : kaji prekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : kaji prekuensi, jumlah, warna, bau
c. kebutuhan aktivitas : biasanya klien kurang atau tidak dapat
melaksanakan aktivitas sehari hari secara mandiri akibat nyeri dan
pembengkakan
b.Pemeriksaaan fisik

1) Inspeksi
- Deformitas
- Eritema
- Perubahan range of motion
2) Palpasi
- Pembengkakan karena cairan / peradanagn
- Perubahan suhu kulit
- Perubahan anatomi tulang/ jaringan kulit
- Nyeri tekan
- Krepitus
2. Diagnosa Keperawatan
1. nyeri berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada
membran sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliverasi
sinovia dan pembentukan panus.
2. Intoleransi aktivitas b.d penuruna rentang gerak, kelemahan otot, dan
kekakuan pada sendi.
3. INTERVENSI
No

Diagnosa

Tujuan
Keperawatan
nyeri berhubungan Rasa nyaman klien 1

Berikan

dengan peradangan terpenuhi

nyaman, sendi yang nyeri

sendi,

Perencanaan
Intervensi dan Rasioanl

atau

penimbunan terhindar dari nyeri

kristal
tulang
artikular,

diberikan

sinovia,

bantalan. Istirahat

menurunkan metabolisme

erosi

setempat dan mengurangi

rawan,

pergerakan

proliverasi

sinovia

terjadi.

panus.

dapat

rawan

tulang
dan

yang

(kaki) diistirahatkan dan

pada

membran

posisi

pembentukan

sendi

yang

Berikan kompres hangat


atau dingin yang dapat
memberikan

efek

vasodilatasi

. keduanya

mempunyai

efek

membantu

pengeluaran

endorfin dan dingindapat


menghambat

impuls-

impuls nyeri
3

Cegahlah agar tidak terjadi


iritasi

pada

tofi

menghindari
sepatu

misal

penggunaan

yang

sempit,

terantuk pada benda yang


keras. Bila terjadi iritasi
maka akan semakin nyeri,
apabila terjadi luka akibat
tofi

yang

pecah

maka

rawatlah secara steril dan


juga perawatan drain yang
terpasang pada luka
4

Berikan obat-obatan sesuai


dengan resep dokter dan
amati efek samping obatobatan tersebut

Intoleransi aktivitas Pasien


b.d
rentang

dapat 1

penurunan meningkatkan
gerak, aktifitas

bila nyeri dan bengkak

sesuai

kelemahan otot, dan kemampuan.


kekakuan
sendi.

telah berkurang
2

pada Kriteria:
Pasien

Tingkatkan aktivitas klien

lakukan ambulasi dengan


bantuan

dapat

tongkat.

fungsi

lakukan

dengan

dengan

menggunakan walker atau

mempertahankan
posisi 3

misal

latihan

ROM

tidak

secara hati-hati pada sendi

adanya pembatasan

yang terkena gout karena

kontraktur.
Pasien

bila
dapat

terus

menerus akan menurunkan

mempertahankan
atau meningkatkan

dimobilisasi

fungsi sendi.
4

Usahakan untuk

kekuatan dan fungsi

meningkatkan kembali

dari kokompensasi

pada aktivitas yang

bagian tubuh.

normal.

Pasien

dapat

mendemonstrasikan
tehnik atau perilaku
yang
memungkinkan
melakukan aktfitas

4. IMPLEMENTASI
Menurut Hydayat A (2008 :124)
implementasi merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan yang telah
direncanakan dalam rencan tindakan. ada 2 jenis tindakan yaitu jenis tindakan
yaitu jenis mandiri dan kolaborasi untuk setiap diagnosa keperawatan perawat
mengidentivikasi intervensi yang sesuai.
5. EVALUASI
1

Tidak terjadi komplikasi

Nyeri terkontrol

Tidak terjadi efek samping akibat obat-obatan yang digunakan


4 Pasien mampu melakukan mobilisasi secara mandiri

BAB III
TINJAUAN KASUS
A.PENGKAJIAN
Rumah Sakit

: RS RK CHARITAS

Tgl. Pengkajian

: 20 Maret 15

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1

Waktu Pengkajian

: 07.30

Tgl Masuk RS

: 19 Maret 2015

Auto Anamnese

Allo Anamnese

A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama Initial

: Tn. R

Tempat / Tgl Lahir ( umur ) : Surabaya, 10 Februari 1970/45th


Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Menikah

Jumlah Anak

: 5 orang

Agama / Suku

: Islam/Melayu

Warga Negara

Bahasa yang digunakan

WNI
Indonesia
-

WNA

: ........................

Daerah : ........................

Asing ..

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat Rumah

: Plaju

II. PENANGGUNG JAWAB


Nama

: Ny.N

Alamat

: Plaju

Hubungan dengan klien

: Istri

III. DATA MEDIK


Dikirim oleh

UGD ( namanya )

Dokter

Praktek (namanya )
Diagnosa Medik
Saat Masuk

: Gout
:

Gout

Saat Pengkajian :

Gout

Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan nyeri pada pangkal ibu jari kaki kanan dan kirinya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien merasakan nyeri sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir sering
merasa sakit pada pangkal ibu jari kaki kanan dan kirinya. Rasa sakit
biasanya dirasakan setelah ia makan soto kambing dan jeroan yang

menjadi kegemarannya. Karena tidak tahan dengan nyeri yang


dirasakan, pasien datang ke IGD RS RK CHARITAS dan sekarang
berada di ruang perawatan Lukas 10-1, saat pengkajian pasien tampak
meringis kesakitan, skala nyeri 7, nyeri seperti ditusuk-tusuk, pada
pangkal ibu jari juga teraba benjolan, teraba panas dan nyeri.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya, biasanya kalau
nyeri mulai dirasakannya pasien mengkonsumsi obat pegal linu,
memliki riwayat hipertensi.
II. TANDA TANDA VITAL
1. Kesadaran :
a. Kualitatif

Compos Mentis

Somnolens

Soporocomatous

Coma
Apatis

b. Kualitatif

Skala Coma Glasgow : > Respon Motorik

:6

> Respon Bicara

:5

Jumlah

15

> Respon Membuka Mata : 4


Kesimpulan

: Pasien sadar penuh

Flapping Tremor / Asterixis : tidak ada


2. Tekanan Darah
MAP

: 140/80 mm Hg
: 100 mm Hg

3. Kesimpulan

: perfusi gjinjal tidak memadai

4. Suhu

: 36,5 0C,

Axilar

- Rectal

Oral
5. Pernafasan : Frekwensi 20 x / menit
Irama :

Teratur

Kusmaul

Cheynes Stokes
Jenis

PENGUKURAN
Tinggi Badan

: 160 cm

Berat Badan

: 65 kg

Dada

Perut

IMT

: 25,39

Kesimpulan

: berat badan normal

Catatan

: .............................................

III. GENOGRAM : (3 generasi / keturunan )

Pasien berumur 45th seorang laki-laki, belum pernah dirawat sebelumnya


memiliki riwayat hipertensi.

Keterangan :
: Pria
: Wanita
: Meninggal
---------- : Orang yang tinggal serumah
45

: Umur pasien
: Pasien

II.

POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


a. Data Subyektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari sebagai wiraswasta, pasien


dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasa karena nyeri pada pangkal ibu jari kakinya.
Data Obyektif
1. Observasi
Aktivitas Harian
Makan

Mandi

Berpakaian

Kerapian

Buang air besar

Buang air kecil

0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan orang dan alat
4 : Bantuan penuh

0
Mobilisasi ditempat tidur
0

Ambulasi
Postur tubuh

: tegak
Gaya jalan : tegap
Anggota gerak yang cacat
: tidak ada
Fiksasi

: tidak ada

Tracheostomi
: tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik
JVP : 3 cmH2O. Kesimpulan : tidak ada
pembesaran
Perfusi pembuluh perifer kuku : kembali dalam 3
detik
Thorax dan Pernafasan

Inspeksi : Bentuk Thorak


Stridor

Negatif

Dyspnea deffort:
Sianosis

: simetris
Positif

Negatif

Positif

Negatif

Palpasi : Vokal Fremitus


Perkusi

Positif

: kanan dan kiri sama

Sonor

Redup

Pekak
Batas Paru hepar : ics 5
Kesimpulan

: tidak ada pembesaran

Auskultasi : Suara Nafas

: vesikuler

Suara Ucapan

: jelas

Suara Tambahan

: tidak ada

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis : tidak tampak
Klien menggunakan alat pacu jantung
Ya

Tidak

Palpasi : Ictus Cordis


Thrill :
Perkusi

: tidak tampak
Negarif

Positif

: Batas atas Jantung

: ics 2 sinistra

Batas kanan Jantung : linea sternalis


dextra
Batas kiri Jantung

: linea media

clavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung HA : tunggal
Bunyi Jantung HP

: tunggal

Bunyi Jantung IT

: tunggal

Bunyi Jantung IM

: tunggal

Bunyi Jantung III Irama Gallop :

Negatif

Positif
Murmur :

Negatif
Positif

: Tempat :
Grade :

HR : 80x / menit
Bruit Aorta
Negatif

Positif

A. Renalis
Negatif

Positif

A. Femoralis
Negatif

Positif

Lengan dan Tungkai


Atrofi otot
:

Negatif

Positif,

Tempat
Rentang gerak : terbatas
Mati Sendi

: tidak ada

Kaku Sendi

: pangkal ibu jari kaki kanan dan kiri

Uji kekuatan otot : Kiri


1

4 5

4 5

Kanan

1
5

Reflex Fisiologik
: positif
Reflex Patologik
: Babinski, Kiri
Negatif
Kanan
Negatif

Positif

Positif

Clubing Jari jari :

Negatif

Positif

Varices Tungkai

Negatif

Positif

Columna Vertebralis
Inspeksi :

ditemukan kelainan bentuk


Kiposis

Lordosis

Scoliosis
tidak ditemukan kelainan bentuk
Palpasi

: Nyeri tekan :
Negatif

Positif

N. III IV VI : pasien mampu menggerakkan bola mata


kesegala arah
N. VIII Romberg Test :

Negatif

Positif

tidak diperiksa, alasan ......................


N. XI

: pasien mampu mengangkat pundak

Kaku kuduk : tidak ada


3. Pemeriksaan Diagnostik (hasil pemeriksaan)
Laboratorium
*rongen

Lain - lain

- ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan


kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi terutama di
sekitar sendi ibu jari kaki.
- tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista
arthritis erosif.
- peradangan dan efusi sendi.

HASIL LABORATORIUM
NAMA/UMUR

: Tn.R

RUANG/KAMAR : LUKAS/10-1
N
o

Hasil
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Asam urat

Out of

Within

Range
10,4

Range
2,4

3,9
3,3
225
9

Unit/Satua

Nilai

Rujukan

g/dl
x10^3L
x10^6L
%
x10^3L
mg/dl

11,7-15,5
3,8-10,6
3,8-5,2
35-47
150-440
2-7

ANALISA DATA
Nama / Umur

: Tn. R

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1
Data

Etiologi

Problem

Subjektif
DS : Pasien

DO :

Objektif

mengatakan nyeri

-pasien tampak

pada pangkal ibu

meringis kesakitan

jari kaki kanan

-skala nyeri 7

dan kirinya.

-nyeri seperti

Proses inflamasi
pada sendi

ditusuk-tusuk
-pada pangkal ibu
jari juga teraba
benjolan
-teraba panas dan
nyeri pada
benjolan
-rongent
*ditemukan
pembengkakan
jaringan lunak
dengan kalsifikasi
(tophus)
berbentuk seperti
topi terutama di
sekitar sendi ibu
jari kaki.
*tampak
pembengkakan
sendi
yang
asimetris dan kista
arthritis erosif.
*peradangan
efusi sendi

dan

-TTV:
TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5 oC

Nyeri

RR : 20x/mnt

DS :
Pasien mengatakan DO :
sejak sakit tidak

-pasien tampak

dapat melakukan

meringis kesakitan

aktivitas seperti

saat menaiki

biasa karena nyeri

tempat tidur

pada pangkal ibu

-aktivitas mandi

jari kakinya.

pasien tampak
dibantu keluarga
-rongent
*ditemukan
pembengkakan
jaringan lunak
dengan kalsifikasi
(tophus)
berbentuk seperti
topi terutama di
sekitar sendi ibu
jari kaki.
*tampak
pembengkakan
sendi yang
asimetris dan kista
arthritis erosif.
*peradangan
efusi sendi

dan

-TTV:
TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt

Proses perjalanan

Gangguan

penyakit

mobilitas fisik

S : 36,5 oC
RR : 20x/mnt

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur

: Tn.R

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1

No
Diagnosa Keperawatan
I
Nyeri b.d Proses inflamasi pada sendi
DS : Pasien mengatakan nyeri pada pangkal ibu jari kaki

Nama
Verra

kanan dan kirinya.


DO :
-pasien tampak meringis kesakitan -skala nyeri 7
-pada pangkal ibu jari juga teraba benjolan
-teraba panas dan nyeri pada benjolan
-rongent
*ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan
kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi terutama di
sekitar sendi ibu jari kaki
*tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista
arthritis erosif
*peradangan dan efusi sendi
-TTV:
TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 20x/mnt

II

Gangguan mobilitas fisik b.d proses perjalanan penyakit


DS :
Pasien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasa karena nyeri pada pangkal ibu jari
kakinya.
DO :
-pasien tampak meringis kesakitan saat menaiki tempat
tidur
-aktivitas mandi pasien tampak dibantu keluarga
-rongent
*ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan
kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi terutama di

Verra

sekitar sendi ibu jari kaki.


*tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista
arthritis erosif.
*peradangan dan efusi sendi
-TTV:
TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 20x/mnt

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama / Umur

: Tn.R

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1

No
Diagnosa Keperawatan
I
Nyeri b.d Proses inflamasi pada sendi
II

Gangguan mobilitas fisik b.d proses perjalanan penyakit

Nama
Verra

RENCANA TINDAKAN
Nama / Umur
No Diagnosa Keperawatan
I
Nyeri b.d Proses

: Tn.R

Ruang / Kamar : Lukas/10-1

Hasil Yang Diharapkan


Tupan : Nyeri teratasi

Rencana Tindakan
1. Kaji tingkat nyeri

Rasional Tiandakan
1. Untuk mengetahui skala

inflamasi pada sendi

Tupen : Setelah dilakukan

pasien

nyeri pasien

DS : Pasien

tindakan, nyeri pasien

2. Observasi ttv pasien

2. Untuk mengetahui nilai

mengatakan nyeri pada

berkurang sampai dengan

3. Berikan posisi nyaman

ttv pasien

pangkal ibu jari kaki

hilang dalam waktu 1x24jam,

4. Ajarkan pasien tehnik

3. Untuk mengurangi rasa

kanan dan kirinya.

dengan kriteria hasil :

nafas dalam dan difraksi

nyeri pada pasien

DO :

- pasien tidak nyeri lagi

saat merasakan nyeri

4. Agar pasien rileks dan

-pasien tampak

- ekspresi pasien rileks

5. Berikan kompres

mengurangi rasa nyeri pada

meringis kesakitan

- TTV:

hangat atau dingin

pasien

-skala nyeri 7

TD : 120/80mmhg

6. Anjurkan pasien agar

-pada pangkal ibu jari

N : 60-100x/mnt

tidak terjadi iritasi pada

juga teraba benjolan

S : 36oC-37oC

tofi misal menghindari

-teraba panas dan nyeri

RR : 18-20x/mnt

penggunaan sepatu yang

5.Keduanya mempunyai
efek membantu
pengeluaran endorfin dan
dingindapat menghambat
impuls-impuls nyeri
6.Mengurangi resiko terjadi
iritasi maka akan semakin
nyeri
7. Agar kebutuhan sehari-

pada benjolan

sempit atau terantuk pada

-rongent

benda yang keras

Nama
Verra

*ditemukan

7. Libatkan keluarga

hari pasien terpenuhi dan

pembengkakan jaringan

dalam pemenuhan

mengurangi resiko cidera

lunak dengan

kebutuhan sehari-hari

pada pasien

kalsifikasi (tophus)

pasien
8. Untuk mengurangi nyeri

berbentuk seperti topi


terutama di sekitar

8.Kolaborasi dengan tim

sendi ibu jari kaki

medis dalam pemberian

*tampak

obat analgesik

pembengkakan sendi
yang asimetris dan kista
arthritis erosif
*peradangan dan efusi
sendi
-TTV:
TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 20x/mnt

pasien

RENCANA TINDAKAN
Nama / Umur
No Diagnosa Keperawatan
II
Gangguan mobilitas

: Tn.R

Ruang / Kamar : Lukas/10-1

Hasil Yang Diharapkan


Tupan : Gangguan mobilitas

Rencana Tindakan
1.Kaji pola mobilisasi

Rasional Tiandakan
1.Untuk mengetahui

fisik b.d proses

fisik teratasi

pasien

kemampuan pasien dalam

perjalanan penyakit

Tupen : Setelah dilakukan

2.Observasi ttv pasien

mobilisasi

tindakan, gangguan mobilitas

3.Anjurkan pasien untuk

2.Untuk mengetahu nilai ttv

DS :

fisik dapat tratasi secara

meningkatkan aktivitasnya

pasien

Pasien mengatakan

perlahan sampai dengan

4.Lakukan ambulasi dengan

3.Untuk melatih pergerakan

sejak sakit tidak dapat

tertasi penuh dalam jangka

bantuan misal dengan

pasien

melakukan aktivitas

waktu 2x24jam, dengan

menggunakan walker atau

4.Membantu pasien dalam

seperti biasa karena

kriteria hasil :

tongkat

melakukan aktivitas

nyeri pada pangkal ibu

-Klien akan meningkatkan

5.Libatkan keluarga dalam

5.Untuk memenuhi

jari kakinya.

aktivitasnya sesuai dengan

pemenuhan kebutuhan

kebutuhan sehari-hari

kemampuan

sehari-hari pasien

pasien dan mencegah cidera

DO :

-Pasien mampu melakukan

6.Kolaborasi dengan tim

pada pasien

-pasien tampak

personal hygiene secara

medis dalam pelatihan

6.Untuk meningkatkan

meringis kesakitan saat

mandiri

ROM pada pasien

aktivitas pasien

menaiki tempat tidur

-TTV :

Nama
Verra

-aktivitas mandi pasien

TD : 120/80mmhg

tampak dibantu

N : 60-100x/mnt

keluarga

S : 36oC-37oC

-rongent

RR : 18-20x/mnt

*ditemukan
pembengkakan jaringan
lunak dengan
kalsifikasi (tophus)
berbentuk seperti topi
terutama di sekitar
sendi ibu jari kaki.
*tampak
pembengkakan sendi
yang asimetris dan kista
arthritis erosif.
*peradangan dan efusi
sendi
-TTV:
TD : 140/80mmhg

N : 80x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 20x/mnt

PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama / Umur

: Tn.R

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1

Tgl
No DP
20/3/15
I

Waktu
07.30

Intervensi
Mengkaji k/u pasien

Nama
Verra

-Pasien sadar penuh dan tampak


sakit sedang
-Pasien mengatakan nyeri pada
pangkal ibu jari kaki kanan dan kiri,
skala nyeri 7
-Pasien tampak meringis kesakitan
07.35

Mengajarkan pasien tehnik nafas

Verra

dalam dan difraksi saat merasakan


nyeri
R/pasien dapat melakukan dengan
baik
07.40

Memberikan posisi nyaman pada

Verra

pasien
R/pasien merasa nyaman
09.00

Mengukur ttv pasien:

Verra

TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5oC
RR : 20x/mnt
12.00

Mengobservasi k/u pasien


-Pasien sadar penuh dan tampak
sakit sedang
-Pasien mengatakan masih nyeri

Verra

pada ibu jari kaki kanan dan kiri,


skala nyeri 7
-Pasien masih tampak meringis
kesakitan
II

07.30

Mengkaji k/u pasien


-Pasien sadar penuh dan tampak

Verra

sakit sedang
-Pasien tampak dibantu dalam
mandi
07.35

Menganjurkan pasien untuk


meningkatkan aktivitas

Verra

R/ pasien masih belum mampu


melakukan aktivitas seperti biasa
09.00

Mengukur ttv pasien:


TD : 140/80mmhg
N : 80x/mnt

Verra

S : 36,5oC
RR : 20x/mnt
12.00

Mengevaluasi k/u pasien


-Pasien sadar penuh dan tampak
sakit sedang
-Pasien mengatakan belum mampu
melakukan aktivitas seperti biasa
-Pasien tampak masih belum
mampu melakukan aktivitas seperti
biasa

EVALUASI KEPERAWATAN

Verra

Nama / Umur

: Tn. R

Ruang / Kamar

: Lukas/10-1

Tanggal
20/3/2015

No DP
I

Evaluasi
S : Pasien mengatakan masih nyeri pada ibu

Nama
Verra

jari kaki kanan dan kiri, skala nyeri 7


O : Pasien masih tampak meringis kesakitan
A : Nyeri belum teratasi
P : Planning dilanjutkan
II

S : Pasien mengatakan belum mampu


melakukan aktivitas seperti biasa
O : Pasien tampak belum mampu melakukan
aktivitas seperti biasa
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Planning dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Verra

Gout artritis adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran


khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada
wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita
biasanya mendekati masa menopause.
Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari
penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik.
Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi
keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah
yang, diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui
feses. Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 7,0 mg/dl pada pria dan
2,4 6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal
monosodium urat.
4.2

Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1.

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau

mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis,


pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan
klien dan keluarga.
2.

Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan

rheumatoid artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi
akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid artritis.
3.

Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang

harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan


memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai