Anda di halaman 1dari 15

KESEHATAN REPRODUKSI

PERKAWINAN USIA DINI

KELOMPOK 6:

AYU PUTRI DIANA


AZHMA ISLAMIYATI RAMLI
GUSMA YELNI

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2015 / 2016
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul KESEHATAN
REPRODUKSI PERKAWINAN USIA DINI. Tidak lupa pula kita kirimkan
shalawat dan salam atas junjungan kita Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari Alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benderang, dan penuh ilmu pengetahuan ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu saja jauh dari kesempurnaan.
Kerena

itu,

kami

sangat

mengharapkan

saran

dan

kritik

demi

penyempurnaan dan perbaikan tugas ini.


Akhirnya, kepada seluruh pihak yang turut memberikan partisipasi dalam
terwujudnya hasil makalah ini, tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
untuk penelitian lebih lanjut.

Padang, 10 April 2016

(Kelompok 6)

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ..................................................................................................
......2
DAFTAR
ISI .................................................................................................................
....3
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar

Belakang ......................................................................................................
.....4
1.2

Rumusan

Masalah .....................................................................................................4
1.3
Tujuan ...........................................................................................................
.............4
BAB II PEMBAHASAN
2.1

Pengertian

Perkawinan

Dan

Perkawinan

Usia

Dini

............

..................................5
2.2

Hukum

Pernikahan

Dini

................................................................................................6
2.3

Dampak

Psikologi

Dini
2.4

Pernikahan

...............................................................................7
Dampak

Yang

Terjadi

Karena

Pernikahan

Usia

Muda ..................................................8
2.5

Dampak

Positif

Dan

Negatif

Pernikahan

Dini ...............................................................9
2.6

Resiko

Kesehatan

Pernikahan

Dini ............................................................................10
2.7

Faktor

Yang

Mendorong

Terjadinya

Perkawinan

Usia

Muda

.....................................11
2.8

Penanganan

Perkawinan

Usia

Muda ..........................................................................11
3

2.9

Upaya

Pencegahan

Terjadinya

Pernikahan

Usia

Muda ..............................................12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ...................................................................................................
..............13
3.2
Saran ............................................................................................................
...............13
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................................
............14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga/ rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No
1 Thahun 1974)
Pernikahan dini merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat
Indonesia

belakangan

ini.

Ini

sudah

seperti

bagian

dari

budaya

masyarakatnya sendiri. Menjadi agak sulit untuk dilepaskan karena itu


4

sudah menjadi semacam bagian dari kebiasaan masyarakat Indonesia,


terlebih mereka yang terbiasa dengan hal tersebut.
1.2.
1.
2.
3.
4.

RUMUSAN MASALAH
Apa itu perkawinan. ?
Factor apa yang melandasi pernikahan dini ?
Apa hukum pernikahan dini ?
Apa dampak pernikahan dini?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui pernikahan dini
2. Hukum pernikahan dini

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERKAWINAN DAN PERKAWINAN USIA DINI
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1
Thahun 1974)
Tujuan:
5

1. Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara lakilaki dan perempuan
2. Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing
termasuk didalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya
poligami
3. Pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan
tersebut
4. Untuk pendataan dan kepentingan demograf

Pernikahan Dini merupakan sebuah nama yang lahir dari komitmen


moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi alternative,
setidaknya menurut penawaran Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono pada
tahun 1983, melalui tulisannya berjudul Bagaimana Kalau Kita Galakkan
Perkawinan Remaja?
Ketika ftnah syahwat kian tak terkendali, ketika seks pranikah semakin
merajalela, terutama yang dilakukan oleh kaum muda yang masih duduk
di bangku-bangku sekolah, tidak peduli apakah dia SMP bahkan SD,
apalagi SMA maupun perguruan tinggi.
Dari sisi psikologis, memang wajar kalau banyak yang merasa khawatir.
Bahwa pernikahan di usia muda akan menghambat studi atau rentan
konflik yang berujung perceraian, karena kekurangsiapan mental dari
kedua pasangan yang masih belum dewasa betul. Hal ini terbaca jelas
dalam senetron Pernikahan Dini yang pernah ditayangkan di salah satu
stasiun televisi. Beralasan memang, bahwa mental dan kedewasaan lebih
berarti dari sekedar materi, untuk menciptakan sebuah rumah tangga
yang sakinah seperti yang diilustrasikan oleh sinetron tersebut.

2.2. HUKUM PERNIKAHAN DINI


Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun.

Pasal 6 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk


melangsungkan suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai umur
21 tahun harus mendapat ijin dari kedua orang tua.
Namun dalam prakteknya didalam masyarakat sekarang ini masih banyak
dijumpai sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan di usia
muda atau di bawah umur. Sehingga Undang-undang yang telah dibuat,
sebagian tidak berlaku di suatu daerah tertentu meskipun UndangUndang tersebut telah ada sejak dahulu. Di Indonesia pernikahan dini
berkisar

12-20%

yang

dilakukan

oleh

pasangan

baru.

Biasanya,

pernikahan dini dilakukan pada pasangan usia muda usia rata-rata


umurnya antara 16-20 tahun. Secara nasional pernikahan dini dengan usia
pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,95%. Di Tasikmalaya
sendiri khususnya di desa Mandalagiri kecamatan Leuwisari kabupaten
Tasikmalya yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda
berjumlah lebih dari 15 orang.
Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun
sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi
perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat
serta siap untuk melahirkan keturunan secara fsik pun mulai matang.
Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fsiknya sangat kuat,
hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik sera
psikis emosional, ekonomi dan sosial.
Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang
matang dari satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif
terhadap makna nikah dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan
terhadap kesakralan sebuah pernikahan. Sebagian masyarakat yang
melangsungkan perkawinan usia muda ini dipengaruhi karena adanya
beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan
perkawinan usia muda atau di bawah umur.

2.3. DAMPAK PSIKOLOGI PERNIKAHAN DINI

Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada


saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, ungkap Edi,
boleh di bilang baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20 24
tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead
edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak
remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan
dilakukan di bawah 20 tahun.
Depresi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini ini, bisa
terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert
(tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia
menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang
schizoprenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila.
Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si
remaja

terdorong

melakukan

hal-hal

aneh

untuk

melampiaskan

amarahnya. Seperti, perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan


kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya.
Pada dasarnya, rumah tangga dibangun atas komitmen bersama
dan merupakan pertemuan dua pribadi berbeda. Kalau keduanya bisa
saling merubah, itu hanya akan terjadi kalau dua-duanya sama-sama
dewasa. Namun, hal ini sulit dilakukan pada pernikahan usia remaja. Pada
tahap awal, mungkin wanitanya bisa berubah, tapi laki-lakinya tidak.
Sehingga di wanita akan merasa capek sendiri, atau juga sebaliknya. Lalu,
perlukah orang ketiga untuk mendamaikan permasalahan remaja?
Terkadang,

remaja

memiliki

ambisi

pribadi

untuk

mempertanggungkan hasil perbuatannya dan akan mudah tersinggung


bila orang lain ikut campur dalam kehidupannya. Bahkan orangtua
terkadang hanya bisa geleng kepala, melihat tingkat remaja yang tidak
mempan diberi nasihat dalam bentuk apapun. Oleh karena itu, orang
ketiga yang diharapkan mampu mendamaikan persoalan rumah tangga
remaja, tidak selalu orangtua, tetapi orang yang dituakan. Artinya, pihak
ketiga itu bisa saja saudara, teman, paman ataupun kerabat lainnya.

2.4. DAMPAK YANG TERJADI KARENA PERNIKAHAN USIA MUDA


1. Kesehatan perempuan
a. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya
b.
c.
d.
e.

sendiri
Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
Beresiko pada kematian usia dini
Meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI), ingat 4T
Study epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih
dari 10x bila jumlah mitra sex 6/lebih atau bila berhubungan

seks paertama dibawah usia 15 tahun


f. Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena kanker serviks
g. Resiko terkena penyakit menular seksual
2. Kualitas anak
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat
kebutuhan

nutrisi

yang

harus

lebih

tinggi,

adanya

banyak

untuk

kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri


b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18
tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBR memiliki
kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal
3. Keharmonisan keluarga dan perceraian
a. Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan
tingginya angka perceraian
b. Ego remaja yang masih tinggi
c. Banyaknya kasus perceraian

merupakan

dampak

dari

mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk


menikah
d. Perselingkuhan
e. Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua
f. Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan
emosional
g. Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

2.5. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PERNIKAHAN DINI


9

Dampak positif
a. Dukungan emosional: Dengan dukungan emosional maka dapat
melatih kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap
pasangan (ESQ).
b. Dukungan keuangan:

Dengan

menikah

di

usia

dini

dapat

meringankan beban ekonomi menjadi lebih menghemat.


c. Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka
menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai keputusannya
untuk menjalani hidup mereka secara fnansial dan emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda yang
waktu masa

sebelum

nikah tanggung

jawabnya

masih

kecil

dikarenakan ada orang tua mereka, disini mereka harus dapat


mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.
e. Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.
Dampak negative
a. Dari segi pendidikan:
Dapat diambil contoh,

jika

sesorang

yang

melangsungkan

pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA, tentu keinginannya


untuk melanjutkan sekolah lagi atau menempuh pendidikan yang
lebih tinggi tidak akan tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena
motivasi belajar yang dimiliki seseorang tersebut akan mulai
mengendur karena banyaknya tugas yang harus mereka lakukan
setelah

menikah.

Dengan

kata

lain,

pernikahan

dini

dapat

menghambat terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.


b. Masalah ketenaga kerjaan, seperti realita yang ada didalam
masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya
dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat
mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.
c. Dari segi kesehatan:
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit
Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa, SPOG mengatakan,
perempuan yang menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki
banyak risiko, sekalipun ia sudah mengalami menstruasi atau haid.
Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini
ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. Penyakit
kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini,
10

antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini
terjadi karena terjadinya masa peralihan sel anak-anak ke sel
dewasa yang terlalu cepat. Padahal, pada umumnya pertumbuhan
sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada usia 19
tahun.
2.6. RESIKO KESEHATAN PERNIKAHAN DINI
Berikut ini

beberepa resiko tinggi kehamilan dan persalinan yang

dapat di alami oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun):


1. Kurang darah (Anemi) pada masa kehamilan dangan akibat yang
buruk bagi janin yang di kandungnya seperti pertumbuhan janin
yang terlambat, kelahiran premature(tidak cukup bulan).
2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan
perkembangan biologois dan kecerdasan janin terhambat. Bayi
lahir dengan berat badan rendah.
3. Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan persalinan
lama.
4. Keracunan kehamilan, yang di tandai bengkak teruta,ma di kaki
dan tangan serta tekanan darah tinggi. Bila ini tidak mendapat
pengobatan yang baik dan benar, maka keadaan ini dapat
menimbulkan

kejang-kejang

yang

pada

gilirannya

dapat

membawa maut baik pada bayi maupun ibunya.


5. Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya ini
akan menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri
dengan operasi Caesar maka keadaan ini akan menyebabkan
kematian ibu maupun janinya.
6. Pasangan yang kurang siap

untuk

menerima

kehamilan

cenderung untuk mencoba melakukan pengguguran kandungan


(Aborsi) yang dapat berakibat kematian bagi wanita .
7. Karena kurang pengetahuan dan perawatan

kesehatan

reproduksi, pernikahan dini beresiko tinggi untuk tertular penyakit


menular seksual, seperti keputihan yang tidak normal, kencing
sakit dll.
8. Kemungkinan terjadinya kanker serviks (kanker dari leher Rahim
wanita) pada perkawinan usia muda lebih besar dari pada mereka
11

yang kawin pada usia kira-kira dua kali lipat untuk mendapatkan
kanker di bandingkan dengan wanita yang menikah pada umur
yang lebih tua.
9. Resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan 2-4 kali lebih
tinggi dari persalinan wanita usia 20 sampai 35 tahun.
10.
Anak-anak yang di lahirkan oleh ibu remaja mengalami
beberapa masalah antara lain: Perkembangan yang terhambat,
premature (berat badan lahir rendah). Hal ini selanjutnya akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan fsik
maupun mental anak.
2.7. FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA PERKAWINAN USIA
MUDA
1. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang
hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang
tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang
dianggap mampu.
2. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua,
anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan
mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.
3. Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya
berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga
segera mengawinkan anaknya.
4. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja
modern kian Permisif terhadap seks.
5. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya
dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.
2.8. PENANGANAN PERKAWINAN USIA MUDA
1.

Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi

sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.


2.
Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pasangan

dalam

menghadapi

persoalan-persoalan

agar
12

mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan,


tidak mengedepankan emosi.
3.
Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak membantu
keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non
material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan
terhadap hambatanhambatan yang ada.
4.
Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan
kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
2.9. UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA
1. Undang-undang perkawinan
2. Bimbingan kepada remaja

dan

menjelaskan

tentang

sex

education
3. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat
4. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat
5. Model desa percontohan pendewasaan usia perkawinan

13

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Aristoteles
Orang orang muda punya hasrat-hasrat yang sangat kuat dan
mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya
tanpa membeda-bedakannya, dari hasrat-hasrat tubuh mereka,
hasrat seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal inilah
mereka menunjukan hilangnya kontrol diri
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga/ rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa


Pernikahan diNi berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan berupa
ketidak bahagiaan maupun perceraiaan. Kehamilan pada pernikahan dini
perlu di cegah, dengan mengikuti keluarga berencana. Bila terjadi
kehamilan maka perlu pemeriksaan kehamilan secara teratur sehingga
dapat dilakukan pertolongan yang tepat.

3.2. SARAN
Hindari pergaulan bebas, yang akan menimbulkan kehamilan,
karena jika telah terjadi maka pernikahan dini tidak akan terelakkkan lagi,
dan pernikahan yang di sebabkan kehamilan terlebih dahulu itu berarti
pernikahan

secara

terpaksa

karena

adanya

janin

yang

harus

di

pertanggung jawabkan, dan mengakibatkan masa depan keluarga yang di


idamkan tidak tercapai, salah satu dampak bagi pernikahan dini adalah
perceraian hingga adanya single parent, yang kebanyakan wanitalah yang
mendapat beban terberat dalam hidupnya sebab harus menjadi ibu
rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga, mencari nafkah untuk
anak-anaknya.
14

DAFTAR PUSTAKA

1. www.kesehatanreproduksi.com
2. www.anneahira.com/akibat-pernikahan-dini.htm

15

Anda mungkin juga menyukai