HALUSINASI
A.
PENGERTIAN
Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa
adanya stimulus. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar
suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya,
ini sering terjadi pada pasien skizofrenia (Stuart dan sudden, 2006).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan pancaindra tanpa
adanya rangsangan dari luar, keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh
mana pasien itu yakin bahwa halusinasi merupakan kejadian yang benar,
umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-ragu/yakin sekali
bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004).
Halusinasi
merupakan
gangguan
persepsi
dimana
klien
Halusinasi
Pendengaran Pengelihatan -
Penciuman
Pengecapan
Data Objektif
Bicara
/
tertawa
sendiri
Marah-marah tanpa
sebab
Mendekatkan telinga
kearah tertentu
Menutup telinga
Menunjuk ke arah
tertentu
Ketakutan
pada
sesuatu yang tidak
jelas
Mengendus-endus
seperti
sedang
membaui bau-bauan
tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Data Subyektif
Mendengarkan suara/kegaduhan
Mendengarkan
suara
yang
mengajak bercakap-cakap
Mendengarkan suara menyuruh
melakukan sesuatu berbahaya
Perabaan
C.
Menggaruk-garuk
permukaan kulit
dan feses
- Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat listrik
ETIOLOGI
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1.
Faktor Predisposisi
a.
Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut :
1)
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
2)
3)
kortikal
hidup klien.
c.
Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
2.
stres.
Faktor Presipitasi
menanggapi stresor.
AKIBAT
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2006). Menurut
Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupun orang lain. Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan
kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a.
Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b.
Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a.
Wajah tegang, merah
b.
Mondar-mandir
c.
Mata melotot rahang mengatup
d.
Tangan mengepal
e.
Keluar keringat banyak dan mata merah
E. RENTANG RESPON HALUSINASI
Adaptif
Maladaptif
F.
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
Pikiran kadang
Gangguan
menyimpang
pikiran/waham
Ilusi
Halusinasi
Emosi berlebihan atau
Kesulitan untuk
kurang
memproses emosi
Perilaku ganjil atau tak
Ketidakteraturan
PSIKOPATOLOGIS
lazim
perilaku
Halusinasi merupakan
bentuk
yang
paling
sering
dari
gangguan
Menarik diri
Isolasi
sosial
persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,
akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.
Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara
sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari halusinasi yang
pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan
pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir
oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar
tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke
alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti
yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materi-materi
yang ada dalam unconsicisus atau preconscius bisa dilepaskan dalam bentuk
halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan
adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena
sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka
G.
H.
I.
3.
4.
5.
6.
7.
bergerak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Resiko perilaku kekerasan
J.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1.
2.
4.
5.
Pasien
Keluarga
TUM: klien
SP 1 p
SP I k
dapat mengontrol
1. Mengidentifikasi jenis
halusinasi yang
halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi
dialaminya
TUK I : klien
dapat membina
hubungan saling
percaya
TUK 2 : klien
dapat mengenal
halusinasinya
halusinasi
pasien
4. Mengidentifikasi
frekuensi
halusinasi
dapat mengontrol
halusinasinya
TUK 4 : klien
dapat dukungan
dari keluarga
dalam
menimbulkan
halusinasi
6. Mengidentifikasi
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien
mengontrol
memasukkan
halusinasinya
menghardik
cara
halusinasi
jadwal
dapat
harian
dalam
merawat
pasien
2. Menjelaskan
pengertian,
tanda
dan
gejala
yang
dialami
pasien
beserta
proses
cara-
menghardik SP II k
halusinasi
8. Menganjurkan pasien
TUK 5 : klien
keluarga
terjadinya
3. Menjelaskan
pasien
cara
dirasakan
halusinasi
yang
respon
yang
pasien
5. Mengidentifikasi
situasi
TUK 3 : klien
masalah
isi
halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi
waktu
1. Mendiskusikan
dalam
kegiatan
1. Melatih
keluarga
mempraktekkan
cara merawat pasien
dengan halusinasi
2. Melatih
keluarga
melakukan
merawat
memanfaatkan
SP II p
kepada
1. Mengevaluasi jadwal
halusinasi
cara
langsung
pasien
1. Membantu keluarga
membuat
jadual
aktivitas di rumah
dengan
bercakap-cakap
termasuk
minum
dalam
jadwal
kegiatan
harian
(dapat
dilakukan
dalam
tahap terminasi)
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
(tahap orientasi)
2. Melatih
pasien
mengendalikan
halusinasi
cara
dengan
melakukan
dalam
kegiatan
harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
(tahap orientasi)
2. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang
obat
penggunaan
secara
teratur
kepada pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan
jadwal
dalam
kegiatan
obat
(discharge
planning)
2. Menjelaskan follow
up
pasien
pulang
setelah
harian
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI
A.
KONDISI KLIEN
1.
2.
3.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C.
TUJUAN
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1.
2.
3.
D.
Orientasi:
Selamat pagi mas, Saya Mahasiswa keperawatan dari UNRIYO yang akan
merawat mas. Nama Deka Saputra, biasa dipanggil Deka. Nama mas siapa? mas
Senang dipanggil apa? Baik
Bagaimana perasaan mas C hari ini? Apa keluhan mas saat ini.
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini mas
C dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit.
Kerja:
Apakah mas C mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?.
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
mas dengar suara? Berapa kali sehari mas mendengar suara-suara tersebut? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama
dengan orang lain?.
Apa yang mas rasakan pada saat mendengar suara itu?.
Apa yang mas lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suarasuara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suarasuara itu muncul?
mas, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak.
Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung mas bilang, pergi
saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba mas peragakan! Nah begitu, bagus! Coba
lagi! Ya bagus mas sudah bisa
Terminasi:
Bagaimana perasaan mas setelah peragaan latihan tadi? Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Jam berapa mas? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama
kita akan berlatih? Dimana tempatnya.
Baiklah, sampai jumpa.