Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI


DI RSJ MAGELANG

DISUSUN OLEH :
I GEDE ARYA DIPTYA A
16160024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi,
dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.( Jenny., dkk. (2010).
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang
yang tau akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat (Maramis,
2006)
Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan (Budi Anna Keliat, 2006)
Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu :
1. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya
dalam suatu kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih
rentan untuk bunuh diri daripada yang hidup ditengah keluarga, dan
pasangan yang mempunyai anak merupakan proteksi yang kuat
dibandingkan yang tidak memiliki anak. Masyarakat di pedesaan lebih
mempunyai integritas sosial daripada di perkotaan.
2. Bunuh diri altruistik terjadi pada orang orang yang mempunyai
integritas berlebih terhadap kelompoknya, contoh : tentara korea
dalam peperangan dan pelaku bom bunuh diri
3. Bunuh diri anomik terjadi pada orang orang yang tinggal di
masyarakat yang tidak mempunyai aturan dan norma dalam kehidupan
sosial.
4. Bunuh diri fatalistik terjadi pada individu yang hidup di masyarakat
yang terlalu ketat peraturannya. Dalam hal ini individu dipandang
sebagai bagoan dimasyarakat dari sudut integritasi atau disintegrasi
yang akan membentuk dasar dari sistem kekuatan, nilai nilai,
keyakinan, dan moral dari budaya tersebut.

B. Tanda Dan Gejala


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut
tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan
rencana bunuh diri tersebut.
1. Petunjuk dan gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
2. Petunjuk psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
3. Riwayat psikososial
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
4. Faktor-faktor kepribadian
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negatif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial
C. Penyebab
Faktor prediposisi bunuh diri Menurut Stuart dan Sundeen antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan
depresi.
3. Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
4. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
5. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik,
apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat
menimbulkan prilaku destrukif diri.
Faktor pencetus :
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,
kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media
untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan
perilaku bunuh diri.
1. Penilaian stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan.
Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada
pasien
2. Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien
secara sadar memilih untuk bunuh diri.
3. Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
Mekanisme koping adalah segala sesuatu yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan
meliputi usaha pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran
dapat dikemukakan bahwa setidak tidaknya orang yang hendak
melakukan bunuh diri egoistik atau anomik berada dalam keadaan
patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi mental
yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu
ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak
mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah.
4. Rentang respon
RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI
Respon adaptif respon maladaptif

peningkatan pengambilan perilaku pencederaan bunuh diri


diri resiko yang destruktif-diri diri
meningkatkan tidak langsung
pertumbuhan

Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stresor.


Respon individu terhadap stresor tergantung pada kemampuan pemecahan
masalah yang dimiliki dan tingkat stres yang dialaminya. Individu yang sehat
senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara
maladaptif dengan menggunakan koping bunuh diri.
Rentang respon perlindungan diri yang adaptif yaitu:
a. Self enhancement (pengembangan diri) : menyayangi kehidupan
diri, berusaha selalu meningkatkan kualitas diri.
b. Growth promoting risk taking : berani mengambil risiko untuk
meningkatkan perkembangan diri.
Sedangkan rentang respon maladaptif meliputi :
a. Indirect self-destruktif behavior ; perilaku merusak diri tidak
langsung, aktivitas yang dapat mengancam kesejahtraan fisik dan
berpotensi mengakibatkan kematian, individu tidak menyadari atau
menyangkal bahaya aktivitas tersebut
b. Self-injury ; mencederai diri, tak bermaksud bunuh diri tetapi
prilakunya dapat mengancam diri
c. Suicide atau bunuh diri ; perilaku yang disengaja menimbulkan
kematian diri, individu sadar bahkan menginginkan kematian.

D. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan social
9. Pikiran dan rencana bunuh diri
10. Percobaan atau ancaman verbal

E. Psikopatologi

F. Diagnosis Keperawatan Utama


Resiko Bunuh Diri

G. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi
elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
H. Intervensi
Rencana Keperawatan
TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
TUK 2 : Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri,
Kriteria evaluasi :Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.
b. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat
TUK 3 : Klien dapat mengekspresikan perasaannya,
Kriteria evaluasi :Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Rencana Tindakan :
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan klien.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya.
d. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.

TUK 4 : Klien dapat meningkatkan harga diri,


Kriteria evaluasi :Klien dapat meningkatkan harga dirinya
Rencana Tindakan :
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
TUK 5 : Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,
Kriteria evaluasi :Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Rencana Tindakan :
a. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan.
b. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.
TUK 6 : Klien dapat menggunakan dukungan sosial,
Kriteria evaluasi :Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Rencana Tindakan :
a. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.
b. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien.
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
Kriteria evaluasi :Klien dapat menggunakan obat dengan tepat
Rencana Tindakan :
a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh
klien.
d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs, Ann. (2006). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.
STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun
non verbal
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
C. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
D. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh


pasien

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a) Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas
masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalah yang lebih baik
E. Strategi Pelaksanaan
SP Pasien :

SP I p :
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3) Melakukan kontrak treatment
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP II p :
1) Mengidentifikasi aspek positif pasien
2) Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3) Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu
yang berharga
SP III p :
1) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2) Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4) Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP IV p :
1) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
3) Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis

SP Keluarga Pasien :

SP I k :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri,
dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri
SP II k :
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
risiko bunuh diri
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien risko bunuh diri
SP III k :
1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
2) Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh
keluarga

SP 1 Pasien : Mengidentifikasi benda yang membahayakan, Mengajar


mengendalikan dorongan bunuh diri, Melatih mengendalikan dorongan
bunuh diri.

ORIENTASI:
Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan yang akan merawat bapak
Nama Saya Gede Arya, biasa dipanggil Arya. Nama bapak siapa?Bapak Senang
dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang masalah yang bapak
alami ? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit

KERJA:
Bagaimana perasaan bapak setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini bapak
paling merasa menderita di dunia ini ? Apakah bapak pernah kehilangan
kepercayaan diri?
Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang
lain?
Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?.
Apakah Bapak sering mengalami kesulitan berkonsentrasi ?
Apakah Bapak berniat unutuk menyakiti diri sendiri?Ingin bunuh diri atau
berharap bapak mati?Apakah Bapak pernah mencoba bunuh diri? Apa
sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang Bapak rasakan?
Baik Pak, sekarang saya akan mengajarkan kepada bapak untuk mengontrol rasa
ingin bunuh diri bapak. Jika bapak sedang merasa kesal atau marah bapak bisa
melakaukan teknik relaksasi nafas dalam.
Jadi caranya seperti ini ya pak, Pertama tutup mata bapak, dan bayangkan apa
yang mendorong bapak ingin melakukan tindakan bunuh diri, kemudian Bapak
tarik nafas lewat hidung secara perlahan, tahan 1-3 detik kemudian hembuskan
lewat mulut. Sekarang saya contohkan kemuan bapak coba ya?
Bagus sekali Bapak bisa melakukannya. Jadi jika rasa ingin bunuh diri itu
muncul bapak bisa melakukan relaksasi nafas dalam yang saya ajarkan.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau rasa itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya?. Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan rasa ingin bunuh diri dengan cara yang kedua? Jam berapa
pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya
Baiklah, hari ini saya rasa cukup, besok kita berjumpa lagi.

SP 2 Pasien : Mendorong pasien untuk berfikir Positif dan menghrgai diri


sebagai individu yang berharga.
Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah rasa itu masih
ada ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Apakah berkurangkan ?
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol rasa
ingin bunuh diri dengan cara mendorong bapak menghargai diri sendiri. Kita akan
latihan selama 20 menit. Bapak mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Caoba bapak ceritakan pada saya apa saja dalam hidup bapak yang perlu
disyukuri ? Siapa yang akan sedih jika bapak tidak ada ?
Sekarang coba bapak ceritakan yang baik dalam kehidupan bapak ? Keadaan
bagaimana yang menbuat bapak puas ?
Bagus pak ! Ternyata kehidupan bapak banyak yang bisa disyukuri. Cob
sebutkan kegiatan apa yang masih bapak bisa lakukan ? Bagimana kalau bapak
mencoba melakukan kegitan tersebut ?

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah rasa ingin bunuh diri ? Bagus, cobalah kedua cara
ini kalau bapak merasa ingin bunuh diri. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu rasa itu muncul! Besok pagi saya akan
ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu menilai koping
yang bisa dilakukan? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi

SP 3 Pasien : Menilai pola koping yang biasa dilkukan dan mengidentifikasi


pola kpong yang konstruktif
Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah sudah dipakai
dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita,
hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah rasa ingin bunuh diri
yaitu melakukan menilai pola koping yang biasa dilakuakan. Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau
30 menit? Baiklah.
Kerja:
Coba ceritakan siatuasi apa yang membuat bapak ingin bunh diri ? Selain bunuh
diri apa lagi jalan keluar yang biasa bapak lakukan. Nan coba bapak sebutkana
kerugian jika bapak bunuh diri ? Apa keuntungannya ?
Seekarang mari kita pilih cara mengatasi masalah yang menguntungkan ?
Menurut bapak caranya bagaimana ? Ya bagus sekali. Baik pak , marilah kita
buat rencana kegiatan untuk masa depan.

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah bunuh diri? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah bunuh diri. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!
Saya rasa hari ini cukup sekian dulu, besok saya akan menemui bapak lagi.
Sampai jumpa.

Anda mungkin juga menyukai