Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM
DI RSJ MAGELANG

DISUSUN OLEH :
I GEDE ARYA DIPTYA A
16160024

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat
kuat dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam
(fundamental of psikiatrik mental health nursing. 2006) grandeur : thinks he or
she has powers and talents that are not possissed or it someone powerfull of
famous (dalam buku yosep iyus : keperawatan jiwa,2009)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,2006).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas
normal (stuart dan sunden,1998 dalam buku yosep iyus yosep, keperawatan
jiwa : 2009)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien (Aziz R, dkk. 2003).
Adapun klasifikasi dari waham itu sendiri yaitu:
1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan
secra berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
3. Waham Somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan
4. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan
5. Waham Sisip Fikir
Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan
kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
kenyataan
6. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan.
7. Waham Siar Fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan
walaupun dia tidak menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan
secara berulang dan tidak sesuai kenyataan

B. Tanda Dan Gejala


Manifestasi klinik waham yaitu berupa: klien mengungkapkan sesuatu
yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya )
berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak
tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
Adapun tanda dan gejalanya yaitu:
1. Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain
2. Menolak makan/obat
3. Gembira atau takut
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Mengajukan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali
tidak melaksanakannya
11. Permusuhan dan curiga
12. Perwatan diri terganggu
13. Merasa dirinya kaya, walaupun sebenarnya tidak punya

C. Penyebab
Sampai saat ini belum jelas apa yang menjadi sebab utama dari pada
waham khususnya waham kebesaran tetapi dari berbagai literatur dijelaskan
bahwa waham sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
1. Faktor predisposisi terjadinya waham yaitu :
a. Faktor genetik
Dianggap mempengaruhi tansisi gangguan efektif melalui riwayat
keluarga atau keturunan.
b. Teori kehilangan objek
Menurut kepada perpisahan traumatik individu dengan benda
c. Teori organisasi kepribadian
Menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap stressor.
2. Faktor presipitasi :
a. Sosial-Budaya
Teori ini menyatakan bahwa stres lingkungan dapat menyebabkna
terjadinya respons neurobiologis yang mal-adaptif, misalnya :
lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa bermusuhan);
kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga
diri; kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan dalam
hubungan interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan; dan
kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stres yang menumpuk
dapat menunjang terhadap terjadinya gangguan psikotik tetapi
tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
b. Perilaku:
Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan pada daya ingat. Klien
mengalami kesukaran untuk menilai dan menggunakan memoinya
atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek.panjang.
Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
Cara berfikir magis dan primitif
Klien menganggap bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu
yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat berubah
menjadi superman. Cara berfikir klien seperti anak pada
tingkat anak perkembangan prasekolah.
Perhatian
Klien gangguan respon neurobiologis tidak mampu
mempertahankan perhatiannya atau mudah teralihkan, serta
konsentrasinya buruk. Akibatnya klien mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap
tugas
Isi pikir
Klien tidak mampu memproses stimulasi internal dan
eksternal dengan baik sehingga terjadi dengan apa yang
disebut waham.
Bentuk dan pengoirganisasian bicara
Klien tidak mampu mengorganisir pemikiran dan menyusun
pembicaraan yang logis serta koheren. Gejala yang sering
ditemukan adalah kehilangan asosiasi, tangensial,
inkoheren/neologisme, sirkumtansil, tidak masuk akal. Hal
ini dapat diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak
relevan, tidak logis, bizar dan bicara yang berbelit-belit.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien yaitu :
a. Regresi sebagai upaya klien untuk menangulangi ansietas
b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

D. Akibat
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

E. Psikopatologi
Proses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai berikut ;
a. seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh dirinya sendiri,
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu
yang tidak menyenangkan akan terjadi
b. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan obyek realita
melalui manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian ayau suatu keadaan.
c. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan perasaaan
lingkungannya, sehingga pikiran, perasaan, dan keinginan yang negatif,
dan tidak dapat diterima akan terlihat datangnya dari dirinya
d. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan alasan atau rasional
tentang interpretasi personal ( diri sendiri ) terhadap realita kepada diri
sendiri dan orang lain.
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang
respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut
( stuart dan sundeen, 1998) :

Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif Respon maladaptif


maladaptif
Gangguan proses
Pikiran logis Distorsi pikiran
pikir/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi Sulit brespon emosi
pengalaman berlebihan atau kurang
Prilaku sesuai Prilaku disorganisasi
Prilaku aneh
Berhubungan social Isolasi sosial
Menarik diri

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu


merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila
individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang
pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak
mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia
makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir :
waham curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap
individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut
seorang ahli medis dalam penelitiannya memberikan definisi tentang
mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan
oleh seseorang yangnn sakit untuk mempertahanakna intrgritas tubuh dan
psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dna membatasi adanya kerusakan
yang tidak bisa dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pad atindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan
situasi stress.
a. Prilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang
mengoprasikan, menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2. Mekanisme pertahana ego, merupakan mekanismne yang dapat
membantu mengatasi cenas ringan dan sedang, jika berlangsung pada
tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress.
(Anonymous, 2009).

F. Diagnosis Keperawatan Utama


1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
3. Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

G. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998),
Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
1) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325
mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
2) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai
50 mg/hari.
3) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan
mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi
gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi
parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular.
Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang
cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus
diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering
adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus
diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang
berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan
hilangnya waham pada klien.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk
parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15
mg/hari
Difehidamin : Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena
ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik,
dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis
pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-
obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak
boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus
tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan
yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya
dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan
dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan
dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,
misalnya dengan berkata : Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat
apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya,
sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya
adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat
klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang
menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan
kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

H. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan
waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
b) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan
anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
c) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
d) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
b) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
c) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
d) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
c) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
a) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
b) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
c) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
a) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
b) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
d) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6) Klien dapat dukungan dari keluarga


Tindakan :
a) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
b) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berhubungan dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d) Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak
menjawab.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( .. ) berhubungan


dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs, Ann. (2006). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.
STRATEGI PELAKSANAAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Kondisi Klien :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Klien tampak tidak mempercayai orang lain,
curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik. Tidak tepat menilai lingkungan /
realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : waham

C. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

D. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien
Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
Berdiskusi tentang obat yang diminum
Melatih minum obat yang benar
E. Strategi Tindakan
SP Pasien :
SP I p
a. Membantu orientasi realita.
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
c. Melatih pasien memenuhi kebutuhannya
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP II p
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
c. Melatih kemampuan yang dimiliki
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP III p
a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
b. Menjelaskan penggunaan obat secara benar.
c. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP Pada Keluarga :
SP I k
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis
waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II k
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan waham
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien waham
SP III k
a. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
b. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau
keluarga
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
memeperaktikan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Orientasi:
Selamat pagi bapak, saya Gede Arya perawat yang bertugas pagi ini, biasa
dipanggil arya. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak rasakan?
Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit
Kerja:
Apa yang bapak lakukan sekarang? , Bapak mengatakan bahwa diri bapak
adalah seorang nabi.
Baik, saya menerima keyakinan bapak, tapi saya belum mempunyai cukup
bukti.
Tadi bapak menagatakan bapak ada seorang nabi, masihkah bapak mempunyai
keyakinan itu?
Baik pak, kalau saya boleh tahu nabi itu berada dimana, pakaiannya seperti apa,
tinggal di mana ?Sedangkan sekarang bapaklagi dimana, lihat pakaian bapak
apakah sudah seperti nabi ?
Apa yang bapak lakukan seharian ini ?
Baik bapak, apakah bapak sudah memenuhi kebutuhan bapak seperti makan,
mandi ?
Bapak, makan dan mandi itu penting untuk bapak, bagaimana kalo sekarang
bapak makan dan mandi ?Bagus sekali pak, nanti bapak bisa melakukan kegiatan
makandanmandisetiaphari
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah makan dan mandi ?
Baik pak, tadi kita sudah melakukan makan yang benar dan mandi, sekarang kita
buat jadwal latihan untuk bapak ?
Berapa kali bapak akan melakukan latihan ? Jam berapa ?.
Baik bapak, bagaimana besok kita bertemu lagi untuk mengajarkan cara lain
mengatasi waham ? Bapak ingin dimana ? Jam berapa ? Baik pak saya permisi
dulu, sampai jumpa besok.

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien dengan membantu


melatih kemampuan yang dimiki.
Orientasi:

Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?


Sesuai janji kita kemarin hari ini saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
waham dengan melakukan kemampuan yang bapak miliki. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol waham yang lain adalah dengan
melakukan kegiatn yang bapak senangi
Coba bapak ceritakan pada apa kegiatan yang bapak senangi ?
Baik pak, ternyata bapak senang main gitar ? Bagiamana kalau sekarang kita
bermain gitar ? Bagus sekali bapak main gitanya ?
Baik pak bagaimana kalau kita masukan ke jadwal latihan bapak ? Berapa kali
bapak akan melakukan latihan ? Jam berapa ?.

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah waham itu? Bagus, cobalah lakuakan kedua cara
ini untuk mencegah waham. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
cara minum obat yang benar ? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00?
Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi

SP 3 Pasien : Memberikan pendidikan tentang penggunaan obat secara teratur.


Orientasi: Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
sudah melakukan apa yang saya ajarkan kemarin? Apakah saja dua cara yang
telah kita pelajari kemarin ? Bagus ! Bapak sudah melakuknya dengan baik.Sesuai
janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah waham yaitu
mengajarkan cara minum obat yang benar. Mau di mana kita bicara? Baik kita
duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.
Kerja:
Baik bapak ada berapa obat yang bapak minum ?
Jam berapa saja obat dimnum ?
Bik pak, bapak harus minum obat ini agar fikirn bapak menjadi tenang,
Obatnya ada 3 macam yaitu yang berwarna orange namanya CPZ gunanya
membeuat bapak tenang, obat warna putih jambu namanya THP gunanya
membuat rileks,obat warna merah jambu namanya HLP gunanya agar bapak
menjadi lebih tenang. Semuanya diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam.
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah waham muncul ? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah waham. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya ? Hari ini cukup sekian, 2
jam lagi saya akan menemui bapak. Sampai jumpa.

Anda mungkin juga menyukai