LAPORAN KASUS
A.
Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama
: An. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 9 bulan
Alamat
: Boyolali
Masuk Poli
: 2 Juni 2016
Orang tua/Wali
Ayah
Nama
: Tn. B
Agama
:Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Wiraswasta
: 1.500.000/bulan
Ibu
Nama
: Ny. S
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
Morbiditas Kehamilan
Perawatan Antenatal
Tempat Kelahiran
Penolong Persalinan
Cara Persalinan
Masa Gest
Keadaan Bayi
Tidak ada
Teratur 1 bulan sekali
Rumah praktek bidan
Bidan
Spontan
Cukup Bulan
- Berat lahir: 3500 gr
- Panjang: 51 cm
- Ling.kepala: 34 cm
- Langsung Menangis
7. Riwayat Imunisasi
- BCG
: (+)
- DPT
: (+)
- Polio
: (+)
- Campak
: (+)
- Hepatitis
: (+)
: ASI ekslusif
6 bulan 9 bulan : ASI ekslusif, bubur halus ( nasi tim yang dihaluskan
dengan sayur dan lauk tempe, tahu, ikan, dan ayam
jarang) 2 kali sehari, kadang dihabiskan kadang tidak.
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah sedang dalam pengobatan OAT
: Compos mentis
Nadi
: 116x/menit
RR
: 24x/menit, reguler
Suhu
: 37,1oC
- Status Gizi berdasarkan WHO NHCS yaitu indeks berat badan menurut
umur, anak usia 9 bulan adalah :
BB sekarang
: 8,6 kg
BB Ideal
: 6,3 10,0 kg
Status Gizi
: Gizi Baik
Kepala :
Bentuk dan ukuran
Mata
Telinga
Hidung
Leher
: KGB (+)
Thoraks:
Dinding toraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Cor
: Normal
Tidak jelas
Laporan keluarga
Kavitas (+)
BTA (-)
3
BTA (+)
Tidak tahu
Uji Tuberkulin
Negative
Positif ( 10mm
atau 5mm
padkeadaan
imunosupresi)
Berat badan /
keadaan gizi
BB/TB <90%
BB/U <80%
Klinis gizi
buruk
BB/TB <70%
BB/U <60%
Demam tanpa
sebab jelas
2 minggu
Batuk
3 minggu
Pembesaran
KGB colli,
axilla, inguinal
1 cm
Jumlah >1
Tidak nyeri
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto rontgen
Ada
pembengkakan
N / tidak
jelas
Infiltrat
Kalsifikasi
Pembesaran KGB
+ infiltrat
Konsolidasi
segmental/lobar Pembesaran
KGB +
Atelektasis
infiltrat
Riwayat kontak
:3
Uji Tuberkulin
:3
BB/Gizi
:0
Demam
:1
Batuk
:1
Pembesaran kelenjar : 1
Skoring total 10
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
Hasil
Nilai normal
Tanggal 3 Juni 2013 jam 10.30 WIB
lengkap
Bilirubin direct
Bilirubin Indirect
SGOT
SGPT
Bilirubin total
3,62
5,46
94
40
9,08
0,1-0,4
0,3-1,1
L: <33 m/LP <27
L<50 m/LP <34
<1.5
Satuan
mg/dl
mg/dl
mLp
mL
Mg/dl
Tes tuberculin
Tes tuberculin cara mantoux tanggal 13 Mei 2016 dibaca tanggal 16 Mei 2016
menunjukkan hasil positif yaitu 10 mm.
: TB
Penatalaksanaan
2 bulan
4 bulan
RH (5/50 mg)
59
1 tablet
1 tablet
10 19
2 tablet
2 tablet
20 32
4 tablet
4 tablet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Tuberkulosis
(Mycobacterium Tuberculosis), yang disebut juga basil tahan asam. Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
B.
Gejala Klinis
Gejala dan tanda umum atau nonspesifik :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
2. Nafsu makan tidak ada(anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
(failure to thrive) dengan adekuat
3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas. (subfebris kadang-kadang 40-41
derajat celcius)
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multiple.
5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk berdahak, batuk kering, sesak nafas,
batuk darah, batuk lama lebih dari 30 hari , nyeri dada.
6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare.
7. Keringat malam, meriang dan nyeri otot.
Gejala dan tanda spesifik sesuai organ yang terkena:
1. TB kulit / skrofuloderma
2. TB tulang dan sendi
- Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
- Tulang panggul (koksitis) : pincang
- Tulang lutut : pincang dan / bengkak
3. Dengan gejala pembengkakan sendi, gibbus, pincang, sulit membungkuk
4. TB otak dan saraf
- Meningitis : iritabel, kaku kuduk, muntah muntah dan kesadaran
menurun.
5. TB mata
- Conjunctivitis phlyctenularis
- Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
C.
Epidemiologi
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB
anak per tahun adalah 5-6% dari total kasus TB. Berdasarkan laporan tahun1985, dari
1261 kasus TB anak berusia <15 tahun, 63% di antaranya berusia <5tahun. Pada
survey nasionai di Inggris dan Wales selama setahun pada tahun1983, didapatkan
bahwa 452 anak berusia <15 tahun menderita TB (MRCT-CDU,1988). diperkirakan
kasus TB naik 58% dari tahun 1990, 90% di antaranya terjadi di negara berkembang.
Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak berusia 0-4 tahun adalah
19%, scdangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%. Di AsiaTenggara, selama 10
tahun, diperkirakan bahwa jumlah kasus baru adalah 35,1 juta, 8% di antaranya (2,8
juta) disertai infeksi HIV. Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat
ketiga dalam jumlah kasus baru TB (0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta
kasus) dan Cina (1,1 juta kasus). Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak
berusia < 15 tahun.
D.
Klasifikasi
Penentuan klasifikasi dan tipe kasus TB pada anak tergantung dari hal berikut:
Lokasi atau organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis Paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Anak dengan gejala hanya pembesaran kelenjar tidak selalu menderita TB Ekstra
Paru. Pasien TB paru dengan atau tanpa TB ekstra paru diklasifikasikan sebagai TB
paru
Riwayat pengobatan sebelumnya:
a. Baru
Kasus TB anak yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan ( 28 dosis) dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis sesuai definisi di atas, lokasi penyakit bisa paru atau ekstra paru.
b. Pengobatan ulang
Kasus TB Anak yang pernah mendapat pengobatan dengan OAT lebih dari 1 bulan
( 28 dosis) dengan hasil pemeriksaan bakteriologis sesuai definisi di atas, lokasi
penyakit bisa paru atau ekstra paru. Berdasarkan hasil pengobatan sebelumnya, anak
dapat diklasifikasikan sebagai kambuh, gagal atau pasien yang diobati kembali
setelah putus berobat (lost to follow-up).
Berat dan ringannya penyakit
a. TB ringan: tidak berisiko menimbulkan kecacatan berat atau kematian, misalnya
TB primer tanpa komplikasi, TB kulit, TB kelenjar dll
b. TB berat: TB pada anak yang berisiko menimbulkan kecacatan berat atau
kematian, misalnya TB meningitis, TB milier, TB tulang dan sendi, TB abdomen,
termasuk TB hepar, TB usus, TB paru BTA positif, TB resisten obat, TB HIV.
E.
Faktor Risiko
1. Umur
Sebagian besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-55 tahun)
2. Pendidikan
Resiko kejadian kasus baru TB Paru pada keluarga penderita TB Paru BTA (+) yang
berpendidikan rendah lebih tinggi.
3. Lama kontak keluarga dengan penderita TB paru
Kontak jangka panjang dengan penderita TB Paru menyebabkan resiko tertular.
4. Status Ekonomi
WHO mengatakan bahwa 90% penderita TB paru di seluruh dunia menyerang
kelompok sosial ekonomi lemah.
5. Kepadatan Hunian
Semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah
mengalami pencemaran. Maka penularan penyakit TB Paru mudah terjadi pada
rumah yang terlalu padat penghuninya.
6. Kebiasaan Merokok
Paparan terhadap tembakau, baik secara aktif maupun pasif, meningkatkan resiko
timbulnya penyakit TB Paru.
F.
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis
Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan
fisis atau pemeriksaan penunjang tunggal misalnya hanya dari pemeriksaan
radiologis. Karena sulitnya menegakkan diagnosis TBC pada anak, banyak usaha
membuat pedoman diagnosis dengan sistem skoring dan alur diagnostik..
Petunjuk WHO untuk diagnosis TBC pada anak:
1. Dicurigai TBC ( suspected TBC)
Anak sakit dengan riwayat kontak penderita TBC dengan BTA positif ;
keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, batuk dan mengi yang tidak
membaik dengan pengobatan antibiotika untuk penyakit pernafasan
pembesaran kelenjar superfisial yang tidak sakit
2. Mungkin TBC ( probable TBC )
Uji tuberculin positif ( 10 mm atau lebih )
Foto roentgen paru sugestif TBC
Pemeriksaan histopatologis biopsy sugestif TBC
Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
I.
Diagnosis Banding
1. Pneumonia
2. Abses paru
3. Kanker paru
4. Bronkiektasis
5. Pneumonia aspirasi
Penatalaksanaan
Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
antara pemberian medikamentosa, penataan gizi, dan lingkungan sekitarnya.
Pemberian medikamentosa tidak terlepas dari penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat atau kepada orang tua penderita tentang pentingnya minum obat secara
teratur dalam jangka waktu yang cukup lama, serta pengawasan terhadap jadwal
pemberian obat.
1
MEDIKAMENTOSA
Isoniazid (INH)
INH adalah obat anti TBC yang paling efektif saat ini , bersifat
bakterisid, dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif
yaitu kuman yang sedang berkembang dan bersifat bakteriostatik terhadap
kuman yang diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman, dapat
berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan
serebrospinal, cairan pleura, cairan ascites, jaringan kaseosa. Selain itu, angka
timbulnya reaksi simpang sangat rendah. Dosis harian yang biasa diberikan
5-15 mg/kg/hari (dosis maksimal 300 mg/hari), diberikan satu kali
pemberian.
INH mempunyai dua efek toksik utama hepatotoksik dan neuritis
perifer, jarang terjadi pada anak tetapi frekuensinya meningkat sejalan dengan
Pirazinamid
Kerja dari pirazinamid adalah membunuh M. tuberculosis secara
intraseluler pada suasana asam. Pirazinamid tidak mempunyai efek pada basil
tuberkulosis di ekstraseluler. Penetrasi baik terhadap jaringan dan cairan tubuh
termasuk sistem saraf pusat, cairan serebrospinal. Hepatotoksisitas dapat
terjadi pada pemakaian dosis tinggi tetapi jarang pada dosis normal.
Pirazinamid dapat mengakibatkan meningkatnya asam urat serum.
Diberikan secara oral, dosis 15-30 mg/kgBB/hari (dosis maksimal 2
gram/hari).
Etambutol
Jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitas pada mata seperti
neuritis perifer dan buta warna merah-hijau. Namun dapat digunakan pada
anak dengan TBC berat dan kecurigaan TBC resisten obat jika obat-obat
lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan pengalaman, etambutol dapat mencegah resistensi terhadap obatobat lain.
Etambutol memiliki aktivitas bakteriostatik dan bakterisid. Selain itu,
etambutol tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan
meningitis. Dosisnya 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 2,5 g/hari dengan
dosistunggal).
Streptomisin
Bersifat bakterisid dan bakteriostatik kuman ektraseluler pada keadaan
basal
diberikan secara
intramuskular 15-40
mg/kgBB/hari,
maksimal
1 gr/hari. Sangat baik melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak
dapat melewati selaput otak yang tidak meradang. Berdifusi baik pada
jaringan dan cairan pleura, dieksresi melalui ginjal. Toksisitas utama pada
nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran berupa
telinga
berdenging
dan
pusing.Dapat
menembus
plasenta
sehingga
Berbeda dengan orang dewasa pada anak-anak OAT diberikan setiap hari bukan 2
atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan mengurangi ketidak teraturan minum
obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.
2 bulan
4 bulan
RH (5/50 mg)
59
1 tablet
1 tablet
10 19
2 tablet
2 tablet
20 32
4 tablet
4 tablet
Catatan :
Bila BB 33 kg dosis sesuai tabel yang sebelumnya.
Bila BB < 5 kg sebaiknya dirujuk ke RS.
Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah).
Kortikosteroid
Pada keadaan meningitis TBC, milier TBC, penyebaran bronkogen,
pleuritis TBC dengan keadaan umum jelek, dapat ditambahkan kortikosteroid.
Obat ini bekerja sebagai anti fagostik dan adjuvan. Yang umum dipakai adalah
Komplikasi
K.
TB Milier
Meningitis TB
Efusi pleura
Pneumotoraks
Bronkiektasis
Atelektasis
Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, lamanya mendapat infeksi,
keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan adekuat
dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak , edisi ke 7, buku 2, Jakarta;Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (TB Pada Anak), pedoman praktis
diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia; 2011
WHO. Global Tuberculosis Report (serial online). WHO; 2012 (Semarang 2013
Februari ). Available from : HIPERLINK
Shrestha S., DKK. Clinical Profil ofTuberculosis in Children. Nepal Med coll J
2011; 13 (2): 119-122